Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR HUKUM LINGKUNGAN

(Puluhan Perusahaan Dilaporkan Aktivis Terkait Kebakaran Hutan)

MAKALAH

Diajukan kepada Ibu Rahayu Sri Pujiati, SKM., M.Kes.

selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan guna

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan

Oleh :

UMDATUS SHOLIHAH
152110101065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji syukur saya panjatkan Kehadirat-Nya atas segala rahmat dan hidayah
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ujian tengah semester ini dengan
judul PENGANTAR HUKUM LINGKUNGAN ; Bahaya pada Vektor Kecoa.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester pada mata
kuliah penulisan ilmiah dan dalam penyusunannya saya mendapatkan bantuan dari
berbagai media untuk mendapatkan referensi guna menyempurnakan isi makalah
ini. Untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Rahayu Sri Pujiati,
SKM., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Dasar Kesehatan
Lingkungan yang telah memberikan pembelajaran kepada saya dan juga kepada
pihak lain yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari itu saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh arena itu,
saya sangat bersedia dalam menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.

Jember, 14 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................1

BAB 2. TOPIK PERMASALAHAN.......................................................................3

Bahaya! Jangan Pukul Kecoa Hingga Isi Perutnya Keluar......................................3

BAB 3. PEMBAHASAN.........................................................................................4

3.1 Kecoa...........................................................................................................4

3.2 Penyebab kecoa membahayakan kesehatan tubuh manusia........................6

3.3 Dampak yang ditimbulkan jajanan yang tidak sesuai dengan syarat
hygiene sanitasi makanan dan minuman......................................................6

3.4 Solusi untuk mengatasi masalah penyebaran penyakit yang diakibatkan


kecoa..........................................................................................................11

3.5 Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi vector kecoa..........13

BAB 4. PENUTUP................................................................................................15

4.1 Kesimpulan...................................................................................................15

4.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Milieurecht)
adalah hokum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)
dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengandn ditentukan
oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hokum
lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.
Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh pemerintah, maka
hokum lingkungan sebagian besar terdiri atas hokum pemerintahan
(bestuursrecht). Di samping hokum lingkungan pemerintahan
(bestuursrechtelijk milieurecht) yang dibentuk oleh pemerintah pusat, ada pula
hokum lingkungan pemerintahan yang berasal dari pemerintah daerah dan
sebagian lagi dibentuk oleh badan-badan internasional atau melalui perjanjian
dengan negara-negara lain. Demikian pula terdapat hukum lingkungan
keperdataan, hokum lingkungan kepidanaan, sepanjang bidang-bidang hokum
ini memuat ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan pengelolaan
lingkungan hidup (Hardjasoemantri,2005 ; 41).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi tentang vector kecoa ?
2. Apa penyebab bahaya yang ditimbulkan oleh kecoa sebagai vector ?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh kecoa sebagai vektor ?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh vector kecoa ?
5. Apa yang dapat direkomendasikan untuk mengatasi masalah penyebaran
penyakit oleh kecoa sebagai vektor ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai vector kecoa

1
2. Untuk mengetahui penyebab bahaya yang ditimbulkan oleh kecoa sebagai
vektor
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kecoa sebagai vektor.
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi masalah penyebaran penyakit
yang disebabkan oleh vector kecoa.
5. Untuk mengetahui tindakan yang dapat direkomendasikan untuk
mengatasi masalah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh vector
kecoa.

2
BAB 2. TOPIK PERMASALAHAN

PULUHAN PERUSAHAAN DILAPORKAN AKTIVIS TERKAIT

KEBAKARAN HUTAN

Banda Haruddin Tanjung


Sabtu, 19 November 2016 10:50 WIB

PEKANBARU - Sejumlah organisasi lingkungan melaporkan sejumlah


korporasi ke Polda Riau. Pihak korporasi yang jumlahnya puluhan itu diduga
terlibat melakukan pembakaran lahan hutan dan lahan pada tahun 2014, 2015 dan
2016. Puluhan korporasi yang dilaporkan pihak LSM merupakan perusahaan yang
bergerak di perindustrian kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI).

"Ada 49 konsesi yang kita temukan disejumlah perusahaan HTI maupun


industri kepala kelapa sawit yang terbakar," ucap Koordinator Eyes on the Forest
(EoF), Okto Okto Yugo Setio, Jumat (18/11/2016).

Dia mengatakan bahwa yang melaporkan kasus perusahaan pembakar


lahan itu adalah LSM dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Jikalahari
(Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau) dan LSM asing, World Wide Fund for
Nature (WWF).

Dalam kasus kebakaran di rentang waktu tiga tahun itu, pihak aktivis
mengaku memiliki data di lapangan jika lahan itu diduga sengaja dibakar.
Para aktivis berpendapat, bahwa terbakarnya lahan tidak menimbulkan bagi
perusahaan. Adanya aksi pembakaran memberikan keuntungan bagi perusahaan
yakni tidak membutuhkan dana besar untuk membuka area.

"Para ahli berpendapat bahwa dengan adanya pembakaran perusahaan


tidak perlu lagi membeli kapur yang diperlukan untuk meningkatkan PH gambut
karena sudah digantikan oleh abu dan arang dari sisa pembakaran, jadi tanah jadi

3
subur. Dengan aksi bakar perusahaan diuntungkan efesiensi dana Rp 60 juta
perhektar," tukasnya.

Atas tudingan itu, pihak aktivis mendesak Polda Riau untuk mengusut
tuntas dugaan pembakaran oleh pihak perusahaan itu. Sejumlah perusahaan yang
dilaporkan itu antara lain PT Sumatera Riang Lestari (SRL), PT Rimba Rokan
Perkasa (RRP), PT Arara Abadi, PT Rimba Lazuardi, PT Suntara Gaja Pati (SGP),
PT Siak Raya Timber (SRT),PT Bukit Raya Pelalawan (BRP), Dexter Timber
Perkasa Indonesia (DTPI), Ruas Utama Jaya (RUJ), KUD Bina Jaya Langgam,PT
Putri Lindung Bulan dan sejumlah perusahaan HTI lainnya.

Dari industri sawit yang dilaporkan antara lain PT Sinar Sawit Sejahtera
(SSS), Setia Agrindo Lestari (SAL), PT Teso Indah, PT Langgam Inti Hibrindo
(LIH), Raja Garuda Mas Sekati (RGMS), Riau Jaya Utama, PT Andika Permata
Sawit Lestari (APSL) dan lainnya.

4
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Kecoa
Jenis Kecoa dan Morfologi

Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies


diantaranya umumnya terdapat di dalam rumah yaitu periplaneta Americana
(American Cockroach), Blattela germanica (German Cockroach), Blatta
orientalis (Orietal Cockroach), dan Supella longipalpa (Brown Banded
Cockroach) ke empat species kecoa tersebut dari kapsul telur, nimfa dan
dewasanya (Depkes, 2007).

Kecoa termasuk phylum Arthropoda, kelas Insekta. Para ahli serangga


memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood (1969) memsukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu
familinya Blattidae, Smith (1973) dan Ross (1965) memasukkan kecoa kedalam
ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria, sedangkan para ahli serangga
lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan
family Blattidae.

Morfologi Kecoa

Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorsoventral.


Kepala tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata
majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga
pasang kaki. Pronoton dan sayap licin, tidak berambut dan tiak bersisik, berwarna
coklat sampai coklat tua (Depkes, 2007).

Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di


dalam rumah dan sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor
dan perpustakaan. Kecoa kebanyakan terdapat di dareah tropika yang kemudian
menyebar ke daerah sub tropika atau sampai ke daerah dingin. Pada umumnya
tinggal didalam rumah-rumah makan segala macam bahan, mengotori makanan

5
manusia, berbau tidak sedap. Kebanyakan kecoa dapat terbang, tetapi mereka
tergolong pelari cepat (cursorial), dapat bergerak cepat, aktif pada malam hari,
metamorphosis tidak lengkap, kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relative
sedikit, tetapi adanya kecoa menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah
bersangkutan kurang baik (Depkes, 2007).

Daur Hidup

Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui


tiga stadium (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa
yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai
yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan (Depkes, 2007)

Telur kecoa berada dalam kelompok yang diliputi oleh selaput keras yang
menutupinya kelompok telur kecoa tersebut dikenal sebagai kapsul telur atau
Ootheca. Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat
tersembunyi atau pada sudut-sudut dan permukaan sekatan kayu hingga menetas
dalam waktu tertentu yang dikenal sebagai masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada
spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung abdomen hngga
menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda
menurut spesiesnya (Depkes, 2007).

Daur hidup Periplaneta brunnea Burmeister dalam kondisi laboratorium


dengan suhu rata-rata 29C dan kelembaban 78% mencapai 7 bulan, terdiri atas
masa inkubasi kapsul telur rata-rata 40 hari, perkembangan stadium nimfa 5
sampai 6 bulan. Masa inkubasi kapsul telur P. Americana rata-rata 32 hari,
perkembangan nimfa inkubasi antar 5 sampai 6 bulan, serangga dewasa kemudian
berkopulasi dan satu minggu kemudian menghasilkan kapsul telur yang petama
sehingga daur hidup p. Americana memerlukan waktu rata-rata 7 bulan.

Daur hidup Neostylopyga rhombifobia (Stoll) mencapai 6 bulan, meliputi


masa inkubasi kapsul telur rata-rata 30 hari, perkembangan nimfa antara 4 bulan

6
dan 5 bulan. Serangga dewasa kemudian berkopulasi dan 15 hari kemudian yang
betina menghasilkan kapsul telur.

Daur hidup Periplanetaaustralasiae (Fabricius) mencapai 7 bulan,


meliputi masa inkubasi kapsul telur rata-rata 35 hari, perkembangan nimfa
memerlukan waktu antara 4 bulan sampai 6 bulan, serangga dewasa kemudian
berkopulasi dan 10 hari kemudian yang betina menghasilkan kapsul telur yang
pertama.

3.2 Penyebab kecoa membahayakan kesehatan tubuh manusia


Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit
(Anonim, 2004). Peranan tersebut antara lain sebagai vector mekanik bagi
beberapa mikroorganisme pathogen antara lain, Streptococcus, Salmonella dan
lain-lain yang berperan dalam penyebaran penyakit antara lain, disentri, diare,
kolera, virus Hepatitis A, polio pada anak-anak (Metcalf dan Flint, 1962).
Penularan penyakit dapat terjadi saat mikroorganisme pathogen tersebut terbawa
oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh
kecoa, mikroorganisme sebagai bibit penyakit tersebut mengkontaminasi
makanan.selain itu pula kecoa dapat menimbulkan reaksi-reaksi alergi seperti
dermatitis, gatal-gatal, dan pembengkakan kelopak mata (Anonim, 2004).

3.3 Dampak yang ditimbulkan jajanan yang tidak sesuai dengan syarat
hygiene sanitasi makanan dan minuman
Kecoa dapat menimbulkan penyakit menular seperti diare, disentri, virus
hepatitis A, polio pada anak-anak, karena serangga ini sebagai reservoar dari
beberapa spesies cacing (I24 Nyoman, 2008). Penularan penyakit dapat terjadi
melalui beberapa mikro organime phatogen antara lain: Streptococcus,
Salmonella, sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan,
dimana organism tersebut terbawa oleh kaki atau tubuh kecoa, kemudian melalui
organ tubuh kecoak organissme tersebut mengkontaminasi makanan (I Nyoman,
2008).

7
Penyebaran penyakit secara mekanik dapat terjadi karena hewan ini hidup
berdekatan dengan manusia, microorganisme yang bersifat pathogen yang
terdapat di sampah, kotoran atau sisa makanan akan terbawa oleh kecoa
kemudian mengkontaminasi makanan atau benda-benda yang berada disekitar
manusia sehingga dapat menginfeksi manusia, beberapa penyakit yang sering
ditularkan antara lain ialah Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada
anak-anak. Selain itu kecoa juga dapat berperan sebagai inang anatara cacing
Hymenolepis diminuta (harwood dan James, 1979; Service, 1996).

Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen


antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka
berperan dalam penyebaran penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Virus
Hepatitis A, Polio pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui
organisme pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa
makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya
dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit
penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

Pada tahun 1997 di Amerika telah meyakinkan menunjukkan bahwa


kombinasi alergi kecoa dan paparan serangga adalah penyebab penting yang
berhubungan dengan penyakit asma dan rawat inap di kalangan anak-anak di
daerah pusat kota US (National Institutes of Health, 1997).

Salah satu penyebab potensial meningkatnya asma pada anak-anak adalah


banyaknya kecoak. Sejak lama banyak ahli alergi dan peneliti asma menduga
adanya hubungan yang erat antara kecoak dan asma di pusat kota (kompas, 2010).

Tifus

adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga demam tifoid
cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun,dan
paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Salmonella typhi ini

8
dapat bertahan dalam suasana anaerob sampah yang akhirnya dibawa oleh kecoa
dan masuk melalui ke dalam tubuh manusia melalui makanan sehingga
menyebabkan demam tifus.

Asma

adalah penyakit yang sering terjadi di pemukiman padat penduduk,pada


mulanya Asma diyakini akibat dari kurangnya kesehatan Lingkungan,
seperti banyak menghirup asap, debu atau udara kotor lainnya. Pabrik di
sinyalir adalah penyumbang sebab musabab asma terjadi selain kendaraan
bermotor.Tapi setelah sebuah Universitas Di Amerika meneliti secara akurat
dalam waktu yang lama,bukan itu penyebab asma. padahal kita merasa yakin
penyebab Asma adalah faktor lingkungan.Ternyata asma tidak menyerang negara
miskin atau berkembang saja,akan tetapi menyerang atau menghinggapi negara
maju seperti Amerika Serikat dan negara lain. Setelah diteliti dalam waktu yang
lama,ternyata penyebab dari Asma adalah Kecoa. zat yang terkandung dalam
anak-anak atau pengidap Asma adalah protein yang sama seperti pada
kecoa.umumnya kecoa mengeluarkan protein di sembarang tempat termasuk
lantai,bantal atau kasur,dari ceceran protein itu terhirup olaeh manusia atau anak-
anak yang pada akhirnya menimbulkan penyakit asma.

Tuberkulosa TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

9
Cara Penularan Penyakit TBC ;

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan


bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak- anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.

Kolera

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat


akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam
tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri
tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga
terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya
seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka
akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang
relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat.
Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien)
kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline)
atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline). Penyebaran
Penularan Penyakit Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik,
epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar
dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia
kedokteran modern.

10
Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces
(kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi
air sungai maupun terdapat dalam sampah atau sebagainya maka orang lain yang
terjadi kontak dengan hal-hal tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau
makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di
air terkontaminasi bakteri kolera yang dapat dibawa oleh kecoa.

Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
hepatitis kronis. Agen penyebab infeksi yang berasal dari sampah dibawa oleh
kecoa dan terinhalasi kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit
hepatitis.

Secara umum, penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas terjadi


melalui jalur orofekal/fekal-oral, yakni melalui feses dan masuk melalui mulut.
Dalam jalur ini, agen penyakit yang dikeluarkan dari tubuh penderita melalui
feses dapat menulari orang lain apabila tertelan melalui kontaminasi suplai air,
sentuhan tangan di kamar mandi dan dapur, memakan makanan yang
terkontaminasi, dan lain-lain. Kecoa sebagai vektor dapat menyebabkan
penyakit-penyakit tersebut yang dengan membawa agen penyakit yang
terdapat pada sampah seperti virus, bakteri, mikroorganisme, telur helminth, zat
toksik, dan lain-lain sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau
sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh
lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit
penyakit tersebut menkontaminasi makanan sehingga menyebabkan berbagai
penyakit tersebut muncul.

11
3.4 Solusi untuk mengatasi masalah penyebaran penyakit yang diakibatkan
kecoa
Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002), ditujukan terhadap
kapsul telur dan kecoa :

1) Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :

Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah


dinding, celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan
membakar/dihancurkan.

2) Pemberantasan kecoa

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.

Secara fisik atau mekanis dengan :

- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.

- Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.

- Menutup celah-celah dinding.

Secara Kimiawi :

- Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray


(pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).

Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan


kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan,
menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent,
attractan). Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara (Depkes RI, 2002) :

1) Pencegahan

Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau


bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celah-
celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup

12
kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau
memodifikasi instalasi pipa sanitasi.

2) Sanitasi

Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal
kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai
atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara
rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di
bawah kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk
dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor,
membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan
tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian
atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian
kotor dan kain lap kotor.

3) Trapping

Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat


membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring.
Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di
bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan
pada lantai di bawah pipa saluran air.

4) Pengendalian dengan insektisida

Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :

Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk,


Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia
(insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun
tidak berhasil.

Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat


dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping)

13
dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali.
Celah-celah atau lobanglobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat
persembunyian yang baik. Lobang-lobang yang demikian hendaknya
ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi

manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan
tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.
Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila
infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif
adalah dengan fumigasi.

3.5 Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi vector kecoa


Berdasarkan sebuah penelitian oleh gita, 2011. memberikan rekomendasi
berkaitan dengan penggunaan pestisida rumah tangga untuk mengatasi vektor.
Rekomendasi tersebut meliputi;

1) Konsumen

Usahakan tidak menyemprot ruangan ketika ada orang lain terutama bayi
dan anak-anak.

Jangan menggunakan anti nyamuk secara berlebihan

Jangan menggunakan pewangi dalam bentuk anti nyamuk secara


berlebihan.

Pewangi dalam bentuk anti nyamuk jangan disalahgunakan sebagai


pewangi ruangan,

Jangan meletakkan produk anti nyamuk sembarangan,

Gunakan alternatif yang lebih aman.

2) Produsen

Memperjelas label sehingga mudah dibaca oleh konsumen.

14
Memberi penjelasan dampak negatif dari bahan kimia (bahan aktif).

3) Pedagang

Jangan menempatkan produk dekat bahan makanan/makanan.

Jangan menjual produk yang labelnya tidak memiliki informasi yang


lengkap.

4) Pemerintah

Pengawasan lebih ketat dan menyeluruh terhadap produsen yang memberi


informasi tidak lengkap terhadap produk yang dijual

Pengawasan terhadap pedagang dalam menempatkan produk yang dijual.

15
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit
(Anonim, 2004). Penularan penyakit dapat terjadi saat mikroorganisme pathogen
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian
melalui organ tubuh kecoa, mikroorganisme sebagai bibit penyakit tersebut
mengkontaminasi makanan, selain itu pula kecoa dapat menimbulkan reaksi-
reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal, dan pembengkakan kelopak mata
(Anonim, 2004).

Penyebaran penyakit secara mekanik dapat terjadi karena hewan ini hidup
berdekatan dengan manusia, microorganisme yang bersifat pathogen yang
terdapat di sampah, kotoran atau sisa makanan akan terbawa oleh kecoa
kemudian mengkontaminasi makanan atau benda-benda yang berada disekitar
manusia sehingga dapat menginfeksi manusia, beberapa penyakit yang sering
ditularkan antara lain ialah Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada
anak-anak. Selain itu kecoa juga dapat berperan sebagai inang anatara cacing
Hymenolepis diminuta (harwood dan James, 1979; Service, 1996).

Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002), ditujukan terhadap


kapsul telur dan kecoa yakni pembersihan kapsul telur dan pemberantasan kecoa,
yang dilakukan secara fisik / mekanin maupun dengan cara kimiawi.

