Anda di halaman 1dari 19

Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta

Yogyakarta, 14 September 2017

DINAMIKA ENDAPAN MODERN PASIR MELALUI ANALISIS STRUKTUR


SEDIMEN DI DAERAH PANTAI GLAGAH, KECAMATAN TEMON,
KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Topan Ramadhan1, Miftahussalam1
1
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta. Jl Kalisahak No.28 Komplek Balapan, Yogyakarta.
email: 1topanramadhanms@gmail.com

ABSTRACT
The depotitional of many materials is deposited in several sedimentary environments such as the land
environment, transition to the sea. Glagah Beach, Temon Sub-district, Kulon Progo Regency, Special Region
Yogyakarta and several other beaches deposited sedimentary sediment materials where the material may be
derived from fluvial processes, marine processes or aeolian processes (wind). In determining the mechanism
and settling environment, how many physical parameters of sediment to interpret the characteristics of
sedimentary environment such as sediment structure and sediment texture. To fulfill these parameters
descriptions and stratigraphic stratigraphy measurements in the field were then presented in sedimentary
sedimentation columns and categorized in several bed sets of sedimentation. In addition to physical parameters,
there are also supporting parameters such as geomorphology and current analysis to determine the direction
of precipitation. From 5 locations of sedimentological data collection, there were grouping of bed sets such as
planar bedding, flaser bedding, cross bedding on canal or channel which is an association of sedimentation
structure of tidal settlement in the intertidal section. The material is deposited with medium to high energy
mechanism with the bed load current from the overall general direction relative south-southeast with the
medium (fluid) of water transport. With the data is also supported the location of research areas located in the
coast of South Java and around the mouth of Kali (river) Serang.
Keyword: Glagah Beach, tidal, Mouth of Kali Serang

ABSTRAK
Pengendapan material banyak diendapkan di beberapa lingkungan pengendapan diantaranya yang umum adalah
lingkungan darat, transisi hingga laut. Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan beberapa pantai lainnya banyak mengendapkan material-material endapan sedimen
dimana material tersebut kemungkinan berasal dari proses fluvial, proses marine ataupun proses aeolian
(angin). Dalam penentuan mekanisme serta lingkungan pengendapan dilakukan berapa parameter fisik sedimen
untuk interpretasi karakteristik lingkungan pengendapan seperti struktur sedimen dan tekstur sedimen. Untuk
memenuhi parameter tersebut dilakukan deskripsi dan pengukuran stratigrafi endapan dilapangan lalu disajikan
dalam kolom sedimentologi endapan dan mengelompokan dalam beberapa bed set sedimentasi. Selain adanya
parameter fisik, juga adanya parameter pendukung seperti geomorfologi dan analisis arus untuk menentukan
arah pengendapan. Dari 5 lokasi pengambilan data sedimentologi didapatkan pengelompokan bed set seperti
planar bedding, flaser bedding, cross bedding pada kanal atau channel yang merupakan asosiasi dari struktur
sedimentasi pengendapan lingkungan pasang surut pada bagian intertidal. Material di endapkan dengan
mekanisme energi sedang hingga tinggi dengan arus bed load dari arah umum keseluruhan relatif selatan-
tenggara dengan media (fluida) transportasi berupa air. Dengan data tersebut juga didukung letak daerah
penelitian yang berada di pesisir pantai Selatan Jawa dan tepat di sekitar muara Kali Serang.
Kata kunci: Pantai Glagah, Pasang surut, Pasir pantai, Muara sungai Serang

I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki iklim tropis sehingga banyak menghasilkan material-material rombakan melalui
proses degradasi seperti pelapukan, erosi dan trasportasi. Selain adanya proses degradasi terdapat juga
proses agradasi dimana terjadi proses pengendapan dari proses-proses degradasi. Pengendapan material-
material tersebut banyak diendapkan di beberapa lingkungan pengendapan diantaranya yang umum
adalah lingkungan darat, transisi hingga laut. Bentuklahan yang banyak ditemukan endapan sedimen
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

diantaranya pada lingkungan transisi seperti sekitar pantai, laguna, delta, dll. Pada beberapa tempat
seperti pantai banyak mengendapkan material-material endapan sedimen dimana material tersebut dapat
berasal dari proses fluvial, proses marine ataupun proses aeolian (angin).
Analisis lingkungan pengendapan dapat diketahui berdasarkan analisis struktur sedimen pengendapan
batuan atau endapan dimana struktur sedimen yang terbentuk pada saat proses pengendapan dapat
menceritakan proses dan mekanisme pengendapan serta lingkungan material tersebut di endapkan. Dari
struktur pengendapan yang ada pada sedimen dapat meruntut cerita lingkungan pengendapan masa
lampau (purba) maupun saat ini (recent). Pada lokasi penelitian yang berada di sekitar lokasi wisata
pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta pada sekitar
bulan September Oktober sedang dilakukan proyek pembangunan lahan parkir kendaraan untuk
pengunjung pantai wisata Glagah dimana dilakukan penggalian material pasir yang berada di tepat sisi
barat muara Kali Serang. Sehingga akibat proses penggalian material endapan pasir di lokasi tersebut
mengakibatkan tersingkapnya endapan yang tertimbun dan menunjukan struktur sedimen yang cukup
menarik untuk dilakukan studi. Secara letak geografi daerah penelitan berada di pesisir Pantai Glagah,
namun berdasarkan kenampakan struktur-struktur sedimen yang tersingkap perlu dilakukan analisis
lingkungan pengendapan endapan modern pasir tersebut untuk mengetahui secara pasti lingkungan
pengendapan pasir tersebut. Maka berdasarkan uraian diatas, penyusun mengambil topik dengan judul
Dinamika Endapan Modern Pasir Melalui Analisis Struktur Sedimen Di Daerah Pantai Glagah,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada penelitian yang dilaporkan dalam makalah seminar ini hal-hal yang akan dibahas memiliki batasan
masalah sebagai berikut:
1. Analisis yang dilakukan menggunakan data struktur sedimen pada endapan yang tersingkap akibat
proses pengendapan di beberapa tempat disekitar pantai Glagah.
2. Analisis struktur yang dilakukan dengan melakukan pengukuran secara vertikal pada singkapan di
lapangan.
3. Hasil dari analisis untuk menyimpulkan mekanisme pengontrol pengendapan material endapan pasir
dan lingkungan pengendapan yang ada di daerah tersebut.

II. METODE
Lingkungan pengendapan ialah tempat atau wadah terdendapkannya material sedimen beserta kondisi
fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).
Interpretasi lingkungan pengendapan bisa ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk pada batuan.
Struktur sedimen tersebut dapat digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa masalah geologi,
karena struktur batuan terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan
kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Proses terjadi dan
pembentukan struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi
serta lingkungan pengendapan tertentu.
Menurut (Krumbein & Sloss, 1963) lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat
mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya. Lingkungan pengendapan menurut (Boggs,
1987), terdapat 3 lingkungan pengendapan yang umum dijumpai diantaranya adalah continental yang
terdiri dari setting pengendapan fluvial, desert, danau, serta glasial Kemudian lingkungan marginal-
marine yang terdiri dari setting pengendapan delta, pantai, estuarin atau lagon serta tidal. Sedangkan
lingkungan marine atau laut terdiri dari setting pengendapan neritik dan oceanic (continental slope
hingga laut dalam).
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Gambar 1.1 Lingkungan Pengendapan Sedimen (Nichols, 2009)

Parameter fisik sedimen merupakan aspek penting dalam kegiatan rekonstruksi lingkungan yang
terbentuk baik di masa kini maupun masa lalu. Struktur sedimen dasar dan tekstur sedimen merupakan
fitur utama dalam memberikan informasi tentang media dan jenis transport material yang bekerja (es,
angin, atau air) serta kondisi energi dalam masa pengendapan. Reineck & Sigh (1980) menyimpulkan
bahwa studi parameter fisik sedimen dapat dibagi dalam 2 grup yaitu:
a) Studi Struktur Sedimen
Jenis struktur sedimen yang dapat dijumpai di lapangan menurut Boggs (2009), terdapat 4 klasifikasi
yaitu yaitu struktur pengendapan, struktur erosi, struktur deformasi dan struktur biogenik dengan
beberapa bentuk struktur di dalamnya. Tetapi pada penelitian ini, tekstur sedimen yang lebih
diperhatikan berdasarkan 4 klasifikasi tersebut adalah struktur pengendapan karena obyek yang
diteliti merupakan endapan sedimen modern atau endapan resen dan belum mengalami deformasi.
Macam-macam struktur sedimen pengendapan menurut Boggs (2009) diantaranya adalah laminasi,
massif, perlapisan, gradasi normal, ripples, sand waves, dune, antidune, cross bedding, ripple cross-
lamination, flaser & lencticular bedding, hummocky cross-bedding, parting lineation. Struktur-
struktur sedimen yang telah disebutkan tersebut dibedakan berdasarkan klasifikasi morfologinya
(lihat table 1.1). Sedangkan itu juga dibagi berdasarkan genetiknya (proses pembentuknya) yang
dibagi beberapa macam diantaranya yaitu suspension setting, waves formed, current formed, struktur
pembentuk oleh proses angin, serta pembentuk oleh proses kimia dan biokimia (Boggs, 2009).
Tabel 1.1 Klasifikasi Struktur Sedimen Paling Umum dijumpai (Modifikasi dari Boggs, 2009)
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Kaitan-kaitan kehadiran dari struktur pengendapan yang ada di lokasi penelitian nantinya akan
dilakukan rekontruksi mekanisme serta lingkungan pengendapan dari material sedimen tersebut.
Parameter struktur sedimen juga akan didukung parameter fisik tekstur sedimen untuk melakukan
interpretasi dan rekontruksi lingkungan pengendapan.
b) Studi Tekstur Sedimen
Studi ini termasuk studi granulometri pada material sedimen. Studi granulometri yang digunakan
meliputi ukuran butir, parameter ukuran butir, bentuk dan kebundaran serta tekstur permukaan.
Namun pada penelitian ini tekstur sedimen dianalisis melalui analisis ukuran butir.
Tabel 1.2 Tabel Skala Wenworth Ukuran Butir Sedimen (Lewis & McChonCie, 1994 dalam
Selley, 2000)

Ukuran butir sedimen merupakan bagian aspek fisik dari material sedimen. Ukuran butir dari
material sedimen dapat digunakan untuk pengukuran sedimen saat energi medium pengendapan dan
energi pengendapan pada sebuah cekungan. Parameter ukuran butir dideskripsi berdasarkan ukuran
fraksi butir (skala Wentworth) dari endapan yang diukur serta mengunakan parameter perbedaan
ukuran butir yang ada dalam komparator ukuran butir. Material sedimen kasar umumnya ditemukan
di lingkungan dengan energi pengendapan yang lebih tinggi, sedangkan untuk sedimen halus pada
energi pengendapan yang lebih kecil. Penurunan arah transport material juga akan mempengaruhi
ukuran besar butir material sedimen. Contohnya pada proses fluvial dimana ukuran besar butir akan
lebih kasar di daerah hulu dan semakin halus mendekati daerah hilir. (Reineck dan Singh, 1980).
Selain parameter ukuran butir, parameter fisik tekstur sedimen lainnya adalah seperti sortasi. Sortasi
dalam tekstur sedimen dapat membantu dalam interpretasi mekanismes serta pengaruh fluida media
transportasi sedimen. Pengamatan sortasi dilakukan secara langsung dilapangan. Dalam
identifikasinya, penyusun membagi 4 (empat) jenis sortasi diantaranya yaitu sortasi sangat buruk,
buruk, sedang dan baik (lihat gambar 1.2). Pengamatan sortasi ini dilakukan secara relatif secara
langsung dilapangan dengan mengamati orientasi atau susunan antar fraksi butir dalam endapan
sedimen yang mana sortasi akan berkaitan dengan kemas yang menunjukan kondisi. Dari hubungan
tersebut, sortasi akan mencerminkan bagaimana kemampuan fluida melakukan sorting atau
pemilahan material sedimen, baik berdasarkan kelompok bentuk butir maupun ukuran butir.
Kenampakan fisik tersebut akan mencerminkan perilaku fluida dalam proses tersebut yang akan
membantu interpretasi mekanisme pengendapan material sedimen yang terdapat di lokasi penelitian
selain didukung data parameter fisik sedimen lainnya.
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Gambar 1.2 Jenis-jenis Sortasi Pada Tekstur Sedimen (Modifikasi dari Boggs, 2009)

III. HASIL
Hasil penelitian ini meliputi dari data primer yaitu pengambilan data pengukuran stratigrafi,
pengambilan data struktur dan tekstur sedimen, geomorfologi daerah penelitan, serta adanya dukungan
data sekunder yaitu data yang diambil dari pustaka yang berkaitan dan mendukung hasil dari penelitian
ini. Pengumpulan data banyak di lakukan pada sekitar galian material pasir yang berada di lokasi
penelitian.

Gambar 3.1 Lokasi pengambilan data-data lapangan

Dari kegiatan pengambilan data selama dilapangan, di tentukan lah beberapa lokasi yang menjadi titik
lokasi pengabilan data struktur & tekstur sedimen, dimana pada lokasi tersebut dilakukan juga
pengukuran stratigrafi endapan secara vertikal. Data yang diambil adalah data yang menjadi parameter
penentuan interpretasi lingkungan pengendapan seperti struktur dan tekstur sedimen serta data
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

pendukung lainnya seperti analisis imbrikasi fragmen untuk keperluan analisis arus purba
(paleocurrent).
Dari beberapa lokasi tersebut merupakan lokasi yang memiliki kenampakan struktur sedimen
pengendapan yang jelas sehingga layak untuk dilakukan pengambilan untuk kebutuhan interpretasi
mekanisme dan interpretasi lingkungan pengendapan. Dalam pengukuran stratigrafi, akan di gambarkan
dalam kolom sedimentologi serta tiap kelompok lapisan sedimentasi (bed set). Dalam lingkup daerah
penelitian terdapat 6 titik lokasi pengambilan data yang menjadi parameter fisik sedimen untuk
identifikasi karakteristik lingkungan pengendapan. Lokasi pengambilan data ini berada pada lubang
galian material pasir yang ada di lokasi tersebut. Berikut hasil lokasi pengambilan data yang didapatkan.

a) Lokasi P1
Lokasi ini berada pada koordinat 7 54' 51.60" LS dan 110 4' 49.11" BT dengan bentuk singkapan
memanjang timur-barat dengan arah pandangan singkapan N 327 E. Pada lokasi ini terdapat
singkapan endapan yang menunjukan struktur sedimen pararel laminasi, planar cross lamination,
ripple climbing dengan material dominan berukuran pasir sedang hingga kasar (lihat gambar 3.2).
Lokasi ini memiliki dimensi singkapan teramati dengan tinggi 1,9 meter dan lebar 2,5 meter
dengan kondisi singkapan cukup jelas.

