I. Kelompok A
Gangguan kepribadian yang ditandai perilaku aneh dan eksentrik, terdiri dari gangguan
kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotypal. Individu dalam kelompok ini sering
memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, atau mereka menunjukkan
sedikit atau tidak adanya minat dalam mengembangkan hubungan sosial.
Gejala:
Individu sering menyalahkan orang lain, tanpa dasar yang cukup, menganggap bahwa
orang lain mengeksploitasi dirinya, melukai atau menipu dirinya
Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan kepercayaan dari teman atau
rekan-rekan seasosiasi
Individu enggan bercerita kepada orang lain karena takut dan beralasan bahwa
informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan terhadap dirinya
Individu sering mencurigai maksud tersembunyi yang dianggap merendahkan atau
mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
Individu terus-menerus menanggung dendam dan penghinaan dalam dirinya
Individu sering membayangkan melihat serangan terhadap karakter dirinya yang tidak
jelas dari orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau melakukan serangan balik
pada orang tersebut
Individu memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang kesetiaan
pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Contoh:
Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja
sosial untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya
yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia
terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60
tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Dia
selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi pada
siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan mengambil
keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga
dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan
namanya sampai ia tahu maksud si penelepon.
Contoh:
John, 50 th, mengalami gangguan psikologis sejak Istrinya meninggal akibat
kecelakaan mobil. Sejak itu ia merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan
sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang menyendiri. Membatasi kontak dengan
orang lain hanya dengan menyapa Halo atau Apakabar?, sambil terus berlalu. Ia
merasa bahwa percakapan sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa
canggung jika ada orang lain yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia
tidak memiliki minat sosial yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat
berita di tv. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan istrinya.
Gejala:
Ideas of preference
Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap persepsi ekstra
indrawi
Persepsi yang tidak biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya
Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstrem, paranoia
Afek yang tidak sesuai
Perilaku atau penampilan yang aneh
Kurang memiliki teman akrab
Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem bila berada di
antara orang lain.
Contoh:
Jonathan, usia 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebih memilih membaca
novel fiksi ilmiah dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang bergabung
dalam percakapan dengan orang lain. Suatu saat ia tampak seperti hanyut dalam
pikirannya sendiri. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil di wajahnya. Ciri perilaku
yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang datang sewaktu-
waktu akan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di dekatnya. Keyakinan ini
menenangkan baginya dan ia menantikan terjadinya peristiwa itu kembali. Jonathan
menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba untuk menyentuh ruh
tersebut. Perasaan berada di dekat ruh ibunya merupakan pengalaman yang cukup
menenangkan katanya.
II. Kelompok B
Mereka yang berada dalam kelompok B adalah individu yang dramatis, emosional, atau
tidak menentu. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok B yaitu antisosial,
ambang/borderline, histrionik, dan narsistik.
Gejala:
Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15 tahun dan
sekurang-kurangnya 3 karakteristik antara 1 hingga 7 ditambah 8 hingga 10:
1. Berulangkali melanggar hukum
2. Menipu, berbohong
3. Impulsivitas
4. Mudah tersinggung dan agresif
5. Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
6. Tidak bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang tidak reliable
atau tidak memenuhi tanggung jawab keuangan
7. Kurang memiliki rasa penyesalan
8. Berusia minimal 18 tahun
9. Terdapat bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun
10. Perilaku antisocial yang tida terjadi secara eksklusif dalam episode skizofrenia atau
mania
Contoh:
Seorang ibu mengeluh tentang putera remajanya ( R ) yang duduk di kelas 2
SMA. Menurut ibunya, R tidak bertanggung jawab karena tidak mau tahu apa yang
terjadi di luar kamar nya yang terletak di lantai dua. Tiap pulang sekolah R masuk
kamar dan keluar kamar hanya untuk makan atau keperluan pribadinya. Ia tidak mau
mengantar adiknya ke dokter bahkan sampai adik nya sakit parah. R juga tidak peduli
apakah ada tamu atau keluarga yang datang berkunjung.
Pengakuan serupa pun di akui oleh gurunya di sekolah, R termasuk anak yang
kurang suka bergaul dan ketika ada seseorang teman yang mengusik dia, R akan
mudah sekali marah dan bersifat agresif seperti ditunjukkan oleh seringnya berkelahi
atau melakukan penyerangan bahkan setelah melakukan penyerangan itu R tidak
pernah menyesal dan bersikap tidak peduli terhadap temannya itu. R juga sering
membolos dan kabur dari sekolah dan sering tidak mematuhi perintah dari guru atau
peraturan yang berlaku di sekolah.
