Anda di halaman 1dari 20

TEMU 2

SAP 1 DAN SAP 2

KELOMPOK 1

Putu Shandya Maharani 12

Putu Desy Pirdayanti 14

Putu Nadiani Putri Utama 15

Made Cahyani Prastuti 20

AKUNTANSI

PROGRAM REGULER

TAHUN 2017
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................................1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................2

PETA KONSEP

SAP I .........................................................................................................................................3

SAP II ........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN

SAP I .........................................................................................................................................5

A. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik ......................................................................5


B. Hubungan Audit dengan Disiplin Ilmu yang Lainnya ...................................................8
C. Perkembangan Audit ......................................................................................................9
D. Peran Audit dalam Suatu Negara .................................................................................12

SAP II ......................................................................................................................................13

A. Standar Umum .............................................................................................................13


B. Standar Pekerja Lapangan............................................................................................15
C. Standar Pelaporan ........................................................................................................16
D. Hubungan Standar Auditing degan Standar yang Lainnya ..........................................17

KESIMPULAN ......................................................................................................................19

REFERENSI ...........................................................................................................................20

2
SAP 1

Pengauditan Dan Hubungan Audit Peran Audit Dalam


Profesi Akuntan Dengan Disiplin Perkembangan Suatu Negara
Publik Ilmu Lainnya Audit

Pengertian Audit Sejarah Fungsi


Pengauditan

Tipe Audit Pengauditan


Sebelum 1900

Klasifikasi Audit
Perkembangan
pengaudit pada abad
ke-20
Jenis Auditor

Perkembangan
pengauditan di
Profesi Akuntan Indonesia
Publik

3
SAP 2

Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan Standar Pelaporan


Lapangan

Kualifikasi diri Perencanaan Kesesuaian


untuk menjadi Audit dengan Prinsip
auditor Akuntansi
Berterima Umum
Supervisi tenaga
Keharusan untuk
asisten Perubahan
bersikap
independen bagi prinsip audit
setiap auditor.
Pemahaman
struktur Pengungkapan
pengendalian yang memadai
Kemampuan diri
intern
auditor untuk
menggunakan
Pernyataan
kemahiran Bukti kompeten pendapat
profesinya secara dan cukup

cermat dan
seksama

4
PEMBAHASAN SAP 1

A. PENGAUDITAN DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK


a. Pengertian Auditing
Menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) Auditing adalah
proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif
mengenai asersi- asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan criteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Auditing adalah proses yang sistematis, yang merupakan rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi dalam memeriksa dasar dasar
pernyataan, mengevaluasinya secara bijaksana, secara independen, untuk menyatakan
pendapatnya mengenai kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang sudah
ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak pihak yang berkepentingan
Kata kunci untuk definisi auditing menurut Arrens :
Bukti(Evidence)
Informasi yang digunakan auditor untuk menetapkan apakah informasi yang
diaudit dinyatakan berdasarkan criteria yang ditetapkan.
Kriteria
Informasi yang diperoleh dalam mengaudit harus diverifikasi dan dievaluasi
dengan standart (kriteria) tertentu, misal: dalam mengaudit laporan keuangan
historis maka standar yang digunakan PABU.
Kompeten
Auditor harus mempunyai kualifikasi, memahami kriteria yang digunakan dan
mengetahui tipe dan berbagai macam bukti audit untuk mengambil kesimpulan
setelah bukti tersebutdiujikebenarannya.
Independen
Auditor harus menjaga tingkat independensinya agar tetap memperoleh
kepercayaan dari pengguna telah memintanya untuk melakukan audit atas
laporannya.

5
Audit Report
Merupakan tahap akhir dalam proses audit dan merupakan pengkomunikasian
temuan auditor dengan pengguna laporan keuangan perusahaan. Audit report
umumnya menginformasikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan criteria
yang ditetapkan.
b. Tipe Tipe Audit
Audit operasional (operational audit)
Audit ini meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan
operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efesiensi,
efektivitas, maupun kehematan ekonomis operasional. Audit ini sering disebut
juga audit menejemen atau audit kinerja.
Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit ini mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk
menentukan apakah kegiatan financial maupun operasional tertentu dari suatu
entitas sesuai kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan.
Kreteria yang telah ditentukan itu berasal dari berbagai sumber seperti
manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah.
Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit ini mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan
keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kreteria yang ditetapkan,
yaitu PABU.
c. Klasifikasi Audit
Pemeriksaan Eksternal ( External Auditing )
Pemeriksa eksternal adalah suatu kontrol sosial yang memberikan jasa kebutuhan
akan informasu untuk pihak luar dari suatu organisasi yang diperiksa .
Pemeriksanya adalah pihak luar perusahaan yang independen terhadap
perusahaan.
Pemeriksaan Internal ( Internal Auditing )

6
Pemeriksaan internal adalah suatu control organisasi yang mengukur dan
mengevaluasi efektifitas organisasi. Pemeriksanya adalah karyawan organisasi itu
sendiri dan dibayar oleh organisasi itu pula.
Pemeriksaan Sektor Publik (Publik Sektor Auditing)
Pemeriksaan sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang
memberikan jasanya kepada masyarakat. Pemeriksanya adalah berasal dari
pemerintah (Akuntan Pemerintah )
d. Tipe/ Jenis Auditor
Auditor Publik/ Pemeriksa Independen
Akuntan Publik atau pemeriksa independen adalah akuntan yang menjual jasa
professionalnya kepada masyarakat/klien, terutama untuk jenis pemeriksaan
laporan keuangan.
Auditor Intern/ pemeriksa Intern
Akuntan Intern adalah pegawai dari perusahaan yang diperiksa. Tugas pokok
akuntan intern adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan manajemen teras telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan perusahaan.
Auditor Pemerintah
Akuntan Pemerintan adalah akuntan yang bekerja pada pemerintah, baik
pemerintah lokal maupun pusat.
e. Profesi Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan untuk
memberikan jasa akuntn public di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di
Indonesia diatur dalam UU RI No. 5 Tahun 2011.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
Jasa assurance
Jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil
keputusan.
Jasa atestasi

7
Suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten
tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).
Jasa nonassurance atau nonatestasi
Jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan
suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Menurut aturan, izin untuk berpraktek sebagai akuntan public dapat diberikan kepada mereka
yang telah bersertifikat akuntan public (BAP). Untuk memperoleh sertifikat tersebut, maka para
akuntan harus mengikuti ujian sertifikasi akuntan public (USAP) yang diselengarakan oleh IAI
dau kali dalam setahun dengan materi ujian:
(1) teori dan praktek akuntansi
(2) auditing dan jasa prosfesional akuntan public
(3) akuntan manajemen dan manajemen keuangan
(4) sistem informasi akuntansi
(5) perpajakan dan hukum komersial.

B. HUBUNGAN AUDIT DENGAN DISIPLIN ILMU YANG LAINNYA


Pemanfaatan teknologi informasi (IT) dalam audit semakin luas dan semakin banyak. Ini
membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien,seperti penggunaan audit software dan audit
dengan electronic working papers, sementara di pihak lain, system informasi yang diterapkan
bisa berbasis online.
Auditing, suatu disiplin ilmu yang terkait tetapi terpisah dari akuntansi. Dua ilmu ini
saling terkait satu sama lain, secara umum hubungan antara auditing dan accounting dapat
dijelaskan sebagai berikut, Accounting adalah suatu proses menghasilkan data dan informasi
dalam bentuk Financial Statement. Sedangkan Auditing adalah suatu proses mengevaluasi
informasi dan menghasilkan kesimpulan (opini / rekomendasi) yang membandingkan antara
fakta dan kriteria.

8
Financial Statement yang dihasilkan dari proses akuntansi, akan mengalami tahap audit.
Audit terhadap Laporan Keuangan diperlukan karena,:
(1) Ada potensi konflik antara penyedia informasi dengan pengguna informasi,
(2) Informasi mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi pengsaha
(3) Keahlian sering menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi,
(4) User sering tercegah mempunyai hubungan langsung dengan informasi.
Dalam melakukan audit harus sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan seperti
standar umum, kerja lapangan dan standar pelaporan.