Gambar 3.2 Kenampakan singkapan titik P1

Pada singkapan ini material endapan banyak terdapat fragmen cangkang organism serta fragmen
batuan beku dengan ukuran kerikil. Selain itu ukuran butir material endapan pada singkapan P1
terdapat material halus seperti lanau hingga lempung yang terperangkap di dalam material yang lebih
kasar. Untuk memahami arsitektur dan dinamika pengendapan endapan tersebut pada lokasi ini
dilakukan pengukuran stratigrafi dalam bentuk kolom sedimentologi (lihat tabel 3.1) lapisan endapan
pada lokasi ini. Panjang kurang lebih 120 cm yang juga merupakan singkapan yang memiliki dimensi
tertinggi pada seluruh daerah penelitian serta dengan struktur sediman endapan yang cukup
kompleks.
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Tabel 3.1. Kolom Sedimentologi Singkapan P1

b) Lokasi P2
Lokasi P2 berada pada koordinat 7 54' 52.06" LS dan 110 4' 49.34" BT berada di sebelah tenggara
lokasi P1 berjarak 30 meter terdapat singkapan dengan arah azimuth N 97 E dimana singkapan
memanjang relatif utara-selatan. Pada singkapan ini ditemukan struktur sedimen pararel laminasi,
silang siur, scour (lihat gambar 3.3). Pada titik ini dilakukan pengukuran stratigrafi dalam bentuk
kolom sedimentologi (lihat tabel 3.2), dimana terlihat kenampakan struktur silang siur pada
singkapan serta dilakukannya analisis arus purba dari imbrikas fragmen dan struktur sedimen silang
siur.

Gambar 3.3. Kenampakan singkapan pada lokasi P2


Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Selain itu endapan pada singkapan ini material dominan berupa pasir sedang hingga kasar serta
material dengan ukuran butir halus berukuran lanau. Pada beberapa set lapisan terdapat material
endapan berupa fragmen cangkang dengan warna putih hingga coklat dengan jenis molusca dan
pelycypoda yang cukup melimpah, serta fragmen batuan beku yang sudah berukuran kerikil dengan
bentuk butir membundar tanggung. Dimensi pengukuran stratigrafi pada kolom sedimentologi yang
ada di lokasi ini memiliki tinggi kurang lebih 55 sentimeter. Pada lokasi ini kondisi singkapan juga
cukup komplek dengan hadirnya struktur sedimen pengendapan dan erosi. Dari pengambilan data
arus purba, dilakukanlah analisis dengan mencari arah umum imbrikasi fragmen batuan yang ada
pada lapisan endapan (lihat tabel 3.3) bahwa arah umum pengendapan berasal dari selatan. Arah
sedimentasi dari selatan selain adanya hasil dari analisis arus purba yang didapatkan, juga adanya
pembajian pada struktur silang siur yang memiliki sudu kemiringan 31 o dengan arah kemiringan
pembajian ke arah utara.
Tabel 3.2 Kolom sedimentologi lokasi P2

Tabel 3.3 Hasil Analisis Arus Purba P2

c) Lokasi P3
Lokasi P3 berada pada koordinat 7 54' 52.54" LS dan 110 4' 49.25" BT berada di sebelah selatan
lokasi P2 berjarak 10 meter terdapat singkapan dengan arah azimuth N 81 E dimana singkapan
memanjang relatif utara-selatan yang satu kemenerusan dari singkapan P2. Pada singkapan ini
ditemukan struktur sedimen pararel laminasi, silang siur dengan kondisi singkapan yang cukup ideal
(lihat gambar 3.4).
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Pada lokasi ini juga dilakukan pengukuran stratigrafi dalam bentuk kolom sedimentologi (lihat tabel
3.3). Selain itu endapan pada singkapan ini material dominan berupa pasir sedang hingga kasar serta
material dengan ukuran butir halus berukuran lanau. Pada beberapa set lapisan terdapat material
endapan berupa fragmen cangkang dengan warna putih hingga coklat dengan jenis molusca dan
pelycypoda yang cukup melimpah, serta fragmen batuan beku yang sudah berukuran kerikil dengan
bentuk butir membundar tanggung.

Gambar 3.4. Kenampakan singkapan pada lokasi P3

Struktur sedimen pengendapan pada lokasi ini tidak terlalu komplek seperti pada lokasi lain,
kenampakan struktur sedimen pada lokasi ini terlihat hanya seperti perulangan yang sama dengan
dikelompokan satu set lapisan sama. Panjang kolom sedimentologi pada lokasi P3 yang dapat
dilakukan pengukuran setinggi 60 cm. Pada singkapan ini, banyak ditemukan perbedaan
kompleksitas struktur sedimen dengan lokasi P2, padahal singkapan P3 merupakan 1 kemenerusan
singkapan yang berada di sebelah selatan dari singkapan P2. Perbedaan yang sangat terlihat yaitu
tidak adanya struktur silang siur yang memperlihatkan pembajian. Kemudian itu juga tidak terlalu
dominan material berukuran kasar berada di lokasi ini, sehingga pada lokasi P3 ini material endapan
yang dominan menyusun adalah fraksi butir berukuran kasar hingga halus.
Tabel 3.4. Kolom sedimentologi lokasi P3
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

d) Lokasi P4
Lokasi P4 berada pada koordinat 7 54' 52.92" LS dan 110 4' 48.39" BT berada di sebelah baratdaya
dari lokasi P3 berjarak 45 meter terdapat singkapan dengan arah azimuth N 81 E dimana
singkapan memanjang relatif utara-selatan. Pada lokasi ini ditemukan kenampakan struktur sedimen
pararel laminasi, gradasi normal, flaser bedding (lihat gambar 3.5). Pada lokasi ini dilakukakan
pengukuran arus purba (paleocurrent), untuk mengetahui arah sedimentasi endapan berdasarkan arah
imbrikasi fragmen (lihat table 3.5).

