Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di
bebagai daerah. Diperkirakan mahasiswa-mahasiswa jurusan kesehatan
semakin banyak pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka
mahasiswa jurusan kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan
memberikan pendidikan pada remaja di sekolah ataupun di fakultas non
kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah melalui penyebarluasan
pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa
yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang
harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini.
Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi
problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian
masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang
kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi
penerus bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative
banyak para pelajar di kalangan remaja sudah merokok, berkendaraan dengan
kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-minuman dan penggunaan zat
yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang kompleks,
ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus
digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative dan menimbulkan
gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok anak
remaja?.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok anak remaja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada kelompok anak remaja
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada kelompok anak
remaja
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada kelompok anak remaja
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada kelompok anak
remaja
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada kelompok anak remaja

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok anak remaja.
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Memberikan informasi dan sumber pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan mengenai asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
anak remaja.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah
adolesens (dalam bahasa Inggris: adolescence). Para ahli merumuskan bahwa
istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk
maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa
dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens
lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang
menyertai masa pubertas. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja
adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa
remaja terbagi atas masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-
16 tahun) dan masa remaja akhir (17-19 tahun) (Depkes Jakarta I, 2010).
Secara Etimologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi
remaja (adolescene) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) meneyebut kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu menurut The Health Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-
17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan
dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10
sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011).

2.2 Masa Remaja


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling
terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan
merupakan suatu proses di mana perubahan-perubahan dalam diri remaja

3
akan diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat
berespons dalam menghadapi rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang
paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja adalah adanya perubahan
fisik, alat reproduksi, kognitif, dan psikososial (Depkes Jakarta I, 2010).
Tugas perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi aspek
perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial,
perkembangan moral dan perkembangan sosial.
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol
oleh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis
hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah
hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadotropik
(gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta testosteron.
Aspek perubahan fisik pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perepuan
rata-rata meningkat 3,5-4,2 inci. Berat badan juga meningkat karena
ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada
perempuan.
2. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang
mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen
pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik sekunder
pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu rambut pada pubis dan
ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama. Sedangkan pada laki-
laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara,
pertumbuhan kumis dan janggut, meningkatnya aktivitas kelenjar
sehingga menimbulkan jerawat.
3. Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang

4
membesar dan membidang, serta jaku lebih menonjol. Sedangkan
perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara
yang membesar, serta keadaan puting susu yang menjadi lebih
menonjol.
Beberapa hal penting yang terkait dengan perubahan fisik pada remaja
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital: nadi berkisar antara 55-110x/menit, pernafasan
berkisar antara 16-20x/menit, dan tekanan darah berkisar antara
110/60-120/76 mmHg.
2. Berat badan bervariasi, untuk laki-laki terjadi kenaikan 5,7-13,2
kg dan perempuan 4,6-10,6 kg.
3. Tinggi badan terjadi kenaikan 26-28 cm pada laik-laki dan
perempuan 23-28 cm.
4. Keadaan gigi lengkap.
5. Tajam penglihatan 20/20.
6. Pertumbuhan organ-organ reproduksi.
7. Pertumbuhan tulang dua kali lipat.
8. Peningkatan massa otot dan penimbunan lemak.
9. Pada kulit terjadi peningkatan munculnya jerawat.
10. Pertumbuhan rambut pada aksila, rambut pubis, dan rambut wajah
pada laki-laki.
b. Perkembangan Kognititf
Menurut teori Piaget, prinsip perkembangan kognitif terjadi melalui empat
tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap paraoperasional, tahap operasional
konkret, dan tahap operasional formal (remaja dan dewasa).
Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan perkembangan remaja di
antaranya sebagai berikut:
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan,
baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan
cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan

5
standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai
menggunakan istilah-istilah sendiri mempunyai pandangan, seperti:
olahraga yang lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul,
pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk
berpenampilan menarik.
2. Remaja menengah (15-18 tahun)
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok,
sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi
seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih
kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan,
menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berpikir tentang
bagaimana cara mengembangkan identitas Siapa saya?. Pada masa
ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan,
tujuan, dan membuat rencana sendiri.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan
datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja berakhir,
proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri
pada masalah-masalah idealisme, toleransi, keputusan intik karier dan
pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
c. Perkembangan psikososial
Masa remaja juga merupakan masa transisi emosional, yang ditandai
dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja
dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan
merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan
abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri
dan berperilaku menurut cara mereka.
Transisi sosial yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan adanya
perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang pnting dalam perubahan
sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan

6
rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis
mereka.
Perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahap. Dari tahapan-tahapan
tersebut, remaja melalui lima di antaranya. Lima tahapan yang dilalui
remaja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan (trust) versus ketidakpercayaan (mistrust)
Tahapan ini terjadi dalam 1-2 tahun awal kehidupan. Anak belajar
untuk percaya pada dirinya sendiri maupun lingkungannya. Anak
merasa bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas
interaksi antara orang tua dan anaknya. Faktor-faktor yang
mempengaruhikepercayaan diri dalam hubungan interpersonal adalah:
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana
percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan
situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan
komunikasi interpersonal karena membuka hubungan
komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap suportif.
Sikap suportif adalah adalah sikap yang mengurangi sikap
defensive dalam komunikasi seseorang bersikap defensif apabila
tidak menerima, tidak jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensif
komunikasi interpersonal akan gagal.
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka
mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan
yang paling penting yaitu saling mengembangkan kualitas
hubungan interpersonal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
orang tua dan anak bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak
menyampaikan pendapat perasaan, pikiran, informasi ataupun
nasehat, sehingga menimbulkan pengertian, kesenangan,

7
pengaruh pada sikap, hubungan yang lebihbaik. Kualitas
hubungan dengan orang tua memegang peranan yang penting.
Adanya komunikasi antara orangtua dan anak pada masa remaja
akan menimbulkan kedekatan. Hubungan antara ibu dan anak
lebih dekat dari pada antara ayah dan anak. Komunikasi dengan
ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan komunikasi
dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat.
2. Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan
merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi
perubahan ketergantungan, dari ketergantungan khas anak-anak ke
arah otonomi khas dewasa. Misalnya: remaja umumnya tidak terburu-
buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir, atau
memerlukan bantuan.
3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)
Tahapan perkembangan psikosoial ini terjadi pada usia pra-sekolah
dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk
memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama
dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan
yang dilakukannya.
4. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)
Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya.
Anak menggunakan pengalaman kognitif menjadi lebih produktif
dalam grupnya. Di sini anak belajar untuk menguasai keterampilan
yang lebih formal. Anak mulai terasah rasa percaya dirinya, mandiri
dan penuh inisiatif serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.
5. Identitas (identity) versus kebingungan (identity confusion)
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab
pertanyaan, Siapa saya?. Mereka melakukan tindakan yang baik
sesuai dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga
terjadi penyimpangan identitas, misalnya: melakukan percobaan

8
tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela
lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun
wanita dibangun, dan secara bertahap mengembangkan cita-cita yang
diinginkan.
Tahap selanjutnya yaitu: tahap keintiman (intimacy) versus
isolisasi (isolation); generativitas (generativity) versus stagnasi
(stagnation); dan integritas (integrity) versus keputusasaan (despair),
akan dilalui pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya (Depkes
Jakarta I, 2010).
d. Perkembangan moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer
yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima
hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan
keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak
alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja
mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui
dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia
menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-
kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi mora (moral reasoning) pada
remaja mulai berkembang karena mereka mulai melihat adanya
kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka yakini dengan
kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu

9
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang
baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-
bulat. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah
masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan
sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan
penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan disekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
e. Perkembangan sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang
berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri
dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada
dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga
dan sekolah. Mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Hal terpenting dan tersulit adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-
nilai baru dalam seleksi persahabatan serta nilai-nilai yang baru dalam
seleksi pemimpin.
Tugas Perkembangan Remaja ada sepuluh, yaitu:
1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya.
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah dan menggunakannya
seefektif mungkin.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya.
5. Mencapai kebebasan ekonomi.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.

10
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga.
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan.
10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam
tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
(Widyastuti, 2009).

2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan
sosial yang utuh (tidak sematamata bebas dari penyakit dan kecacatan)
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya (Depkes, 2003). Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi
yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas
dari penyakit dan kecacatan namun juga sehat secara fisik, mental dan sosial
kultural (BKKBN, 2005). Sehat fisik meliputi tidak tertular penyakit yang
menggangu kesehatan reproduksi, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Sehat mental yaitu percaya diri, mampu berkomunikasi dan
mampu mengambil keputusan atas segala resiko, sedangkan sehat sosial
meliputi pertimbangan nilainilai yang berlaku, baik nilainilai yang berlaku,
baik nilainilai agama, budaya, maupun nilainilai sosial. Kesehatan
reproduksi merupakan unsur yang intrinsik dan penting dalam kesehatan
umum baik perempuan maupun lakilaki. Kesehatan reproduksi berarti
manusia mampu melakukan kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
serta bertanggungjawab dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

2.5 Masalah Pada Remaja

11
1. Adanya cyber bulling
Media sosial yang awalnya menjadi media untuk saling berbagi informasi
justru kini menjadi media berbagi caci maki. Tindakan cyber bullying
dapat dilakukan siapa saja melalui media sosial dan dapat pula dialami
siapa saja, tak terkecuali remaja. Sebaiknya Anda sebagai orang tua
berusaha mengontrol aktivitas anak di dunia maya, siapa saja yang
menjadi teman-temannya dan siapa yang dikenalnya melalui media sosial.
Beri mereka pengetahuan mengenai media sosial dan bagaimana
menggunakan media tersebut secara bijak.
2. Seks bebas
Seks bebas merupakan permasalah remaja yang saat ini banyak terjadi.
Hal ini akibat dari rasa ingin tahu remaja yang sangat besar yang tak
diimbangi pengetahuan, dan mereka mencari informasi terkait seks
melalui teman sebaya atau lewat internet. Sehingga berakibat fatal, justru
mereka melakukan tindakan seks tersebut sebelum waktunya. Sebaiknya
hal ini Anda antisipasi sejak dini. Kenalkan pendidikan seks sejak dini.
Selain itu di sekolah juga harus diajarkan mengenai pendidikan seks
namun masih dalam koridor pengetahuan. Selalu dampingi anak Anda
saat melihat televisi, majalah, atau membuka internet. Sebaiknya remaja
bertanya langsung pada orang tua, guru, atau dokter mengenai seks
sehingga tak keliru dan terjerumus pada seks bebas.
3. Minuman keras, rokok, dan narkoba
Masalah remaja yang satu ini sangat serius. Adanya sifat remaja yang
mudah terpengaruh, selalu ingin tahu, dan ingin mencoba-coba dapat
membawa dampak buruk bila di dekat mereka terdapat hal negatif seperti
rokok, narkoba dan miras. Jika lingkungan di sekitar mereka demikian
bisa jadi akan berimbas pada remaja tersebut. Sebaiknya orang tua selalu
memberi pengawasan kepada anak remajanya, bukan berarti 24jam
menunggui-nya. Namun Anda dapat bangun komunikasi yang baik
dengan si anak, mejadi sahabat mereka akan mempermudah Anda
memasukkan perlahan-lahan nasehat dan pengertian akan hal yang positif

12
dan negatif yang ada di sekitar mereka saat mereka terbuka untuk
bercerita dengan Anda.
4. Masalah di sekolah dan keluarga
Masalah di sekolah dan keluarga kerap melatarbelakangi permasalahan
remaja itu sendiri. Bisa jadi si anak merasa tak nyaman berada di rumah
karena kurangnya perhatian orang tua yang sibuk bekerja. Bahkan bisa
jadi si remaja ini mengalami masalah dengan teman di sekolahnya.
Masalah di sekolah bisa jadi karena si remaja ini mengalami bullying.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data,
analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat
dan prioritas masalah.Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas,
data demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas
b. Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-
batas wilayah, dan kondisi geografis
c. Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan,
fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan)
d. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap
bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah
umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
e. Keamanan dan transportasi

13
f. Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur
organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta
kelompok organisasi dalam kesehatan
g. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat
komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran
informasi
h. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas
pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan
i. Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tujuan analisa data;
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

3. Prioritas masalah
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan
prioritas masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa. Prioritas masalah
dibuat berdasarkan kategori pentingnya masalah untuk diatasi,
kemungkinan perubahan dan peningkatan kualitas hidup.

