Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

Sarcoptes scabiei var. hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas

Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae.1

Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat

ekonomi sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap

tahunnya. Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia

pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di

Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.2,3

Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain

keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, hubungan seksual

yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik

seperti keadaan penduduk dan ekologi. Keadaan tersebut memudahkan transmisi

dan infestasi Sarcoptes scabiei. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi

umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak

interpersonal yang tinggi seperti pondok pesantren, asrama, panti asuhan, dan

penjara.8,11

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki

lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae,

sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela

jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pengertian dari skabies itu sendiri adalah penyakit kulit menular yang

ditandai dengan keluhan utama gatal terutama pada malam hari yang Sarcoptes

scabei var, hominis. Nama lain dari scabies adalah The itch, gudik, budukan,

gatal agogo.1

Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakan oleh Von Hebra, bapak

dermatologi modern. Penyebanya ditemukan pertama kali oleh Bonomo pada

tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaab induksi pada

sukarelawan selama perang dunia II. 1

2.2 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan

subtropis,seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan,

dan Asia.3,4 Prevalensi skabies pada anak berusia 6 tahun di daerah kumuh di

Bangladesh adalah 23-29% dan di Kamboja 43%. Studi di rumah kesejahteraan di

Malaysia tahun 2010 menunjukkan prevalensi 30%5 dan di Timor Leste prevalensi

skabies 17,3%.2

Prevalensi skabies di Indonesia menurut Depkes RI berdasarkan data dari

puskesmas seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%-12,95%. Skabies di

Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering. 3,4

75% pasien skabies adalah anak dan remaja yang berusia kurang dari 20 tahun.

Prevalensi skabies tertinggi pada usia 15-24 tahun. Skabies diperkirakan lebih

umum terjadi pada anak-anak dan remaja.7

2
Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang

terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat

kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Tingginya kepadatan hunian

dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan transmisi dan infestasi

tungau skabies. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya

ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal

tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren.2

Di Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di

dunia, terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi.12

Pada tahun 2003, prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di Kabupaten

Lamongan adalah 48,8%13 dan di Pesantren An- Najach Magelang pada tahun

2008 prevalensi skabies adalah 43%. 2

2.3 Etiologi
Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.

hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing

dan babi.

Gambar 2.1 animasi Sarcoptes scabei

3
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor

dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x

250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x

150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki

didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina

berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga

berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.5,6

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)

yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang- kadang masih dapat

hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau

betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,

dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau

4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi

ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu

3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat

tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang

kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa

memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Gambar 2.2 siklus hidup Sarcoptes scabei

4
2.4 Patogenesis
Pada gambar 1 dideskripsikan siklus hidup Sarcoptes scabiei yang diawali oleh

masuknya tungau dewasa ke dalam kulit manusia dan membuat terowongan di

stratum korneum sampai akhirnya tungau betina bertelur.Sarcoptes scabiei tidak

dapat menembus lebih dalam dari lapisan stratum korneum. Telur menetas menjadi

larva dalam waktu 2-3 hari dan larva menjadi nimfa dalam waktu 3-4 hari. Nimfa

berubah menjadi tungau dewasa dalam 4-7 hari. Sarcoptes scabiei jantan akan mati

setelah melakukan kopulasi, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup dalam

beberapa hari. Pada sebagian besar infeksi, diperkirakan jumlah tungau betina

hanya terbatas 10 sampai 15 ekor dan kadang terowongan sulit untuk diidentifikasi.7

Gambar 2.3 siklus hidup Sarcoptes scabei

Penyakit ini menular secara langsung dari orang ke orang lain (teman atau

keluarga). Skabies dapat ditularkan melalui:1

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan,

tidur bersama, dan berhubungan seksual. Oleh karena ituu, orang-orang

yang kontak langsung dengan penderita skabies dalam pajanan yang lama

beresiko untuk tertular penyakit tersebut.

5
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

bantal, dan lain-lain.

Lesi primer yang terbentuk akibat infeksi skabies pada umumnya berupa

terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Terowongan

berwarna putih abu-abu, tipis dan kecil seperti benang denganstruktur linear atau

berkelok-kelok kurang lebih 1-10 mm yang merupakan hasil dari pergerakan

tungau di dalam stratum korneum. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel

atau papul kecil. Terowongan dapat ditemukan bila belum terdapat infeksi

sekunder. Ketika menggali terowongan, tungau mengeluarkan sekret yang dapat

melisiskan stratum korneum. Sekret dan eksret tersebut akan menyebabkan

sensitisasi sehingga menimbulkan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul,

vesikel, pustul, dan terkadang bula. Selain itu dapat pula terbentuk lesi tersier

