Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR, TAKWIL DAN TERJEMAH

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Quran
Dosen Pengampu: Abd Azis, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Rifatul Muna : 114181
2. Evi Kurniawati :114169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
2015
PENGERTIAN TAFSIR DAN PERBEDAANNYA DENGAN TAKWIL

A. Pendahuluan

Al-Quran Al-Karim adalah sumber hukum pertama bagi umat

Muhammad. Kemampuan manusia memahami makna al-Quran tentulah

berbeda-beda. Hal ini tidak dipermasalahkan namun terkadang menimbulkan

banyak masalah yang spesifik. Untuk kalangan masyarakat awam hal

memaknai al-Quran terkadang diabaikan namun untuk kalangan para Ulama

dan para siswa/mahasiswa yang terpelajar akan dapat memahami dan

menyingkap makna-maknya al-Quran dengan menarik. Dengan demikian al-

Quran mendapatkan perhatian besar untuk meafsirkan kata-kata yang gharib.

Tafsir dan Tawil sendiri merupakan suatu penjelasan dan pendapat

yang banyak dipaparkan beberapa ulama yang menerangkan makna-makna

al-Quran dan mengembalikan sesuatu kepada tujuan utama dan apa yang

dimaksud. Dengan banyak pendapat dari beberapa ulama kita juga dapat

memahami lebih jauh tentang Tafsir.

Selain memahami Tafsir dan Tawil kita dapat membenakan

keduanya dengan seksama dan bisa menerapkan dan mengamalkan ilmu kita

terhadap sesama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Tafsir ?

2. Bagaimana perbedaan Tafsir dengan Takwil ?

3. Bagaimana keutamaan tafsir ?


C. Pembahasan

1. Pengertian Tafsir

Tafsir menurut lughah (bahasa) ialah menerangkan dan

menyatakan. Kata tafsir di ambil dari kata fassara-yufassiru-tafsira

yang berarti keterangan atau uraian. Al-Jurjani berpendapat bahwa kata

tafsir menurut pengertian bahasa adalah Al-kasf wa Al-izhhar yang

berari menyingkap (membuka) dan melahirkan.1

Pada dasarnya, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan

lepas dari kandungan makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan

(menerangkan), Al-kasf (mengungkapkan), Al-izhar (menampakkan), dan

Al-ibanah (menjelaskan).

Adapun pengertian "tafsir berdasarkan istilah, para ulama banyak

memberi komentar, antara lain sebagai berikut:

a. Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil:

Artinya:Tafsir adalah menjelaskan Al-Quran, menerangkan


maknanya dan menjelaskan apa yang di kehendaki
dengan nashnya atau dengan isyaratnya atau
tujuannya.2

1 Al Jurjani, At-Tarifa, At-Thabaah Wa An-Nasyr Wa At- Tauzi,( Jeddah:Maktabah


Al- Jumhuriyyah,1976), 63.
2 Ash- Shiddieqy,TM Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan
Bintang,1994), 178.
b. Menurut Syekh Al-Jazairi

Artinya: Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafazh yang


sukar di pahami oleh pendengar dengan mengemukakan
lafazh sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau
dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah lafazh
tersebut.
c. Menurut Abu Hayyan:

Artinya:tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-


afazh Al-Quran serta cara mengungkapkan petunjuk,
kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang
terkandung di dalamnya.3

d. Menurut Az-Zarkasyi:

. . .

Artinya:Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan


menjelaskan makna-makna kitab Allah yang di turunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW,serta menyimpulkan
kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.

Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang dikemukakan para

ulama tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa pada dasarnya, tafsir

adalah suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk

menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat dalam Al-Quran.

2. Pengertian Takwil

Takwil berasal dari kata aul yang bermakna kembali dan berpaling.

