Anda di halaman 1dari 14

BRONKOPNEUMONIA

LAPORAN KASUS INI DIBUAT UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD. DR PIRNGADI MEDAN

DISUSUN OLEH:
UPHIK TRY KURNIATI 1210070100102
MUHAMMAD SOBARI 1210070100122

PEMBIMBING:
Dr.Margaretha Damanik, Sp. A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


MEDAN
2016

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Akhirnya
penulis selesai menyusun laporan ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian SMF anak RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan judul
Bronkopneumonia.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Margaretha
Damanik, Sp.A dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini dan semua staff pengajar di SMF anak RSUD Dr.
Pirngadi medan serta teman-teman di kepaniteraan klinik.
Penulis menyadari sepenuhnya laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan
baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini di
masa yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, Februari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................2
2.1. Definisi..............................................................................................................2
2.2. Etiologi..............................................................................................................2
2.3. Patologi dan patogenesis...................................................................................2
2.4. Manifestasiklinis...............................................................................................3
2.5. Diagnosis..........................................................................................................3
2.6. Klasifikasi.........................................................................................................5
2.7. Tatalaksana........................................................................................................6
2.8. Komplikasi........................................................................................................9
2.9. Prognosis...........................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia
merupakan suatu keadaan inflamasi.Namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi
tunggal yang universal. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
pneumonia hanya berdasarkan penemu
an klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.1
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah diberbagai negara
terutama dinegara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak
<5 tahun dinegara maju adalah 2-4 kasus/ 100 anak/ tahun. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang.1
Beberapa factor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia. Antara
lain defek anatomi bawaan, deficit imunologi, polusi, GER (Gastroesophageal
Reflux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu
(ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan
kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.1

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi dll).2

2.2. Etiologi
Etiologi pneumonia pada neonates dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B
dan bakteri gram negative seperti E. coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp pada
bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza tipe dan staphylococcus aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumonia Virus yang terbanyak ditemukan adalah
Respiratory Syncytial virus (RSV), Rhinovirus, dan virus parainfluenza. 2

2.3. Patologi dan patogenesis


Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori.Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edema dan ditemukannya kuman di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang
cepat stadium ini disebut hepatisasi kelabu selanjutnya, jumlah makrofag meningkat
di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut resolusi system bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal. 2

5
2.4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.2

2.5. Diagnosis
2.5.1. Anamnesis
Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak
purulent bahkan bias berdarah
Sesak nafas
Demam
Kesulitan makan/ minum
Tampak lemah
Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus dan asma.1

2.5.2. Pemeriksaan Fisik


Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok
umur tertentu. Pada neonates sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting.
Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas dan
iritabel.3
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi demm, batuk (non produktif/
produktif),takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada
kelompok anak sekolah dan remaja dapat dijumpai panas, batuk (non produktif/

6
produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi, dan letargi. Pada semua kelompok
umur kan dijumpai adanya nafas cuping hidung.3
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bila tidak ditemukan pada bayi gejala
lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vocal fremitus menurun, suara
nafas menurun dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) didaerahyang terkena.
Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada; bila berat gerakan dada menurun waktu
inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri dapat
menjalar ke leher, bahu dan perut.3

2.5.3. Pemeriksaan penunjang


2.5.3.1. Darah perifer lengkap
Pada pneumonia virus dan pneumonia mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat akan tetapi pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000 40.000/ mm3 dengan
predominan PMN.2
2.5.3.2. Radiologi
Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda
dan gejala klinik distress pernafasan seperti takipnea, batuk dan ronki, dengan atau
tanpa suara nafas yang melemah. Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:2
a. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
b. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau
biasanya terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal
sebagai round pneumonia.
c. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

7
Penebalan peribronkial, infiltrate intersisial merata, dan hiperinflasi cenderung
terlihat pada pneumonia virus. Infiltrate alveolar berupa konsolidasi segmen atau
lobar, bronkopneumonia dengan air bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh
bakteri.2

2.5.3.3. C- Reactive Protein


Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan
antara factor infeksi dan non infeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi irus dan
infeksi bakteri superfisialis daripada ineksi profuda.2

2.5.3.4. Uji serologis


Uji serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.Akan tetapi, untuk deteksi
bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus seperti RSV,
Sitomegalo, Campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A dan B, dan Adeno,
peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis.2

2.5.3.5. Pemeriksaan mikrobiologis


Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap
tenggorokan, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi
paru. Diagnosis dikatakan defenitif bila ditemukan mikroorganisme penyebab pada
darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.2

2.6. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO :2
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia Berat
- Bila ada sesak nafas
- Harus dirawat dan diberikan antibiotik

