Anda di halaman 1dari 12

Informasi obat

1. Levemir

Indikasi

Diabetes melitus tipe 2 pada orang dewasa

Pemberian

Di berikan sebelum atau sesudah makan. Untuk pasien yang di terapi dengan rejimen 1X/HARI,
berikan bersama dengan makan malam atau menjelang tidur. Untuk pasien yang memerlukan
pemberian dosis 2x/hari, dosis malam dapat di berikan bersama makan malam atau menjelang tidur
atau 12 jam sesudah pemberian dosis pagi.

Perhatian

Kondisi infeksi dan demam. Hipoalbuminemia berat. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi
atau menjalankan mesin. Hamil dan laktasi

Efek samping

Hipoglikemia, reaksi pada tempat injeksi

Interaksi obat

Obat antidiabetik oral, MAOI, ACE inhibitor, salisilat, alkohol, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid,
hormon pertumbuhan, danazol.

Kategori kehamilan

B.

2. Glucobay (Acarbose)

Sub Kelas Terapi

Antidiabetes

Indikasi

Sebagai tambahan pada terapi OHO sulfonilurea atau biguanida pada Diabetes mellitus yang tak
dapat dikendalikan dengan diet dan obat-obat tersebut. Acarbose terutama sangat bermanfaat bagi
pasien DM yang cenderung meningkat kadar gula darahnya segera setelah makan (hiperglikemia
postprandial), pasien DM yang diterapi dengan insulin, umumnya akan menurun penggunaan
insulinnya jika sudah dikombinasi dengan acarbose.Obat-obat inhibitor alpha-glukosidase dapat
diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat diabetes lainnya, seperti
OHO golongan sulfonilurea, metformin, atau insulin.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150-
600 mg/hari.

Dianjurkan untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh air pada suap pertama sarapan/makan.

Farmakologi

Farmakodinamik

Senyawa-senyawa inhibitor alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang


terletak pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase
dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus.Inhibisi kerja
enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya,
sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada pasien diabetes.

Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga menghambat enzim a-amilase pankreas yang bekerja
menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus. Acarbose tidak merangsang sekresi insulin
oleh sel-sel -Langerhans kelenjar pankreas.

Oleh sebab itu tidak menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-sama dengan OHO yang
lain atau dengan insulin.Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa
plasma puasa kurang dari 180 mg/dl.

Pasien yang mendapat terapi acarbose saja umumnya tidak akan meningkat berat badannya, bahkan
akan sedikit menurun.Acarbose dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea,
metformin, atau insulin

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap acarbose


Ketoasidosis diabetic
Sirosis
Obstruksi usus, parsial ataupun keseluruhan
Radang atau luka/ borok pada kolon
Wasir
Penyakit usus kronis lainnya atau penyakit-penyakit lain yang akan bertambah parah jika
terjadi pembentukan gas berlebihan di saluran pencernaan.

Efek Samping

Acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu efek samping sistemiknya minimal.

Efek samping yg sering terjadi, terutama gangguan lambung, lebih banyak gas, lebih sering flatus dan
kadang-kadang diare, yg akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama. Efek samping
ini dapat berkurang dgn mengurangi konsumsi karbohidrat.

Kadang-kadang dapat terjadi gatal-gatal dan bintik-bintik merah pada kulit, sesak nafas, tenggorokan
serasa tersumbat, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah.
Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea atau dengan insulin, dapat terjadi
hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan
pemberian sukrosa (gula pasir).

Interaksi dengan obat

Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik

Suplemen enzim pencernaan seperti pancreatin (amilase, protease, lipase) dapat mengurangi efek
acarbose apabila dikonsumsi secara bersamaan.

Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa

Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO; oktreotid dapat


menurunkan kebutuhan insulin dan OHO

Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik

Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek hipoglikemik

Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis efek hipoglikemia

Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditif terhadap OHO

Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan,
misalnya tremor

Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik

Resin penukar ion: kolestiramin meningkatkan efek hipoglikemik acarbose

Obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti obat-obat diuretika (misalnya
hidroklortiazida, klorotiazida, klortalidon, indapamid, dan lain-lain), senyawa steroid (misalnya
prednisone, metilprednisolon, estrogen),

senyawa-senyawa fenotiazin (misalnya klorpromazin, proklorperazin, prometazin), hormone-


hormon tiroid, fenitoin, calcium channel blocker (misalnya verapamil, diltiazem, nifedipin)

Pengaruh Terhadap Kehamilan

Risiko kehamilan FDA : katagori B (diperkirakan tidak berbahaya terhadap janin), namun demikian
pemakaiannya pada ibu hamil tetap harus berhati-hati.