R juga termasuk orang yang tidak pernah mau patuh akan norma sosial atau
peraturan peraturan hukum. R sering mencuri apa yang di miliki teman bahkan
keluarganya sendiri, dia juga sering berbohong dan ketika ditanyakan mengenai
kebohongannya itu R akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia buat.
Contoh:
Klien : Saya menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya
tidak dapat merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat
gugup, merokok terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah
cenderung meledak. Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya
tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk
ini.
Konselor : Apa contoh terbaru dari ledakan itu?
Klien : Beberapa bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan!
Saya mencoba mengontak pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya..Saya tidak
tahu dimana dia berada. Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya tidak
punya siapa-siapa untuk diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan makin
dan semakin kacau.
Klien : Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan
menancapkannya di lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya melakukan hal itu
karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa
saya harus melakukan sesuatu yang dramatis..
Contoh:
Ketika bertemu dengan Pat untuk pertama kalinya, gadis itu tampak
memancarkan kebahagian dalam hidup. Saat itu gadis yang masih melajang pada
usia pertengahan 30-an itu tengah menempuh kuliah malam untuk meraih gelar
master. Cara berpakaiannya sering tampak flamboyan. Disiang hari ia mengajar
untuk anak-anak cacat (disabilitas) dan ketikatidak harus kuliah ia sering berkencan
hingga larut malam. Ketika saya berbicara pertama kalinya dengan Pat, dengan
antusias ia mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan hasil pekerjaan saya
dibidang developmental dissabilities dan bahwa ia meraih banyak sukses dalam
mengguanakan beberapa teknik saya dalam mengajar murid-muridnya. Ia jelas
terlalu memuji. Tetapi, siapa yang tidak senang mendengar komentar bernada
menyanjung seperti itu?
Karena beberapa penelitian kami melibatkan anak-anak dikelasnya, saya
sering bertemu dengan Pat. Tetapi selama kurun waktu berminggu-minggu interaksi
diantara kami menegang. Ia sering mengeluhkan berbagai macam kesakitan dan
sering mengalami kecelakaan (jatuh ditempat parkir, Lehernya Terkilir saat
menengok keluar melalui jendela dan lain-lain) yang menggangu pekerjaannya. Ia
sangat tidak terorganisasi dan sering mengabaikan tugas-tugas yang membutuhkan
banyak perencanaan. Pat membuat janji yang sulit ditepati kepada banyak orang,
yang tampaknya dimaksudkan agar ia bisa mendapatkan persetujuan dari mereka.
Ketika kemudian ingkar janji, ia biasanya lalu mengarang cerita yang sengaja
dirancang untuk meraih simpati dan iba. Sebagai contoh, ia berjanji kepada ibu dari
salah seorang muridnya bahwa ia akan menyelenggarakan pesta masif dan
unikbagi putrinya, tetapi ia sama sekali melupakan janjinya itu sampai si ibu
muncul dengan membawa kue ulang tahun dan jus. Ketika melihatnya, Pat
menunjukkan sikap marah dan menyalahkan kepala sekolah karena membuatnya
pulang terlambat setelah jam sekolah, meskipun tuduhan itu sama sekali tidak benar.
Pat sering menginterupsi pertemuan hanya untuk membicarakan tentang
pacar terbarunya. Ia berganti pacar nyaris setiap minggu, tetapi antusiasmenya
(Tidak seperti laki-laki lain yang pernah saya temui sebelumnya!) dan
optimismenya tentang masa depan (Dialah laki-laki yang ingin saya jadikan
pendamping seumur hidup!) tetapi tinggi untuk setiap pacar baru yang
diceritakannya. Rencana pernikahan didiskusikan serius dengan hampir semua
orang, termasuk orang-orang yang baru saja dikenalnya. Pat suka menjilat, terutama
kepada para guru laki-laki, yang sering membantunya mengatasi masalah akibat
tindakannya yang tidak terorganisasi.
Ketika kemudian menjadi jelas bahwa ia mungkin akan kehilangan pekerjaan
mengajarnya karena kinerjanya yang buruk, Pat berhasil memanipulasi beberapa
guru laki-laki dan asisten kepala sekolah hingga mau merekomendasikannya untuk
mendapatkan pekerjaan baru di distrik sekolah yang berdekatan dengan sekolah
lamanya. Setahun kemudian ia masih mengajar di sekolah yang baru itu tetapi sudah
dua kali pindah kelas. Menurut sesama pengajar disana, Pat masih kurang memiliki
hubungan interpersonal yang dekat, meskipun ia selalu menggambarkan
hubungannya saat itu sebagai hubungan yang membuat ia merasa sangat terlibat.
Setelah mengalami periode depresi yang cukup lama, Pat mencari bantuan dari
seorang psikolog yang mendiagnosisnya memiliki gangguan kepribadian histrionik
Gejala:
Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi.
Terfokus pada keberhasilan, kecerdasan, dan kecantikan diri.
Kebutuhan ekstrem untuk dipuja.
Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu.
Kecenderungan memanfaatkan orang lain.
Iri pada orang lain.
Contoh:
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali
datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal
pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia
secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru
yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada terapis
tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani
oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan
dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya
dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang
memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah
seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga tidak
memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit
menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia memliki pekerjaan
yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi membutuhkan bantuan
ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, David memutuskan bahwa dia
benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang
untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias apaartemennya dengan berbagai
benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan
dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa
nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa
nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya,
mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah
III. Kelompok C
Individu yang berada dalam kelompok C adalah individu yang pencemas atau ketakutan.
Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok C yaitu avoidant, dependen, dan
obsesif kompulsi.
Gejala:
Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.
Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti
akan disukai.
Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok.
Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
Merasa tidak adekuat
Merasa rendah diri
Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Contoh:
Sally, seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup terisolasi dan tidak punya
sahabat. Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah menarik diri dari hubungan dekat
dengan orang lain untuk menjaga dari perasaan terluka atau dikritik. Dua tahun
sebelum dia masuk terapi, ia punya waktu tertentu untuk pergi ke pesta dengan
kenalan yang ia temui diperpustakaan. Saat mereka tiba di pesta, Sally merasa sangat
tidak nyaman karena dia tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia terburu-buru
pergi dan menolak untuk melihatnya kenalan lagi. Pada sesi pengobatan awal, dia
duduk diam cukup lama, ia terlalu sulit untuk berbicara tentang dirinya sendiri.
Setelah beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai terapisnya. Dia terkait insiden
ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku alkoholis ayahnya yang
menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba untuk menjaga tentang
masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya, namun sudah tidak mungkin
maka dia membatasi persahabatannya, untuk melindungi diri dari kemungkinan
malu atau kritikan. Ketika Sally pertama kali memulai terapi, ia menghindari diri
untuk bertemu orang yang bisa dipastikan bahwa mereka "seperti dia." Dengan
terapi yang berfokus pada keterampilan sosial, peningkatan mulai tampak, ia
membuat beberapa kemajuan pada kemampuannya untuk mendekati orang dan
berbicara dengan mereka.
Gejala:
Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain.
Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar
aspek kehidupannya yang utama.
Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.
Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya terhadap
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan yang
dimilikinya saat ini berakhir.
Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Contoh:
Mila, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa tingkat tiga di salah satu Universitas
ternama di kota Makassar. Mila dalam keseharian dikenal sebagai seorang mahasiswa
yang ramah oleh teman-temannya. Tidak ada yang salah dalam perilakunya, namun
lain halnya bagi teman-teman dekat Mila. Mereka merasa bahwa Mila memiliki
kecemasan yang berlebihan, sehingga setiap saat harus ditemani oleh temannya.
Terutama dalam hal-hal yang membutuhkan pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku
Mila yang terlalu bergantung pada orang lain cukup mengganggu, mereka
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak ada mereka disamping Mila.
Setelah melakukan wawancara langsung dengan Mila yang dibungkus dalam
bentuk curhat-curhatan, Mila mengaku bahwa ia menjadi seperti itu karena Mila yang
juga merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di keluarganya
sewaktu kecil segalanya diuruskan oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Mila
mengatakan bahwa pernah sekali ia bermain dengan ayahnya, ketika sang ayah tidak
melihat Mila yang tengah bersembunyi dibalik tembok dan tiba-tiba mengagetkan
ayahnya. Namun, ternyata ayahnya langsung jatuh dan kejang-kejang sambil
memegang dadanya, dan setelah dirujuk ke dokter diketahui bahwa ayahnya terkena
penyakit jantung. Mila sangat sedih dan ketakutan dan mengaku bahwa saat itulah
pertamakalinya ia dimarahi habis-habisan oleh kakak-kakaknya.
Gejala:
Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu
aktivitas terabaikan.
Perfeksionis ekstrim, hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang
terselesaikan.
Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan
persahabatan.
Tidak fleksibel tentang moral.
Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti.
Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya.
Kikir.
Rigid dan keras kepala.
Contoh:
Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya
ia menjalani terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu,
tidak lama setelah kematian ayahnya.
Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang
secara tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak
nyaman bersentuhan dengan kayu, objek yang bergores, surat, benda yang
dikemas kaleng, dan noda perak (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak
dapat menyatakan mengapa objek-objek tersebut merupakan sumber
kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual
kompulsif yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-
4 jam, untuk berulang kali mandi dan diantara waktu mandi ia mengelupas
lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan
berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu,
mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan
kontaminasi pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara
makan tersebut, ia mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice
untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah meremdahkan nilai kehidupannya
hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.