Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Programmable Logic Controller (PLC)


2.1.1 Pengertian PLC
Definisi PLC menurut National Electrical Manufactures
Association (NEMA) adalah suatu alat elektonika digital yang
menggunakan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-
instruksi dari suatu fungsi tertentu seperti logika, sekuensial, pewaktu,
pencacah dan aritmatika untuk mengendalikan mesin dari suatu proses.
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat
yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang
dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan
cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian
melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang
berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (logika 0 atau 1, hidup
atau mati). Pengguna membuat program (yang umumnya dinamakan
diagram tangga atau ladder diagram) yang kemudian harus dijalankan
oleh PLC yang bersangkutan. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa
yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status
suatu ukuran atau besaran yang diamati.

2.1.2 Fungsi PLC


PLC ini dirancang untuk menggantikan satu rangkaian relay
sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini
juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki
pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini
memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat
dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan
software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh PLC, yaitu sebagai :
1. Sequence Control
a. Pengganti relay control logic.
b. Timers/counters.
c. Pengganti pengendali yang berupa papan rangkaian elektronik.
d. Pengendali mesin dan proses.
2. Kontrol Canggih
a. Operasi aritmatik ( +, -, x, : ).
b. Kontrol analog (suhu, tekanan, dan lain-lain).
c. PID (Proposional Integrator Differensiator).
d. Servo motor control.
e. Stepper motor control.
3. Kontrol Pengawasan
a. Proses monitor dan alarm.
b. Monitor dan diagnosa kesalahan .
c. Antarmuka dengan komputer (RS 232 / RCS 485).
d. Antarmuka dengan printer / ASCII.
e. Jaringan kerja otomasi pabrik.
f. Local Area Network.
g. Wide Are Network.
2.1.3 Kelebihan PLC
Sistem kontrol menggunakan PLC mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan sistem kontrol menggunakan peralatan kontrol yang
dirangkai secara listrik seperti relay atau kontaktor yaitu :
a. PLC didesain untuk bekerja dengan kehandalan yang tinggi dan
jangka waktu pemakaian yang lama pada lingkungan industri.
b. Jika sebuah aplikasi kontrol yang kompleks dan menggunakan
banyak relay, maka akan lebih murah apabila kita
menggunakan/memasang satu buah PLC sebagai alat kontrol.
c. PLC dapat dengan mudah diubah-ubah dari satu aplikasi ke
aplikasi lain dengan cara memprogram ulang sesuai yang kita
inginkan.
d. PLC dapat melakukan diagnosa dan menunjukkan kesalahan
apabila terjadi gangguan sehingga ini sangat membantu dalam
melakukan pelacakan gangguan.
e. PLC juga dapat berkomunikasi dengan PLC lain termasuk juga
dengan komputer. Sehingga kontrol dapat ditampilkan di layar
komputer, di dokumentasikan, serta gambar kontrol dapat dicetak
dengan menggunakan printer.
f. Mudah dalam melakukan pelacakan gangguan kontrol. PLC
mempunyai kemampuan menggantikan logika dan pengerjaan
sirkit kontrol relay yang merupakan instalasi langsung. Rangkaian
kontrol cukup dibuat secara software. Pengkabelan hanya
diperlukan untuk menghubungkan peralatan input dan output. Hal
ini mempermudah dalam mendesain dan memodifikasi rangkaian,
karena cukup dengan mengubah program PLC.
2.1.4 Struktur Unit PLC
Secara umum PLC terdiri dari dua komponen utama yaitu :
1. Central Processing Unit (CPU)
Unit processor atau Central Processing Unit (CPU) adalah unit
yang berisi mikroprosessor yang mengolah sinyal-sinyal input dan
melaksanakan pengontrolan, sesuai dengan program yang disimpan
di dalam memori, lalu mengkomunikasikan keputusan-keputusan
yang diambilnya sebagai sinyal-sinyal kontrol ke interface output.
Fungsi CPU adalah mengatur semua proses yang terjadi di PLC.
Ada tiga komponen utama penyusun CPU ini, yaitu processor,
memory dan power supply.
2. Sistem Antarmuka Input/Output
Pada umumnya informasi data pada PLC dinyatakan dalam
bentuk tegangan listrik antara 5-15 VDC, sedangkan sistem
tegangan di luar bervariasi antara 24-240 VDC maupun AC. Unit
I/O dimaksudkan untuk interfacing antara besaran kedua tersebut.
Adapun komponen utama PLC ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.