Pengaruh Terhadap Ibu Menyusui

Hasil penelitian dengan hewan percobaan menunjukkan bahwa acarbose dapat masuk ke dalam air
susu dan mempengaruhi bayi yang disusui, namun belum diketahui apakah hal ini juga terjadi pada
manusia.

Namun karena banyak obat yang dapat masuk ke dalam air susu ibu, maka acarbose sebaiknya tidak
diberikan pada ibu menyusui, kecuali dokter mempunyai pertimbangan lain.
Pengaruh Terhadap Anak-Anak

Tidak disarankan untuk anak-anak

Parameter Monitoring

Kadar glukosa darah puasa : 80120 mg/dl

Kadar hemoglobin A1c : < 100 mg/dl

Gejala hipoglikemia

Informasi Untuk Pasien

Jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau apoteker.

Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.

Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.

Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang diberikan dokter.

Monitor kadar glukosa darah sebagaimana yang dianjurkan oleh dokter.

Jika Anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-
kunang), pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, segera
hubungi dokter.

Jika Anda sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalu bawa sekantung kecil gula jika Anda
bepergian. Segera makan gula begitu Anda mendapat serangan hipoglikemia.

Laporkan pada dokter jika Anda berencana untuk hamil.

Obat ini tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui, kecuali sudah diizinkan oleh dokter.

Mekanisme Aksi

Menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus halus dan menghambat enzim
alfa-amilase pankreas, sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan dan absorpsi
karbohidrat.

Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel -Langerhans kelenjar pankreas

3. Amlodipin

Indikasi : Pengobatan hipertensi, pengobatan gejala angina stabil kronik, angina vasospastik (angina
Prinzmetal-kasus suspek atau telah dikonfirmasi), pencegahan hospitalisasi karena angina dengan
penyakit jantung koroner (terbatas pada pasien tanpa gagal jantung atau fraksi ereksi < 40%)

Dosis,cara pemberian dan lama pemberian


Anak-anak : Hipertensi : 2.5-5 mg sekali sehari.

Dewasa : Hipertensi : dosis awal 5 mg sekali sehari, dosis maksimum 10 mg sekali sehari.

Pada umumnya dilakukan titrasi dosis dengan kenaikan 2,5 mg selama 7-14 hari.

Angina : dosis pemeliharaan 5-10 mg, gunakan dosis yang lebih rendah pada pasien lanjut usia dan
pasien dengan gangguan hati, umumnya diperlukan dosis 10 mg untuk mencapai efek yang
mencukupi.

Pasien usia lanjut : digunakan dosis yang rendah untuk mencegah terjadinya insiden kerusakan hati,
ginjal atau jantung. Pasien usia lanjut juga mempunyai klirens amlodipin yang rendah.

Hipertensi : 2.5 mg sekali sehari. Angina : 5 mg sekali sehari.

Dialisis : hemodialisis dan peritoneal dialysis tidak merubah eliminasi. Tambahan dosis tidak
diperlukan.

Penyesuaian dosis pada gangguan fungsi hati : berikan 5 mg sekali sehari. Hipertensi : 2.5 mg sekali
sehari.

Farmakologi

Onset 30-50 menit. Puncak efek : 6-12 jam. Durasi : 24 jam. Diabsorpsi dengan baik.

Ikatan dengan protein 93-98%. Metabolisme : > 90% dimetabolisme di hati menjadi metabolit
inaktif.

Bioavailibilitas : 64-90%. Waktu paruh eliminasi 30-50 jam, meningkat pada pasien disfungsi hati.

Eliminasi : obat utuh dan metabolitnya diekskresikan melalui ginjal, 10% diekskresikan dalam bentuk
tidak berubah di dalam urin, 60% dalam bentuk metabolit.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap amlodipine atau komponen lain dalam sediaan.

