Anda di halaman 1dari 18

PENULISAN KARYA ILMIAH

KELANGKAAN ELPIJI TABUNG HIJAU MENGGEMPARKAN


MASYARAKAT Commented [A1]: Judulnya bagus, tapi membaca isi
kesannya cuplikan dari artikel di media yang tidak ditulis
ulang. Perhatikan prinsip ATM dalam penulisan makalah .
Silahkan diperbaiki, kalau diperbaiki tidak usah dikirim
ulang.

Disusun Oleh:

MILA HOLLI HOLLILAH

Prodi : ADMINISTRASI BISNIS

Dosen Pengampu :
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................i
I.Pendahuluan
I.I Latar Belakang................................................................................ii
I.II Rumusan Masalah..........................................................................iii
I.III Tujuan Pembahasan.........................................................................iii
II.Pembahasan
II.I Peluncuran Gas Elpiji 3kg..............................................................1
II.II Penyebab kelangkaan Gas Elpiji 3kg.............................................2
II.III Mengatasi kelangkaan Gas Elpiji 3kg............................................4
II.IV Bahan bakar pengganti Gas Elpij...................................................6
II.V Peran pemerintah mengatasi kelangkaan gas elpiji........................7
II.VI Peran pertamina mengatasi kelangkaan gas elpiji..........................8
III.Penutup

III.I Kesimpulan.......................................................................................11

III.II Solusi...............................................................................................12

III.III Daftar Pustaka.................................................................................13


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang kelangkaan
elpiji tabung hijau menggemparkan masyarakat ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak DR.JOHANNES,SE,M.Si selaku
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan metode penulisan ilmiah yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kelangkaan gas elpiji, dan juga bagaimana upaya untuk
mengatasi kelangkaan tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan
di masa depan.

Bandung, 10 September 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.I.Latar Belakang

Elpiji, pelafalan bahasa Indonesia dari akronim bahasa Inggris; LPG (liquified
petroleum gas), harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan".
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair
lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji
dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan
terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji
tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas
bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi bergantung komposisi, tekanan dan
temperatur, tetapi biasanya sekitar 250:1. Commented [A2]: Kalau ada pernyataan seperti ini
dicitasi dari mana?
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji
propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang
dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.
Salah satu kebijakan yang diluncurkan pemerintah untuk mengurangi besarnya
pengeluaran negara dalam mensubsidi bahan bakar bagi masyarakat adalah program konversi
minyak tanah bersubsidi ke LPG 3 KG, yang dimulai pada tahun 2007. Dalam perjalanannya,
kebijakan itu berjalan tersendat-sendat dengan menemui berbagai masalah baik teknis
maupun non teknis antara lain :
1. Kegagalan melakukan konversi pada tahun 2007 ditargetkan 1 (satu) juta kiloliter
memaksa pemerintah untuk melakukan banyak revisi menyangkut subsidi minyak
tanah maupun penentuan target implementasi.
2. Perilaku dan budaya masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa menggunakan kompor
minyak tanah ternyata masih sulit diubah.
3. Kebijakan konversi ternyata juga memunculkan sebagian orang yang memanfaatkan
situasi yang tidak jelas. Sebagian orang sengaja menimbun minyak tanah sehingga
barangnya semakin langka sedangkan masyarakat tidak punya pilihan selain
membelinya dengan harga tinggi.
Setelah permasalahan itu diselesaikan oleh pihak pemerintah dan pertamina .Sekarang ini
kelangkaan Pasokan LPG 3 kg yang menjadi masalah baru bagi masyarakat. Kelangkaan
LPG 3 kg terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia,dan menyebabkan harga LPG 3 kg
sangat melambung tinggi. Karena kelangkaan tersebut,para konsumen sulit untuk
mendapatkannya. Konsumen berharap agar kelangkaan tersebut tidak berlangsung begitu
lama, dikarenakan LPG 3 kg ini banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari ,bahkan dari
berbagai kalangan mulai beralih ke minyak tanah ataupun kayu ,mulai dari ibu rumah
tangga,pedagang, dan yang lainnya. Para pengecer pun sangat susah untuk mendapatkan
stok gas elpiji berukuran tiga kilogram tersebut karena kurangnya pasokan. Hal tersebut
yang memancing rasa ingin tahu kelompok kami untuk meneliti dan mencari tahu apa
penyebab dan cara penyelesaian dari masalah ini.

I.II Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang sebenarnya menyebabkan kelangkaan gas elpiji 3 kg?
2. Bagaimana cara alternatif lain untuk mencegah ledakan permintaan gas elpiji yang
berukuran 3 kg tersebut?
3. Mengapa pertamina lebih memilih meluncurkan bright gas daripada menanggulangi
kelangkaan gas yang berukuran 3 kg ini?

I.III Tujuan Pembahasan


Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab dari kelangkaan gas elpiji 3 kg.
2. Mengetahui cara untuk mencegah dan menanggulangi ledakan permintaan dari
masyarakat akan gas elpiji 3 kg.
3. Mengetahui cara kerja pemerintah untuk menanggulangi kerugian yang timbul dari
pendistribusian elpiji.
4. Masyarakat dapat mengetahui alternatif lain yang dapat digunakan selain gas elpiji.
BAB II
PEMBAHASAN

2.I. Peluncuran Gas LPG 3 KG.

PT.Pertamina setelah melucurkan produk elpiji kelas premium ukuran 12 kg. Kini
Pertamina telah membuat produk baru elpiji berukuran 3 kg untuk kalangan bawah,program
konversi minyak tanah ke elpiji secara resmi mulai dilakukan.
Penggunaan elpiji sebagai pengganti minyak tanah,selain bisa mengurangi beban pengeluaran
keluarga miskin juga bisa menekan subsidi BBM yang selama ini ditanggung APBN,selain
itu pemakaian elpiji tidak menimbulkan polusi yang berlebihan.Berdasarkan kajian ilmiah,
pemakaian 1 liter minyak tanah equivalent 0,4 kg elpiji. Sehingga jika menggunakan elpiji,
masyarakat akan menghemat Rp 1700 dibanding minyak tanah. Selanjutnya, berdasarkan uji
coba disejumlah daerah konversi minyak tanah ke elpiji bisa mendatangkan penghematan Rp
25.000 per bulan per KK.Bagi pemerintah, program konversi memang membutuhkan dana
investasi bagi pembangunan prasarana yang besar, yakni sekitar Rp 20 triliun.Namun,
penghematan yang bisa dilakukan juga tidak kecil. Jika pemakaian minyak tanah bisa diganti
seluruhnya dengan elpiji itu berarti subsidi sebesar Rp 30 triliun per tahun untuk minyak
tanah tidak diperlukan. Ini artinya IRR lebih dari 100 %.

Cepat atau lambat subsidi minyak tanah akan segera dicabut, ironis justru hingga
kini masyarakat masih banyak yang takut menggunakan kompor dan tabung gas LPG
3 kg pembagian pemerintah, yang menjadi langkah awal pemerintah dalam upaya
pengalihan minyak tanah ke gas elpiji. Tidak terasa hampir 5 tahun sudah berlalu sejak
didengungkan gagasan konversi minyak tanah (mitan) ke LPG 3 kg diawal Mei 2007 silam,
selama kurun waktu itu pula banyak kejadian-kejadian yang cukup menggemparkan
mengenai penggunaan LPG.Program konversi ini sendiri muncul seiring kian menipisnya
persediaan mitan bagi para masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah, dimana
diharapkan dengan adanya program tersebut dapat menggantikan kelangkaan mitan di
masyarakat, sekaligus menekan pengeluaran rumah tangga. Bahkan LPG dapat
meminimalisir pengeluaran biaya rumah tangga dibanding penggunaan mitan, sedikitnya
dapat mencapai 40% (empat puluh persen) hingga 50% (lima puluh persen) lebih irit. Dengan
harapan masyarakat dapat mengurangi beban biaya energi untuk kebutuhan dapur,
sebenarnya ini adalah program luar biasa.Saat ini mitan bersubsidi dengan harga rata-rata
Rp3200/liter masih menjadi pilihan utama bahan bakar masyarakat ekonomi menengah ke
bawah pada umumnya, meski LPG 3 kg konversi hanya dihargai Rp15.000 sedangkan
kedepannya mitan nonsubsidi seharga Rp 8000/liter.

Namun hal ini tidak dapat lagi dipungkiri, didesak sebuah kebutuhan dan sedikitnya
pasokan mitan ke masyarakat. Hal ini menjadikan sebuah pilihan sulit bagi masyarakat jika
diharuskan untuk memilih, mana yang bisa memenuhi kebutuhan secara terus-menerus (LPG
sebagai bahan bakar yang tersedia kapan saja) atau menimbun yang telah menjadi kebiasaan
(mitan yang peredarannya dibatasi dan makin mahal karena tidak lagi bersubsidi).
Sedangkan, kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi rasa lapar dan roda ekonomi harus terus
berputar guna mempertahankan berbagai macam usaha untuk memenuhi kebutuhan.

Akhirnya masyarakat sebagai konsumen dari sebuah proses industri mau tidak mau dengan
rasa was-was dan khawatir menggunakan LPG 3 kg sebagai pilihan utama dan mencoba
meniadakan alternatif lain sebagai hal yang tidak lagi dapat dipilih atau dimanfaatkan.
Langkah selanjutnya sebagai upaya percepatan program, pemerintah pun memberikan
kompor gas dan LPG 3 kg secara cuma-cuma kepada masyarakat dan usaha mikro dengan
jalan melakukan pendistribusian keberbagai daerah di tanah air.Tetapi dalam perjalanannya,
perencanaan tak semudah yang dibayangkan, pada tahap pelaksanaan banyak mengalami
kendala terkait sulitnya masyarakat menerima hal-hal baru secara tiba-tiba, merubah
kebiasaan lama dari penggunaan mitan menjadi kompor gas selain faktor utama tentang
keamanan penggunaan LPG.

Rasa was-was menghantui, bukan tanpa alasan hadir dalam sendi-sendi kehidupan Commented [A3]: Gunakan bahasa akademis, jangan
masyarakat. Semakin banyak berita mengenai meledaknya tabung gas LPG ukuran 3 kg mengikuti bahasa koran.
kembali mempersulit pemerintah dalam melaksanakan program konversi mitan ke gas LPG,
juga tersudutnya masyarakat untuk memahami dan menerima maksud baik dari pemerintah
tersebut. LPG sebagai bahan bakar utama yang telah memberikan sedikit pilihan terhadap
masyarakat dapat sewaktu-waktu meledak dan meluluh lantakkan isi rumah seperti layaknya
bom-bom teroris yang selama ini dirasakan oleh masyarakat.Memang semua penolakan
bukan tidak memiliki alasan, faktor keselamatan selalu menjadi hal utama dalam setiap
kegiatan, namun memberi pemahaman kepada masyarakat pra peluncuran program menjadi
jauh lebih penting, bahkan menumbuhkan keyakinan tentang keamanan pengguna kompor
gas LPG paska peluncuran program, terlebih dengan munculnya momok menakutkan
terhadap LPG 3 kg menjadi tanggung jawab bersama setiap pihak terkait guna mempercepat
program konversi mitan ke Gas LPG.

Lebih hemat dalam pengeluaran sehari-hari rumah tangga memang itu kenyataannya, hanya
saja faktor keamanan pengguna LPG menjadi permasalahan tersendiri yang harus segera
disikapi, meski dibutuhkan waktu untuk menyakinkan masyarakat yang masih merasa takut
menggunakan kompor gas LPG. Mekanisme distribusi tertutup guna mengatasi kelangkaan
gas ukuran 3 kg. Agar penggunaan subsidi gas 3 kg tepat sasaran, Pertamina bisa
menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) dan Menko Kesra untuk mengetahui data jumlah
penduduk miskin,terdiri dari kategori masyarakat sangat miskin, miskin, dan mendekati
miskin, menjelaskan yang dimaksud dengan distribusi tertutup, yakni pembatasan pembelian
gas elpiji khusus untuk kalangan bawah dengan menunjukan kartu miskin.Dengan kartu
miskin inilah konsumen berhak mendapatkan gas ukuran 3 kg.

2.2. Penyebab kelangkaan Gas LPG 3 KG Commented [A4]: Ini kesannya artikel orang yang
diambil begitu saja, tidak ditulis ulang, sehingga kesannya
ada unsur plagiasi.
Sebelumnya diberitakan terjadinya kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kg di pasaran.
Kenaikan ini menyebabkan konsumen berbondong-bondong beralih ke gas ukuran 3 kg.
Akibatnya, persediaan gas elpiji 3 kg itu menjadi langka di pasaran dan menyebabkan
kenaikan harganya.
Kelangkaan elpiji ini sangat menggelisahkan masyarakat. Mereka mengeluhkan keterbatasan
elpiji 3 kg saat ini.Kelangkaan ini pun terjadi di seluruh wilayah indonesia. Bahkan mereka
memberatkan kenaikan harga elpiji 3 kg yang melonjak jauh dari sebelumnya.Masalah
tentang kelangkaan elpiji 3 kg tersebut harus dipecahkan dengan segera agar tidak
menimbulkan masalah untuk masyarakat terutama bagi masyarakat kecil.

Karena kelangkaan tersebut,para konsumen sulit untuk mendapatkannya,ini dikarenakan


banyak kalangan menggunakan gas elpiji tersebut untuk kebutuhan sehari-hari,bahkan
berbagai kalangan mulai beralih ke minyak tanah ataupun kayu ,mulai dari ibu rumah
tangga,pedagang, dan yang lainnya.Para pengecer pun sangat susah untuk mendapatkan stok
gas elpiji berukuran 3 kg tersebut karena kurangnya pasokan. Pihak pertamina telah
menyediakan pasokan gas elpiji berukuran tiga kilogram ini agar dapat memenuhi kebutuhan
semua kalangan, tetapi nyatanya upaya tersebut belum berjalan dengan semestinya,
kelangkaan gas elpiji 3 kg terjadi karena banyaknya pengecer dalam suatu daerah, dan pihak
pertamina berupaya untuk mengatasi kelangkaan terhadap gas elpiji berukuran 3 kg ini,agar
pasokkannya tidak terbatas,serta dapat tersedia seperti biasanya.

Kekosongan elpiji saat ini dapat terjadi karena adanya disparitas harga yang cukup tinggi
antara elpiji 3 kg dengan 12 kg. Hal inilah yang memancing dilakukannya tindakan
pengoplosan (over tabung), akibatnya tabung menjadi langka.Adanya perbedaan harga yang
disebabkan oleh perbedaan HET (Harga Eceran Tertinggi) pangkalan sangat berpotensi
larinya elpiji dari suatu daerah ke daerah lain. HET tersebut ditetapkan pemerintah daerah
berdasarkan kewenangan yang diberikan dari peraturan bersama Mendagri dan Menteri
ESDM.

Penyaluran elpiji, berbeda dengan penyaluran BBM bersubsidi yang terlokalisir hanya pada
SPBU dan hanya terdapat pada titik- titik lokasi tertentu. Sementara untuk penyaluran elpiji
tabung 3 kg, hampir merata terdapat di setiap pelosok kampung dan desa atau terdapat di
setiap wilayah Rukun Tetangga (RT).Ini dilakukan oleh pengecer-pengecer rumahan/warung-
warung kecil. Bahkan pada satu RT setidaknya terdapat dua pengecer atau penyalur elpiji 3
kg. Tidak diherankan jika terjadi kelangkaan elpiji 3 kg pada suatu wilayah pasti akan
mengundang reaksi keras dari masyarakat di wilayah tersebut. Sebab, terkait dengan
kepentingan banyak rumah tangga pada wilayah yang dinyatakan mengalami kelangkaan
elpiji.

Kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (kg) di banyak wilayah menunjukkan
distribusi elpiji tidak dilakukan dengan baik dengan tata niaga yang lemah. Karena itu, perlu
langkah yang cepat dari pemerintah agar kelangkaan tersebut tidak menambah beban
masyakat bawah.

Kelangkaan elpiji ini terjadi silih berganti di berbagai wilayah ,jika pun ada harganya
melambung di tingkat pengecer. Padahal elpiji 3 kg mayoritas digunakan masyarakat
menengah ke bawah dan disubsidi pemerintah seharusnya mudah didapatkan .Saat ini
kelangkaan gas elpiji menjadi hal yang biasa. Sebelumnya elpiji 12 kg sulit ditemukan ketika
pemerintah berencana menaikan harga di awal bulan Mei. Kini kelangkaan tersebut juga
menimpa gas elpji 3 kg.

Penyebab kelangkaan, karena adanya kuota konsumsi elpiji yang jebol di berbagai daerah.
Untuk itu pemerintah dinilai sebaiknya mengevaluasi dan memonitoring secara intensif tata
niaga elpiji yang selama ini telah dilakukan. Mengingat proses distribusi selama ini sangat
rapuh dan mudah terjadi kebocoran karena sistem agenisasi yang longgar.Elpiji 3 kg sangat
dibutuhkan masyarakat bawah, sebagai konsekuensi konversi perpindahan dari minyak tanah
(kerosine). Kenaikan dan kelangkaan yang terjadi akan berimplikasi langsung terhadap
struktur pengeluaran masyarakat.

Selain digunakan konsumen rumah tangga elpiji 3 kg juga banyak digunakan para pedagang
kecil maupun usaha kecil menengah (UKM).

Sebab itu perlu usaha serius dalam menangani permasalahan kelangkaan ini, karena telah
menyangkut pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat lemah. Sepanjang kuartal pertama
kinerja pemerintah terkait distribusi elpiji sangat memprihatinkan, kondisi ini akan sangat
meresahkan jika tidak segera dilakukan antisipasi dengan cepat.

Sementara itu pengamat energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menilai
rencana distribusi tertutup LPG 3 kg, harus matang. Meski secara teori memiliki tujuan baik,
namun dampak negatif di masyarakat bisa saja terjadi ,ada potensi kelangkaan.Pengamat
energi dari Reforminer Institute mengingatkan agar pemerintah dan Pertamina lebih
memperketat pengawasan untuk menekan migrasi 12 kg ke 3 kg, agar menambah pasokan
elpiji subsidi 3 kg pascakenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menegaskan bahwa persoalan pasokan merupakan
kewenangan Pertamina, bahwa saat ini Pertamina menyuplai elpiji 3 kg lebih banyak dari
biasanya. Selama Pertamina menjaga pasokan elpiji 3 kg, tak akan terjadi kelangkaan di
masyarakat

Terkait batas waktu pemberlakuan kebijakan itu, akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
wilayah terkait. bahwa persoalan elpiji 3 kg ini bukan terjadi karena masalah stok atau
distribusi. Ini karena Pertamina melakukan pengendalian pasokan, agar sesuai dengan kuota
yang ditetapkan pemerintah.Jika pada prakteknya pengaturan ini menimbulkan gejolak di
masyarakat. Akan tetapi, langkah ini harus dilakukan agar demand sebenarnya terpenuhi dan
demand semu tereliminasi,demand elpiji 3 kg yang sebenarnya berasal dari golongan
masyarakat tidak mampu yang memang berhak atas bahan bakar subsidi tersebut.

Namun nyatanya, di lapangan muncul juga permintaan dari golongan masyarakat mampu
serta ditemukan banyaknya penyalahgunaan, seperti pengoplosan elpiji 12 kg, yang disebut
sebagai demand semu.Itulah mengapa pasokan harus dikontrol, selain memang untuk
menjaga agar kuota subsidi elpiji 3 kg tidak terlampaui.

2.3.Mengatasi kelangkaan Gas elpiji

Berdasarkan masalah terhadap kelangkaan gas elpiji 3 kg tersebut, terdapat tiga solusi
yang dapat membantu memecahkan masalah kelangkaan gas elpiji 3kg saat ini, adalah
sebagai berikut :
1.Mengurangi tingkat pemakaian. Commented [A5]: Di bagian atas masalah yang dimaksud
Salah satu solusi yang sangat berpengaruh terhadap kelangkaan gas elpiji 3 kg saat ini yakni adalah saluran distribusi, kenapa di bagian ini itu tidak
menjadi masalah lagi?
mengurangi pemakaianya dalam setiap rumah tangga, tidak menggunakannya secara
berlebihan, pakailah seperlunya saja, dan jika kita mau memasak nasi dan ataupun merebus
air sebaiknya kita tidak menggunakan kompor gas melainkan memakai kayu bakar ataupun
menggunakan magic ger untuk menanak nasi dan galon untuk air minum.

Kita boleh menggunakan kompor gas jika hanya ingin memasak masakan sederhana seperti
telur, supermie ataupun menggoreng nasi. Sehingga kita tidak selalu berpatokan pada gas
elpiji, dan akhirnya kita bisa menghemat pengeluaran kita.

2.Pemerintah harus perhatian dan ikut adil dalam pengelolaan gas elpiji.
Dalam masalah ini tentu harus adanya perhatian dari pemerintah setempat agar masalah ini
bisa terkontrol dan terpecahakan. Pemerintah jangan hanya memikirkan kepentingan
dirinya sendiri tetapi memikirkan juga nasib para rakyat terutama rakyat miskin yang
membutuhkan pertolongan. Karena selama ini pemerintah berperan dan berpartisipasi
ketika ada yang di inginkan saja seperti adanya pemilihan-pemilihan atas nama mereka.
Jadi, baik adanya pemilihan maupun tidak adanya pemilihan pemerintah harus ikut serta
dalam pengurusan pengelolaan gas elpiji 3 kg yakni dengan memperhatikan
pemakaiannya, memperhatikan banyak sedikitnya pasokan gas elpiji serta ikut adil dalam
memelihara keberadaanya.

3.Polisi harus bertindak tegas terhadap penimbunan gas yang terjadi.


Polisi harus tegas memberantas dan memberi sanksi terhadap pelaku yang berbuat jahat dan
menyimpang. Dalam kasus ini pelaku biasanya menimbun atau mengumpulkan gas elpiji 3
kg tersebut dalam suatu tempat sehingga lama-kelamaan pasokan gas elpiji
mengurang.Pelaku bermaksud agar suatu saat ketika harga gas elpiji mulai melambung
barulah ia mengeluarkanya atau memasarkan gas elpiji yang telah ia timbun di waktu yang
lalu sehingga hal ini akan membuatnya untung besar,karena harga di waktu ia membeli
lebih rendah di banding harga di masa mendatang ketika harga elpiji 3 kg meningkat. Di
sinilah peran aparat kepolisian yang harus tegas memberantasnya dan memberi sanksi
terhadap pelakunya agar tidak banyak lagi yang melakukan tindakan-tindakan kriminal
yang seperti ini serta memberikan efek jera terhadap pelaku yang telah berbuat
menyimpang. Sebagai aparat keamanan dan pelindung masyarakat sudah semestinya aparat
penegak hukum melakukan hal untuk melindungi masyarakat di sekitarnya.

Solusi alternatif mengatasi Kelangkaan LPG 3Kg .

Terkait dengan rencana penyesuaian harga LPG kemasan 12 Kg,beberapa hal ini yang dapat
dipertimbangkan oleh Pemerintah dan Pertamina agar tidak berimbas pada kelangkaan LPG 3
Kg, yaitu :

Dalam jangka pendek,setiap ada penyesuaian harga elpiji kemasan 12,harga acuan
elpiji kemasan 3 Kg pun ikut direvisi.Karena termasuk kategori Elpiji
tertentu,Pertamina bersama-sama dengan Pemerintah merumuskan harga baru elpiji 3
Kg.Pertimbangannya agar disparitas harga antara kedua produk ini tidak terlalu
jauh.Dengan perbedaan harga yang tidak terlalu jauh membuat pengguna elpiji 12 Kg
tidak tergoda untuk migrasi ke elpji kemasan 3 Kg.
Contoh kongkritnya adalah disparitas antara bensin Premium dengan Pertamax seperti
kondisi sebelum BBM bersubsidi dinaikkan,dimana pengguna mobil serta sepeda
motor lebih memilih bensin premium daripada Pertamax.Langkah inipun sebenarnya
juga dilakukan oleh Pemerintah saat ini mengingat rakyat baru saja mengalami
kenaikan BBM serta kenaikan tarif dasar listrik.Kalau langkah ini ditempuh,daya beli
rakyat miskin akan semakin terpuruk.

Pilihan kedua,produk kemasan elpiji yang terbatas membuat kondisi setiap ada
perubahan harga menimbulkan sedikit gejolak.Saat ini praktis di masyarakat hanya
tersedia tabung elpiji kemasan 3 Kg dan kemasan 12 Kg untuk produksi dari
Pertamina.Sedangkan jenis gas lainnya seperti Blue Gas tidak banyak dilirik oleh
masyarakat karena distribusi dan suplainya yang terbatas. Untuk lebih meredam
gejolak tersebut, Pertamina sebaiknya memproduksi tabung kemasan 6 Kg serta
kemasan 9 Kg dalam jumlah yang setara dengan kemasan elpiji 12 Kg. Harga elpiji 6
Kg dan 9 Kg tersebut menyesuaikan dengan harga pasar alias non subsidi.Dengan
banyaknya pilihan tabung elpiji,setiap ada perubahan harga, masyarakat bisa
menggunakan kapasitas tabung yang lebih kecil dari 12 Kg menyesuaikan dengan
kemampuan finansialnya.

Dalam jangka panjang,mempercepat pembangunan sistem jaringan pipa gas alam


yang membentang dari pulau sumatera, Jawa,Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini
jaringan pipa milik Pertamina dan PGN masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah
tertentu.Persiapan infrastruktur pipanisasi hingga menjangkau ke kawasan rumah-
rumah penduduk sehingga dapat menekan penggunaan LPG, impor bahan baku LPG
pun dapat ditekan.

Menekan inefisiensi operasional yang terjadi pada Pertamina serta mendorong


Pertamina untuk mengambil alih berbagai lokasi ladang gas yang telah berakhir masa
kontraknya.Peran Pemerintah adalah memberi ruang lebih kepada Pertamina untuk
mengelola sumber daya alam secara mandiri dengan memprioritaskan hasil gas alam
Indonesia untuk keperluan dalam negeri.Sangat disayangkan bila sumber daya alam
yang ada di depan mata dan berada di lahan sendiri tidak dimanfaatkan sebagaimana
mestinya untuk keperluan dalam negeri.

2.4.Bahan bakar alternatif pengganti Gas elpiji

Saat ini, Indonesia masih mengandalkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama.
Padahal, cadangan minyak bumi di Indonesia makin menipis. Sementara, kemampuan kilang
untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG semakin berkurang. Pada 2028,
Indonesia diperkirakan akan menjadi net importir energi.
Sebenarnya, Indonesia memiliki beragam sumber energi dalam jumlah melimpah yang bisa
dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif. Peraturan Presiden no. 5/2006 telah mengatur
bahwa pada 2025, pasokan energi terbarukan dalam bauran energi nasional harus mencapai
sekurang-kurangnya 17%.

Terkait produksi energi, di masa mendatang ada dua isu utama yaitu bahan bakar bersih dan
efisien yang lebih tinggi dalam proses konversi energi. Peranan teknologi sangat penting
dalam pengembangan bahan bakar alternatif ini. Beberapa tahun terakhir, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan berbagai kajian dalam produksi bahan
bakar alternatif.

Salah satunya adalah pengembangan Dimethylether (DME) sebagai bahan bakar pengganti
Liquefied Petroleum Gas (LPG).DME ini memiliki prospek yang cukup baik di masa akan
datang. Kita akan menyiapkan sebagai salah satu alternatif pengganti bahan bakar LPG.DME
adalah bahan bakar alternatif ramah lingkungan dapat diproduksi dari sumber bahan baku
yang beragam, mencakup gas alam, biomassa dan batubara. DME bisa dipakai sebagai bahan
bakar ramah lingkungan dan bahan baku kimia. Potensi pasar DME yang sangat besar
memungkinkan terciptanya industri dalam rantai suplainya.

Namun, DME menghadapi berbagai masalah global mencakup antara lain tingkat
keekonomian yang kompetitif dalam pasar bahan bakar, kemitraan strategis di antara industri
terkait, dan diterbitkannya standar mengenai DME. Saat ini produksi DME masih dipimpin
oleh negara-negara wilayah Asia seperti Jepang, Cina, Korea dan Iran.

BPPT telah melakukan kajian kelayakan dalam pemanfaatan DME sebagai pengganti LPG di
sektor rumah tangga dan transportasi di Indonesia. Saat ini konsumsi LPG domestik
mencapai sekitar 47,2 juta Barrel Oil Equivalent (BOE). Dalam kurun waktu 17 tahun
mendatang, konsumsi LPG diprediksi akan tumbuh dengan kecepatan rata-rata 4 persen per
tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan produksi LPG sebesar 2,6 persen per tahun.

2.5.Peran pemerintah dalam mengatasi kelangkaan Gas elpiji.

Untuk mengantisipasi kelangkaan tabung gas elpiji 3 Kg, Pemerintah akan menurunkan dua
juta tabung elpiji 3 kg. Pemerintah memprediksi kelangkaan tabungelpiji 3 kg lantaran
terjadinya migrasi penggunaan tabung gas 12 Kg menjadi 3 Kg oleh sejumlah rumah
tangga.Fenomena ini mendorong terjadinya 'Panic Buying' yang justru memicu harga elpiji 3
Kg melambung di tingkat daerah, melebihi harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.

Atas kondisi ini, pemerintah sempat menekan Dirgen Migas Dan Pertamina, bahwa tingginya
kebutuhan masyarakat akan penggunaan elpiji 3 Kg, belum sebanding dengan jatah kuota di
tingkat daerah.Dan tahun ini Pertamina akan membuat dua juta tabung elpiji 3 kg, sehingga
bisa mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 Kilogram di tingkat daerah. Persoalan mendasar dari
kelangkaan elpiji hingga muncul harga yang tinggi, karena jumlah kuota elpiji yang
diturunkan oleh Pertamina ke tingkat daerah masih kurang,pemerintah juga mendesak untuk
meminta tambahan kuota.

Hal ini, harus menjadi perhatian utama pemerintah. Pengawasan yang optimal wajib
dilakukan,jangan sampai penyaluran LPG 3 kilogram dimanfaatkan kelompok tertentu untuk
keuntungan sendiri. Metode distribusi juga harus ditata benar. Jangan sampai aturan ini,
hanya baik secara teori tapi mentah dipelaksanaan.

Sebelumnya, pemerintah bakal membuat aturan baru terkait liquefied petroleum gas (LPG) 3
kilogram (kg). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan merevisi
Permen ESDM tentang penyediaan dan distribusi LPG bersubsidi ini agar hanya disalurkan
pada kalangan tertentu saja.Sebab,volume penggunaan LPG 3 kg menunjukan peningkatan
signifikan bahkan hampir over kuota.

Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu untuk lebih memperjelas masyarakat yang berhak
menerima LPG subsidi.

Di sisi lain, pemerintah juga akan ikut mengawasi pasokan elpiji. Pemerintah memiliki fungsi
kontrol terhadap distribusi elpiji. Terkait dengan hal itu, Kementerian ESDM akan
mengawasi agen dan penyalur untuk memastikan distribusi berjalan dengan lancar.Semua
dampak negatif dari adanya disparitas tersebut bisa hilang dengan cepat. Kontrol dari
pemerintah dapat membuat masalah yang timbul di masyarakat tidak berlarut-larut. Namun,
juga berharap Pertamina sebagai perusahaan yang ditunjuk untuk memproduksi dan
mendistribusikan gas elpiji cepat bergerak

Pemerintah telah mengeluarkan Permen ESDM No 26 tahun 2009 tentang Penyediaan dan
Pendistribusian LPG. Penyaluran ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
pengguna LPG, mendukung program diversifikasi energi serta mendorong pembangunan
infrastruktur LPG dan peningkatan peran badan usaha.

Bukan hanya Permen baru, pemerintah juga akan membuat sistem teknologi untuk memantau
konsumsi LPG. Dengan sistem ini, terdata jelas masyarakat yang berhak membeli LPG
subsidi tersebut, pembicaraan pun sudah dilakukan dengan beberapa stake holder, antara lain
dengan Himpunan Wiraswastawan Nasional Migas (Hiswana Migas).

2.6.Peran Pertamina mengatasi kelangkaan Gas Elpiji


Kenaikan harga gas elpiji non subsidi 12 kg dikhawatirkan akan menyebabkan hijrahnya
konsumen ke gas elpiji subsidi 3 kg. Diduga, kelangkaan elpiji 3 kilogram selama ini di
berbagai daerah. Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), ada kekhawatiran
masyarakat atas persediaan elpiji bersubsidi. Namun, berharap masyarakat untuk tidak
panik.Jika sulit mencari di pengecer, masyarakat bisa mencari stok gas 3 kg di stasiun
pengisian bahan bakar umum Pertamina terdekat. Hanya saja, khusus di SPBU gas dijual
dengan harga eceran tertinggi.
Pertamina akan mengantisipasi kelangkaan. Pihaknya siap melakukan operasi pasar kapan
pun jika terjadi kelangkaan. Perusahaannya akan menindak tegas pihak yang melakukan
kecurangan.Selain itu, perusahaan juga sudah menyiapkan layanan pengaduan melalui call
center bebas pulsa milik Pertamina pusat ataupun Pertamina cabang, masyarakat bisa
mengubungi contact center Pertamina pada nomor telepon 500-000. Oleh karena
itu,masyarakat untuk tak segan-segan melaporkan jika mengetahui adanya indikasi
kecurangan.

PT.Pertamina terus melakukan operasi pasar dan menertibkan pangkalan elpiji nakal.Hal ini
dilakukan untuk mengatasi isu kelangkaan elpiji. Pertamina akan mengoperasi pasar di
daerah yang harganya masih tinggi.Pertamina juga akan meningkatkan pasokan di agen dan
pangkalan dengan harga resmi supaya harga di pengecer ikut turun .Selain itu juga
memastikan dan terus memonitor agar distribusi elpiji subsidi tepat sasaran dan tidak terjadi
pengoplosan.
PT Pertamina menawarkan variasi tabung gas menanggapi kelangkaan elpiji ukuran 3 dan 12
Kilogram di beberapa daerah. Variasi tabung gas itu untuk kalangan menengah.

Pertamina memperkenalkan ragam atau diversifikasi tabung gas untuk kalangan menengah.
Ada bright gas, ada pula tabung premium ease gas. Pembeliannya melalui call center dengan
harga lebih mahal.Ukuran bright gas sama dengan tabung konvensional yaitu 12 Kg.
Sedangkan ease gas dipecah menjadi dua ukuran yaitu 9 dan 14 Kg.Program konversi minyak
tanah ke tabung gas dinilai berhasil. Namun, kelangkaan tabung gas masih terjadi di beberapa
daerah.Lantaran itu, Pertamina menyiapkan program lanjutan untuk mengurangi permintaan
tabung gas konvensional program konversi energi. Program itu diharapkan dapat mengatasi
kelangkaan tabung gas di berbagai daerah.

Untuk mengatasi kelangkaan dan melambungnya harga elpiji 3 kg di sejumlah wilayah,PT


Pertamina (Persero) akan melakukan extra dropping bahan bakar subsidi tersebut.Langkah ini
akan dilakukan di daerah yang mengalami gejolak dan lonjakan harga eceran tertinggi extra
dropping diantaranya akan dilakukan di sejumlah titik .Extra dropping tidak hanya di titik
yang memanas untuk meredam gejolak. Volume gas elpiji yang dipasok ekstra tersebut,
maksimal sebanyak kuota penyaluran satu hari di wilayah bersangkutan.

Pertamina memang akan menyalurkan elpiji 3 kg sesuai kebutuhan masyarakat luas, tapi
bukan berarti setiap orang yang minta elpiji 3 kg dipenuhi. Bisa jadi yang minta itu bukan
demand yang sebenarnya. Jika di lapangan ditemukan kesulitan memperoleh elpiji 3 kg atau
penyalahgunaan, tambahan kuota elpiji 3 kg tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan alaminya. Pertumbuhan alami konsumsi elpiji 3 kg yang menentukan kuota
subsidi itu pemerintah. Pertamina hanya bertugas menyalurkan kepada yang berhak sesuai
kuota. Namun, persoalannya, tahun ini ada sejumlah daerah yang dijadwalkan
menyelesaikan tahap konversi tahun ini. Itu artinya, ada pertumbuhan pasar baru di luar
pertumbuhan alami.

Pada kesempatan tersebut, masyarakat tidak perlu panik. Bahwa ketahanan pasokan elpiji 3
kg cukup Sementara itu, kepada masyarakat golongan mampu,agar menggunakan elpiji
nonsubsidi 12 kg, sedangkan industri menggunakan elpiji 50 kg.

Terkait harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg, sejauh ini ditetapkan sesuai usulan
pemerintah daerah setempat.Sementara itu, selain mengendalikan pasokan elpiji, untuk
menjaga agar kuota elpiji 3 kg tidak melampaui kuota dan tepat sasaran, Pertamina sedang
melakukan penataan distribusi elpiji 3 kg. Dalam penataan ini dilakukan pendataan ulang
terhadap lembaga penyalur, baik agen maupun pangkalan. Pendataan juga menyangkut
kemampuan mereka dalam menyalurkan elpiji 3 kg. Polanya persis sama seperti yang akan
dilakukan di pom bensin, yaitu dengan menggunakan kartu kendali. Dengan kartu kendali
tersebut, keluarga yang dinilai berhak mendapat elpiji 3 kg akan diberikan kartu kendali.

Mereka mendapat jatah elpiji setiap bulannya. Jika alokasi bulanan tersebut habis, mereka
tidak bisa lagi membeli elpiji subsidi pada bulan tersebut.Untuk yang tidak punya kartu
tersebut, tidak bisa membeli. Data yang digunakan adalah data keluarga saat pemberian paket
perdana konversi

Untuk mengatasi terjadinya kelangkaan LPG Ditjen Migas dan PT Pertamina telah
membentuk Tim Gerak Cepat yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk saat ini, tim tersebut terdiri dari Ditjen Migas dan PT Pertamina. Namun ke depan,
pemerintah daerah juga akan dilibatkan sehingga jangkauan penanganan kelangkaannya
dapat lebih cepat dan luas.

Untuk mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg, Pertamina telah melakukan penyebaran pasokan
berbagai agen dan juga SPBU. Untuk lebih menjamin penyebaran elpiji 3 kg, maka di seluruh
SPBU akan tersedia elpiji 3 Kg .Dengan adanya langkah penyebaran tersebut, diharapkan
masyarakat bisa mendapatkan elpiji 3 kg dengan mudah. Selain itu, jika masyarakat
menemukan ada pengecer yang menjual elpiji dengan harga di atas ketentuan, Pertamina
menyarankan agar warga tidak usah membeli di pengecer tetapi membeli ke SPBU. Di
SPBU dengan harga sesuai HET yang ditetapkan. Jika harga suatu daerah mahal, Silahkan
masyarakat beli saja di SPBU , kondisi kelangkaan elpiji 3 kg seperti yang terjadi saat ini
lebih disebabkan karena adanya aksi spekulan. Oleh sebab itu, aksi spekulan tersebut harus
dilawan dengan cara perluasan jaringan distribusi dengan memanfaatkan SPBU.

Dengan mendistribusikannya melalui SPBU, tidak ada lagi kelangkaan dan masyarakat bisa
memperoleh elpiji bersubsidi tersebut.Akibat kelangkaan ini sejumlah daerah sudah
mengajukan tambahan kuota. Hanya, tambahan stok itu amat bergantung pada stok yang
dimiliki Pertamina.Pemerintah dan Pertamina sedang menyiapkan tambahan pasokan gas
elpiji.Sebelumnya, PT Pertamina sudah menambah pasokan elpiji subsidi ini.
Langkah tersebut dapat mengatasi kelangkaan gas elpiji di berbagai daerah di Indonesia,
peran Pertamina dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji ini sangat tepat dan sigap dalam
mengatasi permasalahan ini, Pertamina banyak melakukan upaya-upaya dalam permasalahan
ini,selain itu juga Pertamina bertanggung jawab atas persoalan tersebut,peran pemerintah juga
berguna untuk mengatasi permasalahan ini.Kerja sama antara pihak Pertamina dan
pemerintah dapat memecahkan permasalahnan kelangkaan gas elpiji tersebut,karena
pemerintah dan pertamina saling berhubungan dalam mensubsidikan gas elpiji 3 kg .
Kelangkaan gas elpiji 3 kg ini,merupakan permasalahan yang harus cepat diatasi baik oleh
pertamina maupun pemerintah. Oleh sebab itu,pertamina dan pemerintah mempunyai
perannya masing-masing dalam mengatasi kelangkaaan gas elpiji 3 kg ini.Banyak cara yang
dilakukan oleh pihak pertamina dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji tersebut,selain
menyediakan stok di SPBU di seluruh wilayah Indonesia,Pertamina juga melakukan
pengecekan terhadap semua pasokan gas elpiji dalam mengecerkan kepada para pengecer,hal
ini disebabkan karena banyaknya pengecer yang berlaku tidak semestinya dalam
mempasokkan gas elpiji.
Langkah-langkah tersebut dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji tidak hanya itu,Pertamina
haruslah bersikap interaktif agar gas elpiji bersubsidi ini tidak mengalami kelangkaan,dan
juga dalam mendistribusikan gas elpiji tersebut dapat berjalan dengan lancar,efektif,dan tepat.
Jadi peran pertamina harus lebih besar terhadap jalannya gas elpiji bersubsidi ini, untuk itu
pertamina harus dapat memastikan dalam mendistribusikan gas elpiji bersubsidi
tersebut,sesuai dengan apa yang telah ditetapkan,dan dapat meminimalisir oknum-oknum
yang berbuat curang serta dapat mengatasi segala kekurangan dan permasalahan dalam
kegiatan pemasokkan gas elpiji tersebut.
Peran pertamina dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji ini,sangat besar dalam persoalan
kelangkaan gas elpiji bersubsidi ini, pertamina juga banyak melakukan upaya-upaya untuk
mengatasi kelangkaan gas elpiji bersubsidi tersebut,pertamina tidah hanya lepas tangan dalam
kelangkaan gas elpiji 3 kg yang banyak terjadi di wilayah Indonesia.Pertamina juga
memaksimalkan usahanya dalam mengatasi kelangkaan gas elpiji ini untuk dapat
melancarkan distribusi gas elpiji bersubsidi terhadap masyarakat menengah ke bawah.
BAB III
PENUTUP

III.I KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari masalah ini adalah keperhatian maupun kepedulian antar masyarakat
maupun pemerintah harus berjalan dengan baik, mereka harus bersatu atau bersama-sama
dalam mengelola dan peduli terhadap setiap masalah yang datang. Jangan hanya menuduh
dan melempar batu sembunyi tangan dalam setiap masalah apapun namun pecahkan lah
setiap masalah secara bersama-sama dan dengan memperhatikan juga tata tertib dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam negara ini,agar masalah kelangkaan gas elpiji 3 kg
ini tidak terjadi pada masa yang akan datang,dan juga pihak pertamina dapat melakukan
upaya dalam mengatasi kelangkaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Commented [A6]: Perhatikan cara mencitasi di halaman
blog yang sesuai . Ini semuanya salah.

http://esdm.go.id/...migas/258-didampingi-menteri-esdm-wapres-luncurkan-konv...

https://jgiacehlangsa.wordpress.com/.../tabung-lpg-3-kg-program-bomb...

https://geoenergi.co.id

http://nfkaafi.blogdetik.com/2014/12/.../kelangkaan-lpg-3kgapa-penyebabnya

http://www.technology-indonesia.com/component/content/article/1-bahan-bakar/443-

http://dme-bahan-bakar-alternatif-pengganti-lpg

http://bahanbakar-gas.blogspot.com/.../pertamina-sarankan-masyarakat-beli.ht...

www.neraca.co.id/article/.../dpr-minta-pemerintah-atasi-kelangkaan-elpij

Anda mungkin juga menyukai