berupa ekskoriasi, eksematisasi, dan pioderma. Meskipun dapat terbentuk lesi

sekunder dan tersier, namun tungau hanya dapat ditemukan pada lesi primer.1,6,9

Lesi primer pada skabies sangat menular melalui jatuhnya krusta yang berisi

tungau. Krusta tersebut menyediakan makanan dan perlindungan bagi tungau yang

memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. 9,10

Selain agen tungau spesifik Sarcoptes scabiei var. hominis, manusia juga dapat

terinfeksi dari spesies yang berasal dari hewan. Hewan domestik dan liar di seluruh

dunia yang rentan terhadap Sarcoptes scabiei menyebabkan penyakit yang disebut

tungau sarcoptic. Telah dilaporkan skabies yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei

varian selainhominis, diantaranya berasal dari anjing, babi,kuda, unta, beruang

hitam, monyet, dan rubah.5

6
Pada orang yang belum pernah menderita skabies sebelumnya, gejala baru

muncul 4-6 minggu. Pada orang yang pernah menderita skabies, gejala biasanya

muncul lebih cepat yaitu 1-4 hari setelah terpapar Sarcoptes scabiei.7

Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung pada kemampuannya

meletakkan telur, larva, dan nimfa di dalam stratum korneum. Oleh karena itu,

tungau ini sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang

relatif lebih longgar dan tipis seperti sela-sela jari tangan, telapak tangan bagian

lateral, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria).7

Sarcoptes scabiei melepaskan substansi sebagai respon hubungan antara tungau

dengan keratinosit dan sel-sel Langerhans ketika melakukan penetrasi ke dalam

kulit. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi

hipersensitivitas tipe I dan tipe IV. Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau

dengan Imunoglobulin E pada sel mast yang berlangsung di epidermis

menyebabkan degranulasi sel-sel mast. Sehingga terjadi peningkatan antibodi IgE.

Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar 10-

30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi papul-papul dan nodul

inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T

banyak pada infiltrate kutaneus.

2.5 Gejala Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan

dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut :

7
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan

panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya

terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan

gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf

(pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat

ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,

genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat

menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Gejala yang sangat mnonjol adalah rasa gatal terutama pada malam hari

sehingga dapat mengganggu penderita. Lesi yang khas dan patognomonik berupa

8
terowongn kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok berwarna putih keabu-abuan

(bila belum ada infeksi sekunder), panjangnya kurang lebih 10 mm.

Gambar 2.4 gambaran klinis dari skabies ditempat predileksi

Kelainan dapat berupa papula, vesikula, urtikaria, ekskoriasi, krusta dan bila

timbul infeksi sekunder terdapat pustula yang dapat mengaburkan lesi primernya.

Tempat-tempat pridileksinya antara lain: sela-sela jari tangan, telapak tangan

sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daerah pusar, perut bagian bawah,

daerah genitalis eksterna dan pantat. Pada anak-anak terutama bayi dapat menegnai

bagian lain seperti telapak kaki, telapak tangan, sela-sela jari dan juga muka (pipi).

9
Gambar 2.5 tempat predileksi terjadinya skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit

dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk

tersebut antara lain 11:

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai

dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga

sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati

dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau

tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga

menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip

penyakit lain.

3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan

yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia

laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas

terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau

jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan

10
sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan

kortikosteroid.

Gambar 2.6 hiperkeratotik skabies

4. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai

seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan

sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan

jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah.

5. Skabies pada orang tua. Pada kelompok usia lanjut, diagnosis

skabies mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada

kulit mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke

senile pruritus, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya.

6. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai

oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang

tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,

siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda

dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak

11
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang

menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat

defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi

tungau dapat berkembang biak dengan mudah

7. Skabies pada penderita HIV/AIDS. Bentuk yang sering dijumpai

adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi

klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami keterlambatan

dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya.

8. Skabies di daerah kulit kepala. Hal ini sangat jarang terjadi pada

orang dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau

memicu terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi

pada bayi dan anak anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan

dermatomiositis.

9. Skabies bullosa. Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien

skabies anak-anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika

terjadi pada orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan

pemphigoid bullosa.

2.6 Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu dengan

adanya:

1. Riwayat gatal pada malam hari,

2. Keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita,

3. Didapatkan efloresensi polimorf di tempat-tempat predileksi.

12
Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau

telurnya pada pemeriksaan mikroskopis, dengan cara menemukan:

1. Sarcoptes scabiei atau telurnya pada sediaan langsung dengan mengorek

dasar vesikula atau pustule atau terowongan ditambah beberapa tetes

gliserin atau minyak immersi,

2. Atau dapat juga dengan ditemukannya Sarcoptes scabiei pada

pemeriksaan histopalogi.