Efek Samping

> 10%: Efek pada kardiovaskuler: edema perifer (2-5% tergantung dosis).

1-10%: Kardiovaskuler : flushing (1-3%), palpitasi (1-4%); SSP: sakit kepala (7,3%), pusing (1-
3%)fatigue (4%), palpitasi (1-4%); Dermatologi : rash (1-2%), pruritus (1-2%);

Endokrin dan metabolisme : disfungsi seksual pada pria (1-2%);

Gastrointestinal : mual (2,9%), sakit perut (1-2%), dyspepsia (1-2%), hiperplasia gingival ;

Neuromuskular dan skeletal : kram otot (1-2%), lemah (1-2%); pernapasan : dyspnea (1-2%), edema
pulmonary (15%).
<1%: gangguan tidur, agitasi alopesia, amnesia, ansietas, apathy, aritmia, ataksia, bradikardi, gagal
jantung, depersonalisasi, depresi, eritema multiforma, dermatitis eksfoliatif, symptom
ekstrapiramidal, gastritis, ginekomastia, hipotensi, leukositoclastik vaskulitis, migrain, purpura non
trombositopenik, parasthesia, iskemik periferal, fotosensitivitas, hipotensi postural, purpura, rash,
perubahan warna kulit, sindrom Stevens-Johnson, sinkope, trombositopenia, tinnitus, urtikaria,
vertigo, xerophtalmia.

Overdosis/toksikologi: gejala primer pada kardiak, meliputi hipotensi dan bradikardi. Hipotensi
disebabkan oleh vasodilatasi periferal, depresi myo cardiak dan bradikardi.

Bradikardi dihasilkan dari sinus bradikardi, blok ventrikular II atau III atau sinus arrest with junctional
rhytm.

Konduksi intraventricular biasanya tidak berpengaruh, sehingga durasi QRS normal (verapamil
memperpanjang interval P-R dan bepridil memperpanjang interval QT dan mungkin dapat
menyebabkan aritmia ventrikular termasuk torsade de pointes). Noncardiac symptom termasuk
kebingungan, stupor, mual, muntah, asidosis metabolik dan hiperglikemia. Dapat diatasi dengan
dekontaminasi lambung, jika memungkinkan berikan kalsium secara berulang sehingga kontraktilitas
jantung menurun.

Interaksi dengan obat

Amlodipin meningkatkan level/ efek dari aminofilin, flufoksamin, meksiletin, mirtazipin, ropinirol,
teofilin, trifluoroperazin dan substrat CYP1A2 lain. Level/ efek amlodipin dapat ditingkatkan oleh
antifungi golongan azol, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid,
nefodazon, nikardipin, propofol, inhibitor protease, kuinidin, telitromisin, verapamil dan substrat
inhibitor CYP3A4 lain. Kadar siklosporin dapat ditingkatkan oleh amlodipin.

Penurunan efek: kalsium dapat menurunkan efek hipotensif dari bloker saluran kalsium.

Level/ efek amlodipin dapat diturunkan oleh aminoglutetimida, karbamazepin, nafsilin, nevirapin,
fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lain.

Interaksi dengan makanan

Peningkatan efek/ Toksisitas:

Jus grape fruit dapat meningkatkan kadar amlodipin. St. wort mungkin dapat menurunkan level
amlodipin.

Hindari dong quai (karena mempunyai efek estrogen). Hindari efedra, yohimbe dan ginseng (dapat
memperparah efek hipotensif).

Hindari bawang putih (dapat menurunkan efek antihipertensi) Penurunan efek : Makanan tinggi
kalsium dapat mengurangi efek hipotensif dari calsium chanel bloker.

Pengaruh Terhadap Kehamilan

Faktor risiko : C.
Implikasi pada kehamilan: teratogenik dan efek embriotoksik yang dipercobakan pada binatang kecil.
belum ada penelitian terkontrol pada wanita hamil.

Digunakan pada kehamilan hanya pada saat yang jelas dibutuhkan dan jika keuntungan lebih besar
dibanding bahayanya pada fetus.

