Anda di halaman 1dari 35

MODUL PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN PROGRAM PWS KIA/KB


DI WILAYAH KERJA
(Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak)

Mata Kuliah :
Asuhan Kebidanan V (Komunitas)

Oleh :
Vira Pratiwi, SST

AKADEMI KEBIDANAN PALU


YAYASAN PENDIDIKAN CENDRAWASIH
TAHUN AJARAN 2014/2015

1
HALAMAN PENGESAHAN

Identitas Mata Kuliah


Institusi : Akademi Kebidanan Palu Yayasan Pendidikan Cendrawasih
Nama Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan V Komunitas
Kode Mata Kuliah : BD.305
Beban/Jumlah SKS : 3 SKS (T:1, P:2)
Pelaksanaan : Semester IV

Palu, Mei 2015


Mengetahui,

Ketua Yayasan Pendidikan Cendrawasih Direktur Akademi Kebidanan Palu

dr.Abdullah S Ammarie,Sp.PD.,FINASIM Nur Winarti,A.Md.Keb.,SKM.,MM

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Modul Mengelola Program KIA/KB Di
Wilayah Kerja PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak) sebagai panduan pembelajaran
mata kuliah Askeb V Komunitas telah dapat diselesaikan. Modul ini diberlakukan pada mahasiswa semester IV Kelas
II C Tahun Akademik 2014/2015 di institusi Akademi Kebidanan Palu Yayasan Pendidikan Cendrawasih, Sulawesi
Tengah.

Dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan anak di Indonesia, sistem pencatatan dan pelaporan
merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu hamil, bayi baru
lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejauh mana keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat
perencanaan di tahun-tahun berikutnya.
Sistem pencatatan dan pelaporan dimulai dengan mencatat seluruh ibu hamil, bayi baru lahir, bayi dan
Balita yang ada di suatu desa. Secara berjenjang, hasil pencatatan tersebut dilaporkan oleh Bidan di Desa ke
Puskesmas, Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota, Dinkes Kabupaten/Kota ke Dinkes Propinsi dan Dinkes Propinsi
ke Depkes. Pada tingkat Puskesmas dan Kabupaten, analisis yang dilakukan adalah menilai hasil cakupan kunjungan
ibu hamil, persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan nifas, penanganan komplikasi obstetrik dan neonatal,
cakupan pelayanan KB, kunjungan neonatal, kunjungan bayi dan kunjungan balita. Termasuk dalam analisis tersebut
adalah menentukan prioritas masalah dan penyelesaiannya. Hasil dari keseluruhan proses tersebut disampaikan pada
sektor - sektor terkait untuk tindak lanjut sesuai dengan tingkat pelayanan di desa, kecamatan dan kabupaten/kota.
Kami berharap modul ini dapat membantu mahasiswa untuk memenuhi indikator pembelajaran dengan
melaksanakan dan membuat laporan pemantauan kesehatan ibu dan anak di puskesmas setempat.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segenap Civitas Akademi Kebidanan Palu
teristimewa kepada Pengurus Yayasan Pendidikan Cendrawasih yang telah memberikan dukungan moril serta pihak-
pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan modul pembelajaran ini.

Kami menyadari bahwa isi modul ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
membangun sangatlah diharapkan demi penyusunan dan revisi modul ini di masa yang akan datang.

Palu, April 2015

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 6
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 6
B. PENGERTIAN ............................................................................................................ 6
C. TUJUAN.................................................................................................................... 7
BAB II PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA ................................................................................ 9
A. PELAYANAN ANTENATAL ........................................................................................... 9
B. PERTOLONGAN PERSALINAN ...................................................................................... 10
C. PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS ........................................................................... 10
D. PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS .......................................................................... 11
E. DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO, KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN NEONATUS OLEH
TENAGA KESEHATAN MAUPUN MASYARAKAT .............................................................. 12
F. PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN ...................................................................... 14
G. PELAYANAN NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI ............................................................. 14
H. PELAYANAN NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI ............................................................. 15
I. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA ...................................................................... 15
J. PELAYANAN KB BERKUALITAS ................................................................................... 16
BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN.................................................................................................. 17
A. AKSES PELAANAN ANTENATAL (CAKUPAN K1) ............................................................. 17
B. CAKUPAN PELAYAN IBU HAMIL (CAKUPAN K4) ............................................................. 17
C. CAKUPAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Pn) ............................................... 18
D. CAKUPAN PELAYANAN NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN (KF3) .................................... 19
E. CAKUPAN PELAYANAN NEONATUS PERTAMA (KN1) ...................................................... 19
F. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS 0-28 HARI (KN LENGKAP) ...................... 20
G. DETEKSI FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI OLEH MASYRAKAT ..................................... 20
H. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATUS ......................................................... 20
I. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI 29 HARI-12 BULAN (KUNJUNGAN BAYI) ........... 21
J. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI 29 HARI-12 BULAN (KUNJUNGAN BAYI) ........... 21
K. CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) .................................................... 21
L. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA SAKIT YANG DILAYANI DENGAN MTBS 22
M. CAKUPAN PESERTA KB AKTIF (CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE) ............................. 22
BAB IV GRAFIK PWS-KIA .............................................................................................................. 23
1. PENGGAMBARAN GRAFIK PWS-KIA ............................................................................. 23
2. PENGELOLAAN DATA.................................................................................................. 24
3. PENGUMPULAN DATA ................................................................................................. 24

4
BAB V ANALISIS DAN TINDAK LANJUT .......................................................................................... 28
A. ANALISIS GRAFIK PWS KIA ........................................................................................ 28
B. RENCANA TINDAK LANJUT PWS KIA ........................................................................... 29
BAB VI RANGKUMAN .................................................................................................................... 30
BAB VI LEMBAR KERJA MAHASISWA .............................................................................................. 31
A. TES FORMATIF .......................................................................................................... 31
B. TUGAS MANDIRI ........................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 34
LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 35

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan
kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan
seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga
dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain (Profil
Kesehatan Indonesia, 2012).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu
pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat
pantau yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan
yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya,
berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi (Depkes RI,
2010).
Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI
tahun 2012 menggambarkan AKN untuk periode 5 tahun sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%),
sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal menyumbangkan 47,5%. Data
menunjukkan indikator kunci dari intervensi penurunan kematian neonatus masih belum tinggi cakupannya,
diantaranya inisiasi menyusui dini menunjukkan cakupan 28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama 71%,
dan perlindungan tetanus neonatorum sebesar 79% (berdasarkan Riskesdas 2010). Sementara itu cakupan
persalinan tenaga kesehatan juga tidak menunjukkan peningkatan yang tajam antara periode 2003 2012.
Cakupan persalinan menurut Riskesdas 2010 sebesar 82%. Capaian tersebut baru mengindikasikan akses yang
baik, tetapi belum mengindikasikan kualitas pelayanan (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes yang
ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran
hidup, memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi dasar,
sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan ASI eksklusif sebesar 15%, imunisasi DPT-HB3 sebesar 62%,
dan imunisasi campak 74% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
SDKI tahun 2012 mengestimasikan nilai penurunan AKABA melandai antara tahun 2003 sampai 2012
yaitu dari 46/1.000 menjadi 40/1.000 kelahiran hidup. Untuk mempertajam penurunan diperlukan peningkatan
akses balita terhadap sanitasi, air bersih, dan penanganan segera terhadap gejala penyakit. Sementara
berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan balita diare mendapat oralit hanya 35%, cakupan balita demam ke

6
fasilitas kesehatan sebesar 56%, dan cakupan balita mendapat pengobatan malaria hanya 22% (Profil Kesehatan
Indonesia, 2012).
Ironisnya dengan data terakhir dari SDKI 2012, terjadi peningkatan AKI sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Ini berarti kesehatan ibu justrumengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007,
AKI di Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bila melihat target MDGs 2015
untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi
359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai
target penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak
terlepas dari kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) (Saputrra, 2013).

B. Pengertian

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk
melakukan pemantauan program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas/kecamatan) secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat
terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah (Syafrudin, 2009).
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengna
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengna komplikasi, bayi dan balita.
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait tindak lanjut (Karwati dkk, 2011).
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh
sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan
faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penangan yang
memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sector
terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan
demikian PWS KIA juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dna non teknis. Pelaksanaan PWS
KIA akan lebih bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA,
intensifikasi manajemen program, pergerakan sasaran dan sumber daya yang idperlukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat
digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS
KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan (Karwati dkk, 2011).

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas, melalui
pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-menerus.

7
2. Tujuan Khusus
1) Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indicator, secara teratur (bulanan) dan
berkesinambungan (terus-menerus) untuk tiap desa.
2) Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap desa.
3) Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya
kesenjangna antara target dan pencapaian.
4) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia yang dapat digali
(Syafrudin, 2009).

8
BAB II
PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan
KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai
berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai
standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongna oleh tenaga kesehatan
kebidanan secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan pengamatannya secara terus-menerus.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara aadekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh
tenaga kesehatan.
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standard an menjangkau seluruh sasaran
(Meilani dkk, 2009).

Prinsip pengelolaan PWS KIA meliputi beberapa hal yang mencakup indiator ketercapaian program PWS
KIA. Adapun indikator tersebut adalah (Karwati, 2011) :

A. PELAYANAN ANTENATAL

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenga kesehatan untuk ibu selama
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum
kyang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling), termasuk Prerencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan.

9
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine
dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi atau kelompok berisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberculosis, cacingan, dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan
oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal
adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan
sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu
hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat.

B. PERTOLONGAN PERSALINAN

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataannya di lapangan, masih terdapat penolong
persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi.
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4. Melaksanakan inisiasi menyusui dini.
5. Memberikan injeksi vitamin K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

C. PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan ketentuan waktu :
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari).
3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari).

10
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri).
- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vagina lainnya.
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
- Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua
diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama.
- Pelayanan KB pasca salin

D. PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang idberikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungna rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
2. Kunjungna Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah
lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah
lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan
dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam pertama.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakuan pemeriksaan
dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat meliputi :
1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir :
a. Perawatan tali pusat.
b. Melaksanakan ASI eksklusif.
c. Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1.
d. Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotik.
e. Pemberian imunisasi hepatitis B-0.
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM.
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare berat,
b. Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir.
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

11
d. Penanganan dan rujukan kasis bila diperlukan.

E. DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO, KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN NEONATUS OLEH TENAGA KESEHATAN
MAUPUN MASYARAKAT

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu
hamil mempunyai risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,
tetapi mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
meruupakan kunci keberhasilan dalam penuruanan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang energi kronik (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat
badan < 9 kg selama kehamilan.
5. Anemia dengan kadar hemoglobin <11 g/dl.
6. Tinggi bdan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberculosis, kelainan jantung-ginjal-hati,
psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus, sistemik lupus-eritematosis, dll), tumor dan keganasan.
9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban
pecah dini, bayi dan cacat kongenital.
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesaria, ekstraksi vakum/forseps.
11. Riwayat nifas dengna komplikasi : perdarahan pasca persalinana, infeksi masa nifas, psikosis post partum
(post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin : lintang, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : Penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg selama kehamilan.

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :


1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
a. Ante partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta.
b. Intra partum : robekan jalan lahir.
c. Post partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan pembekuan darah,
subinvolusi uteri.

12
3. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : Tekanan darah tinggi (sistolik >140 mmHg, diastolic > 90 mmHg,
dengan atau tanpa edema pretibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominal, sepsis.
6. Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

Deteksi dini untuk komplikasi pada neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua.
2. Riwayat kejang.
3. Bergerak hanya jika dirangsang/letargis.
4. Frekuensi nafas 30 kali/menit dan 60 kali/menit.
5. Suhu tubuh 35,50C dan 37,50C.
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
7. Merintih.
8. Ada pustul kulit.
9. Nanah banyak di mata.
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitak kulit perut kembali sangat lambat.
12. Timbul kuning atau tinja berwarna pucat.
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah <2500 gram.
15. Kelainan kongenital seperti ada celah di bibir dan di langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :


1. Prematuritas dan BBLR (<2500 gram).
2. Asfiksia.
3. Infeksi bakteri.
4. Kejang.
5. Ikterus.
6. Diare.
7. Hipotermia.
8. Tetanus neonatorum.
9. Masalah pemberian ASI.
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital, dan lain-lain.

13
F. PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan
untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompetensi pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Diperkirakan 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas
pelayanan obstetri dan neonatal emergency secara berjenjang dari bidan, puskesmas mampu PONED (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar) sampai rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif) 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu PONED meliputi :
1. Pelayanan obstetrik.
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia).
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilitas komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus:
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan BBLR.
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, dan ikterus ringan-sedang.
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
f. Stabilitas komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

G. PELAYANAN NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI.

Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta. Diperkirakan sekitar 15%
dari bayi baru lahir akan mengalami komplikasi neonatal
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi
neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus
mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED
siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi
baru lahir dengan komplikasi baik yang dating sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa,
puskesmas melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. Dalam PONEK, RSU
harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus
serta transfusi darah.

14
H. PELAYANAN KESEHATAN BAYI

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
2. Kunjungna bayi satu kali pada umur 3-5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar,
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengna stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1
tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-tanda sakit dan perawatan kesehatan
bayi di rumah menggunakan buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

I. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini
merupakan masa keemasan atau periode emas (golden period) dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan
moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangna pada anak usia
dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kea rah yang
lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangna dilakukan dengan mangacu pada pedoman
stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan, perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya ang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu Negara. Sebagian
besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, salah satunya adalah dengna tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar.

15
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku KIA/KMS.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balitas setiap bulan yang tercatat pada
buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. SDIDTK minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun diluar gedung.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5. Pelayanan anak balita sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.

J. PELAYANAN KB BERKUALITAS

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu
dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian
ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak
lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan kehamilan). Bagi pasangan usia subur yang
ingin menjarangkan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, koitus interuptus).
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi, tubektomi).
Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian pada metode jangka pendek sehingga perlu
pemantauan yang terus menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada
kategori PUS dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Untuk mempertahankan dan
meningkatkan cakupan peserta perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan
aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang
sesuai standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan
non klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelolaan program KB perlu melakukan
revitalisasi, dalam segia analissis situasi program KB perlu melakukan revitalisasi, dalam segi analisis situasi
program KB dan sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

16
BAB III
INDIKATOR PEMANTAUAN

A. AKSES PELAANAN ANTENATAL (CAKUPAN K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di
suatu wilayah kerja pada waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal


oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
1

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,10 ()

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor
perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat
diguanakan angka terakhir CBR provinsi. CBR provinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2007-2011 (Pusat Data Depkes RI, tahun 2007).
Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak
2000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1000 penduduk, maka :
1,10 X 0,027 X 2000 = 59,4
Jadi, sasaran ibu hamil di desa atau kelurahan X adalah 59 orang.

B. CAKUPAN PELAYAN IBU HAMIL (CAKUPAN K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengna standar, paling
sedikit empat kali dengna distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali
pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah, disamping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

17
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali
sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
100%
1

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,10 ()

C. CAKUPAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Pn)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan, disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten


disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
1

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,05 ()

Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai
penduduk sebanyak 2000 penduduk dan angka CBR terakhir di kabupaten Y 27,1/1000 penduduk maka :
= 1,05 0,027 2000 = 56,7 =

D. CAKUPAN PELAYANAN NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN (KF3)

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai
standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam-3hari, 8-14 hari, dan 36-42 hari setelah bersalin
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan

18
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dna kualitas kemampuan manajemen maupun kelangsungna program KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
standar oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
1

E. CAKUPAN PELAYANAN NEONATUS PERTAMA (KN1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan
pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan


sesuai standar pada 6 48 jam setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%
1

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

()
Contoh :
Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi disuatu desa Z di kota Y provinsi X yang mempunyai penduduk
sebanyak 1500 jiwa dan angka CBR terakhir di kota Y 24,8/1000 penduduk, maka :
= 0,0248 1500 = 37,2 =

F. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS 0-28 HARI (KN LENGKAP)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke-3 sampai hari ke-7 dan 1 kali pada hari ke-28 setelah
lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

19
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan


neonatal sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
100%
1

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan
jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

()

G. DETEKSI FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI OLEH MASYRAKAT

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau
dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, dan nifas itu sendiri. Indikator ini
menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu
hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader


atau dukun bayi atau masyarakat
di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
100%
20%
1

H. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI OBSTETRI (PK)

Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Penanganan definitive adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
100%
20%
1

20
I. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATUS

Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitive oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan sarana pelayanan kesehatan dalam menaganani kasus-kasus
kegawatdaruratan neonatal yang kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
100%
20% 1

J. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI 29 HARI-12 BULAN (KUNJUNGAN BAYI)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur
29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, dan 1 kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan
sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
100%
20% 1

K. CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA (12-59 BULAN)

Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun,
pemberian vitamin A 2 kali setahun.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
100%
1

21
L. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA SAKIT YANG DILAYANI DENGAN MTBS

Adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan


sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
100%

1

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas (register
rawat jalan di puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari form
pencatatan dan pelaoran MTBS.

M. CAKUPAN PESERTA KB AKTIF (CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE)

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alkon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alkon terus-
menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah peserta KB disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu


100%
1

22
BAB IV
GRAFIK PWS-KIA

PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan
pencapaian tiap desa setiap bulannya. Seharusnya setiap indikator dibuat grafik kemudian masing-masing dianalisis
untuk mengetahui status setiap desa. Paling tidak ada 9 grafik yang dibuat setiap bulannya, ataupun 14. Semuanya
itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA dan juga sebagai alat motivasi dan komunikasi lintas sektor. Namun
demikian belum semua wilayah bisa membuat PWS-KIA untuk semua indikator.
Langkahh-langkah dalam pembuatan PWS-KIA (Meilani dkk, 2009) :

1. PENGUMPULAN DATA

Data yang diperlukan untuk menghitung tiap indikator diperoleh dari catatan ibu hamil per desa,
register kegiatan harian, register kohort ibu dna bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan
posyandu, laporan dari bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.

2. PENGELOLAAN DATA

Sebagai contoh dalam menggambarkan grafik PWS-KIA untuk bulan Juni 2008 maka data yang
diperlukan adalah :
a. Cakupan Kumulatif per desa.
b. Cakupan bulan ini (Juni 2008).
c. Cakupan bulan lalu (Mei 2008).
Di bawah ini contoh perhitungan/pengolahan data untuk cakupan K1 dan cakupan K4.
a) Perhitungan untuk cakupan K1 (Akses).
Pencapaian kumulatif per desa adalah :

Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil


per desa (JanuariJuni 2008)
Rumus = 1
100%

Pencapaian bulan ini per desa adalah :

Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil


per desa selama bulan Juni 2008
Rumus = 1
100%

Pencapaian bulan lalu per desa adalah :

23
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil
per desa selama bulan Mei 2008
Rumus = 1
100%

b) Perhitungan untuk cakupan K4


Pencapaian kumulatif per desa adalah :

Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil (K4)


per desa (JanuariJuni 2008)
Rumus = 1
100%

Pencapaian bulan ini per desa adalah :

Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil (K4)


per desa selama bulan Juni 2008
Rumus = 1
100%

Pencapaian bulan lalu per desa adalah :

Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil (K4)


per desa selama bulan Mei 2008
Rumus = 1
100%

Cara perhitungan untuk indikator lainnya sama dengan perhitungan diatas.

3. PENGGAMBARAN GRAFIK PWS-KIA

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA (dengan menggunakan contoh
indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertical bersebelahan
dengna urutan bulan yang dituliskan dari atas ke bawah dengan urutan Desember diletakkan paling atas.
Misalnya : Target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan oleh 90% (garis a)
maka sasaran rata-rata setiap bulan adalah :

90%
12
= 7,5 % Maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan juni adalah =
(6x7,5%) = 45% (garis b)

Apabila target dalam 1 tahun adalah 80% berarti besarnya target adalah :
80%
12
= 6,66 % Maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan juni adalah =
(6x6,6%) = 40% (garis b)

24
Untuk Target 90% Untuk Target 90%
Desember 90 Desember 80
Nopember 82,5 Nopember 73,3
Oktober 75 Oktober 66,7
September 67,5 September 60
Agustus 60 Agustus 53,3
Juli 52,5 Juli 46,7
Juni 45 Juni 40
Mei 37,5 Mei 33,3
April 30 April 26,6
Maret 22,5 Maret 20
Februari 15 Februari 13,3
Januari 7,5 Januari 6,6

b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam
jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri da terendah
sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan dalam kolom terakhir.
c. Nama desa bersangkutan dituliskan pada lajur desa, sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa.
d. Hasil perhitungan pencapaian bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap desa dimasukkan ke dalam
lajur masing-masing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini lebih besar
maka digambarkan anak panahnya menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama
digambarkan dengan tanda strip(-).

Grafik PWS KIA dibuat setiap bulannya. Dengan demikian target yang digunakan sebagai standar
disesuaikan kapan grafik itu dibuat.
Contoh :
Untuk Target 90% Untuk Target 90%
Desember 90 Desember 80 Target
Nopember 82,5 Nopember 73,3
Oktober 75 Oktober 66,7
September 67,5 September 60
Agustus 60 Target Agustus 53,3
Juli 52,5 Juli 46,7
Juni 45 Juni 40
Mei 37,5 Mei 33,3
April 30 . April 26,6
Maret 22,5 Maret 20
Februari 15 Februari 13,3
Januari 7,5 Januari 6,6

25
Contoh :

Presentase (%) adalah sasaran rata-rata tiap bulan


dituliskan dengan nilai terkecil dipaling bawah dan
berturut-turut dinaikkan kelipatannya.
Target 1 tahun = 90% : 12 bulan = 7,5%

Garis a

Desember 90
Nopember 72,6 Sasaran Pencapa ian
Kumulatif sampai
Oktober 66 dengan bulan Juni
September 59,4 7,5% 6 bulan = 45%
Agustus 52,8
Juli 46,2 Target 45%
Juni 39,6
Mei 33
April 26,4 Garis b
Maret 19,8
Februari 13,2
Januari 7,5

% Kumulatif 65 55 53 42 32 49
% Bulan ini 15 7,5 5 10 3 8
% Bulan lalu 10 7,5 6 8 5 7
Tren

Nama Desa A B C D E PUSK

Grafik Cakupan K1 (Akses) Ibu Hamil Bulan Juni 2008

26
Contoh :

Grafiksasaran
Presentase (%) adalah Akses Ibu Hamiltiap
rata-rata Junibulan
2008
dituliskan dengan nilai terkecil dipaling bawah dan
berturut-turut dinaikkan kelipatannya.
Target 1 tahun = 80% : 12 bulan = 6,6%

Garis a

Desember 80
Nopember 73,3 Didapatkan dari

Oktober 66,7 6,6 % x 6 bulan =


September 60 39,6%
Agustus 53,3
Juli 46,7 Target 39,6%
Juni 40
Mei 33,3
April 26,6 Garis b
Maret 20
Februari 13,3
Januari 6,6

% Kumulatif 63 60 46 33 26 45,6
% Bulan ini 11 8 5 8 3 7
% Bulan lalu 9 8 6 6 5 6,5
Tren

Nama Desa A B C D E PUSK

Grafik Cakupan K4 Ibu Hamil Bulan Juni 2008

27
BAB V
ANALISIS DAN TINDAK LANJUT PWS KIA

Grafik PWS-KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui desa mana yang paling memerlukan
perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan (Meilani dkk, 2009) :

A. Analisis Grafik PWS KIA

Analisis dari grafik cakupan ibu hamil K1 (Akses) pada pemantauan bulan Juni 2008 dapat
digambarkan dalam matriks sebagai berikut :
Cakupan Terhadap Target Tren
DESA Status Desa
Diatas Dibawah Naik Turun Tetap
A Baik
B Baik
C Kurang
D Cukup
E Jelek

1. Status Baik
Adalah desa dengan cakupan di atas target yang ditetapkan untuk bulan Juni 2008 dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap dibandingkan dengan cakupan
bulan lalu. Desa ini adalah desa A dan B. Jika keadaan tersebut berlanjut maka desa-desa tersebut akan
mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.

2. Status Kurang Baik


Adalah desa dengan cakupan di atas target bulan Juni 2008 namun mempunyai cakupan
bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah desa
C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan
minimal 7,5%). Jika cakupan terus menurun, maka desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan
yang ditentukan.

3. Status Cukup Baik


Adalah desa dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008, namun mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa
dalam kategori ini adalah desa D.

28
4. Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah desa E.
perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya meningkat.

B. Rencana Tindak Lanjut

Analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non teknis
bagi Puskesmas. Keputusan tersebut dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai spesifikasi daerah mengikuti skema yang telah ada. Rencana operasional
tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait :
a. Bagi desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan,
dipertahankan dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan.
b. Bagi desa yang berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek perlu diprioritaskan untuk pembinaan
selanjutnya. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam serta dicari penyebab rendahnya atau menurunnya
cakupan bulanan, sehingga dapat diupayakan cara penanganan masalah secara lebih spesifik.
c. Intervansi dan kegiatan yang teknis (termasuk segi penyediaan logistic) harus dibicarakan dalam
pertemuan mini lokakarya puskesmas dan rapat dinas kesehatan kabupaten/kota.
d. Intervensi dan kegiatan yang bersifat non teknis harus dibicarakan di rapat koordinasi tingkat kecamatan.

29
BAB VI
RANGKUMAN

Program KIA meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengna komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengna komplikasi, bayi dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri
dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara
program dan pihak/instansi terkait tindak lanjut untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-menerus.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan
KIA secara efektif dan efisien. Prinsip pengelolaan PWS KIA meliputi : pelayanan antenatal, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonates, deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan neonatus dengan
komplikasi, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak balita, dan pelayanan kb berkualitas.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi : akses pelayanan antenatal
(K1), cakupan pelayanan ibu hamil (K4), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn), cakupan pelayanan nifas
oleh tenaga kesehatan (KF3), cakupan pelayanan neonates pertama (KN1), cakupan pelayanan kesehatan neonates 0-
28 hari (KN lengkap), deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat, cakupan penanganan komplikasi
obstetri (PK), cakupan penanganan neonates, cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (kunjungan bayi),
cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan), cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS, dan cakupan peserta KB aktif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA : menentukan target rata-rata per bulan,
Hasil perhitungan pencapaian kumulatif dimasukkan secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di
sebelah kiri da terendah sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan dalam kolom terakhir.
Nama desa bersangkutan dituliskan pada lajur desa, sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa. Hasil
perhitungan pencapaian bulan ini dan bulan lalu untuk tiap desa dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini lebih besar maka
digambarkan anak panahnya menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama digambarkan
dengan tanda strip (-). Grafik PWS KIA dibuat setiap bulannya. Dengan demikian target yang digunakan sebagai
standar disesuaikan kapan grafik itu dibuat.
Status baik (cakupan di atas target dengan tren meningkat atau tetap), status kurang baik (cakupan di
atas target namun tren yang menurun), status sukup baik (desa dengan cakupan di bawah target namun tren
meningkat), status jelek (desa dengan cakupan di bawah target dan tren yang menurun). Rencana tindak lanjut
Analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non teknis bagi
Puskesmas. Bagi desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, bagi
desa yang berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek perlu diprioritaskan untuk pembinaan selanjutnya.
Intervansi dan kegiatan yang teknis harus dibicarakan. Intervensi dan kegiatan yang bersifat non teknis harus
dibicarakan di rapat koordinasi tingkat kecamatan.

30
BAB VII
LEMBAR KERJA MAHASISWA

A. TES FORMATIF

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mencocokkan pilihan jawaban !

PILIHAN
PERTANYAAN JAWABAN
JAWABAN
1 Pelayanan yang diberikan dalam pemeriksaan terhadap A 10 T
ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali.
2 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah B Metode Alamiah
pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten.
3 Standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam C Pemberian
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) vitamin A
100.000 IU
4 Rata-rata jumlah komplikasi kebidanan dari jumlah ibu D Pendekatan
hamil akan mengalami komplikasi kebidanan sehingga Manajemen
perlu mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh Terpadu Bayi
tenaga kesehatan. Muda
5 Lima tahun pertama terbentuk dasar-dasar kemampuan E Faktor risiko
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan ibu hamil
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan
moral.
6 Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan F 15-20% jumlah
akses dan kualitas penanganan komplikasi neonates. ibu hamil
7 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk G Puskesmas
memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan PONED dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah Rumah Sakit
dengan menggunakan buku KIA. PONEK.
8 Metode kontrasepsi sistem kalender, metode amenore H Pemberian
laktasi, koitus interuptus. kapsul vitamin
A 200.000 IU
9 Penambahan berat badan ibu hamil yang 15 kg selama I Periode Emas
kehamilan. (golden period)
10 Pelaksanaan pelayanan kesehatan sesuai standar yang J Melaksanakan
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi selama inisiasi
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. menyusui dini

31
B. TUGAS MANDIRI

1. Tujuan Tugas
Membuat laporan pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) diwilayah kerja
puskemas kota palu, Sulawesi Tengah.
2. Uraian Tugas
a. Obyek Garapan
1) Akses pelayanan antenatal (K1)
2) Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)
3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
5) Cakupan pelayanan neonates pertama (KN1)
6) Cakupan pelayanan kesehatan neonates 0-28 hari (KN lengkap)
7) Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat
8) Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK)
9) Cakupan penanganan neonates
10) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (kunjungan bayi)
11) Cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan)
12) Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
13) Cakupan peserta KB aktif.
b. Tugas yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
1) Jumlah mahasiswa di kelas dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
3-4 orang mahasiswa.
2) Tiap kelompok wajib mengambil data PWS KIA sesuai obyek garapan ke puskesmas yang telah
ditentukan dengan membawa surat pengantar izin pengambilan data dari Institusi Pendidikan.
3) Setelah mendapatkan data masing-masing kelompok menyusun laporan PWS KIA.
4) Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok ditentukan oleh
kelompok yang bersangkutan dengan proporsi yang sama.
5) Metode dan format penulisan laporan dapat dilihat pada contoh laporan PWS KIA dari kakak
tingkat di perpustakaan :
- Menghitung cakupan pelayanan PWS KIA (sesuai obyek garapan) di puskesmas
bersangkutan.
- Menentukan sasaran.
- Membuat grafik PWS KIA.
- Membuat analisis grafik PWS KIA.
- Menyusun rencana tindak lanjut
6) Hasil data yang diperoleh di puskesmas di foto kopi dan dicap puskesmas, kemudian
dilampirkan pada bagian akhir dari laporan PWS KIA sebagai bukti sumber data yang
digunakan dalam menyusun laporan.

32
7) Hasil penyusunan laporan dikumpul dalam bentuk hardcopy dijilid rapi dan softcopy dikirim
via email ke virapratiwi@yahoo.com.
8) Pengumpulan laporan tugas mandiri selambat-lambatnya 2 minggu setelah pertemuan di kelas.
3. Kriteria Penilaian
Penilaian tugas dinilai dari kesesuaian data yang diperoleh dengan data yang dihitung, ketepatan
perhitungan data sesuai rumus dan prosedur, serta tata cara penulisan (40% : 40% : 20%).

33
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny Retna & Rismintari Sriati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Syafrudin & Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Karwati dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta :TIM

Meilani,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Saputra Wiko, 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Melonjak, Indonesia Mundur 15 Tahun. Jakarta : Economics and
Public Policy Researcher Perkumpulan Prakarsa (Diunduh Tanggal 15 April 2015, Pukul 17.00 WITA).

Kementerian Kesehatan Pusat Data dan Informasi.2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2013. (website : http://www.kemkes.go.id) (Diunduh Tanggal 15 April 2015, Pukul 17.00
WITA).

Kementerian Kesehatan .2012. Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta :
Badan Pusat Statistik dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Diunduh Tanggal 15
April 2015, Pukul 17.00 WITA).

Kementerian Kesehatan Ri Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen
Kesehatan.

34
LAMPIRAN

ANGKA KELAHIRAN KASAR (CBR)


MENURUT PROPINSI

PROPINSI 2010 2015


NAD 19.8 19.8
Sumatra Utara 19.6 19.6
Sumatra Barat 20.3 20.3
Riau 21.7 21.7
Jambi 19.2 19.2
Sumatra Selatan 19 19
Bengkulu 18.8 18.8
Lampung 18.2 18.2
Kep. Bangka Belitung 18 18
DKI Jakarta 19.2 19.2
Jawa barat 18 18
Jawa tengah 16.8 16.8
DI Jogjakarta 11.9 11.9
Banten 20.5 20.5
Bali 14.4 14.4
Nusa tenggara Timur 19.8 19.8
Kalimantan Barat 19.7 19.7
Kalimantan Tengah 16.8 16.8
Kalimantan Selatan 18.3 18.3
Sulawesi Utara 14.8 14.8
Sulawesi tengah 18.7 18.7
Sulawesi Selatan 18.2 18.2
Sulawesi tenggara 17.5 17.5
Gorontalo 18.2 18.2
Maluku 21.5 21.5
Maluku Utara 22.2 22.2
Papua 20.1 20.1
KOTA PALU 0,027 0,027
Sumber : SUSENAS 2004

35

Anda mungkin juga menyukai