Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau


toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses
inflamasi. Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada penderita trauma dan
perawatan klinis pada semuausia dan jenis kelamin. Infeksi pasca trauma sangat
bergantung pada usia penderita, waktu antara trauma dan penanggulangannya ,
kontaminasi luka, jenis dan sifat luka, kerusakan jaringan, syok, jenis tindakan, dan
pemberian antibiotik. Makin lama tertunda penanggulangannya, makin
besarkemungkinan infeksi. Meskipun telah mengalami kemajuan teknologi penanganan
dalam neonatologi dan perawatan kritis pediatrik dan meluasnya penggunaan spektrum
luas agen anti mikroba, infeksi masih menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada bayi dananak-anak. Infeksi mikroba biasanya terjadi akibat kegagalan
mekanisme pertahanan tubuh yang intrinsik untuk memerangi faktor virulensi
mikroorganisme.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum :

Untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem perkemihan

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui definisi urosepsis

2. Untuk mengetahui infeksi traktus urinarius pada wanita dan pria

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala urosepsis

4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada urosepsis

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Urosepsis

Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari focus infeksi ditraktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaanadanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001).

Menurut Enggram, Barbara (1998), Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.

Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik dalam


traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering
mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis ), tetapi uretra (uretritis ), prostat
(prostatitis ) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius
diatas uretra adalah steril.bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urin ,infeksi
setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun
tanpa gejala.dua sampai empat persen pasienpasien inni selanjutnya mengalami sepsis
akibat bakter gram negative.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan
dari vesika urinaria.

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


2
Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada


kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar.

Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah :

a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,


b. mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

Fascia Renalis

Fascia renalis terdiri dari :

a. fascia (fascia renalis),


b. Jaringan lemak peri renal, dan
c. kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


3
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.

Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Proses Pembentukan Urin

1. Proses Filtrasi, di glomerulus


Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

Pendarahan

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan


arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada
di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


4
gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen
gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.

Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini


berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika


urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin


masuk ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

a) Lapisan sebelah luar (peritoneum).


b) Tunika muskularis (lapisan berotot).
c) Tunika submukosa.
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


5
Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

1. Urethra pars Prostatica


2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).


Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra
disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)


cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


6
Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun
170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga
otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi
MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


7
2.3 Etiologi

Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan


kumanpenyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman
coliformgramnegatif sepertiEschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella dan
Enterobacter (15%), dan Pseudomonasaeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga
terlibat tetapi frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%.Penelitian The European Study
Group on Nosocomial Infections (ESGNI-004 study) denganmembandingkan antara
pasien yang menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan bahwa E.coli sebanyak
30,6% pada pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida spp 12,9%
padapasien dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien
dengan kateterdan 4,1% pada non-kateter.Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah
pasien berusia lanjut, diabetes danimmunosupresif seperti penerima transplantasi,
pasien dengan AIDS, pasien yang menerima obat-obatan antikanker dan
imunosupresan.

2.4 Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending
dan hematogen. Secara asending yaitu:

Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi


dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


8
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif.

Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian
keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu,
beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.

2.5 Faktor faktor yang berperan

Sterilitas kandung kemih dipertahankan melauli beberapa mekanisme : barier fisik


uretra , aliran urin, kompetensi sambungan uretrovesikal, berbagai enzim antribakteri
dan antibodi, dan efek anti-lekat yang di perantai oleh sel-sel mukosa kandung kemih.
Normalnya kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar bakteri
dalam dua hari sejak masuknya bakteri ini kedalam kandung kemih. Agar infeksi dapat
terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitalium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih,

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


9
mekanisme pertahanan pejamu dan cetusan inflamasi. Infeksi traktus urinarius terutama
berasal dari organisme feses yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta
menempel pada permukaan mukosa.

Suatu factor anti-lekat, yaitu glikosaminoglikan (GAG), secara normal berlaku


sebagai efek pelindung non spesifik melawan berbagai bakteri. Molekul GAG menarik
molekul air, membentuk barier air yang berlaku sebagai lapisan pertahanan di antara
kandung kemih dan urin. GAG dapat dirusak oleh agens tertentu (siglamat, sakarin,
asparmat, dan metabolic triptopan). Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi agens
yang dapat meningkatkan aktifitas anti-lengket.

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak


lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout), dan imunosubresi
meningkatkan resiko UTI dengan cara menganggu mekanisme normal.

Refluks uretrovesikal mengacu pada refluks (aliran balik) urin dari uretra kedalam
kandug kemih. Batuk, bersin atau mengejan akan menimbulkan tekanan pada kandung
kemih yang akan mendorong urin dari kandung kemih ke uretra. Ketika tekanan
kembali normal, urin akan mengalir balik ke dalam kantung kemih, dengan membawa
bakteri dari anterior uretra. Refluks uretroversikal juga di sebabkan oleh disfungsi eher
kandung kemih atau uretra. Sudut uretroversikal dan tekanan penutup uretra dapat
terganggu pada kondisi seperti monopouse, dan peningkatan insidens infeksi pada
wanita pasca monopouse.

Uretroversikal atau refluks uretrovisikal mengacu pada aliran balik urin dari
kandung kemih kedalam kedua ureter. Normalnya sambungan uretroversikal mencegah
aliran balik urin kedalam ureter. Ureter menembus kedalam dinding kandung kemih
sehingga sebagian kecil ureter ditekan oleh muskulatur kandung kemih selama
berkemih normal. Ketika katup uretroversikal rusak akibat kelainan congenital atau
abnormalitas uretral, bakreri dapat masuk dan akhirnya menghancurkan ginjal.
Kontaminasi fekal pada meatus uretral merupakan rute masuk bakteri yang umum
kedalam traktus urinarius. Hubungan seksual berperan dalam masuknya organisme dari
perineum kedalam kandung kemih wanita. Pemasangan alat kedalam traktus urinarius
(menggunakan kateter atau pemeriksaan sistoskopik) juga merupakan factor utama yang

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


10
menyebabkan infeksi traktus urinarius. Stasis urin dalam kandung kemih dapat
menyebabkan infeksi, yang dapat menyebar ke seluruh system urinarius.

Setiap obstruksi terhadap aliran urin meningkatkan kerentanan traktus urinarius


terhadap infeksi. Penyebab umum obstruksi traktus urinarius adalah anomali congenital,
struktur uretra, kontraktur leher kandung kemih, tumor kandung kemih, batu ureter atau
batu ginjal, kompresi ureter, dan abnormalitas neurologis. Selain itu infeksi dapat
menyebar kedalam traktus urinarius melalui aliran darah (penyebaran limfogenus).

2.6 Infeksi Traktus Urinarius Pada Wanita

Infeksi traktus urinarius adalah satu dari masalah paling umum yang ditemui oleh
tenaga kesehatan, terhitung 6-7 juta dari kunjungan klinik pertahun. Mayoritas kasus di
dominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami UTI
selama kehidupan mereka. Meskipun kebanyakan episode UTI pada wanita adalah
sederhana, infeksi non-komplikasi (90%), seperti infeksi selama kehamilan harus di
tangani dengan tepat meskipun gejala tidak tampak, karena terdapat peningkatan resiko
untuk terjadinya pielonepritis akut dan keliran premature.

Wanita lebih beresiko terken infeksi kandung kemih karena uretra yang pendek
dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum. Organisme
yang sering menyebabkan UTI pada wanita adalah oraginsme yang secara normal
ditemukan dalam traktus gastrointestinal: Escherichia Coli, stafi lokokus saprofitikus,
dan streptokokus faikalis. Organisme lain yang betanggung njawab dalam menyebakan
infeksi traktus urinarius mencakup proteus mirabilis, satu atau lebih spesies klepsiela,
enterobakteria dan pseudomonas.