Gambar 3.5. Kenampakan singkapan pada lokasi P4

Pada lokasi ini juga dilakukan pengukuran stratigrafi dalam bentuk kolom sedimentologi (lihat tabel
3.6). Material dominan berupa pasir sedang, pasir kasar, lanau hingga kerikil. Pada beberapa set
lapisan terdapat material endapan berupa fragmen cangkang dengan warna putih hingga coklat
dengan jenis mollusca dan pelecypoda yang cukup melimpah, serta fragmen batuan beku yang sudah
berukuran kerikil hingga kerakal yang cukup dominan. Material dengan fraksi kasar pada lokasi ini
cukup dominan dan memiliki ukuran cukup besar dengan ukuran butir kerikil hingga kerakal.
Material kasar relati berada pada satu lapisan yang sama.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Arus Purba lokasi P4
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Tabel 3.6 Kolom sedimentologi lokasi P4

e) Lokasi P5
Lokasi P5 berada pada koordinat 7 54' 51.14" LS dan 110 4' 49.89" BT berada di sebelah timurlaut
dari lokasi P1 berjarak 40 meter terdapat singkapan dengan arah azimuth N 14 E dimana
singkapan memanjang relatif timur-barat. Pada lokasi ini ditemukan kenampakan struktur sedimen
pararel laminasi, flaser (lihat gambar 3.6). Pada lokasi ini juga dilakukan pengukuran stratigrafi
dalam bentuk kolom sedimentologi (lihat tabel 3.6). Material dominan berupa pasir sedang hingga
kasar, pada beberapa set lapisan terdapat material endapan berupa fragmen cangkang dengan warna
putih hingga coklat dengan jenis mollusca dan pelecypoda yang cukup melimpah, serta fragmen
batuan beku yang sudah berukuran pasir kasar.

Gambar 3.6. Kenampakan singkapan pada lokasi P5


Selain material pasir yang terdapat pada lokasi ini adalah material halus berukuran lanau hingga
lempung yang terperangkap dalam material pasir yang dominan. Analisis arus purba dilakukan pada
lokasi ini tepatnya pada lapisan endapan atas (top) dimana terdapat imbrikasi fragmen (lihat tabel
3.7). Dimensi dari kolom sedimentologi yang dilakukan pengukuran dilapangan memiliki tinggi
kurang lebih 55 centimeter. Dalam lokasi ini memiliki kondisi kenampakan struktur sedimen
pengendapan yang cukup komplek. Material endapan pada bagian bawah cenderung halus,
sedangkan pada lapisan endapan bagian atas material semakin kasar dengan adanya material kasar
berupa kerikil tertanam dalam material pasir sangat kasar.
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Tabel 3.7 Hasil Analisis Arus Purba lokasi P5

Berdasarkan analisis interpretasi arus purba, didapatkan bahwa arah umum pengendapan berasal dari
arah relatif tenggara dengan sudut kemiringan imbrikasi fragmen yang relatif horizontal atau datar
tetapi masih terlihat beberapa fragmen memiliki kemiringan yang mendukung kesimpulan
interpretasi arah asal sedimentasi. Pola sedimentasi yang terlihat pada kolom sedimentologi
menunjukan pola sedimentasi menghalus keatas (fining upward) pada beberapa set bagian tengah
dan bawah, tetapi terdapat pola mengkasar keatas pada bagian set atas sebelum pola sedimentasi
kembali menghalus.
Tabel 3.8 Kolom sedimentologi lokasi P5

f) Lokasi P7
Lokasi P7 berada pada koordinat 7 54' 49.86" LS dan 110 4' 50.97" BT berada di sebelah timurlaut
dari lokasi P1 berjarak 60 meter terdapat singkapan dengan arah azimuth N 276 E, yang
merupakan lokasi pengamatan dan pengambilan data paling utara daerah penelitian. Geometri
singkapan memanjang relatif tenggara-baratlaut. Pada lokasi ini ditemukan kenampakan struktur
sedimen pararel laminasi, silang siur (lihat gambar 3.7).
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Gambar 3.7. Kenampakan singkapan pada lokasi P7


Dalam keperluan analisis dalam interpretasi arus purba, dilakukan pengambilan data dari arah silang
siur dan imbrikas fragmen (lihat tabel 3.9). Berdasarkan arah umumnya, didapatkan arah sedimentasi
yang didapatkan berasal dari arah baratdaya. Kolom sedimentologi yang digambarkan pada lokasi
P7 memiliki tinggi sebesar 38 centimeter yang merupakan kolom sedimentologi terpendek di seluruh
lokasi penelitian. Berdasarkan pola sedimentasi yang didapat di lokasi P7 didapatkan pola
sedimentasi mengkasar ke atas (coarsening upward) pada set bawah hingga tengah lalu menghalus
ke atas (fining upward) pada bagian set atas dengan tebal tiap lapisan yang relatif tebal. Sudut
kemiringan dari pada struktur sedimen silang siur sebesar 25 o -30o.
Tabel 3.9 Hasil Analisis Arus Purba lokasi P7

Pada lokasi ini juga dilakukan pengukuran stratigrafi dalam bentuk kolom sedimentologi (lihat tabel
3.10). Material dominan berupa pasir sedang hingga kasar, pada beberapa set lapisan terdapat material
endapan berupa fragmen cangkang dengan warna kuning hingga coklat dengan jenis mollusca dan
pelecypoda yang tidak dominan, serta fragmen batuan beku yang sudah berukuran kerikil hingga
kerakal. Fenomena struktur sedimen pengendapan yang ada di lokasi cukup komplek dengan adanya
struktur silang siur memotong lapisan bawahnya.
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Tabel 3.10 Kolom sedimentologi lokasi P7

Beberapa lokasi yang dijadikan pengambilan data geomrfologi pada daerah ini hanya pada titik P6
dan titik P8. Data yang diambil dari data geomorfologi adalah morfografi dan morfometri. Data
geomorfologi dianggap penting, untuk mendukung serta membantu menginterpretasikan
geomorfologi daerah penelitian saat ini atau lampau yang diharapkan juga mendukung data
sedimentologi. Penentuan lokasi pengambilan geomorfologi dilakukan secara acak pada lokasi-
lokasi yang dianggap representatif dan layak menunjukan kondisi geomorfologi dilapangan.
a) Lokasi P6
Lokasi ini berada pada koordinat 7 54' 50.74" LS dan 110 4' 51.06" BT dengan arah pandangan
pengamatan N 176 E. Pada lokasi ini teramati kondisi geomorfologi daerah penelitian berupa
dataran dengan relief bergelombang lemah, slope 0 - 5. Secara deskrifktif, lokasi P6 merupakan
dataran dengan endapan pasir hasil transportasi sungai dan di interpretasikan sebagai dataran luapan
sungai muara atau tanggul alam sungai Serang (lihat gambar 3.8). Pada saat pengambilan data
lapangan, dilokasi tersebut sedang berlangsung kegiatan penambangan dan pembersihan lahan di
lokasi penelitian.

Gambar 3.8. Kenampakan morfologi di P6


Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

IV. DISKUSI
Dalam identifikasi serta rekontruksi lingkungan pengendapan dibutuhkan korelasi data yang telah
didapatkan berupa struktur sedimen, tekstur sedimen yang menjadi parameter fisik dalam penentuan
lingkungan pengendapannya. Selain parameter struktur sedimen dan tekstur sedimen dalam mendukung
pembahasan, juga dibutuhkan data geomorfologi serta analisis arus purba untuk mendukung interpretasi
arah arus pengendapan material tersebut. Interpretasi yang dilakukan adalah dengan mencoba
menghubungkan kondisi tiap parameter yang ada.
1. Interpretasi Dengan Parameter Struktur Sedimen
Dari beberapa lokasi pengukuran struktur sedimen yang didapatkan, beberapa struktur sedimen
pengendapan menunjukan adanya mekanisme-mekanisme pada lingkungan transisi. Dalam
kenampakan struktur sedimen yang ada di lokasi penelitian, dilakukan pengelompokan satuan
struktur sedimen tiap beberapa lapisan dalam bentuk Bed Set. Bed set dilakukan untuk memudahkan
penyusun dalam interpretasi mekanisme dan lingkungan pengendapan dikarenakan kondisi struktur
sedimen yang begitu komplek (lihat gambar 3.10).

Gambar 3.10 Skematik Diagram blok daerah penelitian dengan arsitektur sedimentologi

Beberapa bed set yang ditentukan, banyak lokasi terbentuk set planar bedding, flaser bedding, tidal
channel dari interpretasi struktur cross bedding dengan sudut > 30 o. selain itu terdapat struktu
sedimen ripple climbing yang cukup dominan di beberapa lokasi penelitian. Sehingga dari kondisi
tersebut, di interpretasilah lingkungan pengendapan endapan pasir tersebut dengan lingkungan
pasang surut (tidal) pada bagian intertidal. Hal tersebut berdasarkan adanya asosiasi struktur sedimen
yang ada pada beberapa lokasi penelitian seperti adanya indikasi endapan intertidal pointbar
meandering channel dan saluran pasang surut (tidal channel) serta dominasi material endapan yang
berukuran pasir relatif dominan kasar dan berselang seling dengan material halus atau pada fasies
Mixed Flats Tidal.

Gambar 3.11 Diagram blok interpretasi lingkungan pengendapan (Modifikasi dari Boggs, 1987)
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

2. Interpretasi Dengan Parameter Tekstur Sedimen


Pada sajian kolom sedimentologi endapan dari seluruh titik lokasi pengamatan terdapat deskripsi
tekstur sedimen baik menyangkut ukutan butir, bentuk butir, kemas dan sortasi. Pada ukuran butir
menjadi parameter penting untuk interpretasi energi pengendapan serta sortasi untuk mengkorelasi
dengan mekanisme pengendapannya baik jenis fluidanya. Dari seluruh lokasi pengambilan data,
material yang umumnya terendapkan adalah material berukuran pasir sedang hingga sangat kasar
dengan beberapa dominasi kecil material berukuran lanau hingga lempung. Hal ini menunjukan
bahwa energi pengendapan material di daerah penelitian dengan arus yang sedang. Tetapi pada
beberapa lokasi seperti lokasi P2, P4 dan P7 ditemukan adanya proses channeling dengan membawa
material lebih kasar di dalamnya baik berukuran kerikil hingga kerakal yang juga cukup
mendominasi di beberapa lapisan endapan diseluruh lokasi (lihat gambar 3.12).

