Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

DASAR TEORI

DAMPAK DARI SAMPAH YANG MENUMPUK

Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari. Jumlah sampah yang
semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara bertanggung
jawab.Selama tahapan penanganan sampah banyak kegiatan dan fasilitas yang bila tidak
dilakukan / disediakan dengan benar akan menimbulkan dampak yang berpotensi
mengganggu lingkungan.

berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan akibat masalah sampah, semoga bermanfaat.

1. Perkembangan vektor penyakit

Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit
terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan
dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara / Container juga merupakan
tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan
menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.

Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini
terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan
sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan
dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari
lokasi TPA

2. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap
yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan
lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan
gangguan bagi lingkungan sekitarnya.

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan
masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak
kendaraan.

Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x,
hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu
akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,
H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara,
mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan
manusia di sekitarnya.

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa
asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis.

Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat
penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA
akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan
yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap
yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

3. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran.

Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula
sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari
lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di
bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup
tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada
elevasi yang lebih rendah.

Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat
untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat besar akan
sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan
mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada.

4. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA
yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

5. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat
buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di
lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.

Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin
menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan
lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi
bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.

Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin
atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan
maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan
sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik
merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui.

Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang
kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan.
Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi /
tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

6. Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan


dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat
sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas.

Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau
TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain;
terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya.

Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa
kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi kedatangan truck
yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak
berdekatan dengan jalan umum.

7. Gangguan Kebisingan

Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem,
gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah sensitif
di sekitarnya.

Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah
disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah
atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan
pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.

8. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap
menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara
rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup
mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil
langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.http://awaluddin.web.id/archives/271
PENGERTIAN KOMPOS

Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan,
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara
NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-
senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

http://sutomodiriku.wordpress.com/pengertian-kompos-dan-cara-pembuatannya/

Cara mengolah sampah menjadi kompos

Cara pengolahan sampah menjadi kompos ini langkah-langkahnya kurang lebih sebagai
berikut:

Sampah organik hasil pemilahan dimasukkan ke dalam komposter tong plastik


Campur sampah tersebut dengan sedikit tanah (bisa juga serbuk gergaji).
Perbandingannya bisa 1:1
Jangan lupa untuk menutup komposter
Setelah tong plastik terisi seperempatnya campurkan bakteri pengurai
Lakukan pengadukan secara berkala agar proses pengolahan berlangsung merata
Periksa komposter, jika terasa hawa panas dari dalam tong yang telah diisi sampah
tersebut berararti pengolahan berjalan dengan baik, namun jika banyak lalat atau
belatung biasanya pembuatan kompos gagal

http://indrakh.wordpress.com/2013/03/15/belajar-membuat-kompos/

MACAM-MACAM MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH

Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective


microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa
dari Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus
microorganisme fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif
dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok
yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.

Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian,


peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan
masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi
kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.

EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok,
10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat
dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam
tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah.
Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar
tanaman.

Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan
jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi
untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan
organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan
menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.

Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri
fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi
menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan
fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester
anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan
menghilangkan pakan.

Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus


tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino.
Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan
percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat
nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah,
menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi
pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging,
meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.Jenis-jenis EM yang ada seperti
EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes.
Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80
species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.

Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik
untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam
kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh
bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95%
lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi
karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida
organik.
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/06/peran-mikroorganisme-dalam-pembusukan-
sampah-organik/

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN DALAM


PEMBUATAN KOMPOS

Masalah 1: Bila dalam proses pengomposan, berbau amonia


Penyebab: Terlalu banyak bahan-bahan daun-daun hijau (terlalu banyak nitrogen)
Solusi: Tambah bahan daun-duan kering berwarna coklat, dan diaduk-aduk

Masalah 2: Berbau tengik seperti telur busuk, atau berbau asam


Penyebab: Terlalu lembab, atau kurang udara, sehingga yang terjadi adalah
pembusukan bukan proses penguraian
Solusi: Diaduk sampai bau hilang, tambahkan bahan-bahan berwarna coklat (daun
kering, serbuk gergaji, dedak) hingga kelembaban hilang

Masalah 3: Mengempal, dan berbau telur busuk


Penyebab: Kurang udara, terlalu lembab, atau terlalu basah
Solusi: Tambahkan bahan coklat, dan diaduk hingga baunya hilang

Masalah 4: Kering
Penyebab: Kurang air
Solusi: Diberi air, dibasahi, sambil dibolak-balik, diaduk-aduk
Masalah 5: Terlalu basah
Penyebab: Terlalu banyak air, bahan kompos terlalu basah, kehujanan, tidak cukup
udara
Solusi: Tambahkan bahan coklat, dibolak-balik, diaduk-aduk.

Masalah 6: Panas tidak merata, atau bahkan dalam proses pengomposan tidak
timbul panas
Penyebab: Wadah tempat pengomposan terlalu kecil, atau tumpukan bahan
kompos terlalu sedikit, bahan dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-an.
Solusi: Ukuran wadah atau tumpukan bahan kompos minimum 50 cm x 50 cm x 50
cm, idealnya 1 m x 1 m x 1 m. Ukuran lebih kecil juga bisa, misalnya memakai
karung, asal bahan dipastikan dipotong kecil-kecil 3 cm-an.

Masalah 7: Tidak ada perubahan yang terjadi, tidak ada panas yang timbul
Penyebab: Kurang bahan hijau, kurang udara, kurang lembab, bahan tidak dicacag
(dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-an)
Solusi: Pastikan bahan hijau cukup banyak, bahan dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-
an, selalu diaduk-aduk, basahi dengan air dan MOL

Masalah 8: Banyak lalat, serangga, dan belatung


Penyebab: Ada sampah daging, ikan, susu, santan, sayuran busuk, terlalu banyak
sampah dapur yang tidak diseleksi, dan tidak ditutup dengan baik.
Solusi: Dicampur atau ditutupi dengan selapis tanah, serbuk gergaji, dedak, atau
ditutupi dengan selapis kompos yang sudah jadi (kompos matang)

Masalah 9: Dikais-kais tikus, kucing, anjing


Penyebab: Ada sisa daging, ikan, atau makanan busuk
Solusi: Bila ada sisa daging atau ikan dalam proses pengomposan agar diambil,
disingkirkan, agar kemudian diaduk-aduk kembali, dibuat wadah sedemikian rupa
agar binatang tidak bisa masuk, lubang-lubang harus tetap ada untuk sirkulasi
udara, tetapi cukup ukuran kecil2 saja.

Demikian saran-saran Bapak dan Ibu Djamaludin, yang kemudian saya praktekkan,
dan akhirnya walaupun cara membuat mikroorganisme-nya beda, tetapi hasilnya
sukses.

Posted by sobirinsobirin@gmail.com at 7:26 AM

http://clearwaste.blogspot.com/2007/07/gagal-membuat-kompos.html
BAHAN ORGANIK PEMBUATAN KOMPOS

Asal Bahan

1. Pertanian

Limbah dan residu Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian
tanaman vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa

Limbah & residu


Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas
ternak

Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air

2. Industri

Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit,
Limbah padat
limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan

Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah pengolahan minyak kelapa sawit

3. Rumah tangga

Sampah Sampah (padat) rumah tangga dan sampah kota rumah tangga

Limbah padat dan


Limbah rumah tangga: Tinja, urin,
cair

4. Pasar

Sampah Sampah (padat) pasar tradisional dan modern


Limbah padat dan
Limbah Pasar; Tinja dan urin
cair

Jenis-jenis kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang
dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di
pabrik gula.
Kompos bokashi.

Manfaat Kompos
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah


2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah


2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos

Anda mungkin juga menyukai