C. PERKEMBANGAN AUDIT
a) Sejarah fungsi pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke-15. Tahun kelahiran pengauditan
laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui
bahwa pada sekitar awal abad ke-15 jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris.
Meskipun pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan
yang pesat baru terjadi pada abad ini.
b) Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900
Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari inggris. Akuntansi
sebagai profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad ke-
19. Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit
sebagaimana yang berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada
wakti itu harus tunduk pada undang-undang yang disebut Companiest Act. Menurut
undang-undang tersebut, semua perusahaan publik harus diaudit. Ketika fungsi audit
mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk pelaporan model Inggris turut diadopsi pula
meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan yang berlaku di
Inggris. Sebagaimana disebutkan diatas, di Inggris semua perusahaan publik harus
diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib diaudit. Keharusan
untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut Securities and
Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai manfaat pendapat
auditor atas laporan keuangan.

9
Tidak hanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan yag
diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad kesembilan belas
menjadi beraneka ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula yang
berupa audit atas semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan secara
menyeluruh dan mendalam. Auditor biasanya mendapat penugasan dari manajemen atau
dari dewan komisaris perusahaan, dan laporan hasil audit biasanya dialamatkan kepada
pihak intern perusahaan, bukan kepada pemegang saham. Pemberian laporan kepada
para pemegang saham pada waktu itu tidak biasa dilakukan. Para manajer perusahaan
hanya menginginkan untuk mendapat jaminan dari auditor bahwa kecurangan dan
kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.
c) Perkembangan di Abad Ke-20
Memasuki abad ke-20, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan
selama masa itu jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah
pemegang saham juga semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima laporan
auditor. Kebanyakan pemegang saham baru ini tidak memahami makna pekerjaan
seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda banyak pihak termasuk para pimpinan
perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa pendapat auditor
adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirnya
perang dunia I. Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih
terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal
Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American
Institute Of Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American Institute Of
Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan
tentang perlunya akuntansi yang seragam, tetapi tulisan tersebut sesungguhnya lebih
banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca. Pernyataan teknis ini
merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi akuntansi di Amerika
Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama abad kedua puluh.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti pedoman
resmi. Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat mengembangkan redaksi
laporan yang umum digunakan melalui AICPA. Redaksi atau susunan kalimat laporan

10
yang umum saat ini telah makin diperbaharui sehingga pembuatan laporan hasil audit
tidak lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat dalam laporan, melainkan merupakan
proses pengambilan keputusan. Alternatif bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor
tidak banyak, dan sekali auditor memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi
tertentu, auditor tinggal memilih jenis laporan yang telah dirancang untuk menyatakan
pendapat tersebut.
d) Perkembangan Pengauditan di Indonesia
Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan
Belanda, jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi
dengan sendirinya hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang
beroperasi di Indonesia pada waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang
berlaku di negaranya. Situasi seperti itu berlangsung hingga Indonesia merdeka.
Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun lima puluahn, yaitu ketika
semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal,
terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun 1973,
yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetaplan Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan norma tersebut
hamper sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit yang berlaku di
Amerika Serikat. Penetapan pronsip akuntansi dan norma pemeriksaan di Indonesia
terutama dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan perusahaan yang akan
menjual sahamnya di pasar modal untuk memiliki laporan keuangan yang telah diaudit.
Selain itu perkembangan terjadi dalam dunia perbankan sejak tahun 1988 semakin
menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang
akan mengajukan permohonan kredit ke bank. Pada tahun 1955 lahir Undang-undang
Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu perseroan terbatas untuk menyusun laporan
keuangan dan jika p[erseroan merupakan perusahaan public, maka laporan keuangannya
wajib diaudit oleh akuntan public. Pada tahun yang sama lahir pula Undang-undang Pasar
Modal yang semakin meningkat peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan public).

