Anda di halaman 1dari 7

STUDI TENTANG PENANGANAN KORBAN BULLYING PADA SISWA SMP SE-

KECAMATAN TRAWAS
A STUDY ABOUT BULLYING VICTIM HANDLING TO THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN
TRAWAS

Wahyu Januarko
Prodi BK, FIP, UNESA, jaeck_farel@yahoo.com
Denok Setiawati., M.Pd., Kons
Staf Pengajar BK-FIP UNESA, destiharianto@gmail.com

ABSTRAK

Melihat fakta munculnya korban bullying yang terjadi dapat diketahui bahwa yang melatar belakangi
siswa menjadi korban bullying bermacam-macam. Memberikan dampak negatif bagi diri sendiri. Untuk itu
sangat diperlukan penanganan bagi siswa korban bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penanganan yang dilakukan terhadap siswa korban bullying yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Tingkat
Pertama Negeri 1 Trawas, Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 2 Trawas dan Sekolah Menengah Tingkat
Pertama Penanggungan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, untuk menggambarkan fakta-fakta secara
akurat dan sistematis yang terjadi pada saat penelitian metode pengumpulan data yang dipakai adalah
wawancara,observasi dan dokumentasi. Sedangkan uji kredibilitas data menggunakan triangulasi untuk analisis
data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil yang dapat dari pengolahan
data menunjukkan bahwa penanganan terhadap siswa korban bullying dengan menggunakan prosedur konseling.
Adapun prosedurnya adalah identifikasi, diagnosis, prognosis, treatment dan tindak lanjut. Maka dari itu
kreatifitas konselor dalam penanganan siswa korban bullying perlu untuk dikembangkan agar perilaku siswa
korban bullying bisa direduksi.

Kata kunci : Penanganan, Korban Bullying.

ABSTRACT

Related to the fact, the appearing bullying victim which happened can be known that there are many
factors which make the students become a bullying victim. It gives a negative effect to themselves. For that
reason there was needed a handling for bullying victims. The researchs purpose is to know the handling
which was done to the bullying victim that was done in Junior High School 1 Trawas, Junior High School 2
Trawas, and Junior High School Penanggungan.
This research was known as descriptive qualitative, to see the facts which happen during the research
accurately and sistematically. The data collection technique which was used are observation, interview, and
documentation. Mean while, credibility data test used triangulation. For data analysis use data reduction, data
presentation, and conclusion. The results which where gotten from data collection showed that a handling to
the students bullying victim by using counseling procedure. The procedures where identification, diagnosis,
prognosis, treatment, and follow up action. So, the counselor creativity in handling the students bullying victim
need to be developed, in order that the students bullying victim habit can be reducted.

Keywords: Handling, Bullying Victim.

Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, mandiri, dan


PENDAHULUAN bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan tujuan
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan pendidikan nasional, dalam pasal 3 UU Sisdiknas No.
formal yang mempunyai tanggung jawab dalam 20 tahun 2003 sebagai berikut: Pendidikan nasional
membentuk peserta didik mencapai perkembangan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
optimal. Sekolah bertanggung jawab dalam membentuk agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
siswa agar menjadi pribadi yang bertaqwa kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

383
Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 02 Tahun 2013, 383 - 389

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang dan mereka merasa tidak berdaya karena tidak dapat
demokratis serta bertanggung jawab. melakukan perlawanan.
Pada kenyataan di sekolah masih banyak siswa yang Dampak lain yang dialami oleh korban bullying adalah
kurang mencapai perkembangan yang optimal. Salah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi
satu fenomena yang menyita perhatian di dunia kesejahteraan psikologis yang rendah (low
pendidikan zaman sekarang adalah kekerasan (bullying) psychological well-being) dimana korban akan merasa
di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga,
siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa
Maraknya aksi tawuran dan kekerasan (bullying) yang takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri
dilakukan oleh siswa di sekolah yang semakin banyak dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena
menghiasi deretan berita di halaman media cetak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
maupun elektronik menjadi bukti telah tercerabutnya belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari pada
nilai-nilai kemanusiaan. Tentunya kasus-kasus harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan
kekerasan tersebut tidak saja mencoreng citra hukuman.
pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak Di Indonesia, penelitian tentang fenomena bullying
kalangan sebagai sebuah tempat di mana proses masih baru. Hasil studi oleh ahli intervensi bullying,
humanisasi berlangsung, tetapi juga menimbulkan Huenck (dalam Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008)
sebuah pertanyaan, bahkan gugatan dari berbagai pihak mengungkap bahwa 10-60% siswa di Indonesia
yang semakin kritis mempertanyakan esensi melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan,
pendididkan di sekolah dewasa ini. pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, setidaknya
Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari sekali dalam seminggu.
dinamika sekolah. Umumnya orang lebih mengenalnya Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa
dengan istilah-istilah seperti penggencetan, pemalakan, Amini pada 2008 tentang kekerasan bullying di tiga kota
pengucilan, intimidasi dan lain-lain. Istilah bullying besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan
sendiri memiliki makna lebih luas, mencakup berbagai Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar
bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk 67,9 di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
menyakiti orang lain sehingga korban merasa tertekan, 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
trauma dan tak berdaya. Kekerasan yang dilakukan semasa siswa tercatat sebesar
Praktik bullying bisa terjadi diberbagai tingkat sekolah 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat
baik SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Kita SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis
pasti tidak kaget jika mendengar cerita tentang: Cipong berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan
(kelas 1 SD) yang pernah dikurung di toilet sekolah oleh verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik
kawannya, Angga (kelas 3 SD) yang selalu dijauhi oleh (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota
kawan-kawannya jika dia mau jajan di kantin sekolah, besar, yaitu Yogyakarta : 77,5% (mengakui ada
atau Chanchan (kelas 5 SD) yang baru ngeh pas mau kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan);
ganti baju di kamar, bahwa bagian belakang bajunya Surabaya : 59,8% (ada kekerasan); Jakarta : 61,1% (ada
ada yang menempelkan kertas bertuliskan Nenek kekerasan) (Wiyani, 2012:15).
Lampir, atau yang paling parah seperti yang dialami Demikian juga dengan ketiga sekolah yang dijadikan
Billy (kelas 3 SMP) dia digosipkan sudah pernah ML sebagai subyek penelitian se-Kecamatan Trawas yaitu
sama pacarnya (Priyatna, 2010:02). SMP Negeri 1 Trawas, SMP Negeri 2 Trawas dan SMP
Coloroso (2003:12) mendefinisikan Bullying adalah Penanggungan, berdasarkan studi pendahuluan yang
tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih telah dilakukan melalui observasi. Diperoleh hasil
kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Bullying dapat bahwa peristiwa bullying terjadi secara menahun, tiap
ditujukan dalam beragam bentuk. Di sekolah, lebih tahunnya kasus korban bullying bertambah. Dari SMP
dikenal dengan istilah digertak, digencet, dan lain- Negeri 1 Trawas tercatat 48,1% siswa senior (kakak
lain. Para ahli menyatakan bahwa school bullying kelas) melakukan kekerasan fisik kepada siswa junior
mungkin merupakan bentuk agresifitas antar siswa yang (adik kelas), untuk kekerasan psikologi berupa
memiliki dampak paling negative bagi korbannya. Hal pengucilan dan ejekan tercatat lebih rendah yaitu
ini disebabkan adanya ketidak seimbangan kekuasaan 31,9%. Di SMP Negeri 2 Trawas tecatat 50,4% siswa
dimana pelaku berasal dari kalangan siswa atau siswi senior (kakak kelas) melakukan kekerasan fisik kepada
yang lebih merasa senior melakukan tindakan tertentu siswa junior (adik kelas), untuk kekerasan psikologi
kepada korban, yaitu siswa atau siswi yang lebih junior berupa pengucilan dan ejekan tercatat hampir sama rata
yaitu 49,3%. Sedangkan di SMP Penanggungan tercatat

384
Studi Tentang Penanganan Korban Bullying

lebih tinggi yaitu 61% siswa senior (kakak kelas) kualitatif. Karena penelitian deskriptif kualitatif untuk
melakukan kekerasan fisik kepada siswa junior (adik menggambarkan fakta-fakta atau keadaan secara akurat
kelas), untuk kekerasan psikologi berupa pengucilan dan sebenarnya yang terjadi pada saat penelitian ini
dan ejekan tercatat 54,3%. Siswa korban bullying dilaksanakan. Karena pengertian penelitian deskriptif
tersebut kebanyakan mengalami ketakutan, trauma, dan adalah suatu metode penelitian yang akan ditujukan
malas untuk berangkat ke sekolah. Dengan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
pertimbangan bahwa di sekolah tersebut terdapat siswa yang berlangsung pada saat ini dan saat lampau.
korban bullying, maka dilakukan penelitian yang Penelitian deskriptif tidak mengadakan manipulasi atau
berjudul Studi tentang penanganan siswa korban pengubahan-pengubahan pada variabel bebas, tetapi
bullying di SMP se-Kecamatan Trawas. menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Fokus penelitian ini adalah, Jenis-jenis perlakuan Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
bullying apa yang diterima korban bullying dan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan,
bagaimana prosedur penanganan siswa korban bullying, informan, teman dan guru penelitian. Atau dapat
tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini untuk menggunakan istilah subyek penelitian. Dalam
mengetahui apa yang dilakukan sekolah terhadap siswa penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
korban bullying dan untuk mengetahui pendekatan yang yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
digunakan dan alasan memilih pendekatan penanganan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang
siswa korban bullying tersebut. dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,
Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk peneliti berupa atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
pengalaman praktis dan wawasan dalam bidang ilmiah. memudahkan peneliti men jelajahi obyek/situasi sosial
Hasil penelitian ini juga dapat membantu konselor yang diteliti.
sekolah dalam menangani kasus korban bullying yang Teknik purposive sampling digunakan karena penentuan
dilakukan oleh para siswa dan dapat mengetahui dimana subyek dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan
terjadinya korban bullying bahkan dapat meminimalisir bahwa narasumber yang bersangkutan masih terlibat
terjadinya korban bullying. langsung dengan pelaksanaan program bimbingan dan
Manfaat lainnya yang dapat diambil oleh pihak sekolah konseling di sekolah dan karena subyek-subyek yang
adalah pihak sekolah dapat memfasilitasi beragam digunakan sudah mencukupi untuk pemerolehan data.
kegiatan bimbingan dan konseling dan pihak sekolah Dalam menentukan sumber penelitian ini dilakukan
juga memberi kebijakan untuk membangun sarana dan secara purposive karena didasarkan pada pertimbangan-
prasarana yang lebih memadai kepada unit bimbingan pertimbangan khusus baik pada pemilihan lokasi dan
dan konseling guna peningkatan layanan bimbingan dan subyek penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di
konseling di sekolah yang lebih baik. Kecamatan Trawas Mojokerto, ditiga sekolah yaitu SMP
Menurut Rigby dan Muis (2009:51) korban bullying Negeri 1 Trawas, SMP Negeri 2 Trawas dan SMP
adalah sasaran penindasan atau yang lebih dikenal Penanggungan.
dengan istilah victims. Sedangkan Coloroso (2003:12) Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
mendifinisikan korban bullying adalah pihak yang digunakan ada tiga teknik yaitu teknik observasi,
diintimidasi oleh pihak yang lebih kuat baik secara wawancara, dan dokumentasi.
verbal, fisik maupun relasional. Analisis data merupakan lanjutan dari kegiatan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan pengumpulan data yang sudah dilakukan. Ada dua cara
siswa korban bullying adalah pelajar atau peserta didik analisa data yang digunakan yaitu analisa data statistik
yang diintimidasi oleh siswa yang lebih kuat baik secara dan analisa data non statistik. Analisa data statistik
verbal, fisik maupun relasional. adalah analisa data yang menggunakan angka-angka atau
perhitungan. Analisa data non statistik sering disebut
METODE analisa data kualitatif. Sesuai dengan data yang telah
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian diperoleh melalui instrumen pengumpul data dalam
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang penelitian ini, maka dalam penelitian ini digunakan dua
menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari metode analisa data non-statistik, metode analisa data
dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang statistik dengan menggunakan konsep interaktif Miles
fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. dan Huberman digunakan untuk menganalisis hasil
(Moleong,2012:05). observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk
Berdasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian yang menganalisis data hasil wawancara digunakan metode
ingin dicapai dalam penelitian ini, maka rancangan analisis data statistik yang dipresentasekan. Dalam
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif penelitian ini distribusi frekuensi dilengkapi dengan

385
Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 02 Tahun 2013, 383 - 389

presentase dari frekuensi tiap kelas yang ada. Ini dapat serta anak yang melakukan hal-hal untuk
dilakukan dengan jalan membagi frekuensi yang ada dan menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain),
dikalikan 100%, maka akan ditemukan presentase tiap anak yang tidak mau berkelahi (lebih (suka
kelas distribusi tersebut. menyelesaikan konflik tanpa kekerasan), anak yang
Teknik pemeriksaan keabsahan data diperlukan dalam pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau
penelitian kualitatif untuk mempertanggungjawabkan tidak mau menarik perhatian orang lain, penggugup,
hasil penelitian. Dalam penelitian ini, salah satu teknik peka), anak yang ras atau etnisnya dipandang inferior
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah oleh penindas sehingga layak dihina, anak yang
triangulasi. triangulasi diartikan sebagai teknik memiliki ciri fisik yang berbeda dengan mayoritas anak
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari lainnya, anak yang cerdas, berbakat, atau memiliki
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang kelebihan (dijadikan sasaran karena unggul dengan kata
telah ada. Jadi ada dua jenis triangulasi yang digunakan lain berbeda), dan anak dengan ketidakcakapan mental
yaitu triangulasi sumber data dan teknik pengumpulan dan atau fisik (anak-anak seperti itu biasanya dua atau
data. tiga kalinya lebih sering ditindas dari pada anak-anak
Metode analisis data dalam penelitian kualitatif lain karena mereka memiliki ketidakcakapan yang nyata
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di sehingga menyediakan dalih buat sang penindas.
lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data Mereka tidak cukup terintegrasi dengan teman sekelas
dilakukan secara berkelanjutan dan meliputi tiga alur sehingga hanya memiliki sangat sedikit teman yang bisa
antara lain data reduction (Reduksi Data), data display membantu. Selain itu mereka kurang memiliki
(Penyajian Data) dan drawing/verifying (Penarikan keterampilan verbal dan fisik untuk mempertahankan
Kesimpulan). diri secara memadai dari segala macam kekerasan.
Seorang anak yag memiliki gangguan-hiperaktif-defisit
HASIL DAN PEMBAHASAN mungkin bertindak sebelum berfikir, tidak
Pembahasan Hasil Penelitian mempertimbangkan konsekuensi atas perilakunya, dan
Permasalahan korban bullying yang muncul yang disengaja atau tidak, mengganggu sang menindas).
dialami oleh siswa selama penelitian dilatar belakangi Jenis-jenis korban bullying pun bermacam-macam di
oleh banyak factor. Salah satunya adalah factor takut setiap sekolahnya. Sekolah A jenis-jenis perlakuan
kepada pelaku bullying. Dan Olweus kemudian bullying yang diterima korban bullying adalah : Siswa
mendefinisikan dua subtype bullying, yaitu perilaku korban bullying di suruh membeli makanan pada saat
secara langsung (Direct bullying), misalnya jam mata pelajaran berlangsung, siswa korban bullying
penyerangan secara fisik dan perilaku secara tidak merasa lemah dan takut untuk menolak apa yang
langsung (Indirect Bullying), misalnya pengucilan diperintahkan oleh si pelaku bullying, siswa korban
secara sosial. Sedangkan Menurut Wiyani (2012:20) bullying sering mendapatkan pukulan dari pelaku
Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child bullying apabila tidak mau menuruti perintahnya, dan
abuse) yang dilakukan oleh teman sebaya kepada siswa korban bullying merasa sering diolok-olok oleh
seseorang (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah teman-temannya dengan memanggil sebutan orang tua.
untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Sedangkan sekolah B jenis-jenis perlakuan bullying
Sehingga pelaku bullying senang untuk melalukan bully yang diterima korban bullying adalah: Siswa korban
kepada teman-temannya untuk mendapatkan kepuasan bullying sering dipalak (korban pemalakan) yang
atau keuntungan dari mereka. Sedangkan korban dilakukan oleh pelaku bullying meminta uang dengan
bullying disini Menurut Rigby dan Muis (2009:51) cara memaksa ke siswa korban bullying tersebut, siswa
korban bullying adalah sasaran penindasan atau yang korban bullying tersebut sering mendapatkan kekerasan
lebih dikenal dengan istilah victims. Sedangkan fisik dari pelaku bullying apabila tidak mengasih uang,
Coloroso (2003:12) mendifinisikan korban bullying dan siswa korban bullying sering diolok-olok dengan
adalah pihak yang diintimidasi oleh pihak yang lebih perkataan jelek. Untuk sekolah C Jenis-jenis perlakuan
kuat baik secara verbal, fisik maupun relasional. bullying yang diterima korban bullying adalah : Siswa
Ketika seorang penindas merasa kebutuhan untuk korban bullying mengalami perlakuan bullying dalam
menjatuhkan seseorang agar dirinya merasa hebat (alat hal penghinaan agama, hal ini dikarenakan siswa
untuk menegaskan status superior yang sudah tersebut minoritas dalam sekolah tersebut beragama lain
didapatkannya), dia tidak perlu susah payah dari teman-temannya. Dan mengalami pengucilan.
menemukan dalih guna menindas seseorang. Para target Sehingga korban bullying tersebut enggan untuk
itu bisa orang-orang seperti : Anak penurut (anak yang berangkat ke sekolah. Dari jenis-jenis permasalahan
merasa cemas, kurang percaya diri, dan mudah dipimpin korban bullying tersebut maka diperlukan penanganan

386
Studi Tentang Penanganan Korban Bullying

agar tidak mengganggu mental dan prestasi akademik dari adanya laporan dari korban bullying, kemudian
siswa di sekolah, agar siswa dapat lebih berkonsentrasi laporan dari teman, laporan dari orang tua korban
tanpa dihantui rasa takut. bullying, dan guru BK sering menemukan secara
Tindakan sekolah terhadap siswa korban bullying yang langsung kasus-kasus korban bullying tersebut, setelah
dilakukan oleh sekolah A, sekolah B dan sekolah C itu memanggil pelaku bullying dan korban bullying
dalam mengangani siswa korban bullying adalah dengan untuk dilakukan konseling individu secara terpisah atau
langsung menyerahkannya kepada guru BK masing- bergantian bila memang diperlukan maka dibuatlah
masing untuk menindaklanjuti siswa korban bullying surat pernyataan bagi pelaku bullying bahwa tidak akan
tersebut. Untuk sekolah A dengan melakukan konseling mengulangi perbuatan bullying lagi karena tindakaan itu
individu dengan teknik pendekatan pada siswa korban dapat mengganggu temannya, saat korban bullying
bullying untuk mengatasi masalahnya. Untuk sekolah B masih merasa takut dilaksanakan home visit ke rumah
sama dengan sekolah A yaitu dengan melakukan siswa korban bullying untuk member dorongan dan
konseling individu kemudian memberikan motivasi bantuan agar dia tidak takut lagi apabila upaya
kepada korban, memberikan sanksi kepada pelaku penanganan korban bullying tidak berhasil akan
bullying dan memberikan pembinaan mental kepada mengajak pihak-pihak terkait seperti kepolisian atau
korban bullying dan pelaku bullying, sedangkan untuk perangkat desa setempat. Sekolah C dengan menggali
sekolah C melakukan pembinaan terhadap siswa secara informasi (assesmen), serta laporan dari korban bullying
intern dan ekstern. Data tersebut diperoleh berdasarkan juga didapat ketika menyebarkan AUM (Alat Ungkap
kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan dalam Masalah) pada kelas yang dirasa sering adanya laporan
penelitian yang telah dilakukan. dari guru wali kelas kemudian memanggil pelaku
Untuk pengentasan masalah sendiri merupakan cara bullying dan memanggil korban bullying untuk
untuk menyelesaikan masalah siswa sampai tuntas. dilakukan konseling individu, bila kurang memuaskan
Terkait penanganan masalah pada siswa korban bullying maka dilakukan mediasi sengan cara mempertemukan
didapatkan bahwa tidak hanya guru BK saja yang kedua belah pihak yang saling bersangkutan, kemudian
memberikan cara penyelesaian masalah, tidak luput juga membuatan surat pernyataan bagi pelaku bullying,
dari kerjasama wali kelas dan orang tua murid. Seperti apabila upaya penanganan korban bullying tidak
yang diungkapkan oleh Hikmawati (2010:21) secara berhasil akan mengajak pihak-pihak terkait seperti
operasional pelaksanaan utama layanan bimbingan dan psikolog dan psikiater).
konseling sekolah dibawahi tanggung jawab kepala Pola penanganan siswa di sekolah A, sekolah B dan
sekolah dan seluruh staff. Penyelenggaraannya sekolah C tidak ada yang memiliki kesamaan dalam
melibatkan personel sekolah lainnya agar lebih berperan pola penanganan yang digunakan dalam menangani
sesuai dengan batas-batas kewenangan dan tanggung siswa korban bullying. Semuanya berbeda sesuai
jawab. Personel mencakup : kepala sekolah, wakil dengan pola penanganan yang dimiliki sekolah masing-
kepala sekolah, coordinator bimbingan dan konseling, masing. Untuk sekolah A pola penanganan yang
guru pembimbing, guru wali kelas, dan staf digunakan dalam menangani siswa korban bullying
administrasi. adalah dengan menggunakan pendekatan bimbingan dan
Penanganan siswa korban bullying yang dilaksanakan di konseling dengan cara memanggil pelaku bullying dan
sekolah A, sekolah B, dan sekolah C. Ketiganya setelah itu memanggil korban bullying kemudian
memiliki perbedaan dan persamaan dalam menangani dilakukan tekhnik konseling individu secara bergiliran
siswa yang membolos sekolah A dengan adanya laporan hingga permasalahannya dapat teratasi, pola
dari teman atau korban bullying kemudian dengan penanganan ini dirasa paling efektif untuk sekolah A
menyebarkan AUM (Alat Ungkap Masalah), setelah itu karena dengan melakukan konseling individu kemudian
memanggil pelaku bullying untuk mengklarifikasi memanggil kedua belah pihak maka permasalahan akan
kebenarannya dengan melalukan konseling individu, cepat terselesaikan. Untuk sekolah B pada pola
lalu memanggil korban bullying untuk mengklarifikasi penanganan yang digunakan dalam menangani siswa
dan mencari kebenaran agar permasalahan dapat korban bullying adalah dengan cara pembinaan mental
diselesaikan dengan melakukan konselin individu juga, spiritual untuk mencegah terjadi bullying di sekolah
setelah itu pembuatan surat pernyataan bagi pelaku pola penanganan ini dirasa efektif untuk sekolah B
bullying bahwa tidak akan mengulangi perbuatan karena selain untuk siswa yang pelaku bullying dan
bullying lagi, apabila diperlukan akan dilaksanakan korban bullying pola penanganan ini juga memberikan
home visit ke rumah siswa yang mengalami korban dampak positif untuk siswa-siswa lain. Dan untuk
bullying dikarenakan takut untuk berangkat ke sekolah. Sekolah C pola penanganan yang digunakan dalam
Sedangkan sekolah B sama seperti sekolah A awalnya menangani siswa korban bullying dengan cara melihat

387
Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 02 Tahun 2013, 383 - 389

dulu tingkat permasalahannya dan siapa saja siswa yang memiliki beberapa saran untuk sekolah-sekolah yang
bermasalah khususnya siswa korban bullying pola dijadikan tempat penelitian. Beberapa saran tersebut
penanganan ini dirasa efektif untuk sekolah C karena diantaranya adalah:
langsung tertuju pada permasalahan yang dialami siswa 1. Bagi guru BK sekolah
yaitu korban bullying, sehingga permasalahan siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dapat cepat ditangani dan cepat terselesaikan. membuat guru BK mengetahui pentingnya
Efek penanganan yang ditimbulkan dari penanganan penanganan terhadap siswa korban bullying untuk
yang diberikan kepada siswa korban bullying itu bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang
berangam tetapi semua menuju pada efek yang positif ditimbulkan dari perbuatan bullying di sekolah
karena sekolah A, sekolah B dan sekolah C merasa yang akan mengganggu dan berdampak dalam
puas. Untuk sekolah A Siswa korban bullying merasa kehidupan korban bullying. Adapun secara rinci
puas setelah pelaku bullying diberi efek jera oleh guru saran yang peneliti rekomendasikan kepada guru
BK, dan siswa korban bullying diberi asertif oleh guru BK sekolah sebagai berikut:
BK untuk lebih berani membela diri dengan cara a. Guru BK perlu melakukan koordinasi yang
menolak apa yang diperintah oleh pelaku bullying. lebih intensif dengan pihak-pihak yang bisa
Untuk sekolah B Siswa korban bullying merasa puas membantu menyelesaikan penanganan yang
setelah sudah tidak dipalak lagi karena pelaku bullying diberikan kepada siswa korban bullying agar
diberi kesadaran untuk tidak memalak lagi. Terbukti penanganan yang diberikan bisa lebih efektif.
memberikan efek yang positif untuk siswa korban b. Guru BK perlu untuk meningkatkan
bullying. Dan untuk sekolah C Siswa korban bullying kompetensi yang dimiliki dari masing-masing
merasa puas setelah pelaku bullying dan siswa korban personil BK agar dalam pemberian layanan
bullying dipanggil untuk di mediasi. Itu tandanya bisa berjalan dengan efektif.
pemberian layanan tetap bisa berjalan dan diselesaikan c. Guru BK perlu untuk mengembangkan
dengan baik. kreatifitas dalam membuat program
penanganan siswa korban bullying agar
PENUTUP penanganan bisa lebih efektif dan efisien.
Simpulan 2. Bagi peneliti lain
Penanganan siswa korban bullying ditujukan untuk Penelitian ini memaparkan mengenai penanganan
mengentaskan permasalahan yang ada pada siswa yang dilakukan kepada siswa korban bullying.
korban bullying. Cara penyelesaian masalah yang ada di Beberapa cara yang ditemukan peneliti pada
sekolah A, sekolah B, sekolah C kabupaten Mojokerto penelitian ini diharapkan dapat memberikan
ini menunjukkan adanya kesamaan dalam referensi bagi peneliti lain untuk menemukan cara
mengentaskan permasalahan korban bullying yang penyelesaian masalah yang paling tepat untuk
dialami oleh siswa. Secara keseluruhan terkait dengan penanganan siswa korban bullying yang lebih
penanganan siswa korban bullying di Sekolah efektif lagi.
Menengah Pertama di kecamatan Trawas kabupaten
Mojokerto adalah sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Tindakan yang diambil oleh sekolah dalam Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu
penanganan siswa korban bullying diserahkan Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
kepada pihak Bimbingan dan Konseling untuk
dilakukan tindak lanjut. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
2. Penanganan siswa korban bullying dilakukan Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
dengan menggunakan pendekatan bimbingan dan
Coloroso, Barbara. 2003. Stop Bullying : Memutuskan
konseling. Rantai KekerasanAnak Dari Pra Sekolah
Setiap sekolah sudah memiliki petunjuk pelaksanaan Hingga SMU. Santi Indra Astuti, Penerjemah.
dalam penanganan siswa korban bullying, semuanya Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.
berpedoman pada kebijakan yang berlaku di sekolah
masing-masing. Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Saran Muis, Tamsil. 2009. Pemalakan Pada Remaja Ditinjau
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para guru BK Dari Perbedaan Jenis Kelamin, Karakteristik
dan khususnya bagi sekolah yang dijadikan tempat Lingkungan, dan Jenjang Pendidikan.
untuk penelitian. Dari hasil penelitian ini, peneliti

388
Studi Tentang Penanganan Korban Bullying

Disertasi. Program Pasca Sarjana, Universitas


Negeri Malang.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung : Remaja Rosdakarya.

Priyatna, Andi. 2010. Lets End Bullying Memahami,


Mencegah dan Mengatasi Bullying. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.

Rahmawati, Tika. 2006. Perilaku Pemalakan Pada


Siswa SMP Negeri Di Kota Kediri. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Surabaya : UNESA.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan & Konseling.


Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.


Bandung : Alfabeta.

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save Our Children From


School Bullying. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.

Yuniawati, Ika Hayun. 2007. Penggunaan Teknik


Empthy Chair Dalam Konseling Kelompok
Gestalt Untuk Meningkatkan Perilaku Asertif
Siswa Korban Bullying. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surabaya : UNESA.

389

Anda mungkin juga menyukai