Tahap kritis pertama patogenesis UTI pada wanita adalah kolonisasi bakteri dari
salah satu oragnisme diatas pada uretra distal dan vagina. Flora lemudian naik ke
kandung kemih, tempat mikroorganisme melekat ke eputalium traktus urinarius.
Pelekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit, fase tergantung-estrogen
dalam siklus menstruasi, setelah histerektomi total, dan seiring proses penuaan yang
memperlihatkan bahwa status hormone ikut berperan. Selain itu, atrofi epithelium

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


11
uretral akibat proses penuaan dapat mengurangi kekuatan pancaran urine, dan
keefektifan pengeluaran bakteri melalui berkemih.

Kebanyakan wanita yang mengalami infeksi traktus urinarius non-komplikasi


berespon terhadap penanganan single course menggunakan agens antimicrobial yang
tepay.

2.7 Infeksi Traktus Urinarius Pada Pria

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra, seperti juga wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak uretra dari rectum pada pria, dan adanya bakteri sidal dalam cairan
prostatic, melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang
tejadi ; namun ketika gangguan ini terjadi, hal ini mengindikasikan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus genitourinarius. Telah di rekomendasikan
bahwa pria yang mengalami meskipun hanya satu episode UTI harus menjalani
serangkaan pemeriksaan urologi dan di periksa akan adanya obstruksi urinarius. Infeksi
prostat, batu ginjal, atau penyakit sistemik.

E. Coli adalah organisme utama yang menyebabkan adanya UTI pada pria.
Banyak bakteri gram-negatif lain, seperti spesies proteus, mrnyrbakan infeksi yang
menetap. Relaps biasanya disebakan oleh organism pengganggu yang sama yang
menyebabkan infeksi wala yang dapat mengacu pada kegagalan penanganan untuk
menghilangkan bakteri atau abnormalitas struktur fungsi traktus urinarius. Bakteri uria
tidak mungkin di hilangkan sampai penyebab dapat di tangani.

Infeksi traktus urinarius pada pria biasanya tidak berespon terhadap terapi jangka
pendek (3-4 hari); sehingga antibiotic day-course 10-14 hari di rekomendasikan.

2.8 Pertimbangan Gerontologi

Insiden bakteri uria meningkat seiring dengan penuaan dan ketidakmampuan, dan
wanita mengalaminya lebih sering di banding pria. Infeksi traktus urinarius merupakan

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


12
kasus pali8g umum pada sepsis bacterial akut pada pasien yang berusia lebih dari 65
tahun. Sepsis bakteri gram-negatif akibat UTI pada lansia berhubungan dengan laju
mortalitas lebih dari 50%.

Abnormalitas struktur kandung kemih neurogenik akibat struk atau neuropati


otonom pada diabetes menyebakan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
dan mengacu pada peningkatan resiko terjadinya UTI. Ketika kateter indwelling
digunakan, resiko terjadinya UTI meningkat secara drastic karena populasi bakteri dapat
ditemukan dalam urine yang terdapat dalam kateter, urin itu sendiri dan pada
permukaan kateter.

Wanita. Wanita Lansia sering mrngalami pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap dan stasis urine. Wanita pasca monopuse rentan terhadap kolonisasi dan
perlekatan bakteri pada vagina dan uretra akibat tidak adanya estrogen. Estrogen oral
atau topical efektif pada banyak wanita pasca menopause yang mengalami sistitis
kambuhan karena agens ini menyimpan kandungan glikogen sel-sel epitel vagina dan
mempertahankan keasaam pH.

Pria. Aktifitas antibacterial yang terkadung dalam seksresi prostat melindungi pria
dari kolonisasi bakteri uretra dan kandung kemih yang menurun seiring dengan
penuaan. Meskipun UTI sangat jarang pada pria, prevalensi infeksi pada pria yang
berusia lebih dari 50 tahun hampir sama dengan wanita dalam kelompok umur yang
sama.

