PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
TINJAUAN TEORITIS
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari focus infeksi ditraktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaanadanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001).
Menurut Enggram, Barbara (1998), Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan
dari vesika urinaria.
Fungsi ginjal
Fascia Renalis
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Pendarahan
Persarafan Ginjal
Ureter
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga
otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi
MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2.4 Patofisiologi
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian
keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu,
beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.
Refluks uretrovesikal mengacu pada refluks (aliran balik) urin dari uretra kedalam
kandug kemih. Batuk, bersin atau mengejan akan menimbulkan tekanan pada kandung
kemih yang akan mendorong urin dari kandung kemih ke uretra. Ketika tekanan
kembali normal, urin akan mengalir balik ke dalam kantung kemih, dengan membawa
bakteri dari anterior uretra. Refluks uretroversikal juga di sebabkan oleh disfungsi eher
kandung kemih atau uretra. Sudut uretroversikal dan tekanan penutup uretra dapat
terganggu pada kondisi seperti monopouse, dan peningkatan insidens infeksi pada
wanita pasca monopouse.
Uretroversikal atau refluks uretrovisikal mengacu pada aliran balik urin dari
kandung kemih kedalam kedua ureter. Normalnya sambungan uretroversikal mencegah
aliran balik urin kedalam ureter. Ureter menembus kedalam dinding kandung kemih
sehingga sebagian kecil ureter ditekan oleh muskulatur kandung kemih selama
berkemih normal. Ketika katup uretroversikal rusak akibat kelainan congenital atau
abnormalitas uretral, bakreri dapat masuk dan akhirnya menghancurkan ginjal.
Kontaminasi fekal pada meatus uretral merupakan rute masuk bakteri yang umum
kedalam traktus urinarius. Hubungan seksual berperan dalam masuknya organisme dari
perineum kedalam kandung kemih wanita. Pemasangan alat kedalam traktus urinarius
(menggunakan kateter atau pemeriksaan sistoskopik) juga merupakan factor utama yang
Infeksi traktus urinarius adalah satu dari masalah paling umum yang ditemui oleh
tenaga kesehatan, terhitung 6-7 juta dari kunjungan klinik pertahun. Mayoritas kasus di
dominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami UTI
selama kehidupan mereka. Meskipun kebanyakan episode UTI pada wanita adalah
sederhana, infeksi non-komplikasi (90%), seperti infeksi selama kehamilan harus di
tangani dengan tepat meskipun gejala tidak tampak, karena terdapat peningkatan resiko
untuk terjadinya pielonepritis akut dan keliran premature.
Wanita lebih beresiko terken infeksi kandung kemih karena uretra yang pendek
dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum. Organisme
yang sering menyebabkan UTI pada wanita adalah oraginsme yang secara normal
ditemukan dalam traktus gastrointestinal: Escherichia Coli, stafi lokokus saprofitikus,
dan streptokokus faikalis. Organisme lain yang betanggung njawab dalam menyebakan
infeksi traktus urinarius mencakup proteus mirabilis, satu atau lebih spesies klepsiela,
enterobakteria dan pseudomonas.
Tahap kritis pertama patogenesis UTI pada wanita adalah kolonisasi bakteri dari
salah satu oragnisme diatas pada uretra distal dan vagina. Flora lemudian naik ke
kandung kemih, tempat mikroorganisme melekat ke eputalium traktus urinarius.
Pelekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit, fase tergantung-estrogen
dalam siklus menstruasi, setelah histerektomi total, dan seiring proses penuaan yang
memperlihatkan bahwa status hormone ikut berperan. Selain itu, atrofi epithelium
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra, seperti juga wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak uretra dari rectum pada pria, dan adanya bakteri sidal dalam cairan
prostatic, melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang
tejadi ; namun ketika gangguan ini terjadi, hal ini mengindikasikan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus genitourinarius. Telah di rekomendasikan
bahwa pria yang mengalami meskipun hanya satu episode UTI harus menjalani
serangkaan pemeriksaan urologi dan di periksa akan adanya obstruksi urinarius. Infeksi
prostat, batu ginjal, atau penyakit sistemik.
E. Coli adalah organisme utama yang menyebabkan adanya UTI pada pria.
Banyak bakteri gram-negatif lain, seperti spesies proteus, mrnyrbakan infeksi yang
menetap. Relaps biasanya disebakan oleh organism pengganggu yang sama yang
menyebabkan infeksi wala yang dapat mengacu pada kegagalan penanganan untuk
menghilangkan bakteri atau abnormalitas struktur fungsi traktus urinarius. Bakteri uria
tidak mungkin di hilangkan sampai penyebab dapat di tangani.
Infeksi traktus urinarius pada pria biasanya tidak berespon terhadap terapi jangka
pendek (3-4 hari); sehingga antibiotic day-course 10-14 hari di rekomendasikan.
Insiden bakteri uria meningkat seiring dengan penuaan dan ketidakmampuan, dan
wanita mengalaminya lebih sering di banding pria. Infeksi traktus urinarius merupakan
Wanita. Wanita Lansia sering mrngalami pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap dan stasis urine. Wanita pasca monopuse rentan terhadap kolonisasi dan
perlekatan bakteri pada vagina dan uretra akibat tidak adanya estrogen. Estrogen oral
atau topical efektif pada banyak wanita pasca menopause yang mengalami sistitis
kambuhan karena agens ini menyimpan kandungan glikogen sel-sel epitel vagina dan
mempertahankan keasaam pH.
Pria. Aktifitas antibacterial yang terkadung dalam seksresi prostat melindungi pria
dari kolonisasi bakteri uretra dan kandung kemih yang menurun seiring dengan
penuaan. Meskipun UTI sangat jarang pada pria, prevalensi infeksi pada pria yang
berusia lebih dari 50 tahun hampir sama dengan wanita dalam kelompok umur yang
sama.
Peningkatan UTI yang drastic pada lansia pria sangat berkaitan dengan
hyperplasia prostat atau karsinoma, struktur uretra, dan kandung neuropatik.
Penggunaan kateter atau sistoskopi pada tindakan evaluasi atau penangan berperan
dalam menyebabkan UTI. Batu ginjal, pemakaian kateter indewelliing dan kelemahan
akibat penyakit merupakan factor lain yang ikut berperan. Bakteri uria meningkat pada
pria yang menderita konfusi atau demensia dan mereka yang mengalami inkontinensi
usus besar dan kandung kemih. Penyebab aling umum kambuhnya UTI pada lansia pria
adalah prostatitis bakteri kronis. Reseksi transurethral (TUR) kelenjar prostat dapat
membantu mengurangi insiden ini. Batu prostat yang terinfeksi merupakan penyebab
Mencuci tangan dengan cermat, perawatan perineal dengan hati-hati dan seiring
berkemih dapat menurunkan insiden infeksi traktus urinarius pada pasien di institusi
perawatan.
Manisfestas. Pasien lansi sering tidak menunjukkan gejala UTI dan sepsis yang
umum meskipun sering berkemih, urgensi, dan disuria dapat terjadi, tetapi gejala non
spesifik seperti gangguan sensori, letargi, anoreksia, hipoerpentilasi, dan demam ringan
yang merupakan satu-satunya petunjuk adanya UTI tidak muncul. Infeksi kambuhan
yang sering adalah wajar pada lansia.
Penanganan pada lansi harus dilakukan sedini mungkin begitu infeksi terdeteksi
karena angka mortalitas berhubungan dengan sepsis pada lansia sangat tinggi.
Perubahan terkait-umur pada absorpsi obat di usus dan penurunan fungsi renal dan
program penggunaan antimicrobial untuk menangani infeksi traktus urinarius. Fungsi
renal harus di pantau dan dosis medikasi di ubah serta di sesuaikan.
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan UTI berpariasi. Separuh dari pasien
yang ditemukan memiliki bakteri dalam urine (bakteri urine) tidak menunjukkan gejala.
Tanda dan gejala UTI bagian bawah (sistitis) mencakup nyeri yang sering dan rasa
panas ketika berkemih, kadang-kadang disertai spasme pada area kandung kemih dan
supra pubis. Hematuria dan nyeri punggung juga dapat terjadi. Tanda dan gejala UTI
bagian atas (pielonepritis) mencakup demam. Menggigil, nyeri panggul dan nyeri ketika
berkemih. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri dan nyeri tekan di area sudut
kostopertebral (CVA).
Jika kerusakan ginjal yang luas terjadi, manisfestasi gagal ginjal dapat muncul dan
mencakup mual, muntah, pruritus, kehilangan berat badan, edema, kelemahan nafas
yang pendek.
2.11 Penatalaksanaan
Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibakrerial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal
dan vagina, dengan demikian akan memperkecil insiden infeksi ragi vagina. Pada pasien
yang di tangani dengan agen antimicrobial yang banyak mempengaruhi flora vagina;
menyebabkan lebih banyak gejala dan semakin sulit dan mahal penanganannya di
banding UTI. Selain itu, agen anti bacterial harus murah dan menyebabkan efek
samping serta rendah resisten. Karena oragnisme pada infeksi traktus urinarius non
komplikasi pada wanita adalah Escherichia Coli atau flora feka lain, maka agens yang di
berikan harus efektif melawan organisme ini.
Variasi program penanganan telah menangani infeksi traktus urinarius bawah non
komlikasi pada wanita dari pemberian dosis tunggal program medikasi short course 3-4
hari atau long course 7-10 hari, upaya dilakukan untuk mempersingkat perajalan terapi
antibiotic untuk UTI non komplikasi, sehingga 80% pasien akan sembuh dalam 3 hari
penanganan (Childs et al 1993).
Traktus Urinarius
Hematogen, limfogen
Asending Hematgen
Nyeri Akut
Hiperglikemia
Menyebarnya infeksi dari uretra
Inkontinensia Urine
3.1. Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius di dapatkan dari pasien yang di duga
mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih, urgensi dan
hesistancy serta perubahan dalam urine di kaji di dokumentasikan, dan di laporkan. Pola
berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya infeksi traktus
urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidka teratur, hubungan antara gejala
infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, praktik kontraseptik dan hygiene
personal di kaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan
pencegahan juga di kaji. Selain itu, urine pasien di kaji dalam volume, warna,
konsentrasi, keabu-abuan bauk yang semuanya itu akan berubah dengan adanya bakteri
dalam traktus urinarius.
Nyeri akut
Inkontinensia Urine
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan dapat mencakup yang berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis) seperti inflamasi dan
infeksi uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi ditraktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic.
4.2. Saran