1314521028 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS UDAYANA PENDAHULUAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kemajemukan budaya yang diwariskan nenek moyang banyak yang telah ditinggalkan dan mulai terkikis di masa kini. tradisi telah bergeser dan ditinggalakan oleh masyarakat. Manusia beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan baru, perpaduan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda menciptakan sebuah bentuk budaya baru yang kemudian diterima oleh masyarakat luas, namun budaya-budaya ini pun akan diuji oleh waktu. Benturan-benturan budaya yang terjadi tidak selalu negatif hasilnya, dampak positifnya adalah nilai-nilai budaya yang tinggi makin dikenal, seperti bekerja keras, apresiasi terhadap hal-hal yang baik, menghargai waktu, bekerja secara rasional dan efisien merupakan budaya modern saat ini. Tatkala budaya mengalami perubahan bukan berarti nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya hilang begitu saja diterkam perubahan. Justru perubahan menghasilkan yang baik dan tidak semua perubahan itu bersifat negatif. Namun tidak dapat dipungkiri banyak nilai-nilai luhur budaya mulai terkikis dan bahkan mungkin suatu saat akan hilang seiring berjalannya waktu. Pada kenyataannya tradisi nenek moyang tidak dapat terus bertahan seirama jaman. Tradisi di masa lal tergeser dengan dunia modern. Budaya modern saat ini bermuara pada perkara hiburan, dunia gemerlap, dunia anak muda, teknologi canggih dan semacamnya. Di dalam PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu (Bab I ps.1 [6]), yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan / atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. (Bab II ps. 1 [1]). Mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang dimilikinya, yang dengan demikian mempunyai kekhasan fungsi, peran dan tanggung-jawab. Dari identitas dirinya tersebut, mahasiswa sekaligus mempunyai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggungjawab moral. Dengan ikutnya Indonesia ke era globalisasi, maka secara tidak langsung masyarakat di Indonesia juga mulai berkiblat ke budaya barat. Secara otomatis pengaruh hedonisme juga sudah muncul di Indonesia. Kesenangan yang berlebihan tanpa melihat orang-orang disekitar sepertinya sudah mulai nampak di Indonesia. Sudah banyak masyarakat di Indonesia tidak lagi mempedulikan yang namanya silaturrahmi antara individu satu dengan individu lainnya, Padahal budaya Indonesia sudah sangat terkenal dengan keramahannya dengan masyarakat lain. Dan salah satu penyebab dari masalah ini adalah pengaruh hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang dimana kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama. Jadi bisa dikatakan bahwa para penganut hedonisme ini lebih mementingkan kesenangannya, tidak lagi peduli oleh orang yang berada di sekitar mereka, karna yang terpenting buat mereka adalah kesengan. Salah contoh hedonisme seperti berfoya-foya dan hura-hura. Dalam prospektif hedonisme para penganut hedonisme kebanyakan dari kalangan menengah keatas, karna dalam melampiaskan kesengannya pasti uang yang mereka keluarkan sangat banyak, tapi mereka tidak terlalu mempedulikannya, yang terpenting bagi penganut hedonisme ini adalah kesenangan. Faktor gaya hidup yang mewah ini pun melahirkan sifat egoisme di kalangan mahasiswa, dimana sifat egoisme ini merupakan pelengkap dari faham hedonisme. Pemuda adalah leader of tomorrow, makanya ditangan generasi muda lah nasib suatu bangsa. Apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah di bangsa dan negara ini yang didasari dengan keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia serta bekerja keras, saya yakin pemuda dengan mudah memajukan budaya daerah. Intelektualitas menjadi sesuatu yang di anggap penting karna melalui intelektualitas ini para pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah dimana mereka tinggal dan melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi nilai nilai suatu budaya. Keluasan ilmu pengetahuan juga bisa dijadikan sebagai jalan untuk mebangun negeri ini, sehingga dengan keluasan ilmu tersebut para pemuda bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat dan menjadi filter masuknya budaya asing ke daerah masing-masing. Mahasiswa sebagai agen of change mempunyai tanggung jawab moral terhadap apa yang terjadi pada tanah airnya. Mahasiswa mengawal kebijakan- kebijakan pemerintah yang mungkin saja tidak sesuai dengan kondisisi masyarakat pada umumnya di Indonesia. Namun tidak hanya itu tugas mahasiswa yang harus di emban, mahasiswa tidak hanya bicara dalam tataran akademis, tapi juga bicara tentang permasalahan-permasalahan sosial. Termasuk dalam melestarikan produk- produk kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui PLP yaitu Pelajari Lakukan Pelopori. Walaupun kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan, namun jati diri suatu kebudayaan dapat lestari; artinya lestari yang dinamis, yaitu ciri-ciri pengenalnya secara keseluruhan tetap dimiliki, meskipun bentuk-bentuk ungkapan di dalamnya dapat mengalami perubahan (Sedyawati, 2008: 290).