Parameter Monitoring

Denyut jantung, tekanan darah

Peringatan

Penggunaan dengan perhatian dan titrasi dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan
fungsi hati, digunakan hati-hati pada pasien gagal jantung kongestif, sindrom sick sinus sitis,
disfungsi ventrikel kiri yang parah,

kardiomiopati hipertrofi, terapi penyerta dengan beta bloker atau digoksin, edema, atau
peningkatan tekanan intrakranial dengan tumor otak, pada lansia mungkin dapat mengalami
hipotensi atau konstipasi.

Informasi Untuk Pasien

Gunakan sesuai yang diresepkan, jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan dokter.

Pasien mungkin akan mengalami sakit kepala (jika tidak dapat diatasi konsultasi ke dokter), mual dan
muntah (makan sejumlah kecil makanan mungkin dapat membantu), atau konstipasi.

Mekanisme Aksi

Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran lambat atau area sensitif tegangan selektif pada
otot polos vaskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos vaskuler
koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran oksigen pada pasien angina
vasospastik.

Monitoring Penggunaan Obat

Determinasi tekanan darah, pembacaan EKG dan kecepatan denyut jantung (terutama disarankan
selama titasi dosis atau saat dosis ditingkatkan dari tingkat dosis pemeliharaan yang stabil, juga
dianjurkan saat obat lain ditambahkan dimana obat tersebut mempengaruhi konduksi jantung atau
tekanan darah.

Dianjurkan untuk melakukan determinasi tekanan darah secara berkala untuk memonitor
keefektifan dan keamanan terapi amlodipin; pasien tertentu mungkin dapat dilatih untuk mengukur
tekanan darah sendiri di rumah dan melaporkan hasilnya secara teratur pada dokter).

4. Noperten (Lisinopril)

Antihipertensi

Indikasi
Digunakan pada pengobatan hipertensi, baik digunakan sendiri maupun dikombinasikan dengan
antihipertensi lain, terapi tambahan pada gagal jantung kongestif (penurunan volume afterload),
pengobatan pada pasien infark miokardiak akut dengan kondisi hemodinamik stabil selama 24 jam,
pengobatan pada disfungsi ventrikuler kiri setelah serangan infark miokardiak.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Hipertensi:

Dosis Dewasa: 10-40 mg/ hari. Pasien yang tidak menggunakan diuretik; gunakan dosis awal: 10
mg/hari,yang tetap menggunakan diuretik; dosis awal 5 mg/hari.

Catatan : efek antihipertensi mungkin menghilang saat penggunaan obat pada interval terakhir,
khususnya pada penggunaan dosis 10 mg/hari.

Peningkatan dosis diperlukan dapat dilakukan pada perpanjangan durasi efek antihipertensi ini.
Dosis sampai 80 mg dapat digunakan tapi tidak memberikan efek yang lebih kuat.

Lanjut Usia : dosis awal : 2,5-5 mg per hari, dosis dapat dinaikkan menjadi 2.5- 5 mg per hari selama
interval 1-2 minggu, dosis maksimum per hari 40 mg. Pasien yang menggunakan diuretik, sebelum
menggunakan lisinopril harus menghentikan penggunaan diuretik dulu selama 2-3 hari, setelah itu
baru digunakan lisinopril. Jika diperlukan, penggunaan diuretik dapat dimulai lagi setelah tekanan
darah stabil. Jika penggunaan diuretic tidak dapat dihentikan maka penggunaan lisinopril dimulai
pada dosis 5 mg dan harus dimonitoring secara ketat sampai diperoleh tekanan darah yang stabil.

Dosis awal pada pasien hiponatremia (kadar Na : <130 mEq/L) dosis dimulai dari 2,5 mg/ hari.

Gagal Jantung Kongestif:

Dosis Dewasa: Dosis awal 2.5 -5 mg kemudian ditingkatkan dimana peningkatannya tidak lebih dari
10 mg selama interval waktu tidak kurang dari 2 minggu hingga dicapai 40 mg.

Dosis pemeliharaan 5-40 mg per hari sebagai dosis tunggal.

Infark Miokardiak Akut (dalam waktu 24 jam, pada pasien dengan hemodinamik stabil) :

Pada saat serangan diberikan dosis 5 mg kemudian diberikan 5 mg lagi selama 24 jam, setelah 48
jam diberikan 10 mg. Setelah 6 minggu, pasien tiap hari diberikan dosis 10 mg per hari.