Gambar 2.7 Pemeriksan histopatologi pada lapisan kulit penderita skabies

Pemeriksaan mikroskopis untuk mencari Sarcoptes scabiei adalah dengan

membuka terowongan atau vesikula atau pustule dengan pena vaksinasi sambil

mengorek dasarnya. Hasil kerokan diletakkan pada kaca sediaan, kemudian beri

beberapa tetes gliserin atau minyak immersi dan ditutup dengan gelas penutup.

Lihat di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10x kemudian 40x. Hasil positif

bila didapatkan Sarcoptes scabiei ataupun telurnya.8

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari skabies adalah prurigo karena memiliki tempat

predileksi yang sama.1 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua

dermatosis dengan keluhan pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak,

13
prurigo, urtikaria papular, pioderma, pedikulosis, dermatitis herpetiformis,

ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier, gigitan serangga, mastositosis,

urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena penyakit sistemik,

dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis, dan vaskulitis. Oleh karena itu skabies

disebut juga the greatest imitator.

Tabel 2.1 Diagnosis Banding Skabies


Diagnosis Skabies Pedikulosis Dermatitis Pioderma Prurigo
Banding korporis
Definisi Penyakit kulit Infeksi kulit Perdangan klit Penyakit kulit Penyakit kulit
menular yang yang (epidermis dan yang kronik dimulai
tanda kshasnya disebabkan dermis) sebagai disebabkan sejak bayi atau
didapatkan oleh respons oleh anak. Kelainan
adanya lesi Pediculus terhadap Streptococcus kulit terdiri dari
pruritus, papul, humanus pengaruh faktor dan papul-papul
dan terowongan. var.corporis eksogen dan Staphylococcu miliar berbentuk
atau endogen, s atau kedua- kubah sangat
menimbulkan duanya gatal, lebih
kelainan klinis mudah diraba
berupa eritema, daripada dilihat
edema, papul, terutama di
vesikel, skuama, daaerah
likenifikasi ekstremitas
bagian
ekstensor
Etiologi Parasit : Parasit : Eksogen: bahan Streptococcus - Herediter
Sarcoptes Pediculus kimia, fisik B hemolyticus - Pada orang yang
scabiei humanus (sinar), dan peka terhadap
var.corporis mikroorganisme Staphylococcu gigitan serangga
(bakteri, jamur) epidermidis - Dipengaruhi
Endogen: oleh fakto-faktor:
misalnya suhu,investasi
dermatitis parasit atau
atopik infeksi fokal
(tonsil, saluran
cerna, endokrin,
alergi makanan)
- Atopi

Predileksi Daerah stratum Pada tempat Seluruh tubuh Tergantung Ekstremitas


korneum yang dimana bakteri yang bagian
tipis, yaitu: di pakaian menyerang ekstensor dan
sela-sela jari berkontak erat simetris.
tangan, dengan kulit Dapatmeluas ke
pergelangan (missal: pantat, perut,
tangan bagian dibawah dan wajah
volar, siku kerah, sabuk
bagian luar, serta baju
lipatan ketiak dalam) wajah,
bagian depan, kulit kepala,
areola mammae, tangan <<
lipatan glutea,
umbilicus,
genitalia

14
eksterna, dan
perut bawah
Gejala Klinis - Pruritus - Ditemukan Pada umumnya - Pioderma - Papul miliar
nocturnal bekas penderita primer tidak berwarna,
- Menyerang garukan pada dermatitis gambaran berbentuk
secara badan mengeluh gatal. klinisnya kubah, lebih
berkelompok - Kadang Kelainan kulit tertentu mudah diraba
- Adanya timbul infeksi bergantung pada - Pioderma daripada dilihat
gambaran lesi sekunder stadium sekunder - Pembesaran
membentuk dengan penyakit, tidak khas dan kelenjar getah
terwongan pembesaran batasnya mengikuti bening
- Menemukan kelenjar getah sirkumskrip, penyakit yang regional, tidak
tungau bening dapat pula difus. telah ada nyeri, tidak
(mikroskopis) regional Penyebaran bersupurasi,
- Kutu dan dapat setempat, pada perabaan
telur + pada generalisata, terasa lebih
pakaian dan universal lnak (ada atau
tidak infeksi
sekunder)

Efloresensi - Terowongan - Urtikaria dan - St.akut - Pioderma - Papul yang


yang tipis dan gatal hebat eritema, primer terbentuk kuba
kecil seperti - Erosi dan edema, vesikel gambaran dengan vesikel
benang, ekskoriasi atau bula, erosi, klinisnya pada puncaknya
berstruktur dan infeksi dan eksudasi tertentu - Vesikel hanya
linear kurang sekunder sehingga Pioderma terdapat dalam
lebih 1-10mm, - Pembesaran nampak basah sekunder waktu yang
berwarna putih kelenjar getah - St.subakut tidak khas dan singkat saja,
abu-abu, pada bening eritema dan mengikuti karena segera
ujung edema penyakit yang menghilang
terowongan berkurang, telah ada. Pus, karena garukan,
ditemukan esudat pustule, bula sehingga yang
papul atau mongering jadi purulen, ertinggal hanya
vesikel krusta krusta, papul yang
korneum. - St.kronis lesi berwarna berkrusta.
- Garukan dapat tampak kering, kuning - Likenifikasi
timbul erosi, skuama, kehijauan. hanya terjadi
ekskoriasi, hiperpigmentasi pada sekunder
krusta, dan , papul, dan akibat proses
infeksi likenifikasi, kronik
sekunder. mungkin juga
erosi atau
ekskoriasi
karena garukan
Pemeriksaan Pemeriksaan Menemukan Histopatologi - Lab darah Histopatologi
Penunjang mikroskopis telur atau kutu lengkap
ditemukan pada serat leukositosis
Sarcoptes kapas pakaian - Kultur kuman
scabiei ataupun
telurnya

Gambaran
Klinis

15
2.8 Penatalaksanaan

1. Syarat obat yang ideal adalah :

Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.

Mudah diperoleh dan harganya murah.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati

(termasuk penderita yang hiposensitisasi).

2. Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah :

Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium

telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya

yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang

menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2

tahun.

Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering

memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya

1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap

semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini

tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,

karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,

kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

16
Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan

dari mata, mulut, dan uretra.

Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika

dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan

dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.

Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.

Ivermektin merupakan agen antiparasit oral yang yang digunakan

untuk infeksi cacing. Bukti menunjukkan bahwa ivermektin oral dapat

menjadi pengobatan yang aman dan efektif untuk skabies. Tapi,

ivermektin tidak termasuk obat yang disetujui FDA. Ivermektin oral

digunakan untuk pasien yang mengalami gagal pengobatan atau tidak

dapat mentoleransi obat topikal. Dosis yang digunakan untuk skabies

klasik adalah 2 dosis (200g/kgBB/ dosis) diminum bersamaan dengan

makan, sekitar satu minggu terpisah.

3. Penatalaksanan kondisi lain

a. Penatalaksanaan skabies nodular

Skabies nodular merupakan salah satu karakteristik skabies yang kronik

mengenai beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla. Skabies

seperti ini ditangani dengan anti skabitik disertai dengan pemberian

steroid.19

b. Pengobatan Komplikasi

Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral khususnya

eritromisin.

17
c. Skabies pada bayi

Terowongan tungau bisa terjadi pada kepala dan leher, maka mungkin perlu

dilakukan perluasan pengolesan obat-obat topikal pada tempat-tempat ini.

Penggunaan permetrin tidak dianjurkan untuk bayi berusia kurang dari 2

bulan. Hal ini karena sudah tersedia obat-obatan yang tidak bersifat iritan,

penggunaan benzyl benzoate tidak direkomendasikan pada bayi, tetapi bila

tetap hendak digunakan maka harus diencerkan untuk mengurangi sifat

iritasinya.

d. Skabies pada wanita hamil

Telah disepakati tentang adanya efek toksik tentang adanya efek toksik

potensial dari skabisida pada janin bila digunakan pada wanita hamil. Akan

tetapi tidak didapatkan adanya bukti yang nyata bahwa skabisida topikal

yang digunakan akhir-akhir ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya pada

wanita hamil bila penggunaannya sesuai aturan. Karena itu dengan tidak

pernah ditemukannya keracunan pada bayi maka penggunaan malation atau

permetrin dianggap aman.

4. Edukasi

Pada penyakit skabies ini harus diiringi dengan terapi non farmakologi yang

meliputi edukasi kepada pasien sebagai berikut :

- Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

- Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali

wajah, mulai dari leher hingga jari kaki sebaiknya dilakukan pada malam

hari sebelum tidur.

- Hindari menyentuh mulut mata dengan tangan.

18
- Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan selalu cuci dengan teratur

dan bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati pada suhu

> 50C.

- Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga

serumah.

- Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid. Tidak

boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah

seminggu walaupun gatal masih dirasakan sampai 4 minggu kemudian.

- Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan

yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

2.9 Komplikasi

Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis,

dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu

sampai beberapa bulan. Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene

heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan dermatitis

iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali

terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder

sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses,

internal, pneumonia piogenik, dan septikemia.12

2.10 Pencegahan

Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang

penyakit scabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau

scabies, menjaga higene pribadi, dan tatacara pengolesan obat. Rasa gatal

terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan

19
dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan

erat.16

2.11 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene

yang buruk), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis

yang baik.

20

Anda mungkin juga menyukai