8
Pneumonia
- Bila tidak ada sesak nafas
- Ada nafas cepat dan laju nafas
50x/menit untuk anak usia 2 bulan sampai 1 tahun
40x/menit untuk anak > 1-5 tahun
- Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotic oral
Bukan Pneumonia
- Bila ada nafas cepat dan sesak nafas
- Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotic, hanya diberikan
pengobatan simptomatis seperti penurunan panas.
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
- Bila ada nafas cepat (>60/menit) atau sesak nafas
- Harus dirawat dan diberikan antibiotic
Bukan Pneumonia
- Tidak ada napas cepat atau sesak
- Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.
2.7. Tatalaksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan yang utama berdasarkan berat- ringannya penyakit, misalnya toksis,
distress pernafasan, tidak mau makan/ minum, atau pada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonates dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.2
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan
analgetik / antipiretik.2

9
Faktor yang dapat mengindikasikan rawat inap bagi anak penderita
pneumonia:
- Usia < 6 bulan
- Status imunokompromais
- Tampak toksik
- Distress pernafasan berat
- Membutuhkan suplementasi oksigen
- Dehidrasi
- Muntah
- Tidak merespon terhadap pemberian antibiotic oral
- Orang tua yang tidak kompilans4

2.7.1 Pneumonia Rawat Jalan


Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini pertama
secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.Pada pneumonia ringan berobat
jalan, dapat diberikan antibiotic tunggal oraldengan efektifitas yang mencapai 90%.
Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol
adalah 4mg/ kgBB TMP- 20 mg/kgBB sulfametoksazol.2
Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai
terapi alternative beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan
pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. pneumonia dan bakteri atipik.2

2.7.2 Pneumonia Rawat Inap


Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta
lactam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta
laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin,
amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7- 10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa

10
komplikasi, meskipun tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang
optimal.2
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intraena harus dimulai
sesegera mungkin.oleh karena pada neonatus dan bayi kecil terjadi sepsis dan
meningitis, antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti
kombinasi beta laktam/ klauvulanat dengan aminoglukosid , atau sefalosporin
generasi ketiga. Bila keadaan stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral
selama 10 hari.2
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta-laktam dengan/ tanpa klavulanat dikombinasikan dengan
makrolid baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak
demam atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan
berobat jalan.2
Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan antibiotik
beta-laktam, ampisilin, atau amoksilin dikombinasikan dengan
kloramfenikol.Feyzullah dkk, melaporkan hasil perbandingan pemberian antibiotik
pada anak dengan dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotik yang
dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4 jam),
dan kloramfenikol (15mg/kgBB setiap 6 jam), dan ceftriakson intravena (50kg/B
setiap 12 jam) keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata memiliki efektivitas
yang sama.2
Akan tetapi, banyak peneliti melaporkan resistensi streptococcus pneumonia
dan Haemophillus influenza pada anak terhadap kloramfenikol.2

2.7.3 Kriteria Pulang


- Gejala dan tanda pneumonia menghilang
- Asupan peroral adekuat
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah ( per oral)
- Keluarga mengerti dan setuju umtuk pemberian terapi dan rencana control
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah.1

11
2.8. Komplikasi
Pneumonia bakterial sering kali menyebabkan cairan inflamasi terkumpul di
ruang pleura, kondisi ini mengakibatkan efusi parapneumonik atau apaila cairan
tersebut purulen disebut empyema.Efusi dalam jumlah kecil tidak memerlukan terapi.
Efusi dalam jumlah besar akan membatasi pernapasan dan harus dilakukan tindakan
drainase. Diseksi udara diantara jaringan paru mengakibatkan timbulnya
pneumatokel, atau timbulnya kantong udara. Jaringan parut pada saluran respiratory
dan pareknim paru akan menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan mengakibatkan
bronkiektasis dan peningkatan resiko terjadinya infeksi berulang. Pneumonia yang
menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan paru dapat menyebabkan terjadinya abses
paru.4
Pada umumnya anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepat dan sembuh
sempurna, walaupun kelainan radiologi dapat bertahan selama 6-8 minggu sebelum
kembali ke kondisi normal. Pada beberapa anak, pneumonia dapat berlangsung lama
dari 1 bulan atau dapat berulang.4

2.9. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energy protein dan yang
dating terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.5

BAB III

12
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme ( virus/ bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain ( aspirasi, radiasi, dll).
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum gejalanya yaitu batuk, sesak nafas, retraksi
dada, takipnea,pernafasan cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis, disertai
gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Kadang kadang
ditemukan gejala infeksi ekstra pulmoner. Pada auskultasi dapat terdengar suara
pernafasan menurun, fine crackers ( ronkhi basa halus), vokal fremitus menurun dan
redup pada perkusi.
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Dasar
tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotic yang
sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan
intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam basa,
elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik /
antipiretik.

DAFTAR PUSTAKA

13
14

Anda mungkin juga menyukai