PENDAHULUAN
y y
Aksi integral pada PI-Controller akan menyebabkan output akan terus berubah jika
masih terdapat non-zero error. Hal ini mengakibatkan pengendali ini dapat menghilangkan
error yang sangat kecil sekalipun .
Seringkali error tidak dapat dihilangkan dalam waktu cepat, sehingga dalam waktu
cukup lama tersebut suku integral terus menghasilkan nilai yang semakin lama makin besar
dan meningkatkan aksi pengendalian sampai pada kondisi jenuhnya. (misalnya sampai
kerangan terbuka atau tertutup seluruhnya). Kondisi ini disebut ral windup dan terjadi pada
perubahan-perubahan operasional secara manual seperti saat shut-down, change-over, dan
lain-lain. Ketika proses dikembalikan untuk beroperasi secara otomatis, aksi pengendalian
akan tetap jenuh sehingga menyebabkan overshoot yang besar.
3. Proporsional Derivative Controller (PD-Controller)
Sinyal pengendali dari PI-Controller dihubungkan dengan error me!alui
persamaan berikut:
d
p(t ) K c (t ) K c D ps
dt
3. Proporsional-Integral-Derivative Controller (PID-Controller)
Pada industri, secara praktis pengendali ini dikenal sebagai pengendali
proportiona/reset-plus-rate.
ut dari Pengendaii PID dapat dinyatakan dengan persamaan berikut::
d
t
Kc
c' (t ) K c (t )
1 (t )dt K
0
c D
dt
Cs
Dengan D = derivative time constant atau konstanta waktu turunan dalam menit
d
Kehadiran suku pada pengendali PID memungkinkan pengendali ini mengantisipasi
dt
kesalahan (error) yang akan terjadi pada immediate future dan memberikan aksi
pengendalian yang sebanding dengan laju perubahan error. Karena sifat ini, PID-Control
kadang-kadang disebut juga sebagai anticipatory control.
Kelemahan dari suku derivative pada PID-Controller adalah sebagai berikut:
Bila terdapat error yang konstan dan tidak sama dengan nol (constant nonze
d
error), tidak akan dibangkitkan aksi pengendalian karena 0
dt
Untuk suatu respons noisy dengan error = 0 (almost nonzero error) dapat
dihasilkan nilai dE yang besar sehingga dibangkitkan aksi pengendalian yang dt
besar, yang sebenamya tidak diperlukan.
Dari persamaan 10.6. dapat diturunkan fungsi transfer untuk PID-Controller sebagai
berikut:
1
Gc (s) K c 1 s D s
1
Proses pada dasarnya terdiri dari sebuah input (q), sebuah variabel yang
dimanipulasi, juga disebut feedback (m), dan sebuah output (c) (variabel yang dikontrol).
Variabel terkontrol dikurangi dengan set point (r) akan menghasilkan error (e) (input bagi
kontroler). Kontroler menghitung sinyal output dari perbandingan kontrol algoritma yang
tepat. Respon karakteristik kontroler dapat diketahui dari histeresisnya, disebut juga dead
band. Pada kontroler PID (proportional-integral-derivative) sinyal datang dapat diketahui
dari gain (Kc) atau dari persentase invers (BP=100/Kc, band proporsional) dan dari waktu
integral (I) serta waktu derivatif (D).
c Kp[q, m]
e r c
e
m Kc(e et D )
t
Pada proses terbuka, variabel output dihitung milai dari nilai awal dan dari pola
prosesnya. Hal ini dapat didefinisikan dalam fungsi persamaan diferensial terhadap waktu.
Yang terakhir adalah teknik penggunaannya, termasuk fasa dalam percobaan serta
nilai variabel input yang diperlukan untuk mencapai keadaan steady. Yang pertama adalah
periode transitoriselama penyesuaian dengan pengaturan fasa, perhentian atau perubahan
dalam keadaan steady proses.
Pada saat proses tersebut dioperasikan, variabel-variabel tadi dimodifikasi
sedemikian rupa dalam fungsi waktu agar dapat mencapai keadaan set point dan dapat
menangani gangguan-gangguan yang terjadi. Hal; ini hanya dapat dilakukan jika prosesnya
dalam kontrol sistem tertutup.
Kelakuan dinamik sistem dapat dihitung dengan algoritma iteratif dengan metode
Euler. Langkah pertama program tersebut adalah input data: variabel tetap, nilai awal dari
variabel yang dimanipulasi, set point dari variabel terkontrol,pemilihan kontroler dan
variabel pengganggu.
Gambar 2.3.2
Pola matematik proses menghitung outlet (Ct) dalam fungsu inlet (q t, mt). Nilai
ini dibandingkan dengan set point (rt) dan hasil error (et) dapat dihitung (dengan turunan
atau integral terhadap waktu, aturan trapezoidal dapat digunakan). Pada akhirnya, dengan
nilai ini, output kontroler (st) dan variabel yang dimanipulasi (mt) dapat dihitung dengan
penyesuaian aksi kontrol (H, Kc, I, D) dan kalibrasi juga.
Hubungan kedua variabel terakhir ini dapat dituliskan dengan fungsi dasar antara
aktuator/penggerak (m) dan sinyal kontroler ( s).
Kita dapat memperoleh grafik respons (variabel terkontrol dan yang dimanipulasi),
waktu keluaran proses (nilai ini selalu lebih atau sama dengan waktu sampling, t t) dan
waktu sampling dari kontroller mendekati waktu proses (kontrol analogis) atau melebihi
waktu proses (kontrol digital).
Dalam penggunaan grafik register, grafik ini harus dihubungkan dengan sinyal
elektrik dari sensor/kondisioner (input kontroler) dan outputnya (input aktuator) untuk
mengetahui register respons proses.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Keterangan:
1.Tangki bawah
2.Tangki atas
3. Pompa sentrifugal
4. Flowmeter
5. Valve selenoid
6. Valve kontrol
7. Pipa dan sambungan
8. Flow sensor
9. Temperature sensor
10. Pengaduk
11. Elektrik resistor
12. Level sensor
13. PH sensor
14. On/off level sensor
15. Control Loops
Mengatur laju alir pada flow meter agar konstan pada set point 100
mm
Mengamati kenaikan air setiap 1 menit sekali pada tangki atas hingga
10 data konstan pada set poin 100 mm
Coughanowr, R Donald. Process Systems Analysis and Control 2th edition. New York : Mc
Graw-Hill International Edition
Thomas E, Marlin. Process Contro. New York: McGraw-Hill Intenational edition.