Anda di halaman 1dari 27

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2015

Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm


Jumlah Halaman : iii + 20 halaman

Naskah:
Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE
Penulis : Rosalinda Nainggolan

Gambar Kulit dan Tata Letak


Rosalinda Nainggolan

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya


KATA PENGANTAR

Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 ini
merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Palangka Raya bekerja sama dengan Badan Pusat Statisik Kota
Palangka Raya. Buku ini diterbitkan sebagai respon terhadap permintaan data baik
untuk kepentingan pemerintah maupun masyarakat pengguna data.
Penyajian publikasi ini memuat data dan informasi untuk mengukur tingkat
pemerataan pendapatan penduduk Kota Palangka Raya beserta analisisnya seperti
penentuan tingkat ketimpangan pendapatan berdasarkan Kriteria Bank Dunia dan
Koefisien Gini Rasio (Metode Oshima) keadaan tahun 2015. Diharapkan buku ini
dapat memberikan informasi sebagai acuan dalam rangka perencanaan dan
evaluasi hasil-hasil pembangunan di Kota Palangka Raya.
Meskipun publikasi ini telah diupayakan kelengkapan dan penyempurnaan
data yang disajikan, namun masih belum dapat memenuhi kebutuhan pemakai
data secara maksimal. Untuk perbaikan publikasi ini tanggapan dan saran-saran
dari pemakai sangat diharapkan.
Semoga penyajian data statistik ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam rangka menyusun dan melaksanakan pembangunan yang kita cita-
citakan.

Palangka Raya, September 2016

Kepala Bappeda Kota Palangka Raya Kepala BPS Kota Palangka Raya
Selaku Penanggung Jawab Selaku Ketua Tim Penyusun

H. RAHMADI HN SINDAI M.O. SEA, SE


NIP. 19590518 198603 1 013 NIP. 19580910 197803 2 001

i
DAFTAR ISI

Uraian Hal

Kata Pengantar .. i
Daftar Isi .. ii
Daftar Tabel .. iii
Daftar Gambar . iv
BAB I. Pendahuluan . 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan Penghitungan Rasio Gini dan Distribusi Pedapatan ... 4
3. Sumber Data . 4
4. Metologi Pengukuran Tingkat Pemerataan .. 5
4.1. Kriteria Bank Dunia 5
4.2 Kurva Lorenz . 6
4.3. Gini Rasio . 7

BAB II. DIstribusi Pendapatan .. 8


1. Pertumbuhan Ekonomi 8
2. Proporsi Pendapatan 9

BAB III. Analisis Gini Rasio dan Distribusi Pendapatan .. 10


1. Gini Rasio . 10
2. Distribusi Pendapatan Penduduk . 12
3. Kurva Lorenz .. 14

BAB IV. Penutup .. 16


Lampiran . 19

ii Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Hal

1. Gini Rasio Kota Palangka Raya, 2013-2015 18

Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya Menurut


2. 18
Kriteria Bank Dunia, 2013-2015

Gini Rasio Kota Palangka Raya Menurut Tipe Daerah,


3. 18
2015

Gini Rasio Penduduk 10 tahun Ke atas Yang Bekerja


4. 19
Menurut Lapangan Usaha, Kota Palangka Raya 2015

Gini Rasio Penduduk 10 tahun Ke atas Yang Bekerja


5. 19
Menurut Status Pekerjaan, Kota Palangka Raya 2015

Gini Rasio Penduduk 10 tahun Ke atas Menurut


6. 20
Pendidikan Yang Ditamatkan, Kota Palangka Raya 2015

015 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Hal

1.1 Kurva Lorenz 6

2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka Raya 2010-2015 (persen) 8

3.1 Perkembangan Gini Rasio Kota Palangka Raya 2011-2014 10

3.2 Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya Menurut Kriteria Bank 13


Dunia, 2015

3.3 Kurva Lorenz Kota Palangka Raya, 2015 14

4.1 Infrografis Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya 17

iv Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan


pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Oleh karenanya strategi pembangunan ekonomi suatu daerah pada umumnya
diarahkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi umumnya menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan. PDRB ini merupakan gambaran dari produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor produksi pada suatu daerah dalam kurun waktu satu
tahun. Pertumbuhan ekonomi mensyaratkan PDRB yang mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan suatu indikator yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pada suatu daerah.

Sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan ekonomi yaitu untuk


meningkatkan taraf hidup masyarakat disertai pendistribusian pendapatan yang adil
dan merata, maka yang menjadi tujuan dasar pembangunan ekonomi tidak hanya
untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, namun juga untuk menciptakan pemerataan
pendapatan antar lapisan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu
memberikan manfaat yang berarti bagi anggota masyarakat yang paling miskin dan
paling membutuhkan perbaikan taraf hidup. Dengan kata lain pembangunan akan
dikatakan berhasil apabila pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan
pendistribusian pendapatan (income distribution) yang merata pada seluruh lapisan
masyarakat.

Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan masih merupakan persoalan


kompleks yang dihadapi oleh negara-negara miskin dan berkembang di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Dalam skala yang lebih kecil, persoalan ini juga dihadapi oleh

015 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 1


Seperti halnya dalam pembangunan ekonomi nasional, pembangunan ekonomi
daerah juga bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar untuk meningkatkan kinerja
perekonomian daerah serta memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat. Strategi
pembangunan yang dilaksanakan di daerah harus mengacu pada karakteristik yang
dimiliki daerah dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia, sumber-
sumber fisik serta kelembagaan lokal. Peran pemerintah daerah dalam bentuk
kebijakan pembangunan memiliki arti penting dalam menentukan keberhasilan tujuan
pembangunan ekonomi.

Kota Palangka Raya yang sedang membangun dalam kerangka otonomi daerah,
juga memikul tanggung jawab besar bagaimana mewujudkan perekonomian yang baik
tidak hanya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun juga harus mampu
mewujudkan distribusi pendapatan yang merata di antara golongan masyarakat .

Untuk dapat menyusun perencanaan pembangunan yang kokoh yang bermuara


pada kepentingan rakyat pada umumnya, dan khususnya pada peningkatan
kesejahteraan rakyat, pemerintah daerah memerlukan dukungan ketersediaan data
dan informasi yang lengkap, akurat, dan up to date. Salah satu data yang sangat penting
dan berguna dalam rangka perencanaan pembangunan tersebut adalah Rasio Gini
(Koefisien Gini) yang menggambarkan tingkat ketimpangan pendapatan antarpenduduk
dan Distibusi Pendapatan menurut kriteria Bank Dunia (World Bank Criteria).

Setiap wilayah baik negara, provinsi maupun kabupaten/kota yang melakukan


pembangunan pada akhirnya akan menuju pada peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat secara merata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
menjadi lebih berarti jika diikuti pemerataan atas hasil-hasil pembangunan. Berbagai
kebijakan ekonomi untuk peningkatan produksi akan lebih berarti jika manfaatnya
dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu orientasi pemerataan hasil-hasil
pembangunan

2 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


pembangunan seharusnya menjadi muara dari seluruh kegiatan perekonomian suatu
daerah.

Salah satu keluhan pembangunan yang sering dibicarakan bahkan dirasakan


sampai lapis bawah adalah bahwa hasil-hasil pembangunan tidak bisa dinikmati secara
merata, antara desa dan kota, antar daerah, antar sektor dan antar golongan
pendapatan. Hal inilah yang biasa disebut ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
sosial, dan lebih lanjut kalau tidak dicegah secara cermat akan mengarah kepada
keangkuhan dan menimbulkan kecemburuan sosial.

Dengan memperhatikan perkembangan sosial ekonomi yang terjadi selama ini,


banyak ahli ekonomi berpendapat bahwa penanggulangan ketimpangan pendapatan ini
tidak saja penting dan perlu ditinjau dari sudut pertimbangan moral, tetapi mendesak
pula untuk ditinjau dari ancaman ketegangan sosial atau kecemburuan sosial yang
terselubung di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dibarengi
kenaikan atau membesarnya tingkat ketimpangan pendapatan (semakin tidak merata).
Pertumbuhan ekonomi yang pesat bukan saja membawa ketimpangan pendapatan
yang tinggi tetapi juga menimbulkan kemiskinan pada sebagian penduduk.