14
Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan
melalui metode berikut :
Pentingnya Perubahan (+) Penyelesaian
penyelesaian untuk untuk
masalah penyelesaian di peningkatan
1. Rendah komunitas kualitas hidup Total
MASALAH
2. Sedang 0. Tidak ada 0. Tidak ada score
3. Tinggi 1. Rendah 1. Rendah
2. Sedang 2. Sedang
3. Tinggi 3. Tinggi
Resiko
meningkatnya
kejadian
infertilitas pada
remaja
Kurangnya
kebiasaan hygiene
personal

4. Diagnosa Keperawatan
Menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b. Penyebab (Etiologi)
Meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi
perilaku dengan lingkungan.
c. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta

15
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alkohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung
pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah
atau mesin penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak
dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
5. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju
pertumbuhan adolesens

16
5. Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi:
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
Masalah kesehatan Intervensi promosi kesehatan
adolesens
1. Cedera tidak 1. Anjurkan adolesens untuk mengikuti program
disengaja pendidikan mengemudi dan menggunakan sabuk
keselamatan
2. Informasikan adolesens tentang risiko yang
berkaitan dengan minum dan berkendaraan;
penggunaan obat
3. Tingkatkan penggunaan helm oleh adolesens
yang menggunakan kendaraan bermotor
4. Yakinkan adolesens mendapatkan orientasi yang
tepat untuk penggunaan semua alat olahraga
2. Penggunaan zat Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan
obat-obatan serta informasikan risiko penggunaannya
3. Bunuh diri 1. Berikan informasi tentang bunuh diri
2. Ajarkan metode untuk bertemu dengan sebaya
yang mencoba bunuh diri
4. Penyakit 1. Berikan adolesens informasi mengenai penyakit,
menular seksual bentuk penularan, dan gejala yang berhubungan
2. Dorong pantangan terhadap aktivitas seksual; atau
bila aktif seksual, tentang penggunaan kondom
3. Berikan informasi akurat tentang konsekuensi
aktivitas seksual

17
6. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
komunitas yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, yaitu:
a. Berdasarkan respon masyarakat.
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d. Bekerja sama dengan profesi lain.
e. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Kasus


Pada Kelurahan Kenjeran terdapat 5 RT dan 2 RW dengan jumlah penduduk
1050 jiwa, dengan jumlah perempuan 515 jiwa ,dan laki laki 532 jiwa. Dari

18
jumlah penduduk 1050 jiwa, jumlah remaja (13-20 tahun) sebanyak 176
orang (16,76 %), dengan jenis kelamin laki laki 91 orang (17,10% ) dan
perempuan 50 orang (16,41%). Dari jumlah remaja sekitar 25% (44 orang)
sebagai pengangguran, 50% (88 orang) masih bergantung dengan orang tua
dalam pemenuhan kebutuhan, 25 % (44 orang) remaja sudah bekerja. Hampir
seluruh remaja memiliki kendaraan dengan presentasi 85,2% (150 orang),
kemudian remaja laki laki 27,47% (25 orang) mengisi waktu untuk kebut
kebutan di jalan raya. 50% (80 orang) jumlah remaja tidak mengikuti dan
tidak berperan serta dalam kelompok organisasi di komunitas mereka. Di
Kelurahan Kenjeran tidak terdapat wadah perkumpulan seperti karang taruna
sehingga remaja biasanya berkumpul di persimpangan dekat RW II untuk
dijadikan lokasi pertemuan kebut kebutan. Saat mengatasi masalah, 50%
(88 orang) remaja menceritakan masalahnya kepada teman dekatnya yang
sebaya, 14,20% (25 orang) hanya diam saja dan mengalihkan masalahnya
dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kebut kebutan, 2,84% (5
orang) mengurung diri di kamar, 27,27% (48 orang) menceritakan masalah
dengan orang tuanya. Selain itu remaja lebih memilih rekreasi dengan duduk
di warung sambil merokok 43,95% (40 orang) minum minuman beralkohol
sebanyak 21,98% (20 orang) dan tidak berolahraga sebanyak 25 % (44
orang).

3.2 ANALISA DATA


NO DATA MASALAH
1 Hasil wawancara : Perilaku kesehatan
- 40 orang dari 91 remaja laki-laki merokok cenderung beresiko
- 20 orang dari 91 remaja laki-laki minum (00188)

19
minuman beralkohol
- 44 orang dari 176 remaja tidak
berolahraga
Hasil Angket:
- 43,95% remaja laki-laki mempunyai
kebiasaan merokok
- 21,98% remaja laki-laki memiliki
kebiasaan minum minuman beralkohol
- 25 % remaja tidak berolahraga
Hasil observasi
- Tidak ada sarana karang taruna
2 Hasil wawancara: Resiko perilaku
- 44 orang dari 176 remaja sebagai kekerasan remaja
pegangguran terhadap orang lain
- 25 orang dari 91 remaja laki-laki mengisi (00138)
waktu dengan kebut kebutan di jalan
raya
- 25 orang dari 176 mengatasi masalah
hanya diam saja dan mengalihkan
masalahnya dengan kegiatan yang tidak
bermanfaat seperti kebut kebutan.
Hasil angket :
- 25% remaja sebagai pengangguran
- 27,47% remaja laki-laki mengisi waktu
untuk kebut kebutan di jalan raya
- 14,20% remaja laki-laki dalam mengatasi
masalah hanya diam saja dan mengalihkan
masalahnya dengan kegiatan yang tidak
bermanfaat seperti kebut kebutan
- Hampir seluruh remaja memiliki

20
kendaraan dengan presentasi 85,2%

3.3 Skoring Prioritas Masalah


PRIORITAS MASALAH (STANHOPE & LANCASTER)
Pentingnya Perubahan Penyelesaian
penyelesaian (+) untuk untuk
masalah penyelesaian peningkatan
Diagnosa
1.Rendah di komunitas kualitas hidup Total
keperawatan
2.Sedang 0.Tidak ada 0.Tidak ada score
komunitas
3.Tinggi 1.Rendah 1.Rendah
2.Sedang 2.Sedang
3.Tinggi 3.Tinggi
Domain 1 Promosi
kesehatan
Kelas 2
Manajemen
kesehatan 3 3 3 9
Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko (00188)
Domain 11.
Keamanan /
Perlindungan
Kelas 3. Perilaku
kekerasan 2 2 2 6
Resiko Perilaku
Kekerasan
terhadap orang
lain ( 00138)

21
3.4 Prioritas Masalah
No
Diagnosa Keperawatan Jumlah
Prioritas
1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko 9
2 Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain 6

3.5 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
1. Perilaku Prevensi Primer: Prevensi Primer:
kesehatan Domain IV; Pengetahuan Domain 3: Perilaku
cenderung kesehatan dan perilaku. Kelas S; Edukasi klien
beresiko Kelas S; Pengetahuan 1. 5510:Pendidikan
(00188) tentang kesehatan kesehatan
1. 1805:Pengetahuan; 2. 5520:Memfasilitasi
perilaku sehat . pembelajaran
2. 1832:Pengetahuan; 3. 5604 Pengajaran
promosi kesehatan. kelompok
3. 1855:Pengetahuan; 4. 5618:Pengajaran
gaya hidup sehat . prosedur/tindakan

Kelas Q; Perilaku sehat Domain 7; Komunitas


1. 1600:Kepatuhan Kelas C; Promosi kesehatan
perilaku komunitas
2. 1602:Perilaku promosi 1. 8750: Pemasaran sosial
kesehatan . di masyarakat
3. 1629: Perilaku
penghentian
penyalahgunaan
alcohol
4. 1604: Partisipasi di