Gambar 3.12 Ukuran butir material yang berukuran relatif kasar

Terutama pada lokasi P4, material berukuran kasar banyak dijumpai pada beberapa set lapisan
endapan, hal ini menunjukan energi pengendapan yang cukup besar pada daerah penelitian. Sortasi
yang umum di jumpai pada beberapa lokasi seperti P1, P2, P3, P5 dan P7 (lihat gambar 3.13) banyak
beberapa lapisan memiliki sortasi yang baik hingga sedang. Hal tersebut menunjukan adanya
mekansime pemilihan butiran yang dilakukan fluida terhadap material yang diangkutnya.
Mekanisme arus yang berlaku dalam transportasi dan sedimentasi material tersebut dengan jenis arus
suspensi hingga traksi. Sedangkan, pada lokasi P1, P2, P4 dan P7 (lihat gambar 3.14) terdapat
material endapan dengan sortasi buruk pada beberapa lapisan. Hal ini menunjukan adanya
mekanisme arus dan perilaku fluida yang tidak terlalu melakukan pemilahan butir pada material
dengan jenis arus bed load. Dengan adanya material yang memiliki ukuran butir relatif kasar, banyak
dimanfaatkan sebagai data pendukung analisis arus purba.

Gambar 3.13 Kenampakan tekstur sedimen dengan sortasi sedang-baik di beberapa lokasi
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

Pada beberapa titik lokasi yang dilakukan pengambilan data arus purba menunjukan arah asal arus
pengendapan berasal dari selatan hingga tenggara (lihat gambar 3.15). Sebagai contoh lokasi P2 yang
didapatkan dari data imbrikasi fragmen dan kenampakan struktur silang siur, arah interpretasi arus
purba yang ada pada lokasi tersebut relatif berarah dari selatan. Kemudian, pada titik P4 didapatkan
hasil interpretasi arah arus purba pengendapan material tersebut berarah selatan-tenggara. Namun
pada lokasi P7, arah sedimentasi berasal dari baratdaya dimana data berasal dari pengukuran struktur
silang siur dan imbrikasi fragmen yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, beberapa kemungkinan
adanya pengontrol arah sedimentasi bisa di kontrol oleh mekanisme arus fluvial, aeolian atau tidal.
Kondisi saat ini menunjukan arah aliran sedimen sungai Serang di daerah penelitian berarah relatif
utara ke selatan mengarah ke samudera Indonesia.

Gambar 3.14 Kenampakan tekstur sedimen dengan sortasi buruk di beberapa lokasi

Tetapi dengan adanya parameter fisik lain seperti struktur sedimen pengendapan serta ukuran butir
menunjukan bahwa berdasarkan struktur sedimen pengendapan material diendapkan dengan
mekanisme tidal serta energi yang cukup besar (berdasarkan ukuran butir). Hal ini mengacu dalam
mekanisme transportasi sungai pada daerah hilir biasanya energinya semakin rendah, didukung
morfologi sungai yang tidak berkelok pada bagian hilir serta kandungan cangkang organisme laut
yang terkandung di beberapa lokasi.

Gambar 3.15 Hasil Analisis Interpretasi Arus Purba


Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

3. Interpretasi Dengan Parameter Geomorofologi


Parameter kondisi geomorofologi secara tidak langsung akan menentukan kondisi morofologi atau
wadah mengendapnya suatu material di permukaan bumi ini. Seperti pada kondisi awal, deskripsi
lokasi penelitian berdasarkan geomorofologi merupakan dataran luapan sungai Serang hingga sebuah
point bar fluvial. Namun, setelah ditinjau lebih lanjut kondisi geomorofologinya, daerah penelitian
berada di sekitar muara Sungai Serang yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Pada bagian
hilir muara sungai Serang terindikasi bahwa bentuk sungai Serang alirannya relatif tegas dan tidak
berkelok. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa control morfologi daerah penelitian tidak hanya di
kontrol oleh proses fluviatil sungai Serang, tetapi kemungkinan adanya pengaruh pasang surut karena
terletak di pesisir atau adanya pengaruh angin pada daerah penelitian.
4. Korelasi Antar Parameter dengan Jenis Fluida
Dari beberapa parameter yang telah didapatkan, material endapan pasir di endapkan pada lingkungan
pasang surut (tidal) berdasarkan asosiasi struktur sedimen yang ada. Sedangkan beberapa tekstur
sedimen yang didapatkan, menunjukan adanya mekanisme arus traksi dan bed load, serta dengan
energi sedang hingga cukup tinggi. Berdasarkan parameter mekanisme pengendapan material dengan
mekanisme fluvial (sungai), dengan kondisi sungai yang tidak berkelok pada bagian hilir serta jenis
arus sungai saat ini relatif dengan arus suspensi dengan energi lemah, serta adanya fraksi butir yang
diendapkan relatif sedang hingga halus, maka dapat dipastikan tidak adanya hubungan material
endapan dengan mekanisme fluvial. Kemudian dari ukuran butir yang cukup kasar maka ada asumsi
bahwa material terendapkan relatif dengan arus sedang hingga tinggi yang mana hanya akan di
pengaruhi oleh mekanisme gelombang laut atau pasang surut. Kemudian itu adanya proses
channeling yang ada dapat mendukung interpretasi jenis fluida yang mengendapakan material
tersebut. Dimana walaupun adanya indikasi angin dalam mekansime pengendapan material pasir di
lokasi penelitian, tetapi dengan adanya struktur sedimen yang berasosiasi dengan struktur silang siur
akibat proses channeling, sehingga dapat dipastikan fluida yang bekerja sebagai media transportasi
dan pengendapan pada material pasir tersebut adalah air.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan beberapa parameter fisik untuk interpretasi lingkungan
pengendapan yang telah didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Material endapan modern pasir tersebut diendapkan dengan mekanisme arus bed load hingga traksi
dengan energi pengendapan material relatif sedang hingga tinggi
2. Jenis fluida yang menjadi media transportasi dan pengendapan material tersebut adalah air
berdasarkan asosiasi struktur sedimen yang berasosiasi dengan sistem saluran (channeling).
3. Berdasarkan identfikasi geomorofologi daerah penelitian yang merupakan dataran tepat berada di
sebelah barat sungai Serang dan terletak di pesisir pantai Selatan Jawa yang berhadapan langsung
dengan samudera Indonesia.
4. Secara umum daerah penelitian terkontrol oleh proses geomoroflogi pesisir dengan adanya pengaruh
pasang surut.
5. Berdasarkan asosiasi sturktur sedimen yang menunjukan dinamika pengendapan endapan pasir
modern di sekitar Pantai Glagah, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta terendapkan pada lingkungan Intertidal pada bagian mixed flat tidal berdasarkan material
endapan yang masih relatif ada percampuran dengan material kasar (pasir kasar, kerikil pasir sedang)
hingga material berukuran halus (pasir halus, lanau).
Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga untuk meningkatkan keakuratan data
serta menyimpulkan interpretasi dalam mendukung data penelitian. Dalam metode maupun parameter
penentuan lingkungan pengendapan seperti perlu adanya analisis granulometri untuk menentukan
lingkungan pengendapan. Kemudian itu, perlu dilakukan korelasi antar titik lokasi dan koreksi
kedudukan (elevasi) struktur sedimen sehingga dapat dilakukan rekontruksi pengendapan serta
geomorfologi lampau daerah penelitian tentunya juga untuk mengetahui geometri dan penyebaran
material pasir besi yang dianggap ekonomis dan banyak terendapkan di pesisir selatan pantai sekitar
Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Jawa Tengah.
Seminar Nasional Kebumian XII-FTM-UPN Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, 14 September 2017

VI. DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R.W, Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol IA.


Boggs, S. 1987. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. New Jersey : University of Oregon,
Pearson Prentice Hall.
Boggs, S. 2009. Petrology of Sedimentary Rock, Second Edition. New Jersey : University of Oregon,
Pearson Prentice Hall.
Gould, H.R. 1972. Environmental indicators-A key to the stratigraphic record, dalam J.K. Rigby &
W.K. Hamblin (eds.). Recognition of ancient 117 sedimentary environments: Soc.Econ.
Paleontologists and Mineralogist Spec. Pub. 16, p. 1-3.
Krumbein, C. & Sloss, L.L., 1951, Stratigraphy and Sedimentation, San Francisco: W.H. Freeman and
Company.
Krumbein, W., & L. Sloss, 1963. Stratigraphy and Sedimentation. Freeman, San Frasisco.
Lowe, J,J. & Walker, M.J.C. 1984. Reconstrukting Quaternary Environments. New York : Logman
Group Limited, p. 85-92.
Nichols, Gary, 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science Ltd.
Nichols, G., 2009, Sedimentology and Stratigraphy 2nd edition, John Wiley&Sons Ltd, UK.
Marwasta, D., Prayono, K.W., 2007, Analisis Karakteristik Pemukiman Desa Desa Pesisir di
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Pannekoek, A.J., 1949, Outline of The Geomorphology of Java, Harlem: Geological Survey.
Pettijohn, F.J., 1957. Sedimentary Rock Second Edition. Harper & Row, New York.
Pratiwi, M.K., 2011, Potensi Dampak Fisik dan Presepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan
Pelabuhan Tanjung Adikarta di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan. Rosidi, H.M.D., 1977, Geologi Lembar Yogyakarta, edisi pertama,
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Reading, H. G., 1978. Sedimentary Environments and Facies. Elsevier: New York
Reinicks, H.E., & Singh, I.B., 1980. Depositional Sedimentary Environments,
Selley, R.C., 1985, Ancient Sedimentary Environment and their sub-surface diagnosis: third edition,
Cornell University Press, Ithaca, New York, 317p.
Selley, R., C, 2000, Applied Sedimentology Second Edition, Academic Press: London.
Sukandarrumidi, 2012, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Suroso, H., 2007, Paleogeomorfologi Pesisir Antara Sungai Serang dan Sungai Progo, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.
Tucker, M. E. 1982. The Field Description of Sedimentary Rocks. England: John Wiley & Sons.
Tyas, D.W., Dibyosaputro, S., 2012, Pengaruh Morfodinamika Pantai Glagah, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Keselamatan Pengunjung Pantai,
Yogyakarta.
Walker,R.G., 1980, Facies Models, Geological Association of Canada.
Walker,R.G., James,N.P.,1992, Facies Models Response to Sea Level Change, Geological Association
of Canada.

Anda mungkin juga menyukai