Anda di halaman 1dari 13

Ruptur Pada Tungkai Bawah Dextra

Kelompok : F6
Oleh:
Claudia Zendha (102011273)
Wayan Eri (102012025)
Fransiska Oktaviani Moeslichang (102012103)
Felisia Pangestu (102012214)
William Limadhy (102012241)
Eunice P. I (102012344)
Natalia Sukarta (102012391)
Anggiriani (102012453)

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telepon: (021)5694-2061


Universitas Kristen Krida Wacana
Fakultas Kedokteran
Jakarta Barat
2014

1
Pendahuluan
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang lentur tapi kuat yang menghubungkan otot
ke tulang. Otot rangka dalam tubuh Anda bertanggung jawab untuk menggerakkan sendi,
sehingga memungkinkan Anda untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam
banyak cara. Ketika otot ini kontraksi, tulang tertarik yang menyebabkan gerakan tersebut.
Tendon Achilles tendon terkuat dan paling tebal di dalam tubuh manusia dan
melayani beberapa fungsi utama dalam tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang
dan mulai dekat bagian tengah betis. Fungsi dasar tendon ini adalah untuk menghubungkan
otot soleus dan gastrocnemius dengan tulang calcaneus untuk memperbolehkan gerakan
fleksi plantar di sekitar sendi pergelangan kaki. Hal ini memainkan peran penting dalam
biomekanik dari ekstremitas bawah. kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon
yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat,
dsb, dapat menahan kekuatan besar, khususnya selama latihan olahraga dan lebih khusus lagi
gerakan yang melibatkan gerakan berputarRobek (rupture), pecah atau terputusnya tendon.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah berdasarkan beberapa aspek.

Anamnesis:
Langkah dasar yang harus kita lakukan adalah anamnesis, dari anamnesis dapat kita
ketahui langkah berikut yang akan dilakukan, yaitu:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat Pemakaian Obat dan Terapi
Dalam menentukan penatalaksanan, sangat penting untuk mempertimbangkan sifat dari
ruptur, waktu hingga diagnosis, apakah cedera ini primer atau berulang, usia dan kesehatan
pasien, dan apakah cedera terjadi pada populasi tingkat tinggi, rekreasional atau non-atletik.1

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Di dalam scenario didapatkan hasil pemerikasaan fisik pada region calcaneus terdapat
Gap Sign (+) dan adanya rasa nyeri tekan(+). Hasil pemeriksaan tersebut dapat di cari dengan
mengunakan 3 cara yaitu dengan beberapa test berikut:

2
a) Thompson test
Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas.
Apabila tendo achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo Achilles.
Namun apabila terjadi ruptur, maka tidak ada pergerakan.
b) Obriens Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal
daricalcaneus masukkan jarum berukuran 25.
Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi
pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum tidak bergerak,
menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur.
Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar
c) Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif.
Apabila tendo utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila tendo
mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.
Pada pemeriksaan fisik, celah yang dapat diraba pada tendon dan tes Thompson yang
yang positif adalah tanda klinis pertama dari ruptur tendo Achilles akut. Karena formasi
hemotoma, tanda-tanda tidak selalu dapat terlihat namun biasanya dapat teraba. Kekuatan
plantar fleksi biasanya berkurang atau hilang sepenuhnya pada ruptur akut, yang biasanya
menghasilkan gagalnya heel rise dan lemahnya heel rolling pada waktu berjalan.
Pada pemeriksaan fisik daerah akan tampak bengkak dan ecchymotic, yang dapat
menghambat kemampuan pemeriksa untuk mendeteksi cacat teraba. Pasien akan mampu
melakukan tumit kenaikan gaji tunggal. Untuk mendeteksi keberadaan ruptur lengkap tes
Thompson dapat dilakukan. Penting untuk dicatat bahwa plantar fleksi aktif masih dapat
hadir dalam ruptur komplit karena otot-otot fleksor sekunder kaki. Telah dilaporkan bahwa
sampai 25 % dari pasien mungkin awalnya akan terjawab di gawat darurat karena adanya
plantar fleksi aktif dan bengkak selama tendon Achilles, yang membuat palpasi cacat lebih
sulit.2
Serta pemeriksaan fungsional untuk menentukkan rasa nyeri atau tidaknya pada
ekstemitas bawah terutama tungkai bawah sesuai scenario.