Hal yang patut dipertanyakan seberapa jauh jarak antara kelompok masyarakat
berpenghasilan tinggi dan rendah berdasarkan wilayah pembangunan di Kota Palangka
Raya?, oleh karena itu, informasi terkait tentunya yang dapat menunjang perencanaan
pembangunan. Ada banyak indikator yang dapat mengukur indikator yang sering
digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah Rasio Gini (Gini
Ratio) dan Kriteria Bank Dunia. Melalui penyusunan publikasi ini gambaran mengenai
kesenjangan dan distribusi pendapatan penduduk Kota Palangka Raya dapat dijadikan
sebagi tolak ukur dan bahan evaluasi pembangunan yang telah dan sedang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah selama ini.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 3


2. Tujuan Penghitungan Rasio Gini dan Distribusi Pendapatan

Penghitungan Rasio Gini dan Distribusi Pendapatan (menurut kriteria Bank


Dunia) penduduk Kota Palangka Raya adalah untuk mendapatkan data/informasi
tentang besarnya ketimpangan pendapatan masyarakat dan tingkat pemerataannya
pada tahun 2015. Untuk memperoleh informasi yang lebih detail, dihitung pula Rasio
Gini penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja menurut tingkat pendidikan
yang ditamatkan, jenis lapangan usaha utama dan status pekerjaan pada lapangan
usaha utama. Informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperoleh gambaran mengenai
tingkat pemerataan pendapatan pada masing-masing sektor ekonomi dan tingkatan
pendidikan terutama pada penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja.

3. Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penghitungan Rasio Gini dan
Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya tahun 2015 adalah jumlah
penduduk dan rata-rata pendapatan per kapita yang sudah dikelompokkan menurut
kelasnya. Data ini diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
SUSENAS secara rinci mengumpulkan data dan informasi tentang keadaan rumah
tangga dan anggota rumah tangga (individu) dan pengeluaran makanan dan non
makanan rumah tangga.

Dalam penghitungan gini rasio dan distribusi pendapatan, idealnya adalah


menggunakan data pendapatan. Namun karena sulitnya mendapatkan informasi
pendapatan yang lengkap dari responden, menyebabkan data pengeluaran lebih
banyak dipakai. Data pengeluaran dipakai sebagai proksi untuk memperoleh data
pendapatan, meskipun data pengeluaran masih mengandung beberapa keterbatasan,
antara lain kurang terekamnya pengeluaran konsumsi di luar rumah dan kurang
mencakup kelompok lapisan atas. Namun data pengeluaran yang dikumpulkan ini
masih relatif lebih mendekati keadaan sebenarnya dibandingkan dengan data

4 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Penggunaan data pengeluaran sebagai proksi pendapatan sering menimbulkan
perdebatan. Permasalahan yang sering timbul adalah :
a. kebiasaan seseorang/rumah tangga yang selalu memenuhi kebutuhan konsumsinya
dengan sistem utang sehingga pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak
mencerminkan pendapatan rumah tangga yang sesungguhnya,
b. pada suatu level tertentu konsumsi seseorang/rumah tangga kemungkinan tidak
banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga apabila data ini
digunakan untuk membandingkan tingkat perubahan pemerataan pendapatan dari
waktu ke waktu hampir tidak berubah.
Namun demikian bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, data Susenas ini
dirasakan adalah yang paling mendekati kondisi sosial ekonomi masyarakat.

4. Metodologi Pengukuran Tingkat Pemerataan

Dari berbagai studi yang dilakukan oleh para ahli mengenai pemerataan
pendapatan penduduk, terdapat beberapa metode untuk mengukur tingkat
pemerataan pendapatan. Mulai dari metode statistik yang sederhana (seperti range,
standar deviasi, indeks bowley, koefisien variasi, dan lain sebagainya) sampai pada
metode empiris (seperti indeks Theil, indeks Oshima, indeks Kuznet, kurva Lorenz dan
lain-lain). Di antara metode-metode tersebut di atas, terdapat dua metode yang
populer digunakan baik di Indonesia maupun di beberapa negara, yaitu ukuran kriteria
Bank Dunia dan Rasio Gini (Gini Ratio).

4.1 Kriteria Bank Dunia


Ukuran ketimpangan pendapatan dengan menggunakan kriteria Bank Dunia
cukup sederhana dan mudah penghitungannya, yaitu berdasarkan persentase
pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah terhadap
total pendapatan seluruh penduduk.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 5


Kriteria ketimpangan menurut Bank Dunia adalah sebagai berikut:
a. Bila 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12
persen dari pendapatan total, maka ketimpangan pendapatan yang terjadi di
suatu daerah adalah tinggi.
b. Bila 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah menerima 12 - 17 persen
dari pendapatan total, maka ketimpangan pendapatan yang terjadi di suatu
daerah adalah sedang.
c. Bila 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari 17
persen dari pendapatan total, maka ketimpangan pendapatan yang terjadi di
suatu daerah adalah rendah.
Kriteria Bank Dunia tersebut dihitung berdasarkan rumus statistik, yaitu
perhitungan desil.

4.2 Kurva Lorenz


Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase
penerimaan pendapatan penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-
benar diperoleh selama kurun waktu tertentu.
Gambar
1.1 Kurva Lorenz
a
rn
% pendapatan

pu
m
Se
an
ng
iri
m
Ke
ris
Ga

% penduduk

Dari gambar di atas, sumbu horizontal menggambarkan persentase


kumulatif penduduk, sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total
pendapatan yang diterima masing-masing persentase penduduk tersebut.

6 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Sedangkan garis diagonal di tengah disebut garis kemerataan sempurna. Setiap titik
pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan persentase penduduk yang sama
dengan persentase penerimaan pendapatan.
Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat
ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal,
semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya.

4.3 Rasio Gini


Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan dari
koefisien gini atau Rasio (Gini GR) adalah :

P (Q
i 1
i i Qi 1 )
G 1
10.000
dimana : G = GR (Gini Ratio)
P = Persentase penduduk
Q = Persentase kumulatif pengeluaran

Nilai Rasio Gini berada antara 0 dan 1. Bila nilai GR bergerak mendekati 0 (nol)
berarti tingkat pemerataan bertambah baik atau tingkat ketimpangan yang terjadi
rendah, dan apabila nilai GR bergerak mendekati 1 (satu) berarti tingkat ketimpangan
yang terjadi tinggi.

Ketimpangan pendapatan berdasarkan nilai Rasio Gini menurut Oshima sebagai


berikut:
a. Tingkat ketimpangan pendapatan dikatakan rendah apabila nilai GR antara 0 0,3

b. Tingkat ketimpangan pendapatan kategori sedang apabila nilai GR antara 0,3 0,5
c. Tingkat ketimpangan pendapatan tinggi apabila nilai GR lebih besar dari 0,5

15 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 7


BAB II
DISRIBUSI PENDAPATAN

1. Pertumbuhan Ekonomi
Proses pembangunan ekonomi selalu terkait dengan berbagai hal, antara lain
tentang pertumbuhan ekonomi, keseimbangan dalam struktur ekonomi, serta
pemerataan distribusi pendapatan. Keterkaitan ini menyebabkan timbulnya
permasalahan. Beberapa pakar ekonomi merasa khawatir bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi bisa mempertegas ketimpangan distribusi pendapatan dan
memanasnya suhu perekonomian suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah gambaran makro mengenai hasil


dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh seluruh stakeholders, baik
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka


Gambar 2.1
Raya 2010-2015 (persen)

8.00 7.53
7.27 7.29 7.18
7.50 6.97
7.00 6.56
6.50

6.00

Sumber: BPS Kota Palangka Raya

8 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Perekonomian Palangka Raya pada tahun 2015 mengalami percepatan
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini
memberi petunjuk bahwa arah kebijakan ekonomi yang dilakukan di Kota Palangka
Raya telah tepat. Hal ini dapat dijadikan indikator oleh calon investor untuk melakukan
investasi di Kota Palangka Raya. Pada tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi kota
Palangka Raya sempat melambat setelah empat tahun mengalami peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan.

2. Proporsi Pendapatan

Distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat idealnya harus merata. Menurut


Kuznet, distribusi pendapatan dikatakan betul-betul merata apabila setiap kelompok
rumah tangga atau penduduk dalam setiap desil proporsi pendapatannya harus sama
dengan 1/10 (10 persen). Hal ini berarti bahwa mereka yang menerima 10 persen
pendapatan paling bawah jumlahnya kira-kira sama dengan 10 persen jumlah
penduduk; yang menerima pendapatan 20 persen paling bawah jumlahnya sama
dengan 20 persen jumlah penduduk, dan begitu seterusnya.

Namun pada kenyataan tidaklah semudah itu penerapannya pada suatu


wilayah. Kesenjangan distribusi pendapatan untuk kelompok tertentu tetap masih ada.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh monopoli pada berbagai bidang usaha oleh
sekelompok orang yang memiliki modal besar, sehingga kelompok ini mendominasi
pendapatan. Sementara itu kelompok dengan pendapatan rendah akan semakin
memperoleh proporsi yang lebih kecil. Seringkali kelompok dengan pendapatan rendah
ini tidak merasakan adanya ketimpangan karena merasa pendapatan mereka secara
absolut meningkat dari waktu ke waktu. Namun apabila dihitung menurut porsi
pendapatan yang mereka terima terhadap total pendapatan di suatu daerah, porsi
pendapatan mereka mengalami penurunan atau dengan kata lain ketimpangan
pendapatan makin melebar.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 9


BAB III
ANALISIS RASIO GINI
DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Gini Ratio (GR) dan distribusi pendapatan kriteria Bank Dunia ini dihitung
berdasarkan data pengeluaran yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2015. Data tersebut disajikan menurut berbagai karakteristik, yaitu :

GR menurut total penduduk


GR menurut daerah perkotaan dan perdesaan
GR menurut lapangan usaha utama
GR menurut status pekerjaan utama
GR menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan

1. Gini Rasio (GR)


Secara umum tingkat ketimpangan di Kota Palangka Raya termasuk dalam
kategori sedang, atau dengan kata lain pembagian pendapatan yang diterima
penduduk agak kurang merata. Hal ini tergambar dari GR Kota Palangka Raya pada
tahun 2015 sebesar 0,338.
Perkembangan Gini Rasio Kota Palangka
Gambar 3.1
Raya 2010-2015 (persen)
0.370

0.365
0.362
0.360

0.350

0.340
0.338
0.331 0.331
0.330
0.321

0.320

0.310

0.300
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah

10 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Jika dilihat perkembangannya selama kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat
kecenderungan tingkat ketidakmerataan pendapatan penduduk di Kota Palangka Raya
semakin meningkat yang ditunjukkan oleh nilai GR yang semakin menjauhi angka nol.
Akan tetapi pada tahun 2015, Kota Palangka Raya mengalami perbaikan dalam hal
pemerataan distribusi pendapatan. Hal ini terlihat dari nilai GR tahun 2015 yang lebih
rendah dibandingkan dengan tahun 2014.

GR penduduk umur 10 tahun ke atas yang bekerja termasuk dalam kategori


sedang, yaitu sebesar 0,351. Artinya bahwa tingkat ketimpangan pendapatan untuk
penduduk yang bekerja tergolong sedang, atau pembagian pendapatan penduduk
untuk kelompok ini agak kurang merata.

a. Gini Rasio antar daerah perkotaan dan perdesaan


Kota Palangka Raya walaupun termasuk dalam wilayah administrasi kota namun
tidak semua daerahnya termasuk dalam kategori perkotaan. Dari segi
ketersediaan fasilitas umum dan akses wilayah masih ada beberapa daerah di Kota
Palangka Raya yang termasuk dalam kategori perdesaan. Tingkat ketimpangan
pendapatan antara daerah perkotaan dan perdesaan pun berbeda. Di daerah
perkotaan pembagian pendapatan cenderung kurang merata dibandingkan
daerah perdesaan. Di daerah perdesaan tingkat ketimpangan pendapatan
tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai GR daerah perkotaan sebesar 0,343
sedangkan nilai GR daerah perdesaan hanya sebesar 0,272.

b. Gini Rasio antar lapangan usaha


Tingkat ketimpangan pendapatan pada masing-masing lapangan usaha menurut
kriteria Oshima bervariasi antar lapangan usaha. Dari 10 lapangan usaha, 3 sektor
di antaranya tingkat ketimpangan pendapatannya termasuk dalam kategori
rendah dan 7 sektor lainnya berkategori sedang.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 11


Nilai GR untuk kategori sedang, dalam rentang 0,3 - 0,5 yaitu sektor Pertanian;
Listrik dan Gas; Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan; Konstruksi bangunan;
Keuangan dan asuransi; Jasa dan Sektor Lainnya. Sektor yang masuk dalam
kategori rendah ialah sektor Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan
dan sektor Transportasi, pergudangan, informasi dan Komunikasi. Sehingga dapat
dikatakan pekerja yang ada di Kota Palangka Raya cukup seimbang. Tidak ada
ketimpangan yang signifikan.

c. Gini Rasio antar tingkat pendidikan yang ditamatkan


Pembagian pendapatan menurut angka GR untuk penduduk 10 tahun ke atas
dengan latar belakang pendidikan yang berbeda cenderung sama. Nilai GR ini
tergolong sedang menurut Oshima untuk seluruh latar belakang pendidikan,
kecuali untuk mereka yang berpendidikan SMP dan Diploma tingkat ketimpangan
pendapatannya tergolong rendah.
Bila ditinjau menurut besar kecilnya angka GR maka dua jenis golongan
pendidikan dengan GR yang paling rendah adalah Diploma I/II/III (0,247).
Rendahnya GR pada latar belakang pendidikan ini menunjukkan upah yang
diterima relatif merata. Sedangkan GR terbesar adalah penduduk yang bekerja
dengan latar belakang pendidikan SD ke bawah (0,341) dan berpendidikan D4/S1/
S2/S3 di Kota Palangka Raya (0,366) namun masih dalam kelompok sedang.

2. Distribusi Pendapatan Penduduk

Selain dari nilai Gini Ratio, tingkat pemerataan pendapatan penduduk dapat juga
ditentukan berdasarkan kriteria Bank Dunia. Pada tahun 2015 menurut total penduduk,
kelompok 40 persen penduduk berpenghasilan rendah (masyarakat lapis bawah)
menyerap sebanyak 20,19 persen dari total pendapatan, kelompok 40 persen
penduduk berpenghasilan menengah mendapat 37,87 persen dan kelompok 20 persen
penduduk berpenghasilan tinggi mendapat 41,94 persen.

12 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Apabila diumpamakan dengan pembagian 100 potong kue, maka pembagian
kue adalah 40 orang berpenghasilan terendah hanya mendapat 20 potong kue, 40
orang berpenghasilan menengah mendapat 38 potong kue dan 20 orang dengan
penghasilan tertinggi medapat 42 potong kue.

Berdasarkan kriteria Bank Dunia, kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa


distribusi pendapatan di Kota Palangka Raya tahun 2015 masih tergolong merata,
dimana penduduk kelompok berpenghasilan rendah menerima lebih dari 20 persen
dari total pendapatan.

Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya


Gambar 3.2
Menurut Kriteria Bank Dunia, 2015

Dengan melihat perubahan nilai GR selama dari tahun 2014 ke tahun 2015,
tingkat pemerataan pendapatan menurut kriteria Bank Dunia pada periode tersebut
menunjukkan peningkatan tingkat pemerataan pendapatan penduduk di Kota Palangka
Raya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya porsi pendapatan yang diterima kelompok
lapis bawah.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 13


Pada tahun 2014 kelompok lapis bawah masih menikmati 17,57 persen dari total
pendapatan. Namun di tahun 2015 porsi yang diterima oleh kelompok ini meningkat
menjadi 20,19 persen dari total pendapatan. Hal ini baik untuk Kota Palangka Raya
yang mampu menambah persentase kue pendapatan untuk kelompok terbawah.
Walaupun masih tergolong merata distribusi pendapatannya, namun pemerintah Kota
Palangka Raya jangan lengah untuk meninjau kembali kebijakan dalam bidang ekonomi
dan meningkatkan perekonomian di Kota Palangka Raya secara menyeluruh agar dapat
dinikmati semua kalangan masyarakat.

3. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase


penerimaan pendapatan penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar
diperoleh selama kurun waktu tertentu. Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis
dia-gonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak
kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi penda-
patannya.
Tingkat pemerataan pendapatan penduduk Kota Palangka Raya pada tahun
2015 jika digambarkan dengan Kurva Lorenz terlihat seperti gambar berikut.
Gambar 3.3 Kurva Lorenz Kota Palangka Raya, 2015

100%

90%

80%

70%
% Pendapatan

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
0% 20% 40% 60% 80% 100%

% Penduduk

14 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Kurva Lorenz Kota Palangka Raya tahun 2015 terlihat berhimpit dengan garis diagonal
(garis pemerataan sempurna). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemerataan
pendapatan Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori merata.
Untuk Kurva Lorenz penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja garis kurva tidak
berhimpit dengan garis pemerataan sempurna, seperti terlihat pada gambar 3.3.
Namun demikian masih bisa dikategorikan merata karena garis kurva tidak terlalu jauh
dari garis diagonal.

5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 15


BAB IV
PENUTUP
Salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut
harus dibarengi dengan pemerataan pendapatan masyarakat, sehingga hasil-hasil
pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat agar tidak
berdampak pada kesenjangan sosial.

Untuk mengukur itu semua, penghitungan distribusi pendapatan dan Rasio


Gini sangat diperlukan. Dari analisis distribusi pendapatan dan Rasio Gini Kota Palangka
Raya tahun 2015, digambarkan bahwa secara umum tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk tergolong sedang apabila merujuk pada kriteria Oshima. Hal ini terbukti
dengan angka GR yang hampir seluruhnya bernilai 0,3 0,5, baik untuk total penduduk,
maupun antar lapangan usaha, pendidikan dan status pekerjaan. Namun menurut
kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan penduduk Kota Palangka Raya tahun 2015
sudah terbagi secara merata. Hal ini terlihat dengan porsi pendapatan yang diterima
oleh kelompok lapis bawah porsinya lebih dari 20 persen dari total pendapatan
penduduk.

Rasio Gini pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014,
nilainya semakin mendekati garis nol. Ini diikuti porsi pendapatan yang diterima
kelompok lapis bawah mengalami peningkatan persentasenya dibanding tahun 2014.
Artinya dalam jangka waktu satu tahun terakhir pemerintah kota Palangka Raya
berhasil mengurangi ketimpangan kesenjangan ekonomi Palangka Raya.

16 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


5 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 17
LAMPIRAN
Tabel 1. Gini Rasio Kota Palangka Raya , 2013-2015

No. Tahun Gini Rasio


1 2 3
1 2013 0,362
2 2014 0,365
3 2015 0,338

Tabel 2. Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya Menurut Kriteria Bank Dunia,
2012-2014

No. Kelompok penduduk 2013 2014 2015


1 2 3 4 5
40 % Kelompok penduduk
1 18,50 17,57 20,19
penghasilan rendah
40 % Kelompok penduduk
2 38,09 39,16 37,87
penghasilan menengah
20 % Kelompok penduduk
3 43,41 43,27 41,94
penghasilan tinggi

Tabel 3. Gini Rasio Kota Palangka Raya Menurut Tipe Daerah, 2015

No. Tipe daerah Gini Rasio


1 2 3

1 Kota 0,363
2 Desa 0,307
3 Kota+Desa 0,358

4 18 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015


Tabel 4. Gini Rasio Penduduk 10 tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha, Kota Palangka Raya 2015

No. Lapangan Usaha Gini Rasio


1 2 3
1 Pertanian 0.34383
2 Pertambangan & Penggalian 0.24870
3 Industri Pengolahan 0.20092
4 Listrik & Gas 0.35123
5 Konstruksi 0.38689
6 Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan 0.38632

Transportasi, Pergudangan, Informasi,


7 0.25086
dan Komunikasi
8 Keuangan & asuransi 0.42940
9 Jasa 0.31657
10 Lainnya 0.40414

Tabel 5. Gini Rasio Penduduk 10 tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan, Kota Palangka Raya 2015

No. Status Pekerjaan Gini Rasio


1 2 3

1 Berusaha sendiri 0.31675


Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak
2 0.40312
dibayar
3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 0.51969

4 Buruh/karyawan/pegawai 0.33421

5 Pekerja bebas 0.28113

6 Pekerja keluarga/tidak dibayar 0.31102

2015 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 19


Tabel 6. Gini Rasio Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan,
2015

No. Tingkat Pendidikan Gini Rasio


1 2 3

1 SD ke bawah 0,341
2 SMP sederajat 0,293
3 SMA sederajat 0,317
4 DI/DII/DIII 0,247
5 D4/S1/S2/S3 0,366

4 Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2015 20

Anda mungkin juga menyukai