Gambar 2.1 Blok diagram PLC


2.1.5 I/O Modul
Modul input mempunyai beberapa fungsi di antaranya :
a. Mendeteksi ketika sinyal diterima dari sensor.
b. Mengkonversi sinyal input menjadi level tegangan yang bisa
diterima processor.
c. Mengirim sinyal ke indikator input PLC sehingga bisa
diketahui input mana yang sedang menerima sinyal.
Modul output mempunyai beberapa fungsi di antaranya :
a. Output unit pada PLC juga berfungsi sebagai interface terhadap
peralatan luar.
b. Output PLC bertindak sebagai switch terhadap power supply
untuk mengoperasikan peralatan output (misal : relay, solenoid
valve dan lain-lain).
c. Komponen yang biasa dipakai PLC sebagai bagian output unit
adalah relay untuk AC/DC, TRIAC untuk AC saja, dan
transistor atau FET untuk DC saja.
2.1.6 PLC Omron CQM1H
PLC Omron CQM1H merupakan salah satu tipe PLC yang
memiliki kecepatan yang tinggi yang dirancang untuk operasi
kontrol yang mempunyai jumlah I/O dari 0 - 16 buah alamat per
modul, dan bisa ditambah lagi sesuai kebutuhan, pada PLC Omron
CQM1H terdapat juga internal relay yaitu dari 600 - 1500. Selain
itu, plc ini memiliki kemudahan dalam penginstalan
pengembangan, dan pemasangan sistem.

Tabel 2.1 Type CPU PLC Omron CQM1H


Pada tabel 2.1 dapat kita lihat tipe cpu dari plc Omron
CQM1H, masing masing cpu memiliki kapasitas proses data
input dan output yang berbeda beda, semakin besar type cpu
maka akan semakin besar pula proses data input dan outputannya.

Tabel 2.2 Kapasitas Maximum I/O CPU CQM1H


Setiap cpu memiliki kapasitas maximum input dan output
yang berbeda, tipe cpu yang dipakai oleh penulis adalah CPU 21,
dapat dilihat pada tabel 2.2 pada tipe CPU 21 memiliki kapasitas
input dan output sebesar 256 (16word).

Kode 256 (16 word) dapat diartikan bahwa pada setiap


input dan output terdapat 16 buah terminal, dan pada setiap
terminal mempunyai kontak internal sebanyak 16 buah.
Tabel 2.3 Spesifikasi Umum PLC Omron CQM1H CPU 21
2.2 Sensor
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala gejala atau sinyal sinyal yang berasal dari
perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi
kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
Suatu peralatan yang memberitahukan kepada sistem
kontrol tentang apa yang sebenarnya terjadi dinamakan sensor atau
juga dikenal sebagai transduser. Sebagai contoh tubuh manusia
mempunyai sistem sensor luar biasa yang memberitahukan kepada
otak manusia secara terus menerus dengan gambar gambar yang
layak dan lengkap di sekitar lingkungan.
Untuk sistem kontrol pembuat harus memastikan parameter
apa yang dibutuhkan untuk dimonitor sebagai contoh : posisi
temperatur dan tekanan kemudian tentukan sensor dan rangkaian
data interface untuk melakukan perkerjaan ini. Sebagai contoh,
kita ingin mengukur aliran cairan dalam suatu pipa dengan
menggunakan flowmeter, atau kita ingin mengukur aliran secara
tidak langsung dengan melihat seberapa lama cairan mengisi suatu
tangki dengan ukuran tertentu.
kebanyakan sensor bekerja dengan mengubah beberapa
parameter fisik seperti temparatur atau posisi ke dalam sinyal
listrik. Ini sebabnya mengapa sensor juga dikenal sebagai
transduser yaitu suatu peralatan yang mengubah energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain.
2.2.1 Photo sensor
Photo sensor terdiri dari bagian transmitter (pemancar
cahaya) dan bagian receiver (penerima cahaya). Photo sensor
bekerja berdasarkan ada tidaknya cahaya (berasal dari transmitter)
yang diterima oleh bagian receiver. Ada dua jenis switching dari
sensor ini, yaitu Dark On dan Light On.
a. Dark On
Sensor akan On jika tidak ada cahaya yang diterima oleh receiver.
b. Light On
Sensor akan On jika ada cahaya yang diterima oleh receiver.
Photo sensor dapat mendeteksi segala jenis benda dengan jarak
deteksi maksimum 100 meter
2.2.2 Light barrier sensor
Pada tipe ini transmitter dan receiver terpisah dalam 2 unit,
bila obyek menghalangi cahaya dari transmitter ke receiver maka
keluaran dari sensor ini akan berubah sesuai dengan jenis
switching dari sensor tersebut.
Gambar 2.2 Light barrier sensor

