Anda di halaman 1dari 12

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
a. Identitas
Meliputi Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya. Hal ini

dilakukan sebagai standar prosedur yang harus dilakukan untuk mengkaji keadaan

pasien. Umumnya Atresia billiaris lebih banyak terjadi pada perempuan. Atresia

bilier dtemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. Rasio atresia bilier pada anak

perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama dalam penyakit Atresia Biliaris adalah Jaundice dalam 2

minggu sampai 2 bulan Jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit dan

mata bayi yang baru lahir. Jaundice terjadi karena darah bayi mengandung

kelebihan bilirubin, pigmen berwarna kuning pada sel darah merah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Anak dengan Atresia Biliaris mengalami Jaundice yang terjadi dalam

2 minggu atau 2 bulan lebih, apabila anak buang air besar tinja atau feses

berwarna pucat. Anak juga mengalami distensi abdomen, hepatomegali, lemah,

pruritus. Anak tidak mau minum dan kadang disertai letargi (kelemahan).

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Adanya suatu infeksi pada saat Infeksi virus atau bakteri masalah dengan

kekebalan tubuh. Selain itu dapat juga terjadi obstruksi empedu ektrahepatik. yang

akhirnya menimbulkan masalah dan menjadi factor penyebab terjadinya Atresia

Biliaris ini.
Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis,

dan Polio.

e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan atresia biliaris, diduga ibu dari anak pernah menderita infeksi

penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella
2) Intra natal:
Pada anak dengan atresia biliaris diduga saat proses kelahiran bayi terinfeksi virus

atau bakteri selama proses persalinan.


3) Post natal:
Pada anak dengan atresia diduga orang tua kurang memperhatikan personal

hygiene saat merawat atau bayinya. Selain itu kebersihan peralatan makan dan

peralatan bayi lainnya juga kurang diperhatikan oleh orang tua ibu.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anak dengan atresia biliaris diduga dalam keluarganya, khususnya pada ibu

pernah menderita penyakit terkait dengan imunitas HIV/AIDS, kanker, diabetes

mellitus, dan infeksi virus rubella. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini,

maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap penyakit atresia biliaris.

Selain itu terdapat kemungkinan adanya kelainan kongenital yang memicu

terjadinya penyakit atresia biliaris ini.

g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar,

motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien atresia biliaris

dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Selain

itu, pada anak dengan atresia biliaris, kebutuhan akan asupan nutrisinya menjadi

kurang optimal karena terjadi kelainan pada organ hati dan empedunya sehingga

akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembangnya.

h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit


Kedaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya atresia pada anak yaitu

pola kebersihan yang cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci tangan saat

merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau putting ketika

menyusui bayi juga kurang diperhatikan.

i. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Aktivitas/Istirahat : Pola aktivitas dan istirahat anak dengan atresia biliaris

terjadi gangguan yaitu ditandai dengan anak gelisah dan rewel yang gejalanya

berupa letargi atau kelemahan


2) Pola Sirkulasi : Pola sirkulasi pada anak dengan atresia biliaris adalah ditandai

dengan takikardia, berkeringat yang berlebih, ikterik pada sklera kulit dan

membrane mukosa.
3) Pola Eliminasi : Pola eliminasi pada anak dengan atresia biliaris yaitu terdapat

distensi abdomen dan asites yang ditandai dengan urine yang berwarna gelap dan

pekat. Feses berwarna dempul, steatorea. Diare dan konstipasi pada anak dengan

atresia biliaris dapat terjadi.


4) Pola Nutrisi : Pola nutrisi pada anak dengan atresia biliaris ditandai dengan

anoreksia,nafsu makan berkurang, mual-muntah, tidak toleran terhadap lemak dan

makanan pembentuk gas dan biasanya disertai regurgitasi berulang.


5) Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang

tua terhadap penyakit yang diderita klien


6) Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau

anak terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.


7) Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam

merawat dan mengobati anak dengan atresia biliaris.


8) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang

berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita atresia biliaris

biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.


9) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan

semangat sembuh bagi anak.


10) Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar

penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat.

j. Pemeriksaan Fisik
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
1) Air kemih bayi berwarna gelap
2) Tinja berwarna pucat
3) Kulit berwarna kuning
4) Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
5) Hati membesar.
6) Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
a) Gangguan pertumbuhan
b) Gatal-gatal
c) Rewel
d) Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah

dari lambung, usus dan limpa ke hati).


