Anda di halaman 1dari 6

1.

Pendahuluan
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, sayaraf, jantung dan pembuluh darah. Sedang sebelumnya
World Health Organization (WHO)1980 berkata bahwa diabetes meitus merupakan suatu
yang tidak dapat dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin. Tampaknya terdapat dalam keluarga tertentu, berhubungan dengan
aterosklerosis yang dipercepat, dan merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan
mikrovaskular spesifik seperti retinopati, nefropaatik dan neuropati.
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baikakan dapat mengakibatkan terjadinya
berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebro-vaskular, penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa
darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkkan semua penyakit menahun
tersebut dapat dicegah, paling sedikit dihambat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
keikutsertaan para pengelola kesehatan ditingkat pelayanan kesehatan primer. Pedoman
pengelolaan sudah ada dan disepakati bersama oleh para pakar diabetes diindonesia dan
dituangkan dalam konsensus pengelolaan diabetes melitu di indonesia yang telah dicetak
dan disebar-luaskan sejak tahun 1994 dan direvisi pada tahun 1998 serta tahun 2002.
Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi
oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya didalam darah selalu dalam batas aman, baik pada
keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah selalu stabil sekitar 70-140
mg/dL. Pada keadaan DM, tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar
glukosa darah menjadi kacau. Walapun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak
dan protein menjadi glukosa (glukogneogenesis) dihati tidak dapat dihamata (karena insulin
kurang/ relatif kurang) sehingga kadar glukosa darah dapat semakin meningkat. Akibatnya
terjadi terjadi gejala- gejals yang khas DM, yaitu poliuria, polidipsia, lemas, berat badan
menurun. Kalo hal ini dibiarkan terjadi berlarut-larut, dapat berakibat terjadinya DM, yaitu
ketoasidosis diabetik yang sering mengakibatkan kematian.
Kasus diabetes yang terbanyak dijumapai adalah DM tipe 2, yang umumnya
mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Kasus DM tipe 1 yang yang
mempunyai latar belakang kelainan berupa kurangnya insulin secara absolut akibat proses
autoimun tidak begitu banyak ditemukan di Indonesia. Secara epidemiologik diabetes
seringkali tdak terdeteksi dan dikatakan mulai terjadinya diabetes adalah7 tahun sebelum
diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mrtalitas dini terjadi pada kasus yang tidak
terdeteksi ini. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologik diperkiraan adalah
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya katifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan
beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
2. Pemeriksaan penyaringan / skrining
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostikDM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala / tanda DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang
mempunyai risiko DM.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM
sebagai berikut:
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih : BBR >110% BB atau IMT > 23 kg/m2
3. Hipertensi (>140/90 mmHg)
4. Riwayat DM dalam garis keturunan
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 gr
6. Kolestrol HDL < 35 mg/dl atau trigliserid > 250 mg/dl

Catatan :

Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif,


pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan bagi mereka yang
berusia > 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyarig dapat dilakukan setiap
3 tahun.

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma darah <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

1. Diabetes melitus tipe I

Diabetes melitus merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh kegagalan


pengendalian gula darah. Kegagalan tersebut terjadi karena 2 hal : (1) produksi hormon
insulinyang tidak memadai atau tidak ada. (2) resistensi insulin yang meningkat. Tidak adanya
atau tidak memadainya produksi hormon insulin akan mengakibatkan diabetes tipe 1,
sedangkan kenaikan resistensi hormon insulin dengan penurunanya kuantitas dan kualitas
insulin menyebabkan diabetes tipe 2. Penyandang diabetes tipe 1 memerlukan pemberian
insulin darri luar sehingga dinamakan pula diabetes tergantung insulin (DMTI). Bisa ditandai
dengan 3P( polifagia, polidipsia, poliuria) dan umumnya ditemukan pada usia kanak-kanak
hingga remaja.