11
Pada than 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan standar
audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Professional
Akuntan Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk
oleh IAI secara terus menerus menerbitkan Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan
(SPAP) yang hingga saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad 21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak kesalah-
pahaman terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami benar. Situasi
demikian Nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus Bank Summa,
skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan sejumlah kasus
lainnya, dikomentari berbagai fihak. Kebanyakan komentar tersebut mencerminkan
kesalahpahaman masyarakat, tidak saja mengnai makna pendapat auditor atas laporan
keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan antara berbagai jenis audit
yang bisa dilakukan seorang auditor.

D. PERAN AUDIT DIDALAM SUATU NEGARA


Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan yang
berlaku dalam suatu entitas terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi untuk melihat
efektifitas dan efisiensi entitas.
Auditor dapat memberikan penilaian yang objektif dan relavan baik atas pelaporan
keuangan, operasional, dan kepatuhan atas prosedur yang berlaku yang dilaksankan oleh pihak
manajemen (audit), karena posisinya yang independen dan memiliki kompetisi yang cukup, tidak
perlu terbebani dengan aktivitas yang tidak dia lakukan ( aktivitas yang diaudit )
Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit yang
baik dapat menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan keadaan yang
sebenarnya mengenai besarann untung atau rugi, posisi yang harus diperbaiki, dan yang
mengalami kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut untuk bertindak restropektif,
mempioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan mengestimasi aktivitas strategis.

12
PEMBAHASAN SAP 2

A. STANDAR AUDITING.
Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan berkaitan
dengan tujuan yang hendak di capai dengan menggunakan prosedur yang ada. Standar auditing
atau norma pemeriksaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang ditentukan oleh penguasa sebagai
suatu peraturan atau pedoman untuk mengukur kualitas, nilai, kuantitas, berat atau luas. Dalam
hubungannya dengan auditing maka standar auditing adalah sebagai ukuran mutu professional
(professional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. Bagi masyarakat umum norma atau standar
auditing merupakan jaminan keyakinan kualitas hasil audit yang dilakukan auditor. Standar
auditing dikelompokan kedalam 3 bagian, diantaranya Standar Umum, Standar Pekerja
Lapangan, Standar Pelaporan. Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini
disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Standar auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporang
keuangan.
1. Standar Umum.
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya. Standar umum ini mencakup tiga bagian yaitu :
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dari pendidikan formal ditambah dengan
pengalaman-pengalaman dalam praktik audit dan menjalankan pelatihan teknis yang
cukup. Asisten junior yang baru masuk dalam karir auditing harus memperoleh
pengalaman dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaan
dari atasannya yang lebih berpengalaman. Pelatihan yang dimaksud disini, mencakup
pula pelatihan kesadaran untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam bidang bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari, memahami, dan

13
menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing
yang ditetapkan oleh ikatan Akuntan Indonesia.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.

Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang artinya


seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaanya untuk kepentingan umum.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntansi publik. Untuk menjadi
independen,seorang auditor harus secara intelektual, jujur. Ada tiga aspek independensi:

Independensi senyatanya, auditor tidak memiliki kepentingan ekonomis dalam


perusahaan yang dilihat dari keadaan sebenarnya.
Independensi dalam penampilan, auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian
rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensinya.
Independensi dari keahlian, auditor harus memiliki kecakapan dan mampu
menyelesaikan tugasnya dengan menggunakan segala kemahiran jabatannya
sebagai pemeriksa dengan ahli dan seksama.

Profesi akuntansi publik telah menetapkan dalam kode etik Akuntansi Indonesia,
agar anggota profesi menjaga dirinya dan kehilangan profesi menjaga dirinya dari
kehilangan presepsi independensi diri masyarakat. Independensi secara intrinsik
merupakan masalah pribadi bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk
dapat diuji secara objektif.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor. Selain itu juga
menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan
tersebut. Seorang auditor harus memiliki keterampilan yang umumnya dimiliki oleh
auditor pada umunya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengankecermatan
dan keseksamaan yang wajar. Untuk itu auditor dituntut untuk memiliki skeptisme
profesional dan keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit.