Dilafadkan dengan shighat takwil untuk memfaedahkan tadiyah (supaya

berarti mengembalikan ). Ada juga yang mengatakan diambil dari kata ail

3 Adz- Dzahbi, Al- Israilliyat Fi Al- Tafsir wa Al- Hadist,(Kairo: Majma Al-Buhuts Al-
Islamiyyah,1971), 14.
yang berarti memalingkan, yaitu memalingkan ayat dari makna yang

zhahir kepada sesuatu makna yang dapat di terima olehnya.4

Arti takwil menurut lughat adalah menerangkan, menjeskan. Di

ambil dari kata awwala-yuawwilu-takwilan.Al-Qaththan dan Al-Jurjani

berpendapat bahwa arti takwil menurut lughat adalah al-ruju ila Al-

Ashl (berarti kembali pada pokoknya). Sedangkan arti bahasanya menurut

Az-Zarqani adalah sama dengan arti tafsir.5

Adapun takwil menurut istilah, dalam hal ini banyak para ulama

memberikan pendapatnya, anrtara lain:

a. Menurut Al-Jurzani:

Artinya:Memalingkan suatu lafazh dari makna lahirnya terhadap


makna yang di kandungnya, apabila makna alternatif yang di
pandangnya sesuai dengan ketentuan Al-Kitab dan As-
sunnah.

b. Menurut definisi lain:

Artinya:takwil ialah mengembalikan sesuatu pada ghayahnya


(tujuannya), yakni menerangkan apa yang di maksud.6

c. Menurut ulama salaf:

4 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir,(Semarang :


Pustaka Rizki Putra,2009), 155
5 Muhammad Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi Ulum Al- Quran , jus 1,(Mesir: Isa Al-
Baby Al-Halabi), 4-5.
6 Ash- Shiddieqy,TM Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan
Bintang,1994), 180.
1. Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik

bersesuai dengan makna lahirnya ataupun bertentangan. Definisi

takwil seperti ini sama dengan tafsir. Dalam pengertian ini pula,

Ath-Thabari menggunakan istilah takwil di dalam kitab tafsirnya.

2. Hakikat sebenarnya yang di kehendaki suatu ungkapan.

d. Menurut ulama khalaf

Artinya:mengalihkan suatu lafazh dari makna yang rajih pada makna


yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.

Ringkasnya, pengertian takwil dalam penggunaan istilah adalah

suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Quran melalui

pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.

Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa

alternatif kandungan makna yang bukan makna lahiriahnya, bahkan

penggunaan secara masyhur kadang-kadang di identikan dengan tafsir.

3. Perbedan Tafsir dan Takwil

Para mufasirin berselisih pendapat dalam memberi makna tafsir

dan takwil. Abu Ubaidah berkata : Tafsir dan takwil satu makna.

Pengertian demikian dibantah oleh segolongan ulama. Diantaranya Abu

Bakar ibn Habib an-Naisabury.

Al-Ashfahany berkata : Tafsir lebih umum dari takwil. Tafsir

lebih banyak dipakai mengenai kata-kata tunggal. Sedang takwil lebih

banyak dipakai mengenai makna dan susunan kalimat.


Sebagian ulama berkata bahwa tafsir menerangkan makna lafad

yang tidak menerima selain dari satu arti. Takwil menetapkan makna yang

dikehendaki oleh sesuatu lafad yang dapat menerima banyak makna,

karena ada dalil-dalil yang menghendaki.

Al-Maturidy berkata : Tafsir ialah menetapkan apa yang

dikehendaki oleh ayat (lafad) dan dengan sungguh-sungguh menetapkan,

demikianlah yang dikehendaki Allah. Maka jika ada dalil yang

membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang shahih. Jika tidak,

dipandanglah tafsir yang berdasarkan pikiran yang tidak dibenarkan.

Takwil ialah mentarjih-kan salah satu makna yang mungkin diterima oleh

ayat (lafad) yaitu salah satu muhtamilat, dengan tidak meyakini bahwa

demikianlah yang sungguh-sungguh dikehendaki Allah.

Abu Thalib ats-Tsalaby berkata : Tafsir ialah menerangkan makna

lafad, baik makna hakikatnya maupun makna majaz-nya, seperti

mentafsirkan makna ash-shirath dengan jalan dan ash-shayyid dengan

hujan. Takwil ialah mentafsirkan batin lafad. Jadi tafsir bersifat

menerangkan petunjuk yang di kehendaki, sedangkan takwil menerangkan

hakikat yang dikehendaki. 7

Allah SWT berfirman :

bahwasanya Tuhan itu sungguh selalu memperhatikan kamu.