Peningkatan UTI yang drastic pada lansia pria sangat berkaitan dengan
hyperplasia prostat atau karsinoma, struktur uretra, dan kandung neuropatik.
Penggunaan kateter atau sistoskopi pada tindakan evaluasi atau penangan berperan
dalam menyebabkan UTI. Batu ginjal, pemakaian kateter indewelliing dan kelemahan
akibat penyakit merupakan factor lain yang ikut berperan. Bakteri uria meningkat pada
pria yang menderita konfusi atau demensia dan mereka yang mengalami inkontinensi
usus besar dan kandung kemih. Penyebab aling umum kambuhnya UTI pada lansia pria
adalah prostatitis bakteri kronis. Reseksi transurethral (TUR) kelenjar prostat dapat
membantu mengurangi insiden ini. Batu prostat yang terinfeksi merupakan penyebab

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


13
lain infeksi traktus urinarius pada lansia pria; terapi antimicrobial subresif kontinyu atau
penanganan bedah mungkin di perlukan untuk menangani infeksi ini.

Lansia di institusi perawatan. Pasien di institusi perawatan merupakan sumber


utama resistensi pathogen terhadap banyak antibiotic factor yang berperan
menyebabkan UTI pada populasi lansia di idntitusi perawatan mencakup ;

Insiden penyakit kronis yang tinggi


Penggunaan agen anti microbial yang sering
Adanya dekubitus yang terinfeksi
Imobilitas dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Sering menggunakan badan daripada pispot atau pergi ke kamar kecil

Mencuci tangan dengan cermat, perawatan perineal dengan hati-hati dan seiring
berkemih dapat menurunkan insiden infeksi traktus urinarius pada pasien di institusi
perawatan.

Organisme yang mnyebabkan unfeksi traktus urinarius pada pasien lanisa di


indtitusi pearawatan berbeda dengan organism yang ditemukan pada pasien di
komunitas; hal ini mungkin berkaitan dengan seringnya penggunaan antibiotic pada
pasien di idntitusi perawatan. E. Coli adalah organism yang sering di jumpai pada lansia
di komunitas atau rumah sakit. Namun demikian, pasien dengan ketetr indewellliing
cenderung terinfeksi oleh proteus, klepsiela, fesiodomonas, atau streptokokus.
Enterokokus mungkin di jumapi pad pasien yang telah di terapi dengan sejumlah
antibiotic.

Manisfestas. Pasien lansi sering tidak menunjukkan gejala UTI dan sepsis yang
umum meskipun sering berkemih, urgensi, dan disuria dapat terjadi, tetapi gejala non
spesifik seperti gangguan sensori, letargi, anoreksia, hipoerpentilasi, dan demam ringan
yang merupakan satu-satunya petunjuk adanya UTI tidak muncul. Infeksi kambuhan
yang sering adalah wajar pada lansia.

Protokol penanganan. Pasien di institusi pearawatan mungkin memerlukan


penanganan dengan medikasi 7-10 hari utnuk mencapai keefektifannya.Perdebatan
tentang kebutuhan penaganan bakteri uria asimtomatik pada pasien di institusi

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


14
pearwatan muncul karena adanay kemungkinan terbentuknya organisme resisten-
antibiotik akibat terapi yang merupakan ancaman terbesar bagi pasien jika terjassi
sepsis.

Penanganan pada lansi harus dilakukan sedini mungkin begitu infeksi terdeteksi
karena angka mortalitas berhubungan dengan sepsis pada lansia sangat tinggi.
Perubahan terkait-umur pada absorpsi obat di usus dan penurunan fungsi renal dan
program penggunaan antimicrobial untuk menangani infeksi traktus urinarius. Fungsi
renal harus di pantau dan dosis medikasi di ubah serta di sesuaikan.

2.9 Tanda dan Gejala

Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih


Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Kelemahan

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


15
2.10 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang berhubungan dengan UTI berpariasi. Separuh dari pasien
yang ditemukan memiliki bakteri dalam urine (bakteri urine) tidak menunjukkan gejala.
Tanda dan gejala UTI bagian bawah (sistitis) mencakup nyeri yang sering dan rasa
panas ketika berkemih, kadang-kadang disertai spasme pada area kandung kemih dan
supra pubis. Hematuria dan nyeri punggung juga dapat terjadi. Tanda dan gejala UTI
bagian atas (pielonepritis) mencakup demam. Menggigil, nyeri panggul dan nyeri ketika
berkemih. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri dan nyeri tekan di area sudut
kostopertebral (CVA).

Jika kerusakan ginjal yang luas terjadi, manisfestasi gagal ginjal dapat muncul dan
mencakup mual, muntah, pruritus, kehilangan berat badan, edema, kelemahan nafas
yang pendek.

2.11 Penatalaksanaan

Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibakrerial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal
dan vagina, dengan demikian akan memperkecil insiden infeksi ragi vagina. Pada pasien
yang di tangani dengan agen antimicrobial yang banyak mempengaruhi flora vagina;
menyebabkan lebih banyak gejala dan semakin sulit dan mahal penanganannya di
banding UTI. Selain itu, agen anti bacterial harus murah dan menyebabkan efek
samping serta rendah resisten. Karena oragnisme pada infeksi traktus urinarius non
komplikasi pada wanita adalah Escherichia Coli atau flora feka lain, maka agens yang di
berikan harus efektif melawan organisme ini.

Variasi program penanganan telah menangani infeksi traktus urinarius bawah non
komlikasi pada wanita dari pemberian dosis tunggal program medikasi short course 3-4
hari atau long course 7-10 hari, upaya dilakukan untuk mempersingkat perajalan terapi
antibiotic untuk UTI non komplikasi, sehingga 80% pasien akan sembuh dalam 3 hari
penanganan (Childs et al 1993).

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


16
2.12 PATOFLOW

Mikroorganisme patogenik Manula

Traktus Urinarius

Infeksi saluran kemih

Hematogen, limfogen

Asending Hematgen

Wanita memiliki ureter yang Sistem imun rendah


lebih pendek Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering
kurang baik
Tekanan urine saat miksi Hambatan pada
Kontaminasi fekal saluran urine
Pemasangan alat kedalam Hilangnya efek
traktus urinarius bakterisid dan
Adanya dekubitus yang sekresi prostat
terinfeksi

Distensi Peningkatan produksi


urine
Refluks utrovesikel

Nyeri Akut
Hiperglikemia
Menyebarnya infeksi dari uretra

Melemahnya otot detrusor Perpindahan cairan


intraselular secara
osmotik

Spasme pada area kandung


kemih Defisit volume cairan

Spingter & otot dasar panggul


terganggu

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


17
Pengosongan kandung kemih
tidak sempurna

Inkontinensia Urine

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA UROSEPSIS

3.1. Pengkajian

Riwayat tanda dan gejala urinarius di dapatkan dari pasien yang di duga
mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih, urgensi dan
hesistancy serta perubahan dalam urine di kaji di dokumentasikan, dan di laporkan. Pola
berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya infeksi traktus
urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidka teratur, hubungan antara gejala
infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, praktik kontraseptik dan hygiene
personal di kaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan
pencegahan juga di kaji. Selain itu, urine pasien di kaji dalam volume, warna,
konsentrasi, keabu-abuan bauk yang semuanya itu akan berubah dengan adanya bakteri
dalam traktus urinarius.

3.2. Analisa Data

No Diagnosa Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds : Manula Nyeri Akut
- Pasien menyatakan
nyeri ketika Traktus urinarius
berkemih
- Pasien merasa Infeksi saluran kemih
tubuhnya selalu
kedinginan Hematogen, limfogen
- Pasien merasa
nyeri panggul dan Hematgen
pinggang
- Pasien menyatakan Sistem imun rendah
pusing Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang
baik

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


19
Do : Hambatan pada saluran
- Pasien merasa urine
badannya panas Hilangnya efek bakterisid
- Pasien terlihat dan sekresi prostat
sering mual dan
muntah Distensi

Nyeri akut

2. Ds : ISK Inkontinensia Urine


- Pasien merasa
Refluks utrovesikal
spasme pada
kandung kemih
Menyebarnya infeksi dari uretra
- Pasien mengatakan
nyeri ketika
Melemahnya otot detrusor
berkemih
- Pasien merasa
Sfingter dan otot dasar panggul
nyeri panggul dan
terganggu
pinggang

Pengosongan kandung kemih


tidak sempurna

Inkontinensia Urine

3. Do : Peningkatan produksi urine Kekurangan volume


- Pasien terlihat cairan
Hiperglikemia
lemah
- Pasien terlihat Perpindahan cairan intraseluler
demam secara osmotik

Defisit volume cairan

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


20
3.3. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan dapat mencakup yang berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis) seperti inflamasi dan
infeksi uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain

2. Inkontinensia urine berhubungan dengan infeksi kandung kemih ditandai dengan


menyatakan keluarnya urine involunter dengan spasme kandung kemih

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai


dengan kelemahan dan peningkatan suhu tubuh.

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


21
INTERVENSI

No D(x) Keperawatan PERENCANAAN


NOC Kriteria Hasil NIC Aktifitas
1. Nyeri akut b.d agens NOC : Kriteria Hasil : NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera (biologis) seperti Pain Level Mampu Pain komprehensif termasuk lokasi,
inflamasi dan infeksi Pain mengontrol nyeri Management karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
uretra, kandung kemih, control (tahu penyebab dan faktor presipitasi
dan struktus urinarius lain Comfort nyeri, mampu Observasi reaksi nonverbal dari
level menggunakan ketidaknyamanan
tehnik Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri
untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari Kaji kultur yang mempengaruhi respon
bantuan) nyeri
Melaporkan bahwa Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan Evaluasi bersama pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain tentang ketidakefektifan
manajemen nyeri kontrol nyeri masa lampau

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


22
Mampu mengenali Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri (skala, mencari dan menemukan dukungan
intensitas, Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan
Tanda vital dalam inter personal)
rentang normal Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


23
manajemen nyeri

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


24
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
2. Inkontinensia urine NOC: Kriteria Hasil : NIC :
berhubungan dengan Bowel Menunjukkan Lakukan latihan otot dasar panggul
Bowel
infeksi kandung kemih Elimination Kontinensia Lakukan perawatan inkontinensia
Incontinence
ditandai dengan Urine urine
Urine
menyatakan keluarnya Keadekuatan Identifikasi penyebab inkontinensia
urine involunter dengan waktu untuk urine
spasme kandung kemih mencapai kamar Jaga tempat tidur dan pakaian tetap
kecil antara bersih
urgensi dan Pantau efek samping pemberian obat
pengeluaran urine

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


25
Pakaian dalam
tetap kering
sepanjang hari
Mampu
berkemih secara
mandiri

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


26
Kekurangan Volume NOC: Kriteria Hasil : NIC : Timbang popok/pembalut jika
Cairan berhubungan Fluid Mempertahankan diperlukan
Fluid
dengan kehilangan cairan balance urine output management Pertahankan catatan intake dan output
aktif ditandai dengan Hydration sesuai dengan yang akurat
kelemahan dan Nutritiona usia dan BB, BJ Monitor status hidrasi ( kelembaban
peningkatan suhu tubuh. l Status : urine normal, HT membran mukosa, nadi adekuat,
Food and normal tekanan darah ortostatik ), jika
Fluid Tekanan darah, diperlukan
Intake nadi, suhu tubuh Monitor vital sign
dalam batas Monitor masukan makanan / cairan
normal dan hitung intake kalori harian
Tidak ada tanda Kolaborasikan pemberian cairan IV
tanda dehidrasi, Monitor status nutrisi
Elastisitas turgor
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
kulit baik,
Dorong masukan oral
membran
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
mukosa lembab,
output
tidak ada rasa
Dorong keluarga untuk membantu
haus yang
pasien makan
berlebihan

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


27
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar
)
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


28
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi ditraktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic.

Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik dalam


traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering
mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis), tetapi uretra (uretritis), prostat
(prostatitis) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius
diatas uretra adalah steril.bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urin ,infeksi
setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun
tanpa gejala.dua sampai empat persen pasien pasien inni selanjutnya mengalami sepsis
akibat bakter gramnegative.

4.2. Saran

Melalui makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan


keperawatan yang tepat dengan cara mengetahui penyebab penyakit urosepsis serta cara
pencegahan maupun pengobatannya.

Kami sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat berharap dengan adanya


askep ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang pentingnya
menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita, karena penyakit urosepsis
ini yang berasal dari infeksi traktus urinarius ini sering sekali terjadi pada wanita dan
laki laki bisa juga pada lansia, oleh sebab itu tetap jaga kebersihan itu sangat penting
untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis


29

Anda mungkin juga menyukai

  • Kom Unitas
    Kom Unitas
    Dokumen10 halaman
    Kom Unitas
    Emmy Putri W
    Belum ada peringkat
  • Epilepsi
    Epilepsi
    Dokumen17 halaman
    Epilepsi
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • 6 Steps in Diagnostic Reasoning Method
    6 Steps in Diagnostic Reasoning Method
    Dokumen3 halaman
    6 Steps in Diagnostic Reasoning Method
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Format ADL
    Format ADL
    Dokumen1 halaman
    Format ADL
    Meri Fitria Handayani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1 Oral
    Kelompok 1 Oral
    Dokumen7 halaman
    Kelompok 1 Oral
    jayanti bastara dewi
    Belum ada peringkat
  • Etika Keperawatan Dan Hukum Kesehatan
    Etika Keperawatan Dan Hukum Kesehatan
    Dokumen7 halaman
    Etika Keperawatan Dan Hukum Kesehatan
    Jayanti Bastara Dewi
    100% (1)
  • Katadifsi Nya
    Katadifsi Nya
    Dokumen3 halaman
    Katadifsi Nya
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Makalahnya FIX
    Makalahnya FIX
    Dokumen22 halaman
    Makalahnya FIX
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Kegawatan Serangan
    Manajemen Kegawatan Serangan
    Dokumen10 halaman
    Manajemen Kegawatan Serangan
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Fisika Biologi
    Fisika Biologi
    Dokumen10 halaman
    Fisika Biologi
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • App
    App
    Dokumen32 halaman
    App
    Rasno Curanmor
    Belum ada peringkat
  • Makalah Urosepsis Konsul
    Makalah Urosepsis Konsul
    Dokumen45 halaman
    Makalah Urosepsis Konsul
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Catatan Perkembangan
    Catatan Perkembangan
    Dokumen2 halaman
    Catatan Perkembangan
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Tingkat Kesadaran
    Tingkat Kesadaran
    Dokumen18 halaman
    Tingkat Kesadaran
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP RDS
    LP RDS
    Dokumen27 halaman
    LP RDS
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen21 halaman
    LP CHF
    rama dani
    Belum ada peringkat
  • M01891
    M01891
    Dokumen330 halaman
    M01891
    Fi No
    Belum ada peringkat
  • 123 364 1 PB
    123 364 1 PB
    Dokumen8 halaman
    123 364 1 PB
    Ainur Ridho
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Cardiac Arrest
    DAFTAR PUSTAKA Cardiac Arrest
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Cardiac Arrest
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Catatan Perkembangan
    Catatan Perkembangan
    Dokumen2 halaman
    Catatan Perkembangan
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • EBP
    EBP
    Dokumen11 halaman
    EBP
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Kegawatan Serangan
    Manajemen Kegawatan Serangan
    Dokumen10 halaman
    Manajemen Kegawatan Serangan
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Cardiac Arrest Fix
    Kata Pengantar Cardiac Arrest Fix
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar Cardiac Arrest Fix
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • Terapi Okupasi Lansia
    Terapi Okupasi Lansia
    Dokumen19 halaman
    Terapi Okupasi Lansia
    Tri Nur Jayanti
    0% (1)
  • Orasi Hari Anti Tembakau
    Orasi Hari Anti Tembakau
    Dokumen1 halaman
    Orasi Hari Anti Tembakau
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat
  • BIODATA
    BIODATA
    Dokumen3 halaman
    BIODATA
    Jayanti Bastara Dewi
    Belum ada peringkat