2.2.3 LDR (Light Dependent Resistor)


Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR
adalah jenis Resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya
tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai
Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai
Hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap.
Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) adalah
untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah
intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik
dalam kondisi gelap.
Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan
jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, Nilai Hambatan
LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (k) pada kondisi gelap dan
menurun menjadi 500 Ohm () pada Kondisi Cahaya Terang.
LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan
Komponen Elektronika peka cahaya ini sering digunakan atau
diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada
Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti
Maling, Shutter Kamera, Alarm dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Bentuk dan Simbol LDR

Cara mengukur LDR (Light Dependent Resistor) dengan


Multimeter

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan


LDR adalah Multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (). Agar
Pengukuran LDR akurat, kita perlu membuat 2 kondisi
pencahayaan yaitu pengukuran pada saat kondisi gelap dan kondisi
terang. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah Komponen
LDR tersebut masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Mengukur LDR pada Kondisi Terang

1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm


2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada
kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)
3. Berikan cahaya terang pada LDR
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi
LDR pada kondisi terang akan berkisar sekitar 500 Ohm.

Gambar 2.4 Mengukur LDR pada kondisi terang


Mengukur LDR pada Kondisi Gelap

1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm


2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada
kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)
3. Tutup bagian permukaan LDR atau pastikan LDR tidak
mendapatkan cahaya
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi
LDR di kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 KOhm.

Gambar 2.5 Mengukur LDR pada kondisi gelap

2.3 Konveyor
Konveyor (Conveyor) merupakan suatu alat transportasi
yang umumnya dipakai dalam industri perakitan maupun proses
produksi untuk mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun
hasil produksi dari suatu bagian ke bagian yang lain. Sistem
konveyor dapat mempercepat proses transportasi material atau
produk dan membuat jalannya proses produksi menjadi lebuh
efisien, oleh karena itu sistem konveyor menjadi pilihan yang
popular dalam dunia industri khususnya pada sistem sorting.
2.3.1 Belt Conveyor
Dari banyak jenis konveyor maka dipilihlah Konveyor
Sabuk (Belt Conveyor) karena lebih mudah dibuat dan lebih hemat.
Komponen utama dari Konveyor Sabuk ini adalah : Roller, Sabuk
(Belt), Rangka, Motor DC, Roda Gigi/Pulley. Konveyor Sabuk
(Belt Conveyor) merupakan salah satu handling system yang
digunakan untuk memindahkan hulk load dan juga ada yang
dipakai untuk memindahkan unit load. Belt merupakan sabuk yang
berputar pada drum yang ditumpu oleh idler pulley atau stationary
runways. Syarat yang harus dipenuhi dari suatu belt adalah sifat
hidrokopis harus rendah (tidak mudah lembab). Belt harus kuat
menahan beban yang direncanakan, beratnya ringan, fleksibel,
masa pemakaian yang panjang.
Belt pada conveyor digunakan untuk meletakkan barang
diatasnya sehingga, lebar belt harus diperhatikan. Lebar belt ini
dipengaruhi oleh lebar dari barang yang diangkut lapisan belt juga
sangat menentukan kekuatan dari belt, semakin banyak lapisan belt
semakin kuat belt conveyor tersebut, selain itu lapisan belt ini
dapat menyerap tegangan longitudinal yang disebabkan oleh
barang yang diangkut.

Gambar 2.6 Konveyor Sabuk (Belt Conveyor)


2.4 Motor DC
Motor DC merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk,
memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor,
mengangkat bahan, dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor
listrik, kipas angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut kuda
kerja nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan
sekitar 70% beban listrik total di industri.
Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak
mempengaruhi kualitas pasokan daya.
Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur:
Tegangan dinamo meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan
kecepatan.
Arus medan menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan
Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada
umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah,
penggunaan daya rendah hingga sedang seperti peralatan mesin dan rolling
mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis
pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya untuk
penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api
pada sikatnya. Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC.
Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan dinamo ditunjukkan
dalam persamaan berikut:
Gaya elektromagnetik: E = KN
Torque: T = KIa
Dimana:
E = gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal
dinamo
= flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan
N = kecepatan dalam RPM (putaran per menit)
T = torque electromagnetik
Ia = arus dinamo
K = konstanta persamaan

Gambar 2.7 Motor DC Power Window


2.4.1 Komponen Utama Motor DC
Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan
arus langsung yang tidak langsung (direct-unidirectional). Motor
DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan
penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk
kisaran kecepatan yang luas.
Sebuah motor DC yang memiliki tiga komponen utama :
1. Kutub Medan
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub
magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC
memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang
menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC
sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub
selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara
kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar
atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet.
Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai
penyedia struktur medan.
2. Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan
menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder,
dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk
kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet
yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan
magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk.
3. Commutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC.
Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam
dinamo. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara
dinamo dan sumber daya.
2.5 Limit Switch
Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi
dengan katup yang berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja
Limit switch sama seperti saklar Push ON yaitu hanya akan
menghubung pada saat katupnya ditekan pada batas penekanan
tertentu yang telah di tentukan dan akan memutus saat katup tidak
ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis
yaitu sensor yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi
perubahan mekanik pada sensor tersebut. Penerapan dari limit
switch adalah sebagai sensor posisi suatu benda (objek) yang
bergerak.

Gambar 2.8 Simbol dan Bentuk Limit Switch


Limit switch umumnya digunakan untuk :
a. Memutuskan dan menghubungkan rangkaian menggunakan objek
atau benda lain.
b. Menghidupkan daya yang besar, dengan sarana yang kecil.
c. Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek.
Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada
tombolnya pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan rangkaian tersebut.
Limit switch memiliki 2 kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak
NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika
tombolnya tertekan.
Konstruksi dan simbol limit switch dapat dilihat seperti gambar berikut.

Gambar 2.9 Konstruksi dan Simbol Limit switch


2.6 HMI (Human Machine Interface)
Human Machine Interface (HMI) adalah sistem yang
menghubungkan antara manusia dan teknologi mesin. HMI dapat berupa
pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun melalui
visualisasi komputer yang bersifat real time. Sistem HMI biasanya bekerja
secara online dan real time dengan membaca data yang dikirimkan melalui
I/O port yang digunakan oleh sistem controller-nya. Port yang biasanya
digunakan untuk controller dan akan dibaca oleh HMI antara lain adalah
port com, port USB, port RS232 dan ada pula yang menggunakan port
serial.