4.2 Saran
Semoga dari makalah ini dapat menambah wawasan dan perhatian kita
dalam memperhatikan masalah penyebaran penyakit yang siakibatkan oleh
berbagai vector dan rodent terutama pada kecoa, yang terkadang sangat
disempelekan keberadaannya sebagai vector pembawa penyakit. Saya sebagai
penulis sangat menerima kritik dan saran untuk memperbaiki dan untuk
menyempurnakan isi dari makalah ini, karena keterbatasan saya dalam

16
pengumpulan data dan informasi dari berbagai media, sehingga masih banyak
kekurangan dalam menyusun informasi pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

http://daerah.sindonews.com/read/1156590/174/puluhan-perusahaan-dilaporkan-
aktivis-terkait-kebakaran-hutan-1479527397 (22/11/2016:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58289/3/Chapter%20II.pdf
1. oleh N Adila - 2016

elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24446/da78edd8612d3a65307f546303a5fc20

17
1. Pengertian Lingkungan Hidup, Ekosistem, dan Ekologi

Lingkungan atau lingkungan hidup (environment, milieu, alam sekitar, atau


kapaligiran) dapat didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dengan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian lingkungan hidup merupakan
konsep holistik yang meliputi: (a) lingkungan hidup fisik (physical environment); (b)
lingkungan hayati atau biotis (biological environment); dan lingkungan sosial termasuk
lingkungan lingkungan binaan (social/cultural environment). Sering pula disebut sebagai
ABC lingkungan (Abiotic, Biotic, and Culture environment).

Definisi ekologi menurut Otto Soemarwoto adalah "ilmu tentang


hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya".
Ekosiste m adalah suatu kesatuan daerah tertentu (abiotic community) di
mana di dalamnya tinggal suatu komposisi organisme hidup (biotic community)
yang di antara keduanya terjalin suatu interaksi yang harmonis dan stabil,
terutama dalam jalinan bentuk-bentuk sumber energi kehidupan.
Ada dua bentuk ekosistem yang penting, yaitu ekosistem alamiah
(natural eco-system) dan ekosistem buatan (artificial-ecosystem) berupa hasil
kerja manusia terhadap ekosistemnya.

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Lingkungan


Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Milieurecht)
adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)
dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan
oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.
Menurut Prof. Koesnadi, Hukum Lingkungan di Indonesia dapat meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Hukum Tata Lingkungan, selanjutnya disingkat HTL, mengatur penataan
lingkungan guna mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan
lingkungan hidup, baik ling-kungan hidup fisik maupun lingkungan hidup
sosial budaya.

18
b. Hukum Perlindungan Lingkungan, merupakan peraturan perundangundangan di
bidang pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan
lingkungan biotis.
c. Hukum Kesehatan Lingkungan, adalah hokum yang berhubungan
dengan kebijaksanaan di bidang kesehatan lingkungan, dengan
pemeliharaan kondisi air, tanah dan udara, dan pencegahan kebisingan.
d. Hukum Pencemaran Lingkungan, dalam kaitan misalnya dengan
pencemaran oleh industry.
e. Hukum Lingkungan Transnasional/Internasional, dalam kaitannya
dengan hubungan antar negara.
f. Hukum Sengketa Lingkungan, dalam kaitan misalnya dengan
penyelesaian masalah ganti kerugian.
Aspek-aspek tersebut di atas dapat ditambah dengan aspek-aspek lainnya
sesuai dengan kebutuhan perkembangan pengelolaan lingkungan hidup di
masa-masa yang akan datang (Hardjasoemantri, 1999: 36-42).

Caring for the Earth: a Strategy for Sustainable Living (IUCN, UNEP,
dan WWF, 1991) menjelaskan tentang peranan hukum lingkungan sebagai
berikut:
a. Memberi efek kepada kebijakan-kebijakan yang dirumuskan dalam
mendukung konsep pembangunan yang berkelanjutan.
b. Sebagai sarana penataan melalui penerapan aneka sanksi (variety of
sanction),
c. Memberi panduan kepada masyarakat tentang tindakan-tindakan yang
dapat ditempuh untuk melindungi hak dan kewajibannya.
d. Memberi definisi tentang hak dan kewajiban dan perilaku-perilaku yang
merugikan masyarakat.
e. Memberi dan memperkuat mandat serta otoritas kepada aparat
pemerintah terkait untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.
Selanjutnya Caring for the Earth juga mencoba memberikan usulan
tentang bagaimana seharusnya sistem hukum lingkungan yang komprehen-sif
serta mekanisme penegakannya. Secara ringkas, system hukum lingkungan
nasional serta mekanisme penegakan hukum paling tidak harus memberikan

19
wadah sebagai berikut:
a. Penerapan prinsip pencegahan dini (precautionary principle).
Prinsip yang merupakan Prinsip 15 dari Deklarasi Rio ini menekankan
pentingnya tindakan-tindakan antisipatif sebagai upaya pencegahan
walaupun belum terdapat bukti-bukti ilmiah yang pasti dan meyakinkan
terhadap suatu hal
b. Pendayagunaan instrumen ekonomi melalui penerapan pajak
dan pungutan-pungutan lainnya.
c. Pembertakuan AMDAL untuk proyek-proyek pembar.gunan dan rencana
kebijakan.
d. Pembertakuan sistem audit lingkungan bagi kegiatan industri swasta dan
pemerintah yang telah bertangsung.
e. Sistem pemantauan dan inspeksi yang efektif.
Memberikan jaminan kepada masyarakat mendapatkan informasi Amdal,
audit lingkungan, hasil pemantauan dan informasi tentang produksi,
penggunaan dan pengolahan limbah maupun bahan beracun
dan berbahaya (B3).
f. Sanksi yang memadai bagi pelanggar dalam pengertian harus mampu
memberikan efek penjera bagi noncompliance.
g. Sistem pertanggungjawaban yang member dasar pembayaran
kompensasi karena kerugian ekonomis, ekologis, maupun kerugian
(material (intangible losses).
h. Pembertakuan system pertanggungjawaban mutlak atau seketika
(strictliability) untuk kegiatan-kegiatan yang melibatkan bahan-bahan
berbahaya dan beracun.
i. Penyelenggaraan asuransi dan penataan mekanisme pendanaan lainnya
yang mempercepat dan memungkinkan pelaksanaan kompensasi.
j. Memberikan jaminan hak standing bagi kelompok-kelompok lingkungan
dalam proses beracara di forum-forum administratif maupun pengadilan,
sehingga kelompok tersebut dapat berfungsi sebagai komponen penting
dalam penegakan hukum lingkungan.
k. Memberikan jaminan bahwa tindakan-tindakan dari instansi pemerintah

20
yang berwenang di bidang penegakan hukum lingkungan dapat
dipertanggungjawabkan (accountable).
4. Kebijakan LH dalam UUD 1945 dan GBHN/Propenas
Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan
lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 pada alinea ke-4 yang menyatakan: "... membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...".
Ketentuan-ketentuan dasar tersebut dijabarkan oleh MPR dalam TAP MPR
No. IV/MPR/1973 tentang GBHN, pada Bab III, butir 10 dari Pendahuluan yang
berbunyi:
"Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia (1) harus
digunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut (2) harus
diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, (3) dilaksanakan
dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan (4) dengan memperhatikan
kebutuhan generasi yang akan datang" (Hardjasoemantri, 1999: 62-67).
C. PERUNDANG-UNDANGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1. UU No. 4 Tahun 1982
Undang-undang pertama yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan
hidup secara menyeluruh (=komprehensif integral) dan bersifat environment oriented
law adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya disingkat UULH, yang
diundangkan pada tanggal 11 Maret 1982.

2. Pembaharuan UULH 1982: UU No. 23 Tahun 1997.


UULH dicabut dan diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997
tentang. Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya disingkat UUPLH, yang
diundangkan pada tanggal 19 September 1997.
Pertimbangan digantikannya UULH oleh UUPLH adalah pada butir d
konsiderans UUPLH, yaitu bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan
hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat
kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat
hukum internasional yang berkaitan dengan lingkung an hidup.

21

Anda mungkin juga menyukai