7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah.
TTV : Tekanan Darah : terjadi peningkatan terutama pada vena porta
Suhu : Suhu tubuh dalam batas normal
Nadi : takikardi
RR : terjadi peningkatan RR akibat diafragma yang
tertekan (takipnea)
b) Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah : simetris
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : kemungkinan terdapat pernafasan cuping Hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa biibir kemungkinan terdapat ikterik
Lidah : normal
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
c) Dada
Inspeksi : asimetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan dan

tekanan pada otot diafragma akibat pembesaran hati (hepatomegali).


Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, terdapat nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
kemungkinan terdengar bunyi wheezing
d) Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen
Palpasi : dapat terjadi nyeri tekan ketika dipalpasi
Perkusi : sonor
Auskultasi : kemungkinan terjadi pada bising usus
e) Kulit
Turgor kurang, pucat, kulit berwarna kuning (jaundice)
f) Ekstremitas
Tidak terdapat odem pada pada extremitas

k. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Bilirubin direk dalam serum meninggi (nilai normal bilirubin total < 12 mg/dl)

karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas.


b) Tidak ada urobilinogen dalam urine.
c) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-

20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigiliserol)
2) Pemeriksaan diagnostik
a) USG yaitu untuk mengetahui kelainan congenital penyebab kolestasis ekstra

hepatic (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu)


b) Memasukkan pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan duodenum di

aspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu dapat berarti atresia empedu terjadi
c) Sintigrafi radio kolop hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati

memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai tercurah

ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat berarti

terjadi katresia intra hepatik


d) Biopsy hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler.

Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75% penderita tidak ditemukan lumen

yang jelas
4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan

gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva

anemis
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen

ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien


c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada

duktusbilier ekstrahepatik
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting

pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien
e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4.3 Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan

konjungtiva anemis

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Kaji distensi abdomen
Pantau masukan nutrisi dan perhatikan
keperawatan 2 x 24 jam selama proses
frekuensi muntah klien
keperawatan, diharapkan pola nutrisi Timbang BB setiap hati
Berikan diet yang sedikit namun sering
pasien menjadi adekuat Atur kebersihan oral sebelum makan
Kriteria Hasil: Konsulkan dengan ahli diet sesuai
a. BB pasien stabil
b. Konjungtiva tidak anemis indikasi
Berikan diet rendah lemak, tinggi serat,

dan batasi makanan penghasil gas


Kolaborasikan pemberian makanan yang

mengandung MCT sesuai indikasi


Monitor kadar albumin, protein sesuai

program
10. Berikan vitamin-vitamin larut lemak (A,

D, E, K)

b. Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2 Kaji distensi abdomen
Kaji RR, kedalaman nafas, dan kerja
x 24 jam, diharapkan pasien
pernafasan
menunjukkan tanda-tanda pola nafas Awasi klien agar tidak sampai

yang efektif mengalami leher tertekuk


Kriteria Hasil: Posisikan klien semi ekstensi atau
a. RR mencapai 30-40 napas/mnt
b. Kedalaman inspirasi dan kedalaman eksensi pada saat beristirahat
Kolaborasikan operasi apabila
bernafas
c. Tidak ada penggunaan otot bantu dibutuhkan

nafas pada pasien

c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada

duktusbilier ekstrahepatik, ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, dan pasien demam

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: setelah dilakukan pemeriksaan Berikan kompres air biasa pada daerah

keperawatan 1 x 24 jam diharapkan aksila, kening, leher, dan lipatan paha


Pantau suhu minimal setiap 2 jam sekali
suhu tubuh pasien akan kembali
disesuaikan dengan kebutuhan
menjadi normal Berikan pasien pakaian tipis
Kriteria Hasil: Menipulasi lingkungan menjadi
a. Nadi dan pernapasan dalam rentang
senyaman mungkin seperti penggunaan
normal
b. Suhu normal 36,50 37,50 kipas angin atau AC
Kolaborasikan pemberian obat anti

piretik sesuai kebutuhan

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting

pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: pasien akan mempertahankan Pantau asupan dan carian pasien perjam

keseimbangan cairan dan elektrolit (cairan infus, susu per NGT, atau jumlah
setelah dilakukan perawatan didalam ASI yang diberikan
Periksa feses pasien tiap harinya
rumah sakit selama 2 x 24 jam Pantau lingkar perut pasien
Kriteria Hasil: Observasi tanda-tanda dehidrasi
a. Kembalinya pengisian kapiler darah Kolaborasikan pemeriksaan elektrolit

kurang dari 3 detik pasien, kadar protein total, albumin,


b. Turgor kulit membaik
c. Produksi urin 1-2ml/kgBB/jam nitrogen urea darah dan kreatinin serta

darah lengkap

e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: pola BAB pasien normal setelah
1. Evaluasi jenis intake makanan
2. Monitor kulit sekitar perianal terhadap
perawatan yang dilakukan 2 x 24 jam
Kriteria Hasil: adanya iritasi dan ulserasi
a. Tidak ada diare 3. Ajarkan pada keluarga penggunaan
b. Elektrolit normal
c. Asam basa normal obat anti diare
4. Instruksikan pada pasien dan keluarga

untuk mencatat warna, volume,

frekuensi dan konsistensi feses


5. Kolaborasi jika tanda dan gejala diare

menetap
6. Monitor hasil Lab (elektrolit dan

leukosit)
7. Monitor turgor kulit, mukosa oral

sebagai indikator dehidrasi


8. Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet

yang tepat

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: pasien akan dapat beraktivitas
1. Observasi adanya pembatasan klien
secara normal setelah pemeriksaan dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
yang dilakukan 2 x 24 jam
Kriteria Hasil: kelelahan
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang

tanpa disertai peningkatan tekanan adekuat


4. Monitor respon kardivaskuler terhadap
darah, nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

hari (ADLs) secara mandiri diaporesis, pucat, perubahan


c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
hemodinamik)
5. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

4.4 Implimentasi Keperawatan


a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan

gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva

anemis
1) mengkaji adanya distensi pada abdomen pasien
2) memantau masukan nutrisi dan frekuensi muntah
3) menimbang berat badan pasien
4) mengkolaborasikan pemberian diet pada pasien sedikit namun sering
5) mempertahankan kebersihan oral pasien sebelum makan
6) mengkonsultasikan dengan ahli diet sesuai indikasi
7) memberikan diet rendah lemak, tinggi serat, dan batasi makanan penghasil gas
8) memberikan makanan mengandung MCT sesuai indikasi
9) memonitor laboratorium untuk kadar albumin dan protein sesuai program
10) memberikan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi

abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien


1) mengkaji ada tidaknya distensi abdomen klien
2) mengkaji RR, kedalaman nafas, dan kerja pernafasan
3) mengawasi leher klien agar tidak tertekuk atau memosisikan leher klien semi

ekstensi saat istirahat


4) mempersiapkan operasi apabila diperlukan
c. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada

duktusbilier ekstrahepatik
1) memberikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher, dan lipatan paha
2) memantau suhu minimal setiap 2 jam sekali sesuai kebutuhan
3) memberikan pasien pakaian tipis
4) memanipulasi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien dengan penggunaan

AC / kipas angin
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea dan vomitting

pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien
1) memantau asupan dan cairan pasien perjam
2) memeriksa feses pasien setiap hari
3) memantau lingkar perut bayi
4) mengobservasi tanda-tanda dehidrasi pada pasien
5) mengkolaborasikan pemeriksaan elektrolit, kadar protein total termasuk

albumin, nitrogen urea, darah dan kreatinin serta darah lengkap


e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi.
1) Mengvaluasi jenis intake makanan
2) Memonitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi
3) Mengajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare
4) Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume,

frekuensi dan konsistensi feses


5) Berkolaborasi jika tanda dan gejala diare menetap
6) Memonitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)
7) Memonitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi
8) Berkonsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
1) Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2) Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3) Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4) Memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak

nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)


5) Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
6) Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

4.5 Evaluasi
a. Diagnosa 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva

anemis
S: Orang tua pasien mengatakan jika sang anak tidak mau menghabiskan

makanannya
O: BB menurun, Muntah, dan konjungtiva tampak anemis
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
b. Diagnosa 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi

abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien


S: Orang tua mengeluhkan anaknya sering sesak
O: adanya sesak nafas, RR: 60 x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
c. Diagnosa 3: Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan

progresif pada duktusbilier ekstrahepatik


S: Pasien mengatakan tubuhnya panas
O: suhu meningkat, takikardi, dan RR meningkat
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
d. Diagnosa 4: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea

dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah

pasien
S: Keluarga mengatakan sejak pagi pasien muntah-muntah setelah makan
O: muntah sebanyak gelas kecil, wajah terlihat pucat dan sianosis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
e. Diagnosa 5: Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi
S: keluarga mengatakan pasien sudah mulai berkurang BABnya
O: pasien BAB 2 kali dalam sehari, dengan konsentrasi cair
A: masalah teratasi sebangian
P: lanjutkan intervensi
f. Diagnosa 6: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
S: pasien mengatakan sudah dapat beraktivitas, dan tidak lelah
O: nadi 95 kali / menit, RR: 21 kali / menit
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai