Seorang Wanita Usia 45 Tahun Datang dengan Demam Semakin Berat Sejak
2 Hari SMRS
Oleh:
Teguh Rahadian, S.Ked
2016
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
Wanita Usia 45 Tahun Datang dengan Demam Semakin Berat Sejak 2 Hari
SMRS. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. A. Restu Iman, SpPD selaku pembimbing yang telah
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
Penulis
2
3
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari periode 25
Maret 14 Mei 2016.
4
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 1
Daftar Pustaka 27
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Sirosis hepatis merupakan penyakit yang cukup serius untuk ditangani.
Angka kejadian sirosis hepatis terus meningkat per tahunnya. Menurut data
dari Center for Disease Control (CDC), sirosis hepatis menempati peringkat
ke-12 sebagai penyebab kematian tertinggi di Amerika. Di Amerika, angka
kejadian sirosis hepatis tercatat sebesar 360 kasus per 100.000 penduduk.
Sementara itu, berdasarkan penelitian Mokdad, et al (2014) yang dilakukan di
183 negara, angka kematian pasien sirosis dekompensata meningkat dari
676,000 kasus pada 1980 menjadi sekitar 1 juta kasus pada tahun 2010.
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas hidup
pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan komplikasinya.
Oleh karena itu penulis membuat laporan kasus ini agar dapat mengenal
penyakit lebih rinci sebelum mengaplikasikan teori pengobatan yang rasional.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
karena belum ada datanya (Nurdjanah, 2009).
9
Lysosomal acid lipase deficiency
8.Iatrogenik
Trauma biliary
Obat-obatan: vitamin A dosis tinggi, metotreksat
10
Gambar 1. Patogenesis fibrosis hati
(Kumar, 2007)
11
Gambar 2. Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis
(McPhee, 1997)
12
dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak tangan merah)
semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan hormon estrogen dalam
sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit diduga akibat aktivitas hormon
perangsang melanosit (melanocyte-stimulating hormone, MSH) yang
bekerja secara berlebihan.
Gangguan hematologik yang sering terjadi pasda sirosis adalah
kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
Penderita sering mengalami perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat,
dan mudah memar. Manifestasi ini terjadi akibat berkurangnya
pembenyukan faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia,
dan trombositopenia, diduga terjadi akibat hipersplenisme. Limpa
tidak hanya membesar tetapi juga lebih aktif menghancurkan sel-sel
darah dan sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah
defesiensi folat, vitamin B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat
kehilangan darah dan peningkatan hemolisis berat.
Edema perifer umumnya terjadi setelah timbulnya asites, dan
dapat diperjelas sebagai akibat hipoalbuminemia dan retensi garam
dan air. Kegagalan sel hati untuk menginaktifkan aldosteron dan
hormon anti-diuretik merupakan penyebab retensi natrium dan air.
13
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan
hipertensi portal terdapat pada esofagus bagian bawah. Pirau darah
melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan dilatasi vena-vena
tersebut (varises esofagus). Sirkulasi kolateral jga melibatkan vena
superfisisal dinding abdomen, dan timbulnya sirkulasi ini
mengakibatkan dilatasi vena-vena umbilkus sektar umbilikus (kaput
medusa). Sistem vena rektal membantu dekompensasi tekanan portal
sehingga vena-vena berdilatasi dan dapat menyebabkan
berkembangnya hemoroid interna.
14
2. Sindrom hepatorenal, SHR adalah satu bentuk gagal ginjal fungsional
tanpa patologi ginjal yang terjadi pada sekitar 10% pasien dengan
sirosis tahap lanjut atau gagal hati akut. Pada pasien SHR terjadi
gangguan mencolok pada sirkulasi arteri ginjal. Ini mencakup
peningkatan resistensi vaskular sistemik. Penyebab vasokonstriksi
ginjal kemungkinan besar bersifat multifaktor dan belum sepenuhnya
dipahami. Diagnosis ditegakkan jika terdapat asites dalam jumlah besar
pada pasien yang mengalami peningkatan terhadap kreatinin. SHR tipe
1 ditandai oleh kemerosotan progresif fungsi ginjal dan penurunan
signifikan klirens kreatinin dalam 1-2 minggu setelah berobat.
Sedangkan, SHR tipe 2 ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
disertai peningkatan kadar kreatinin serum tetapi relatif stabil dan
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik daripada prognosis SHR
tipe 1 (Longo, 2010).
3. Varises esofagus merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
dengan angka mortalitas yang sangat tinggi. Sepertiga pasien dengan
sirosis telah dipastikan secara histologis mengalami varises. Sekitar 5-
15% pasien sirosis mengalami varises per tahun, dan diperkirakan
bahwa sebagian besar pasien dengan sirosis akan mengalami varises
selama hidup mereka. Selain itu, diantisipasi bahwa sekitar sepertiga
pasien dengan varises akan mengalami perdarahan. Oleh karena itu,
penderita biasanya datang dengan melena atau hematemesis. Beberapa
faktor yang dapat memprediksikan risiko perdarahan termasuk
keparahan sirosis (kelas Child), HVPG, ukuran varises, letak varises,
dan stigmata endoskopik tertentu termasuk red wall sign, bercak
hematokistik, eritema difus, warna kebiruan, bercak merah terang, atau
white-nipple spot. Pasien dengan asites yang tegang juga berisiko
mengalami perdarahan dari varises (Longo, 2010).
4. Ensefalopati hepatikum atau koma hepatikum merupakan kumpulan
gejala neuropsikiatri pada penyakit hati akut dan kronik berat. Terdapat
beragam manifestasi berkaitan dengan sindrom neuropsikiatri ini seperti
terdapat kekacauan mental, perubahan perilaku, gangguan intelektual,
15
penuruan kesadaran, tremor otot, dan asteriksis atau flapping tremor
yang kesemuanya tidak berkaitan dengan kelainan otak. Ensefalopati
hepatik dapat diartikan sebagai suatu bentuk intoksikasi otak akibat
kelebihan material-material dari usus yang tidak disintesis oleh hati,
seperti amonia. Kondisi ini dapat terjadi bila terdapat kerusakan sel hati
yang memungkinkan sistem darah portal mencapai sirkulasi sistemik
dalam jumlah besar tanpa melewati hati terlebih dahulu. Akumulasi
metabolit yang tidak melewati hati ini beberapa dapat bersifat toksik,
beredar dalam darah, dan bisa melewati sawar otak. Amonia merupakan
salah satu metabolit yang diyakini berperan dalam patogenesis sindrom
neuropskiatri yang terjadi pada ensefalopati hepatikum. Diagnosis
ensefalopati hepatikum dapat ditegakkan dengan gambaran klinis dan
dibantu dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah EEG (elektroensefalografi)
untuk menyingkirkan diagnosis kelainan otak lainnya. Pemeriksaan
lainnya yang dapat dilakukan adalah tes psikometri untuk menilai
tingkat kemampuan intelektual pasien. Pemeriksaan amonia dapat
dilakukan namun bukan pemeriksaan rutin yang dikerjakan.
16
- Injeksi vitamin K dan asam traneksamat
- Antasida oral, sukralfat dan PPI
- Sterilisasi usus: kanamisin dan laktulosa
Ensefalopati hepatik, laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan
amonia. Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakeri usus penghasil
amonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan per hari.
Peritonitis bakterial spotan, diberikan antibiotika seperti sefotaksim
intravena, amoksisilin, atau aminoglikosida.
Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati,
mengatur keseimbangan garam dan air.
Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata
(Nurdjanah, 2009).
17
Tabel 1. Klasifikasi Child-Pugh Pasien Sirosis Hati
(WGO, 2014)
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Asites (+)
Ginekomastia (-)
Ikterik (+)
19
Berdasarkan gejala klinis yang ditemukan pada pasien, maka pengobatan
yang akan diberikan kepada pasien adalah tatalaksana non farmakologi dan
farmakologi. Untuk tatalaksana non farmakologi yang diberikan adalah tirah
baring dan diet hati. Tatalaksana farmakologi dibagi berdasarkan gejala. Untuk
asites diberikan spironolakton 1x25mg per oral. Untuk menurunkan tekanan vena
porta diberikan propanolol sebanyak 2x10mg per oral. Untuk sterilisasi usus
diberikan Injeksi ceftriaxone 2x1 gram dan Injeksi prosugan 2x1 lid. Untuk
menghentikan pendarahan varices diberikan sukralfat syr 3x1 sdm. Untuk vitamin
hati diberikan curcuma 3x1 tablet.
Untuk menilai prognosis, berdasarkan klasifikasi Child-pugh, pasien ini
memiliki nilai kelas B dengan total nilai 9: encepalopathy (1); asites (2); bilirubin
(3); albumin (3); PT (1).
20
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, V., Abbas, Abul K., Fausto, N., Mitchell, R. 2007. Robbins Basic
Pathology Ed. 8. New York: Elsevier Inc.
Mokdad, A.A., Lopez, A.D., Shahraz, S., Lozano, R., Mokdad, A.H.,
Stanaway, S., Murray, C.JL., Naghavi, M. 2014. Liver Cirrhosis
Mortality in 187
Countries Between 1980 and 2010: a systematic analysis. BMC
Medicine, 124
21