(QS. Al-Fajr [89] : 14)

Tafsirnya ialah bahwasanya Allah senantiasa memperhatikan

keadaan hamba-Nya. Adapun takwil-nya ialah mempertakutkan manusia

dari berlalai-lalai dari tengah mempersiapkan persiapan yang perlu.

7 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir,(Semarang :


Pustaka Rizki Putra,2009), 156
Ada juga ulama yang menerangkan bahwa sesuatu yang jelas

diterangkan dalam Al-Quran atau As-Sunnah, itulah yang dinamai tafsir.

Dan tidak boleh bagi seseorang menjalankan ijtihadnya lagi mengenai

ayat-ayat atau Sunnah-sunnah yang telah terang tegas itu. Dan sesuatu

yang di-istinbath-kan oleh ulama-ulama yang mengetahui baik ilmu-ilmu

alat, itulah yang dinamai takwil.

Sebagian ulama juga berkata : Tafsir berpaut dengan riwayah,

sedang takwil berpaut dengan dirayah. Hal ini mengingat bahwa tafsir

dilakukan dari apa yang dinukilakn dari sahabat, sedangkan takwil

dipahamkan dari ayat dengan mempergunakan tata Bahasa Arab.

Allah berfirman :

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. (QS. Al-Anam [6] : 95)

Jika kita katakan bahwa yang dikehendaki oleh ayat ini,

mengeluarkan burung dari telur, maka dinamakan tafsir. Dan jika

dikatakan bahwa yang dikehendaki mengeluarkan yang alim dari yang

bodoh atau yang beriman dari yang kafir, maka dinamakan takwil.

Al-Baghawi berkata : Tafsir itu ialah memperkatakan sebab-sebab

turun ayat, keadaan-keadaanya, dan kisah-kisahnya.

Maka mengenai urusan-urusan ini tidak dibolehkan kita

mempergunakan selain dari samy (pendengaran = nukilan) saja, sesudah

dibenarkan datangnya nukilan itu dengan jalan akal.

Adapun takwil ialah memalingkan ayat kepada sesuatu makna

yang sesuai dengan makna yang sebelumnya dan makna yang demikian itu
diterima pula oleh ayat, serta tidak bersalahan dengan sesuatu ayat atau

As-Sunnah yang dihasilkan oleh istinbath.8

Ibnu Jarir mempergunakan kata takwil dengan makna tafsir

Yang di kemukakan oleh Al-Maghraby dalam kitabnya Al-Akhlaq

wa a-Wajibat :

Yang artinya :Tafsir itu ialah tersembunyi makna ayat sebagian


pendengar maka apabila engkau syarahkan lafad-
lafadnya dari jurusan lughah, nahwu dan halaghah,
dipahamkan oleh pendengar itu dengan baik dan
tenanglah jiwamu kepada makna tersebut. Adapun takwil
ialah ayat mempunyai beberapa makna yang semuanya
dapat diterima. Maka setiap-tiap engkau sebut sesuatu
makna satu demi satu makna, dia ragu-ragu, tidak tahu
mana yang dipilihnya. Karena inilah takwil itu banyak
dipakai pada ayat mutasyabihah, sedang tafsir banyak
dipakai pada ayat-ayat muhkamah.

Ayat-ayat mutasyabihah ialah ayat-ayat yang tidak terang

maknanya. Adapun ayat-ayat muhkamah ialah ayat-ayat yang

menunjukkan maknanya dengan jelas. Maka kebanyakan takwil dilakukan

para mufassirin mengenai ayat-ayat mutasyabihah. Sedang ayat-ayat

muhkamah tidak memerlukan takwil, cukup dengan tafsir (penafsiran)

saja.

Ayat-ayat mutasyabihah sebenarnya tidak berapa banyak dalam

pandangan ulama-ulama salaf dan ulama-ulama mutaqaddimin, karena

mereka mempunyai kesanggupan memahaminya. Pada masa dahulu yang

dipandang mutasyabihah hanyalah yang diterangkan Al-Quran ke-

8 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir,(Semarang :


Pustaka Rizki Putra,2009), 157
mutasyabihahnnya. Adapun pada masa yang akhir ini setelah kekuatan

memahami Bahasa Arab sudah jauh berkurang maka bilangan maka

bilangan ayat mutasyabihah itu menjadi banyak.

Memang kebanyakan ayat yang dilakukan mutasyabihah oleh

mutaakhkirin, timbulnya dari sebab tidak kuat lagi memahami Bahasa

Arab. Dan perlu ditegaskan sedikit bahwa ayat-ayat mutasyabihah hanya

mengenai soal kepercayaan dan urusan akhirat tidak ada yang mengenai

urusan keduniaan (duniawiyah).

Menurut ulama bayan, tafsir ialah menghilangkan kemuskilan

faham pada sesuatu pembicaraan dengan menambah perkataan.

Demikianlah makna tafsir dan takwil dan demikianlah perbedaanya.9

4. Keutamaan Tafsir

Tafsir adalah ilmu syariat paling agung dan paling tinggi

kedudukannya . ia merupakan ilmu yang paling mulia obyek pembahasan

dan tujuannya serta dibutuhkan. Obyek pembahasannya adalah kalamullah

yang merupakan sumber segala hikmah dan tambang segala keutamaan.

Tujuan utamanya untuk dapat berpegang pada tali yang kokoh dan

mencapai kebahagiaan hakiki. Dan kebutuhan terhadapnya sangat

mendesak karena segala kesempurnaan agamawi dan duniawi haruslah

sejalan dengan syara sedang kesejalan ini sangat bergantung pada

pengetahuan tentang kitab Allah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah

menerangkan, bahwa tujuan mempelajari tafsir adalah untuk menanggapi

maksud yang terpuji dan memetik faidah yang aggung , yaitu,

9 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir,(Semarang :


Pustaka Rizki Putra,2009), hal 158
membenarkan berita-berita yang terkandung di dalam nya. Memetik

manfaat darinya dan menerapkan hukum-hukum nya sebagaimana yang di

kehendaki oleh Allah. Dengan demikiaan, seseorang hamba akan bisa

beribadah kepada Allah atas landasan bashirah/ilmu.10

D. Kesimpulan

1. Tafsir menurut lughah (bahasa) ialah menerangkan dan menyatakan.

Kata tafsir di ambil dari kata fassara-yufassiru-tafsira yang berarti

keterangan atau uraian

2. Pada dasarnya, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan lepas

dari kandungan makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan

(menerangkan), Al-kasf (mengungkapkan), Al-izhar (menampakkan),

dan Al-ibanah (menjelaskan).

Takwil berasal dari kata aul yang bermakna kembali dan berpaling.

Dilafadkan dengan shighat takwil untuk memfaedahkan tadiyah

(supaya berarti mengembalikan ).

3. Para mufasirin berselisih pendapat dalam memberi makna tafsir dan

takwil. Abu Ubaidah berkata : Tafsir dan takwil satu makna.

Pengertian demikian dibantah oleh segolongan ulama.

Sebagian ulama berkata bahwa tafsir menerangkan makna lafad yang

tidak menerima selain dari satu arti. Takwil menetapkan makna yang

dikehendaki oleh sesuatu lafad yang dapat menerima banyak makna,

karena ada dalil-dalil yang menghendaki.

10 Kadar M. Yusuf, study Al-Quran, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 137


Tafsir adalah ilmu syariat paling agung dan paling tinggi

kedudukannya . ia merupakan ilmu yang paling mulia obyek

pembahasan dan tujuannya serta dibutuhkan. Obyek pembahasannya

adalah kalamullah yang merupakan sumber segala hikmah dan

tambang segala keutamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adz- Dzahbi. 1971. Al- Israilliyat Fi Al- Tafsir wa Al- Hadist.Kairo: Majma
Al-Buhuts Al- Islamiyyah.

Al Jurjani.1976.At-Tarifa, At-Thabaah Wa An-Nasyr Wa At- Tauzi.


Jeddah:Maktabah Al- Jumhuriyyah..

Hasbi, Ash- Shiddieqy, TM .1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran


.Jakarta:Bulan Bintang,Bandung.

Kadar M. Yusuf.2010. Study Al-Quran, Amzah. Jakarta:Amzah.

Hasbi Ash-Shiddieqy. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir,
Semarang : Pustaka Rizki Putra

Muhammad Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi Ulum Al- Quran , jus 1,(Mesir:


Isa Al- Baby Al-Halabi), 4-5.

Anda mungkin juga menyukai