22
waktu luang.
Prevensi Sekunder Prevensi sekunder
Kelas T; Kontrol resiko Domain 3; Perilaku
dan keamanan Kelas O; Terapi perilaku
Level 3: Outcome Level 3; Intervensi
1. 1902:Kontrol resiko. 1. 4310: Terapi aktifitas
2. 1934:Keamanan dan 2. 4350:Manajemen
kesehatan serta perilaku
perawatan lingkungan. 3. 4360:Modifikasi perilaku
Domain V; Kesehatan
yang dirasakan.
Kelas U; Kesehatan dan
Kualitas Hidup
Level 3: Outcome
1. 2008:Status
kenyamanan .
2. 2009:Status
kenyamanan;
lingkungan .
3. 2006:Status kesehatan
individu.
4. 2000:Kualitas hidup
Domain VII; Kesehatan
komunitas
Kelas BB; Weel Being
komunitas
Level 3: Outcome
1. 2701:Status kesehatan
komunitas .
2. 2700:Kompetensi
komunitas .

23
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
Domain VII; Kesehatan Domain 7: Komunitas,
Komunitas Kelas D: Manajemen resiko
Kelas CC; Perlindungan komunitas.
Kesehatan Komunitas Level 3: Intervensi
Level 3: Outcome 1. 6484: Manajemen
1. 2808:Keefektifan lingkungan; komunitas
program komunitas 2. 6610: Identifikasi resiko
2. Resiko Prevensi Primer Prevensi Primer
Perilaku Domain III; Kesehatan Domain 3; Perilaku
Kekerasan Psikososial Kelas T; Peningkatan
terhadap Kelas M; Kesejahteraan kenyamanan psikologis
orang lain psikologis Intervensi;
(00138) Level 3; Outcame 1. 5820;pengurangan
1.1202: identitas kecemasan
2.1210; tingkat rasa takut 2. 5900; pengalihan
3.1216; tingkat kecemasan 3. 6040; terapi relaksasi
social 4. 5880; tekhnik
4.1212; tingkat stress menenangkan

Domain III; Kesehatan Domain 3; perilaku


psikososial Kelas R; Bantuan koping
Kelas N; Adaptasi Intervensi;
psikososial 1. 5240; konseling
Level 3; outcame 2. 5230; peningkatan
1. 1302; koping koping
2. 1309; kerentanan 3. 5380; peningkatan
personal kesehatan
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
Domain III; Kesehatan Domain 3; perilaku

24
psikososial Kelas R; Bantuan koping
Kelas O; control diri Intervensi;
Level 3; outcame 1. 5360; terapi rekreasi
1. 1401; menahan diri 2. 5450; terapi kelompok
dari agresifitas
2. 1410; menahan diri
dari kemarahan
3. 1402; control
kecemasan diri
4. 1405; control diri
terhadap impuls
Prevensi tersier Prevensi tersier
Domain VII; Kesehatan Domain 7; komunitas
komunitas Kelas D; Manajemen risiko
Kelas CC; Perlindungan komunitas
kesehatan komunitas Intervensi;
Level 3; outcame 1. 6484; manajemen
1. 2805; control resiko lingkungan;
komunitas; kekerasan komunitas
2. 2808; keefektifan 2. 6610; identifikasi
program komunitas resiko