1.1 Tujuan intervensi diet/gizi pada diabetes tipe I adalah untuk :


Mengendalikan kadar glukosa dan lemakk darah.
Memperhatikan asupan energi dan protein untuk tumbuh kembang disamping
kebutuhan gizi lainnya.
Menghasilkan status kesehatan dan gizi yang memadai.
Mencegah komplikasi akut maupun kronis yang dapat membawa kematian
ataupun disabilitas.
1.2 Nutrisi Kuratif
Pasien diabetes tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin, DMTI) memerlkan terapi
diet untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Makan makanan secara teratur (3 kali makan pokok, dan 3 makanan selingan /
hari dengan waktu yang kurang lebih sama setiap hari)
Makan makanan dengan jumlah kalori yang adekuat memungkin tumbuh
kembang yang normal.
Makanan hidrat arang dengan jumlah yang sama setiap kali makan utama
maupun selingan.
Batasi asupan lemak, khususnya lemak rantai panjang, dn kolestrol.
Batasiasupan gula sederhana termasuk gula pasi, gula aren, madu sirupjagung
dan mungkin pula fruktosa
Meningkatkan asupan serat hingga 25 gr/ hari.
Mempertahankan beratbadan normal / ideal
Ikut sertakan olahraga atau latihan jasmani dalam perencanaan kesehatan
Lakukan olahraga 1 jam sebelum makan untuk meningkatkan pengendalian
glukosa darah.
1.3 Preskripsi Diet
1. Makan 5-6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan interval 3
jam dan terdiri atas 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan. Saat makan
harus disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin hingga kadar puncak insulin
didalam plasma sama dengan kadar gula darah tertinggi sesudah makan.
2. Usahakan minum minuman yang bebas dari gula dan kaya serat, seperti agar-agar,
rumput laut, gelatin, kolang kaling.
3. Pilihlah selingan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemiknya tetapi dengan
indeks kekenyangan yang cukup tinggi.
4. Biasakan memakan sereal yang tinggi serat seperti havermout sebagai sarapan
(>6gr) setiap pagi ; hindari sereal yang banyak mengandung gula.
5. Biasakan memakan buah-buahan yang segar, khususnya buah yang bisa dimakan
bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu dan tomat.
6. Hindari kebiasaan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang didalam sirup,
kurangi kebiasaan minum sari buah
7. Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu skim, susu kedelai sebagai
pengganti susu full cream untuk megurangi asupan lemak.
8. Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari
9. Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari.
1.4 Tabel Indeks Glikemik
1.5 Jenis Diet : Diet DM/ diet seimbang
2. Diabetes Melitus Tipe II
Pasien diet tipe 2 cenderung lebih tua (>25tahun) dan mempunyai berat badan lebih tinggi.
Banyak diantara pasien-pasien ini memiliki riwayat diabetes dari genetik.karena itu tujuan
utama terapi diet pada DM Tipe 2 adalah menurunkan atau mengendalikan berat badan
disamping mengendalikan kadar gula darah dan kadar kolestrol.semua ini harus harus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah atau paling tidak
menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis. Penurunan BB pada pasien pasien DM
tipe 2 yang mengalami obesitas pada umumnya akan menurunkan resistensi insulin. Dengan
demikian penurunan berat badan akan meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan
memperbaiki pengendalian glukosa darah.
1.1 Nutrisi Preventif
Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang berisiko diabetes
Asupan serat pangan 25 gr/1000 kalori, khususnya serat larut atau solubel dapat
membantu mengendalikan kadar glukosadarah dan menambah r asa kenyang.
Menghindari asupan kalori yang berlebihan.
Olahraga yang teratur(yaitu 3 kali seminggu atau lebih selama waktu >30 menit
dengan intensitas 50-60% dari frekuensi jantung maksimal [220-usia]) ternyata
dapat mencegah atau menunda onset diabetes pada mereka yang mempounyai
predisposisi untuk terkena penyakit ini.
1.2 Nutrisi Kuratif
Jadwal makan yang teratur; jumlah kalori dari makanan sesuai dengan kebutuhan;
dan dan jennis makanan dengan indeks glikemik yang tinggi harus dibatasi
Asupan kolestrol < 300 mg qd karena pasien DM Tipe 2 menghadapi resiko tinggi
untuk terkkena penyakit kardiovaskuler. Pada pasien diabetes dengan
dislipidemia, asupan kolestrol bahkan harus < 200 mg/hari.
Asuppan serat 25 gram/hari; meningkatkan konsumsi serat pangan yang larut
maupun yang tidak larut.
Menghindari suplemen niasin yang berlebihan karena dapat meningkatkan kadar
glukosa darah.
Pengenndalin berat badan.
Olahraga aerobik yang teratur.
Pemantauan kadar glukosa darah.
1.3 Tujuan Intervensi Diet / gizi DM Tipe II
Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi diabetes dapat
dicegah atau ditunda.
Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal.
Menghasilkan status gizi yang adekuat.
Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian kadar gula
darah dapat menghilangkan keluhan mudah lelah, sering pusing atausakit kepala,
kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya.
1.4 Preskripsi Diet
Hindari kebiasan minum sari buah secara berlebihan khususnya dipagi hari, dan
digantikan dengan minuman berserat dari kelompok sayuran rendah kalori.
Sertakan rebusan buncis atau sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan
glukisa darah dalam menu sayuran tersebut.
Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout, jagung, kacang
hijau, atau roti bekatul.
Makanan pokok bisabervariasi antara nasi merah, kentang roti, dan jagung.
Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok.
Hindari penambahan gula pasir pada minuman(kopi, teh) dan makanan sereal.
Makanan camilan/selingan dan minuman bebas dari gula,
Biasakan membuang lemak/ gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi
konsumsi daginng merah dengan menggantikan daging putih seperti ayam dan
ikan.
Gunakan minyak goreng dalam jumlah yang terbatas(kurang lebih 1 sdm untuk
sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus, memepes,
memanggang serta menanak dan hindari kebiasaan menggoreng makanan
dengan banyak minyak.
Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.
Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap kuning telur dapat
digantikan dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim,
dan minyak digantikan dengan saus apel.
Biasakan berjalan sedikitnya tiga kali seminggu selama >30menit.
1.5 Tabel Permasalahan yang Sering Dijumpai pada Pemantauan Gula Darah
1.6 Pedoman bagi Pasien Diabetes yang Beribadah Puasa
Beberapa pedoman berikut ini perlu diperhatikan oleh penyandang diabetes yang
ingin berpuasa.
1. Pasien diabetes yang terkendali dengan pengaturan pola makann saja tidak akan
mengalami kesulitan untk berpuasa.
2. Pasien diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa,
karena itu dianjurkan cukup minum.
3. Perlu meningkatkan kewaspadaan pasien terhadap gejala-gejala hipoglikemia.
Untuk menghindari hipoglikemia pada siang hari, dianjurkan jadwal makan saur
mendekati waktu imsak/subuh, mengurangi aktifitas fisik pada siang hari dan jika
ingin berolahraga, lakukanlah pada malam hari.
4. Pasien diabetes yang cukup terkendali dengan obat hipoglikemia oral atau OHO
tunggal tidak akan mengalami kesulitan pada saat berpuasa.
5. Bagi diabetes yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat
diberikan sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka puasa lebih besar
dibandingkan dengan dosis saur.
6. Untuk pasien diabetes tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja
menengah yang diberikan saat berbuka puasa saja.
7. Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada
pasien yang menggunakan insulin.perlu pemantauan yang lebih ketat disertai
penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Jika terjadi hipoglikemia puasa
harus dihentikan.
8. Untuk pasien pengguna insulin dosis multiple tidak dianjurkan berpuasa dibulan
ramadhan
9. Sebaiknya momen puasa ramadhan digunakan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan dan ketaatan berobat pada pasien DM. Dengan berpuasa
ramadhan diharapkan ada perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih
sehat bagi pasien diabetes.
(Dikutip dari buku Konsensus Pengelolaan DM 2 di Indonesia, PERKENI Tahun
2002).
DAFTAR PUSTAKA DIET DM

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejmoa010492#t=article

http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s88.full

http://cme.medicinus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabetes_Mellitus_Tipe_2_dan_tata_laksana
_terkini.pdf

http://www.pdui-pusat.com/wp-content/uploads/2015/12/SATELIT-SIMPOSIUM-6.1-DM-UPDATE-
DAN-Hb1C-OLEH-DR.-Dr.-Fatimah-Eliana-SpPD-KEMD.pdf

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1524425/pdf/canmedaj00414-0043.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/38880-ID-asupan-zat-gizi-dan-penyakit-diabetes-
mellitus.pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/download/1085/885

Anda mungkin juga menyukai