PENDAHULUAN
I.1 UMUM
raya diantaranya adalah menyelenggarakan terwujudnya lalu lintas yang aman, cepat
dan nyaman. Oleh karena itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap
segi keamanan dan kenyamanan dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti
tingkat kekesatan aspal, percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin
sehingga roda kendaraan tidak mudah tergelincir dan dapat mengurangi kecelakaan
lalu lintas ketika musim hujan, mengurangi suara kendaraan sehingga dapat
menurunkan tingkat polusi udara (Danang Pasc Karyono 2010). Proses pencampuran
beraspal merupakan bagian perkerasan lentur yang terletak di bagian atas atau diatas
lapis pondasi. Karena letaknya di bagian atas, maka campuran beraspal harus tahan
terhadap pengausan akibat beban roda kendaraan dan pengaruh lingkungan (panas
matahari dan air hujan). Di samping itu, campuran beraspal dituntut untuk memiliki
kekuatan yang baik sehingga dapat mengeliminasi tegangan vertikal yang terjadi pada
pondasi sampai ke tanah dasar, sehingga tegangan yang terjadi tidak menimbulkan
deformasi berlebih.
Salah satu tipe campuran beraspal adalah campuran aspal porus. Aspal porus adalah
campuran aspal generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air
meresap kedalam lapisan atas (wearing course) secara vertical dan horizontal.
Kapasitas drainase aspal porus tergantung dari persentase dan jenis rongga di
dalam aspal porus. Persentase rongga menerus yang besar sangat efektif untuk
menyerap dan mengalirkan air hujan dengan cepat ke saluran samping. (Alfriady
2011)
mendapatkan ruang pori yang tinggi. Dengan adanya ruang pori yang tinggi
diharapkan dapat meresapkan air. Jenis perkerasan aspal porus merupakan teknik
pelapisan jalan yang sangat inovatif, karena mudah meloloskan air masuk kedalam
perkerasan secara vertikal dan horizontal melalui pori-pori udara kapiler. Bukti bahwa
aspal porus ini sangat baik yaitu untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan
raya pada kondisi cuaca sangat buruk (hujan deras dan licin), mengurangi
Aquaplaning dan mempunyai skid resistance yang baik sehingga pada saat kecepatan
tinggi, roda tidak mudah slip. Selain itu juga mengurangi kebisingan dan kesilauan
aspal porus diharapkan dapat berfungsi sebagai drainase, anti slip, anti aquaplaning
dan peredam kebisingan yang hanya dapat diperoleh melalu penggunaan gradasi
seragam. Selain itu gradasi seragam memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi
aspal yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis perkerasan aspal konvensional.
material yang baik dan untuk meningkatkan nilai karakteristik campuran aspal,
aspal penetrasi 60/70 pada umunya, salah satu bahan yang dapat digunakan yaitu
bahan pengikat Crumb Rubber. Pemakaian crumb rubber sebagai bahan modifikasi
bitumen, selain ditujukan untuk mengurangi jumlah limbah ban yang terbuang ke
lingkungan, pemakaian kembali limbah ban tentu saja dapat menekan biaya dalam
kelebihan yaitu memiliki viskositas yang baik dan mempunyai permukaan yang lebih
elastis. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh civitas akademis dari Clemson
University Amerika Serikat, pemakaian crumb rubber asphalt pada perkerasan jalan
raya telah terbukti dapat megurangi reflective cracking pada overlay, mengurangi
campuran aspal porus menggunakan Crumb Rubber sebagai bahan tambahan, dan
apa pengaruh yang terjadi terhadap campuran aspal porus, apabila aspal
konvensional pen 60/70 dan aspal pen 60/70 menggunakan bahan tambahan
Crumb Rubber.
campuran aspal porus menggunakan aspal konvensiona pen 60/70 dan aspal
yang baik, dan dapat memberikan tambahan wacana dan referensi di bidang
pembahasan tidak meluas ruang lingkupnya sehingga tujuan dari penulisan dapat
Adapun ruang lingkup penulisan yang dijadikan sebagai batasan dalam penulisan
adalah :
modifikasi crumb rubber, dengan menggunakan Agregat yang berasal dari sungai
Wampu-Binjai.
2. Bahan tambahan yang digunakan adalah limbah ban bekas Crumb Rubber.
3. Gradasi agregat yang digunakan untuk perencanaan campuran aspal porus adalah
dalam Campuran (VIM), Cantabro Loss, dan Asphalt Flow Down pada campuran
aspal porus.
(AAPA) 2004 dan Spesifikasi Umum 2010. Salah satu cara untuk
sebesar 335 kg dicapai pada kadar aspal 6,0%. Kadar Aspal Optimum
(KAO) untuk Cantabro loss 35% diset untuk mendapatkan kadar aspal
nilai 0,18%.
60/70 menghasilkan nilai kadar aspal optimum sebesar 5,1%, akan tetapi
oleh AAPA.
1.7.2 Djumari, dan Djoko Sarwono (2009). Perencanaan Gradasi Aspal Porus
Penelitian ini membahas tentang mutu campuran aspal porus yang sangat
nilai porositas 30,30%, nilai stabilitas 453,83 kg, nilai flow 2,67% mm,
parameter yaitu: nilai Cantabro Loss (CL), Asphlat Flow Down ( AFD)
dan Voids in mix (VIM). Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi
terbuka dengan kadar aspal 4,5%; 5,5%; 6,0% dan 6,5% sebelum
KAO diperoleh, dibuat benda uji pada KAO dan variasi 0,5 dari nilai
1.7.4 Diana, I Wayan. dkk. (2000). Sifat-sifat Teknik Dan Permeabilitas Pada
porus yang diperoleh dari metode Australia dan Jepang tidak terdapat
perbedaan yang berarti. Tetapi dari metode Marshall KAO tidak dapat
1.7.5 Ary Setyawan, dan sanusi. Observasi Properties Porus Berbagai Gradasi
stabilitas dari yang tertinggi sampai yang terendah secara berurutan yaitu
pada gradasi jepang 427,79 kg; gradasi BVR 261,22kg; pada gradasi
Indonesia 255,4 kg. Hasil Cantabro loss dari yang tertinggi sampai yang
1.7.7 Katnam, Herda Yati. dkk. (2005). Performance Of Wet Mix Rubberised
penelitian ini adalah kadar rubber pada campuran aspal porus memang
film aspal.
1.7.8 Ir. M. Affan.AS. Perilaku Aspal Porus Di Uji Dengan Alat Marshall Dan
Dengan alat Marshall dan Wheel Tracking Machine, pada penelitian ini
campur kedalam agregat adalah 3%, 3.5%, 4%, 4,5%, 5%, 5,5,% dan 6%
dengan wheel tracking machine, dan tiga benda uji untuk pengujian
dan vim 22,80% pada OBC 4.75%. nilai indek permeabilitas rata-rata
penulisan Tugas Akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
BAB I PENDAHULUAN
penelitian.
Merupakan kajian dari berbagai literatur serta hasil studi yang relevan
dengan pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal mengenai pengaruh
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini,
lokasi penelitian.
diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya dan saran mengenai hasil