25
Rencana
a. Dx Sasaran Tujuan Strategi Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar evaluasi
Kegiatan
1 Remaja Setelah Penyuluhan Memberikan Mahasis Kelurahan Sabtu, 21 Setelah 1. Remaja
kelurahan tindakan kesehatan penyuluhan wa kenjeran Oktober dilakukan mengetahui
kenjeran keperawatan pada remaja tentang 2017 tindakan pentingnya
diharapkan bahaya pukul keperawatan perilaku
tidak terjadi merokok, 09.00 1 x 3 jam kesehatan
peningkatan minum wib diharapkan yang berisiko
perilaku alkohol tidak terjadi 2. Remaja dapat
kesehatan yang peningkata mengetahui
berisiko seperti perilaku akibat dari
merokok, kesehatan perilaku
minum alcohol yang berisiko kesehatan yang
Tujuan jangka seperti berisiko
pendek : merokok,
1. remaja minum
mengetahui alcohol.
pentingnya
perilaku
kesehatan
yang
berisiko
2. Remaja
dapat
mengetahui
akibat dari
perilaku
kesehatan
yang
berisiko
PELAKSANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Pelaksanaan Evaluasi
1. Sabtu, 21 Perilaku kesehatan cenderung a. Berikan pengetahuan tentang S:
Oktober 2017 beresiko (00188) pentingnya bahaya merokok, - Remaja mengatakan sudah mengetahui
minum alkohol, kebut- dan memahami pentingnya perilaku
kebutan kesehatan yang berisiko
- Perserta mengetahui tentang akibat
perilaku kesehatan yang berisiko
- Peserta mengatakan senang dan puas
dengan adanya penyuluhan ini
O:
- Peserta hadir sebanyak 176 orang
- Peserta yang hadir mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir.
- Peserta dapat menyebutkan akibat dari
perilaku kesehatan yang berisiko
A:
- Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, pengumpulan data didapatkan dengan mudah
atau tidak terdapat kendala karena warga Kelurahan Kenjeran dapat
menerima kehadiran perawat komunitas (mahasiswa) untuk memberikan
keterangan yang dibutuhkan dengan keterangan yang benar adanya.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Remaja Kelurahan Kenjeran banyak yang berperilaku yang tidak baik untuk
kesehatan mereka, kebiasaan merokok, minum beralkohol, narkoba dan
sering kebut-kebutan menjadikan semua ini masalah yang harus diatasi,
melalui penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa diharapkan terbentuk
karang taruna atau organisasi. Diagnosa yang dapat ditegakkan di Kelurahan
Kenjeran pada remajanya adalah defisiensi pengetahuan pada remaja di
Kelurahan Kenjeran dan resiko cedera pada remaja di Kelurahan Kenjeran.
4.3 Intervensi Keperawatan
Penyuluhan dilakukan di balai desa Kelurahan Kenjeran dengan dihadiri
100% remaja dari 176 remaja yang ada di Kelurahan Kenjeran. Remaja
tampak aktif dan banyak bertanya tentang bahaya merokok, bahaya kebut-
kebutan dan peraturan lalu lintas.
Dari hasil penyuluhan ini organisasi telah terbentuk karang taruna, dengan
kader remaja yang sudah dilatih. Para remaja mengisi waktu luang mereka
dengan kegiatan yang bermanfaat dengan iktu serta dalam organisasi,
kegiatan berkendaraan bermotor dengan kebut-kebutan sudah bisa diatasi,
para remaja juga memelihara kesehatan mereka dengan berolahraga dan
mengurangi kebiasaan buruk mereka.
Adapun intervensi yang tidak terlaksana adalah penyediaan saran olahraga
bagi remaja Kelurahan Kenjeran disebabkan oleh terbatasnya dana dan tidak
ada lokasi untuk gedung berolahraga.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
masa yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak
proses yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi
dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam
menangani problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada
penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan
karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok remaja.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Perubahan hormonal pubertas
mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan
dengan abstraksi.
Diagnosa yang muncul di kelurahan A pada remajanya adalah
perubahan pemeliharaan kesehatan pada remaja di kelurahan A berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang efek bahaya merokok, alkohol
dan narkoba.diagnosa yang kedua adalah resiko terjadinya peningkatan angka
kematian pada remaja di kelurahan A berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan remaja tentang bahaya kebut-kebutan di jalan raya.
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan pada masyarakat khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yang
masih labil masih perlu bimbingan melalui penyuluhan agar resiko
peningkatan angka kematian dan perubahan pemeliharaan kesehatan pada
remaja kelurahan A teratasi.

32
5.2 Saran
1. Bagi remaja kelurahan A
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama demi masa depan
nantinya agar cita-cita dapat tercapai, diharapkan dengan adanya
penyuluhan ini remaja menjadi manusia yang kreatif dan berrkarakter yang
kuat dan remaja dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan.
2. Bagi para pembaca
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya remaja
diharapkan para pembaca dapat menyempurnakan makalah ini lebih baik
lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Depkes Jakarta I, 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba


Medika, Jakarta.

Kusmiran, Eny, 2011. Kesehatan Remaja dan Wanita. Salemba Medika, Jakarta.

Widyastuti, Yani et al, 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai