Anda di halaman 1dari 4

GRAIN DUST

Ini adalah ceritaku 3 bulan yang lalu. Namaku adalah Sisca, aku bersekolah di salah satu
sekolah favorit di kota ku. Kehidupanku biasa saja, sama seperti remaja-remaja lainnya
seusiaku sampai akhirnya aku bertemu seseorang yang bisa mengubah hidupku.

Ya.... dia adalah seorang laki-laki yang membuatku tersenyum sepanjang hari. Dia adalah
teman sekolah ku. Awal pertemuan kami sangat lucu bagi ku. Berawal dari SMS nyasar yang
gak jelas yang masuk ke nomer hp ku. Hanya dengan sapaan Hay.. aku mulai penasaran
dengan yang punya nomer aneh ini. Setelah lama kami berkomunikasi lewat SMS akhirnya ia
mengajak ku bertemu. Pertemuan inilah ia mengungkapkan perasaannya padaku, aku pun
tidak berfikira banyak, aku hanya mengangguk dan mengiyakan pernyataan cintanya padaku.
Dia memang cinta pertamaku. Dan hubungan ini sengaja aku sembunyikan agar orang-orang
tidak tahu. Begitulah ceritaku 3 bulan yang lalu. Kini semua berbeda, betapa sakitnya disaat
kita menganggap seseorang tersebut berarti bagi kita tetapi orang tersebut tak pernah
menganggap kita berarti baginya, tak ubahnya bagai butiran debu yang berterbangan di jalan
yang tak berharga. Kata ku dalam hati.

Aku adalah kekasihmu yang 3 bulan lalu kau minta menjadi kekasihmu, pada awalnya terasa
indah bagiku, menjadi sosok istimewa di hatimu. Kebahagiaan selalu menyelimuti hari-
hariku. Selalu ada rindu, canda, dan tawa menghiasi kebersamaan kita. Aku semakin
menyayangimu dan aku berharap selalu seperti ini selamanya. Harapan demi harapa yang
telah kau tanamkan dalam hatiku namun sedikit demi sedikit memudar karena mu. Setelah
menjalani sebulan lamanya kebersamaan menjadi tak berarti lagi bagimu, tidak pernah ada
keindahan seperti dulu dan tidak ada lagi canda dan tawa menghiasi kebersamaan kita. Selalu
ada tangisku yang kau torehkan dalam tiap pertemuan kita. Mengapa secepat itu kau berubah
terhadap ku?

Aku yang tidak pernah sempurna dimatamu, setiap pertemuan kita selalu ada pertengkaran
yang tidak berarti. Walaupun itu hal yang sepele selalu kau besar-besarkan dan walaupun itu
sebenarnya bukanlah kesalahanku tetapi kau selalu menyalahkanku dan tidak pernah
memberi aku kesempatan untuk membela diriku. Apapun itu selalu aku yang salah dan selalu
aku yang mengalah.

Lupakan semua kata romantis, lupakan semua kebersamaan yang indah karena hal itu tidak
pernah terjadi lagi. Kau berubah..kau tak yang ku kenal dulu, sebenarnya apa salahku
sehingga kau perlakukan aku seolah tak berharga dimatamu?

Yasekarang aku semakin tak berarti bagimu, terkadang disampingku kau sedang asyik
bercerita dengan teman lelakimu tentang wanita lain yang kau anggap lebih sempurna dariku
kau mencurahkan pujian-pujian manis untuk wanita lain. Dan terkadang aku berfikir tidak
kah kau sadari aku tengah berada disampingmu dan tidak kah kau merasa bersalah karena
telah memuji wanita lain dihadapanku? Ku sadari aku memang tidak sempurna,aku tidak
menarik bagimu tapi mengapa dulu kau pinta aku untuk menjadi kekasihmu dan dengan
bodohnya aku dengan mudah menerimamu dan jatuh kepelukanmu. Dan seperti biasa hanya
tetap sabar dan kelihatan tegar menahan rasa malu terhadap temanmu yg hanya melihatku
dengan penuh tanda tanya, apakah dia merasa iba dengan nasibku atau malah mencemohku
sebagai wanita yg terbodoh didunia?

Dan terkadang sedang berjalan berdua denganmu, kau masih sempat untuk melirik wanita
lain dan menyimpulkan senyuman manis diwajahmu. Sungguh indah ku lihat senyuman itu,
dan kenapa senyum itu tidak kau berikan padaku, kenapa hanya dengan wanita lain. Hanya
berkata dalam hati sejak lama aku bersamamu terakhir ku lihat hanya 2 bulan yg lalu,
mengapa senyuman itu ku lihat hanya untuk wanita lain, kenapa tidak dengan diriku, apakah
aku sangat tidak pantas untuk mendapatkannya? Sesekali apakah kau tidak memandang
bahwa aku ini kekasihmu? seperti biasanya hanya bisa sabar menahan kecemburuan.

Tak ada bedanya dengan butiran debu yang menempel disepatumu, seperti itulah kau
menganggapku. menjadi seseorang yang tidak berarti dan pantas untuk kau injak-injak dan
kau tindas semaumu. Kau selalu ingin aku menuruti apa katamu namun kau tidak pernah mau
mendengar apa mauku, sungguh egoisnya dirimu. Aku yang tidak pernah berhenti tuk terus
mencintaimu dan menerima mu dengan segala kekuranganmu selalu ingin berada disaat suka
dan duka mu, namun tidak denganmu ketulusan mu telah sirna untukku dan kau datang
padaku hanya saat dirimu membutuhkanku dan disaat masalah menghimpitmu. namun disaat
suka cita menghampirimu kau lupakanku dan kau tidak menganggapku.

Sebagai sosok yang tidak ingin kehilanganmu, aku hanya bisa bersabar menghadapi tiap
keegoisanmu terhadapku, aku selalu menjadi objek kemarahanmu, selalu mendengarkan kata-
kata tak pantas dan kasar darimu. Kadang hati ini menangis menahan semua amarah darimu.
Aku hanya bisa diam namun kau tidak pernah mengerti perasaanku, melihat aku menangis
tidak satu titik air mata pun kau hapus dengan tangan mu atau pun memelukku untuk
menenangkanku.

Ternyata cinta memang buta, sekalipun merasakan sakit yang sangat amat dalam namun
masih tetap bisa bertahan dan terus mencintai walaupun tak mengerti apa arti cinta
sebenarnya, apakah rasa sakit atau bahagia ataupun mungkin keduanya. Sungguh tidak ku
mengerti pada saat itu yang ku ketahui pada saat itu hanyalah mencintaimu adalah suatu rasa
yang sangat menyakitkan.

Rasanya ingin ku akhiri ini semua, aku tidak kuat lagi menanggung sakit yang sangat
menyesakkan dadaku. Namun rasaku terhadapmu sangatlah besar, aku terlalu bodoh untuk
melepaskan perasaanku terhadapmu,sedikit mendengar rayuanmu aku sudah melupakan
niatku tuk melepaskanmu. Namun tetap saja tidak ada yang berubah, aku tetap menjadi
butiran debu yang tidak akan pernah menjadi permata bagimu.

Hari-hari dipenuhi rasa sakit, namun tidak sedikitpun aku berniat tuk melepaskanmu.
Kesedihanku hanya ku pendam seorang diri seolah tak ingin seorangpun tau betapa
menyedihkannya hidupku atau mungkin betapa bodohnya aku.
Seolah seperti tidak ada pria yg lebih baik darimu. Aku yang tetap dengan setia
mengharapkan tulus kasihmu, pernah mencoba melirik pria lain agar aku bisa terlepas dari
jeratan cintamu namun tetap saja nihil. Seolah hatiku telah tetutup rapat dan terkunci hanya
untukmu dan yang lain tidak bisa merasuk lagi dalam hatiku.

Hari berganti hari,waktu terus bergulir semakin terlihat jelas aku adalah wanita yang sangat
menyedihkan yang tidak pernah lepas dari rasa sakit yang seharusnya bisa ku hentikan
sendiri.

Suatu ketika tak sengaja ku lihat kau sedang berjalan dengan wanita lain. Sakitdan benar-
benar sakit melihat kenyataan ini,hanya bisa menitikkan air mata. namun ini adalah fakta
sebenarnya dan sebuah kebenaran tidak selamanya menyenangkan. Namun aku cukup merasa
lega karena aku tau jawaban kenapa selama ini aku tidak pernah berharga dimatamu karena
ternyata dibelakangku kau juga menjalin kasih dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku.

Aku tidak ingin mau bertemu dengan mu lagi, sejak saat itu sudah kuputuskan untuk
melepasmu dari hidupku, sudah cukup ku rasakan sakit karenamu. aku tidak ingin ada air
mata lg yang tertumpah karenamu. Sudah cukup kau ajarkan aku rasa sakit, dan sekarang aku
harus belajar melupakanmu dan belajar bagaimana bahagia tanpamu.

Ternyata lagu favorit ku telah menghancurkan cinta ku secara nyata dalam hidup ku.
Hingga tiba saatnya aku pun melihat, cinta ku berhianat, cintaku berhianat.

Hanya satu harapanku yang baru, aku berharap suatu saat ada seseorang yang mampu
merubah butiran debu yang tidak berarti menjadi sebuah emas yang berharga. ^.^
TENTANG PENULIS

Saskia Ayu Salsabilla, lahir di Semarang, pada 24


september 1999. Saskia Ayu sendiri merupakan anak kedua
dari pasangan Setya Utami dan Didik Yuliyanto. Ia adalah
alumni SMP Negeri 33 Semarang. Saat ini, ia tercatat sebagai
siswa di SMA Negeri 15 Semarang.
Sedari duduk di bangku Sekolah Dasar, ia menyadari
betapa pentingnya organisasi disamping kegiatan formal
belajar. Sejak SD, ia aktif di kegiatan organisasi Paskribra
dan sering di minta untuk menjadi pembaca UUD ketika
upacara rutin hari senin. Sedangkan sewaktu SMP, ia banyak
menghabiskan waktunya untuk kegiatan ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja).
Berlanjut ketika SMA, ia tidak bosan-bosannya mengikuti kegiatan organisasi yaitu Palang
Merah Remaja. Pada organisasi inilah ia terlatih mentalnya untuk bersikap dewasa dan
disiplin waktu.

Anda mungkin juga menyukai