Selajutnya pasien sebaiknya mendapatkan terapi seperti aspirin, trombolitik dan beta bloker.

Pada gangguan fungsi ginjal: hipertensi: dosis awal harus dimodifikasi dan titrasi tambahan harus
disertai perhatian berdasarkan respon (maksimum 40 mg/hari). ClCr > 30 mL/menit : dosis awal 10
mg/hari.

Clcr 10-30 mL/menit : dosis awal : 5 mg/hari. Hemodialisis : dosisi awal 2,5 mg/hari (terdialisis 50%).

Penggunaan pada anak dengan kecepatan filtrasi < 30 mL/menit/1.73 m tidak direkomendasikan.

Gagal jantung kongestif: dewasa : Clcr < 30 mL/menit atau kreatinin > 3 mg/dL : dosis awal 2.5
mg/hari.
Farmakologi

Onset 1 jam. Puncak efek : hipotensi : oral ~ 6jam. Durasi : 24 jam. Diabsorpsi dengan baik dan tidak
dipengaruhi oleh makanan. Ikatan dengan protein 25 %. Waktu paruh eliminasi 11-12 jam. Ekskresi
urine dalam bentuk obat yang tidak berubah

Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap lisinopril atau komponen dalam sediaan, angiodema yang terkait dengan
terapi sebelumnya yang menggunakan inhibitor ACE, stenosis arteri ginjal bilateral, hiperaldosteron,
kehamilan trimester 2 dan 3.

Efek Samping

1% sampai 10%; Kardivaskular ; efek ortostatik (1%), hipotensi (1-4%). SSP: sakit kepala (4-6%),
pusing (5-12%), kelelahan (3%), lemah (1%). Dermatologi: rash (1-2%).

Endokrin dan metabolisme: hiperkalemia (2-5%). Gastrointestinal: diare (3-4%), mual (2%), muntah
(1%), nyeri abdomen (2%).

Genitourinaria: impotensi (1%). Hematologi: penurunan hemoglobin (9%).

Neuromuskular dan skeletal: nyeri dada (3%).

Ginjal: peningkatan serum kreatinin, peningkatan BUN (2%), pada pasien dengan bilateral renal
arteri stenosis atau hipovolemia maka akan memperburuk fungsi ginjal.

Pernapasan : batuk (4-9%), infeksi saluran pernapasan atas (2%). <1%: Gagal ginjal akut, alopecia,
reaksi anafilaktik, angiodema, anuria, aritmia, arthralgia, asma, ataksia, azotemia, supresi sum-sum
tulang, bronkospasme, cardiac arrest, penurunan libido, gout, hepatitis, hiperkalemia, hiponatremia,
kenaikan bilirubin, kenaikan transaminase, jaundice, infark miokardiak, netropenia, oligouria,
hipotensi ortostatik, pancreatitis, paresthesia, pemphigus, neuropathy peripheral, fotosensitivitas,
efusi pleura, emboli pulmonary, sindrom Stevens-Johnson, stroke, lupus eritematosus sistemik,
trombositopenia, TIA, tremor nekrolisis epidermal, tremor, urticaria, vasculitis, vertigo, pandangan
kabur, demam, myalgia, artralgia, nefritis interstisial, vaskulitis, rash, eosinofilia dan ANA positif dan
terdapat kenaikan ESR. Overdosis/ toksikologi: Pada overdosis akut, terjadi penurunan tekanan
darah, bradikardia.

Pada dosis terapeutik dapat terjadi hiperkalemia, terutama pada pasien insufisiensi renal dan anti
inflamasi non steroied. Bila terjadi overdosis, dapat diberikan terapi suportif.

Efek hipotensi biasanya terjadi saat obat diberikan intravena atau posisi Trendelenburg.