3
Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan beberapa metode yaitu dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
a) Foto Rontgen
Foto rontgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya Calcaneous spur. Pada
penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua
kali dari normal.
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk membedakan pecah
tidak lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan
antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat seragam untuk menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui
tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio yang mengetuk
beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton kembali mereka
memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh
komputer dalam 3D untuk membuat gambar yang tajam penampang silang dari area
of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan
lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga timur untuk teknisi untuk
menemukan air mata dan cedera lainnya.
c) Radiografi
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung
menangis Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik
cedera. Hal inisangat tidak efektif dalam mengidentifikasi cedera pada jaringan
lunak. Gambar sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang
berbeda dari padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang padat (otot
misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan danditangkap di film. Sinar-X
umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara
jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar belakang. Radiografi memiliki
peran kecil dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna
untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah tulang kalkanealis
Walaupun ruptur tendo Achilles dapat didiagnosis secara klinis, evaluasi dengan
ultrasonografi dan MRI dapat memberikan diagnosis yang pasti dan dapat membantu dalam
pemilihan penatalaksanaan.

4
Hasil ultrasonografi ruptur tendo Achilles menunjukkan berbagai variasi. Fiber soleus
yang terganggu atau teretraksi biasanya terdeteksi pada atlit tingkat tinggi, dan penting dalam
pemilihan penatalaksanaan dan terutama untuk managemen bedah.
MRI akan memberikan visualisasi terbaik. Otot soleus harus diuji dengan
pemeriksaan sagital dan axial. Dan diferensiasi daerah ruptur dan ujung tendon memberikan
penentuan diastasis ujung tendon dan jarak ke insersi kalkaneus.

Diagnosis Banding
Seorang dokter terutama dokter spesialis bedah akan mengajukan pertanyaan tentang
bagaimana dan kapan cedra terjadi dan apakah pasiensebelumnya cedera tendo atau gejala
serupa juga dialami. Dokter bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki, perasaan cacat
pada tendon yang menunjukkan air mata.
Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki
terluka dan pergelangan kaki. Jika tendon Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan
yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami
kesulitan naik pada jari kaki.
Pada kasus tesebut didapatkan diagnosis banding yaitu sebagai berikut;
a) Peritendinitis biasanya hasil dari trauma tumpul atau kelelahan otot akut. Ada
gangguan sirkulasi yang jelas dan pembentukan edema. Krepitus, tanda diagnostik
besar pada cedera akut, dikarenakan pergerakan tendon didalam peritendon, yang
sekarang mengandung eksudat yang kaya fibrin.3
b) Tendo calcaneal bursitis yaitu bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang
untuk membatasi gesekan. Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo
calcaneal bursitis adalah peradangan pada bursa di belakang tulang tumit. Bursa ini
biasanya membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit
meluncur turun naik.
c) Tendosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya
yang mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Pada umumnya, penyakit ini
disebabkan oleh infeksi, infeksi karena luka gigitan binatang (hemophilus
spesies,dsb), penyebaran melalui darah (mycobacterium tuberkulosa, niseria
gonorrhea).

5
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada sekenario tersebut adalah Ruptur pada Tendon Achilles, karena
pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lebih mengarah kepada rupture yang
disebabkan laki-laki tersebut tidak dapat berdiri dan pergerakannya lemah sehingga dicuriga
adalah rupture.
Gejala Ruptur tendon Achilles
Gejala-gejala parsial serta benar-benar pecah tendon Achilles adalah sama. Satu-
satunya perbedaan adalah bahwa keparahan gejala relatif kurang dalam hal sebagian air mata.
Gejala mulai muncul segera setelah salah satu mendapat cedera. Di antara mereka, gejala
yang paling sering diamati adalah sebagai berikut:
Dengan posterior pergelangan kaki / tumit nyeri akut dan dapat memberikan sejarah
"merasa seperti seseorang menendang saya dari belakang
Gertakan suara atau suara muncul dirasakan segera setelah cedera.
Rasa sakit ini sering disertai dengan banyak pembengkakan di daerah dan sebagai
hasilnya, ia cenderung menjadi kaku.
Saat area tersebut disentuh, seseorang dapat merasakan kesenjangan atau depresi di
wilayah tepat di atas tulang tumit.
Berdiri menjadi tugas sangat nyeri
Memar juga dapat terjadi karena cedera.

Patofisiologi
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah
dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi
nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan
melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada pasien.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tonsil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini
yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen
rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendon.

6
Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas
beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan
beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1
sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen
terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan
pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau
akibat tendinitis Achilles. Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah.
Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat
kontraksi. Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan
otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan
sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan
kerobekan.
Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot
kaki belakang yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles.
Achilles tendon robek lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan
tendon. Jika kaki yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis
kontrak otot, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari
tendon sementara otot betis berkontraksi.

Epidemiologi
Ruptur dari tendon Achilles adalah cedera serius dan salah satu dari lesi tendon yang
sering ditemukan, terjadi pada 18 dari 100,000 orang, umumnya pada laki-laki usia 30 sampai
50 tahun1 dan re-reruptur terjadi pada sekitiar 2-8% pasien.4 Pasien seringkali memiliki
riwayat nyeri tiba-tiba pada kaki yang terpengaruh dan laporan bahwa penderita mengira
telah terkena sebuah barang atau ditendang pada bagian posterior pada bagian distal kaki.
Sebelumnya, distribusi usia bimodal telah dilaporkan tapi sebuah studi tahun 2006
oleh Suchak et AL melaporkan kejadian rata-rata 8,3 ruptur per 100.000 orang dengan
kejadian puncak dalam 30 - untuk kelompok usia 49 tahun.2

Penatalaksanaan
Klasifikasi cedera ruptur tendo Achilles dapat digunakan untuk pemilihan
penatalaksanaan terhadap cedera tersebut dengan meminimalisir resiko yang ada
menggunakan tabel di bawah ini. Untuk ruptur parsial penatalaksanaan nonoperatif lebi

7
dianjurkan. Sedangkan untuk ruptur komplit hingga defek mencapai 3 cm dapat dilakukan
anastomosis atau penggabungan ujung ke ujung. Pada defek yang lebih dari 3 cm hingga
mencapai 6 cm, dapat dilakukan tendon graft flap, kemungkinan graft sintesis, V-Y
advancement, Bossworth turndown, transfer tendon atau kombinasi. Untuk defek yang
melebihi 6 cm, dapat dilakikan resesi gastrocnemius, turndown, transfer tendon, graft sintesis
atau kombinasi.

Tabel 1. Penatalaksanaan ruptur tendo achilles berdasarkan klasifikasi cedera.2

Terapi medis untuk pasien dengan ruptur tendon Achilles terdiri dari istirahat, kontrol nyeri,
serial casting, dan rehabilitasi untuk memaksimalkan fungsi.
Pengobatan untuk ruptur tendon Achilles bertujuan untuk mempermudah ujung robek
penyembuhan tendon kembali bersama lagi. Pengobatan mungkin non - bedah ( konservatif )
atau bedah. Faktor-faktor seperti lokasi dan luasnya ruptur, waktu sejak ruptur terjadi dan
preferensi spesialis dan pasien akan dipertimbangkan saat memutuskan pengobatan akan
dilakukan. Beberapa kasus ruptur yang belum merespon dengan baik terhadap pengobatan
non - bedah mungkin memerlukan pembedahan pada tahap berikutnya:
1. Stabilisasi(awal)
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dengan baik untuk
membantu elevasi mengendalikan pembengkakan.
2. Nonoperative
Tulang pergelangan kaki: indikasi treatment harus individual kepada pasien Selama
10 minggu berikutnya, pergelangan kaki secara bertahap dibawa ke posisi
plantigrade dengan perubahan cor kira-kira setiap 2 minggu. Berat tubuh

8
diperbolehkan setelah 6 minggu. Setelah casting, angkat tumit biasanya dipakai
selama beberapa bulan.
3. Operative
Perbaikan langsung; indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)
Rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
4. Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif,
gerakan kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada
tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:
Rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran
ketatnya tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan
peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan
nyeri.
Kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan
ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari" (menempatkan jari-
jari kaki beberapa inci sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah).
Melakukan peregangan untuk mendapatkan kekuatan fungsional juga penting
karena meningkatkan penyembuhan pada tendon, yang pada gilirannya akan
menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens
dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi
dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan
populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada
permukaan yang tinggi.
Kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan
peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga pasien
nyaman. Ini adalah menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu
pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki, yang merupakan yang dapat
menyebabkan masalah dengan Achilles.
5. Operasi
o Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus
disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan
dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.

9
o Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya
menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.
a) Operasi Terbuka:
Sayatan memanjang kurang dari 5 cm dibuat atas aspek posterior dari kaki yang
terkena hanya proksimal ke ruptur. Sayatan ditempatkan sedikit medial. Lemak
subkutan dipisahkan dan peritendineum dibuka. Kemudian ditempatkan jahitan tipe
Bunell pada ujung proksimal tendon Achilles. Dengan mandarin berongga jahitan
yang terowongan ke aspek lateral tulang kalkanealis dan dipandu melalui 5 mm
menusuk sayatan. Sebuah lubang yang dibor melalui tulang kalkanealis 1 cm distal
penyisipan tendon (keluar melalui 5 mm menusuk sayatan medial). PDS di dipandu
dalam lubang. Sekarang mandarin yang digunakan untuk memandu jahitan kembali
ke situs proksimal tendon. Setelah kaki ditempatkan dalam fleksi plantar jahitan
terikat. Setelah penutupan luka gips diterapkan dengan kaki masih dalam fleksi
plantar. Setelah satu minggu perban tape diterapkan untuk jangka waktu total 6
minggu. Dalam dua minggu pertama perban tape didukung oleh kenaikan 2 cm
tumit. 2 minggu setelah kenaikan tumit dikurangi menjadi 1 cm. Dua minggu
terakhir kenaikan tumit dihapus (tape perban akan diperpanjang setiap kali kenaikan
tumit berubah ). bantalan berat penuh diperbolehkan selama 6 minggu tape perban,
tidak mengizinkan kegiatan olahraga atau berjalan tangga berjinjit. Kruk disarankan
pada minggu pertama pengecoran, setelah itu untuk pemeliharaan keseimbangan,
tetapi hanya jika diperlukan.5
b) Operasi perkutan
Melalui luka tusuk, jahitan yang melewati ujung distal dan proksimal, yang
diperkirakan sementara pergelangan kaki ditahan di equinus maksimal. Jahitan
kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul bedah, dan mendorong
subkutan. 6 luka-luka kecil dibersihkan dan dibalut dengan perban steril dan kering.
Setelah itu, pasien ditempatkan di gips kaki pendek, nonweight-bearing selama 4
minggu, diikuti oleh 4 minggu dalam gips bertumit rendah yang dapat menahan
beban.6,7

10
Gambar 1. Visualisasi operasi perkutan.4

Penggunaan pengobatan non-bedah dibandingkan bedah untuk ruptur tendon achilles


terus diperdebatkan. Banyak studi penelitian telah dilakukan untuk efektivitas setiap
pengobatan. Pembedahan telah di masa lalu menjadi bentuk yang paling disukai pengobatan
untuk Ruptur tendon Achilles dan yang paling umum digunakan dalam kasus-kasus ruptur
lengkap. Penelitian terbaru, bagaimanapun, menunjukkan bahwa pengobatan bedah tidak
selalu menghasilkan hasil yang lebih efektif daripada pengobatan non - bedah.6,7
Dalam studi yang sama, telah ditemukan bahwa operasi perkutan telah dihubungkan
dengan resiko yang lebih rendah terhadap komplikasi dibandingkan dengan bedah terbuka.
Namun teknik tersebut, ahli bedah tidak dapat memvisualisasikan ujung tendon yang
mengalami ruptur dan mencapai ketegangan tendon yang benar. Dan studi imaging telah
menunjukkan 100% dari tendo Achilles yang diperbaiki dengan teknik perkutan telah
menunjukkan gap residual pada MRI 4 minggu setelah operasi.1
Modalitas baru yang lebih tidak invasif untuk perbaikan tendon Achilles dapat
memberikan visualisasi langsung kedua ujung dan telah dilaporkan hasil klinis yang
memuaskan. Namun studi klinis yang lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasikan teknik-
teknik ini.
Protokol post operasi untuk pergerakan awal adalah 2 minggu menggunakan belat
equinus untuk penyembuhan luka. Lalu pasien akan menggunakan brace yang dapat
memperbolehkan dorsofleksi ke posisi netral selama 2 minggu setelahnya. Pada 4 minggu
setelah operasi, penumpuan berat dapat dilakukan dengan boot pada posisi netral. Berjalan
normal mulai pada 6 minggu.4