Tujuan dari HMI adalah untuk meningkatkan interaksi antara


mesin dan operator melalui tampilan layar komputer dan memenuhi
kebutuhan pengguna terhadap informasi sistem. HMI dalam industri
manufacture berupa suatu tampilan Graphic User Interface (GUI) pada
suatu tampilan layar computer yang akan dihadapi oleh operator mesin
maupun pengguna yang membutuhkan data kerja mesin. Dalam HMI
terdapat berbagai macam visualisasi untuk monitoring dan data mesin
yang terhubung secara online dan real time. HMI akan memberikan suatu
gambaran kondisi mesin yang berupa peta mesin produksi dimana disitu
dapat dilihat bagian mesin mana yang sedang bekerja. Pada HMI juga
terdapat visualisasi pengendali mesin berupa tombol, slider dan
sebagainya yang dapat difungsikan untuk mengontrol atau mengendalikan
mesin sebagaimana mestinya. Selain itu dalam HMI juga ditampilkan
alarm jika terjadi kondisi bahaya dalam sistem. Sebagai tambahan, HMI
juga menampilkan data-data rangkuman kerja mesin termasuk secara
grafik.

Gambar 2.10 Hmi proface

2.7 Relay

Relay adalah suatu peranti yang bekerja berdasarkan


elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah kontaktor yang tersusun
atau sebuah saklar elektronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian
elektronik lainnya dengan memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber
energinya. Kontaktor akan tertutup (menyala) atau terbuka (mati) karena
efek induksi magnet yang dihasilkan kumparan (induktor) ketika dialiri
arus listrik. Berbeda dengan saklar, pergerakan kontaktor (on atau off)
dilakukan manual tanpa perlu arus listrik.
Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara
sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut.

Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau


membuka kontak saklar.
Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya atau energi listrik.
Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting
dalam sebuah sistem rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk
menggerakan sebuah perangkat yang memerlukan arus besar tanpa
terhubung langsung dengan perangakat pengendali yang mempunyai arus
kecil. Dengan demikian relay dapat berfungsi sebagai pengaman.

Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:

1. Common, merupakan bagian yang tersambung dengan Normally Close


(dalam keadaan normal).
2. Koil (kumparan), merupakan komponen utama relay yang digunakan
untuk menciptakan medan magnet.
3. Kontak, yang terdiri dari Normally Close dan Normally Open.

Gambar 2.11 Bagian utama relay


Cara kerja relay adalah sebagai berikut :

1. Saat Coil mendapatkan energi listrik (energized) akan menimbulkan gaya


elektromanetik
2. Gaya magnet yang ditimbulkan akan menarik plat/lengan kontak
(armature) berpegas (bersifat berlawanan), sehingga menghubungkan 2
titik contact
Selain itu, seperti saklar, relay juga dibedakan
berdasar pole dan throw yang dimilikinya. Pole adalah banyaknya kontak
yang dimiliki oleh relay. Sedangkan throw adalah banyaknya kondisi (state)
yang mungkin dimiliki kontak. Berikut ini penggolongan relay berdasar
jumlah pole dan throw atau disebut juga sebagai simbol relay.
1. SPST (Single Pole Single Throw)
Relay ini memiliki empat terminal yaitu, dua terminal kumparan atau koil
dan dua terminal saklar (A dan B) yang dapat terhubung dan terputus.

Gambar 2.12 SPST Relay


2. SPDT (Single Pole Double Pole)
Relay ini memiliki lima terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil
dan tiga terminal saklar (A,B, dan C) yang dapat terhubung dan terputus
dengan satu terminal pusat. Jika suatu saat terminal (misal A) terputus dengan
terminal pusat (C) maka terminal lain (B) terhubung dengan terminal pusat
tersebut (C), demikian juga sebaliknya.

Gambar 2.13 SPDT Relay


Beberapa keuntungan penggunaan relay dalam sistem elektronika antara
lain :

1. Menggunakan arus yang relatif kecil untuk mengendalikan peralatan


dengan arus yang besar.
2. Dengan sebuah sinyal kontrol dapat mengendalikan lebih dari satu
kontak.
3. Dapat menghidupkan atau mematikan peralatan yang sulit dijangkau.
4. Mengisolasi bahaya tegangan tinggi dari manusia, karena rangkaian
dengan tegangan tinggi dapat dikendalikan melalui tegangan rendah.

Anda mungkin juga menyukai