Interaksi dengan obat

Peningkatan efek/ Toksisitas: suplemen kalium, kotrimoksazole (dosis tinggi), antagonis reseptor
angiotensin II (kandesartan, losartan, ibesartan, dll), diuretik hemat kalium (amilorid, spironolakton,
triamterene) akan menaikkan kadar kalium bila dikombinasikan dengan lisinopril, efek inhibitor ACE
mungkin meningkat dengan penggunaan fenotiazin atau probenesid (peningkatan kadar kaptopril),
efek inhibitor ACE mungkin meningkatkan kadar/ efek litium.
Diuretik mempunyai potensi aditif dengan inhibitor ACE, hipovolemia meningkatkan potensi
terjadinya efek samping pada ginjal dari inhibitor ACE. Pada pasien dengan kemampuan fungsi ginjal
terbatas, pemberian anti inflamasi non steroid dapat

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal. Penggunaan bersama alopurinol dan inhibitor ACE dapat
mengakibatkan risiko terjadinya reaksi hipersensitifitas.

Penurunan efek : aspirin dosis tinggi dapat mengurangi efek terapi inhibitor ACE. Pada dosis rendah,
hal ini tidak muncul secara signifikan. Rifampisin mungkin dapat mengurangi efek inhibitor ACE.

Antasid mungkin dapat menurunkan bioavailibilitas inhibitor ACE (lebih sering terjadi dibanding
kaptopril).

Pemberian diberi selang waktu selama 1-2 jam. Obat inflamasi non steroid khususnya indometasin
dapat mengurangi efek hipotensi dari inhibitor ACE Inhibitor, lebih sering terjadi pada pasien dengan
kadar renin yang rendah atau pasien hipertensi tergantung volume.

Interaksi dengan makanan

Hindari dong quai jika menggunakan anti hipertensi (karena mempunyai efek estrogen). Hindari
efedra, yohimbe, ginseng (dapat memperparah hipertensi). Hindari bawang putih (dapat
meningkatkan efek antihipertensi)

Pengaruh Terhadap Kehamilan

Faktor risiko : C (untuk trimester pertama), D (untuk trimester 2 dan 3). Dapat mengakibatkan
kelainan otak, hipocalvaria/ acalvaria, oligohidramnios, anuria persisten, hipotensi, kelainan renal,
hipoplasia pulmonary, dysplasia, gagal ginjal, limb contractures secondary to oligohydramnios.

Penggunaan ACE Inhibitor sebaiknya dihindari selama kehamilan, terutama trimester 2 dan 3.

Pengaruh Terhadap Ibu Menyusui

Belum diketahui apakah lisinopril terekskresi dalam ASI atau tidak, tidak direkomendasikan.

Parameter Monitoring

Parameter laboratorium yang perlu dimonitoring kadar kalsium, BUN, serum kreatinin, fungsi renal,
WBC, dan kalium.

Peringatan

Dapat terjadi reaksi anafilaktik, angiodema juga dapat terjadi selama terapi (terutama pada saat
dosis awal). Monitoring tekanan darah pada saat awal pemberian (hipotensi dapat terjadi terutama
pada pasien dengan penurunan volume cairan).

Pada pasien dengan gangguan ginjal dilakukan penyesuaian dosis. Harus dilakukan perhatian jika
obat ini digunakan pada pasien collagen vascular, valvular stenosis, hiperkalemia, atau sebelum,
selama dan sesudah pemberian anaestesi.
Neutropenia/ agranulositosis dapat terjadi selama penggunaan. Jika pasien mempunyai kelainan
ginjal, maka perlu dimonitoring kadar WBC dan serum kreatinin selama 3 bulan awal terapi. Reaksi
hipersensitivitas mungkin terjadi selama dialysis dengan high-flux dialysis membrane. Pada awal
pemberian dapat terjadi penurunan fungsi renal. Gunakan hati-hati pada pasien stenosis areteri
renal unilaterak dan pada pasien dengan fungsi ginjal yang menurun.

Informasi Untuk Pasien

Sebelum menggunakan obat; Kondisi yang mempengaruhi penggunaan, khususnya sensitifitas


terhadap inhibitor ACE, kehamilan (inhibitor ACE dapat menembus plasenta; hipotensi janin karena
inhibitor ACE, oliguria, dan kematian dilaporkan terjadi pada manusia, fetotoksisitas ditemukan pada
binatang.

Benazepril, kaptopril dan fosinopril didistribusikan ke dalam air susu. Obat lain, khususnya alkohol,
diuretik (terutama hemat kalium), pengobatan menggunakan kalium atau suplemen kalium.