11
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang
biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.
Regenerasi yang buruk, yang dapat diperkirakan pada beberapa kasus dimana agen
inhibitor fibroblas seperti kortison digunakan atau penyakit katabolisme umum lainnya dapat
mempengaruhi penyembuhan tendon. Masalah biasanya muncul pada saat kontrol klinis, dan
dapat diatasi dengan memberikan terapi panas lembab 2 kali sehari selama 2 atau 5 minggu.
Re-ruptur, biasa terjadi pada penatalaksanaan non operatif. Masalah biologis yang
menjadi dasar reruptur adalah perbedaan modulus elastisitas antara tendon dan regenerasinya.
Tendon Achilles yang normal sebagian besar terdiri atas kolagen tipe I, namun tendon
Achilles yang telah mengalami ruptur juga mengandung kolagen tipe III. Telah ditunjukkan
bahwa fibroblas dari tendon Achilles yang mengalami ruptur menghasilkan kolagen tipe I dan
III. Karena kolagen tipe III tidak dapat bertahan terhadap gaya tarik seperti kolagen tipe I,
keberadaanya dapat menambah kecenderungan tendon terhadap ruptur spontan. Abnormalitas
genetik [ada produksi kolagen dapat ikut berpengaruh pada ruptur spontan tendo Achilles.4

Prognosis ruptur tendo achilles


Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil
kemungkinannyauntuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru bisa
dilakukan kembalisetelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah 4 sampai 6
minggu setelah cedera terjadi.

Kesimpulan
Ruptur tendo Achilles umumnya terjadi pada dewasa hingga paruh baya yang
biasanya melakukan olahraga rekreasional. Sehingga, apabila terjadi kontraksi dan tekanan
yang berlebihan dapat membuat Robek, pecah atau terputusnya tendon, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan jahitan bahkan di operasi. Antara perawatan operasi, studi
menunjukkan tingkat komplikasi yang rendah dengan pendekatan terbuka, minimal invasif,
dan perkutan. Penatalaksanaan juga perlu diikuti dengan kontrol klinis terutama untuk
perawatan postoperasi.

12
Daftar Pustaka
1. Greenberg, M. Greenberg's text-atlas of emergency medicine. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins; 2005. hal 536
2. Weatherall, JM. Mroczek, J. Tejwani, N. Acute Achilles tendon ruptures. Orthopedics
Oct 2010; 33 (10): 758-64
3. Reynolds, NL. Worrell, TW. Chronic achilless peritendinitis: etiology,
pathophysiology and treatment. JOSPT April 1991; 13: 171-6.
4. Nunley, JA. The Achilles tendon: treatment and rehabilitation. New York: Springer
Science+Business Media; 2008. Hal 41-50.
5. Metz, R. Kerkhoffs, GMMJ. Verleisdonk, EJMM. Van der Heijden, GJ. Acute
Achilles thndon rupture: minimally invasive surgery versus non operative treatment
with immediate full weight bearing. Design of a randomized controlled trial. BMC
Musculoskeletal Disorders 2007, 8:10.
6. Rouzier, P. Achilles tendon injury. Clinical Reference Systems. McKesson Health
Solutions LLC. MI: Thompson Gale; 2006.
7. Jacobs, BA. Achilles tendon rupture. Medscape Reference: Drugs, Diseases and
Procedures. Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/85024

13

Anda mungkin juga menyukai