Masalah kesehatan lain,khususnya angioedema yang berhubungan dengan terapi inhibitor ACE
sebelumnya, hiperkalemia, stenosis arteri ginjal, tranplantasi ginjal, gangguan fungsi ginjal maupun
pengurangan volume dan natrium.

Kesesuaian penggunaan obat; Biasakan untuk menggunakan obat pada waktu yang sama setiap hari
untuk membantu meningkatkan kepatuhan. Tepat dosis: Lupa meminum obat: diminum sesegera
mungkin, tidak diminum bila mendekati jadual untuk meminum obat selanjutnya, jangan
menggandakan dosis.

Kesesuaian penyimpanan obat.Untuk penggunaan sebagai antihipertensi, mungkin memerlukan


kontrol berat badan dan diet, khususnya pemasukan natrium, risiko yang berhubungan dengan
pengurangan natrium, jangan menggunakan pengganti garam atau menggunakan susu rendah
garam kecuali telah disetujui oleh dokter.

Pasien mungkin tidak mengetahui/ mengalami gejala dari hipertensi, penting untuk tetap
menggunakan obat walaupun sudah merasa sehat. Tidak menyembuhkan, tetapi membantu
mengontrol hipertensi.

Mungkin memerlukan terapi seumur hidup, periksa ke dokter sebelum menghentikan pengobatan.

Konsekuensi serius dari hipertensi yang tidak dirawat. Perhatian selama menggunakan obat ini;

Kunjungi dokter secara berkala untuk mengetahui perkembangan penyakit. Hati-hati saat
mengemudi atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan kesadaran, karena adanya kemungkinan
pusing khususnya

setelah pemberian awal inhibitor ACE pada pasien yang juga menggunakan diuretik.

Untuk mencegah dehidrasi dan hipotensi, periksa kedokter bila gangguan mual, muntah atau diare
timbul dan berkelanjutan. Hati-hati saat berolahraga atau saat cuaca panas karena adanya resiko
dehidrasi dan hipotensi yang menyebabkan penurunan volume cairan tubuh. Hati-hati bila
memerlukan/ mengalami pembedahan (termasuk pembedahan gigi) maupun perawatan darurat.
Untuk penggunaan sebagai antihipertensi:
tidak menggunakan obat lain khususnya simpatomimetik tanpa resep kecuali atas ijin dokter.

Mekanisme Aksi

Inhibitor kompetitif Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang mengubah Angiotensin I menjadi
Angiotensin II, selain itu dapat menurunkan Angiotensin II karena penurunan aktivitas plasma renin
dan penurunan sekresi aldosteron.

Mekanisme CNS kemungkinan terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. ACE Inhibitor
kemungkinan akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk bentuk aktifnya (hormon) sehingga
akan menurunkan tekanan darah.

Monitoring Penggunaan Obat

Pengukuran tekanan darah (dianjurkan dilakukan secara berkala pada pasien yang sedang dirawat
karena hipertensi, pasien tertentu mungkin dapat dilatih untuk mengukur tekanan darah sendiri di
rumah dan melaporkan hasilnya secara teratur pada dokter). Determinasi jumlah leukosit, total dan
diferensial (terutama dianjurkan pada awal terapi inhibitor ACE dan secara berkala sesudahnya.

Dianjurkan setiap bulan untuk terapi 3 sampai 6 bulan pertama dan secara berkala setelahnya untuk
jangka waktu sampai diatas 1 tahun pada pasien dengan peningkatan resiko terjadinya neutropenia,
(misal pada gagal fungsi ginjal atau penyakit kolagen vaskular) atau menerima dosis tinggi, juga
direkomendasikan pada gejala awal infeksi. Telah direkomendasikan menghentikan terapi dengan
ACE inhibitor bila terjadi neutropenia/ neutropil < 1x109/L. Determinasi fungsi renal (dianjurkan
secara berkala, khususnya pada pasien dengan pengurangan volume natrium, sebagai akibat dari
terapi dengan diuretik atau pada pasien gagal jantung kongestif.

Penentuan protein urin (terutama pada terapi awal dan secara berkala setelah penggunaan > 1
tahun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada pasien yang menerima dosis kaptopril >
150 mg/hari, bila timbul peningkatan proteinuria, dianjurkan untuk mengevaluasi ulang pemberian
inhibitor ACE

Anda mungkin juga menyukai