14
B. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga, yaitu:
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Poin ini menjelaskan bahwa, penunjukan auditor independen secara dini akan
memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien. Penunjukan secara dini
memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan
seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian .
Untuk semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian
internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk
memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan
apakah pengendalian internal tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh pemahaman
tersebut, auditor menaksir resiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo
akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Kemudian, auditor dapat mencari pengurangan lebih lanjut resiko pengendalian taksiran
untuk asersi tertentu. Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari
pemahaman atas pengendalian interendan tingkat resiko pengendalian taksiran dalam
menentikan sifat, saat dan luas pengujian substantive untuk asersi laporan keuangan.
c. Bahan Bukti audit kompeten yang cukup dan kompeten.
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi
bukti audit. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesmpulan yang ditarik
oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

15
C. STANDAR PELAPORAN
Standar pelaporan terdiri dari empat item, diantaranya:
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau sesuai dengan SAK
Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan tentang
fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk
menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi tersebut. Prinsip akuntansi berlaku umum atau generally
accepted accounting principles mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang
diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu
dan pada waktu tertentu.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansitersebut dalam periode sebelumnya.
Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar konsistensi menuntut
auditor independen untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding
laporan keuangan. Kurangnya konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat
menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan. Standar ini bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan diantara kedua periode
dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan
mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan
paragraf penjelasan yang disajikan setelah paragraf pendapat.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di
Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal
material, diantaranya bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas
laporan keuangan. Auditor harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-
hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang
diketahuinya pada saat audit. Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya
pengungkapan, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar

16
kepercayaan bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut. Tanpa kepercayaan,
auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangannya.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelasmengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keungan jika ia mengizinkan
namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan
tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu
laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, maka ia juga dianggap
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, meskipun ia tak mencantumkan namanya
dalam laporan tersebut.

D. HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN STANDAR LAINNYA


GAAS dan Pernyataan Standar Audit (PSA)
Kesepuluh standar audit yang berlaku umum (GAAS) masih terlalu umum untuk
memberikan pedoman yang berarti, sehingga auditor menggunakan PSA, yang diterbitkan
Dewan Standar Profesional Publik (DSPAP) sebagai pedoman yang lebih khusus. PSA
menginterpretasikan kesepulih standar audit yang berlaku umum dan merupakan referensi
paling terotorisasi yang tersedia bagi auditor. Pernyataan tersebut memiliki status GAAS dan
sering kali disebut sebagai standar audit atau GAAS, meskipun bukan bagian dari kesepuluh
standar audit yang berlaku umum. Standar audit yang berlaku umum dan PSA dianggap
sebagai literature terotorisasi, dan setiap anggota yang melakukan audit atas laporan
keuangan historis diharuskan mengikuti standar standar ini menurut kode etik IAPI.
DSPAP mengeluarkan pernyataan baru bila timbul permasalahan audit yang cukup penting
hingga layak mendapat interpretasi resmi.

17
GAAS dan Standar Kinerja
Walaupun GAAS dan PSA merupakan pedoman audit yang terotorisasi bagi anggota
profesi, keduanya memberikan lebih sedikit arahan kepada audit ketimbang yang dapat
diasumsikan. Hampir tidak ada prosedur audit spesifikasi yang disyaratkan oleh standar
standar itu, dan tidak ada persyaratan khusus bagi keputusan auditor, seperti menentukan
ukuran sampel, memilih item sampel dari populasi untuk diuji, atau mengevaluasi hasil.
Banyak praktisi yang percaya bahwa standar standar tersebut harus memberikan pedoman
yang didefinisikan secara lebih jelas untuk menentukan jumlah bukti yang harus
dikumpulkan. Spesifikasi semacam itu akan menghilangkan beberapa keputusan audit yang
sulit dan menyediakan garis pertahanan bagi KAP yang dituduh melakukan audit yang tidak
memadai. Akan tetapi, persyaratan yang sangat spesifik dapat mengubah audit menjadi
pengumpulan bukti yang mekanitis tanpa pertimbangan professional. Dari sudut pandang
profesi dan pemakai jasa audit, bahayanya mungkin jauh lebih besar jika pedoman
terotorisasi didefinisikan terlalu spesifik ketimbang terlalu luas.
GAAS dan PSA dipandang oleh para praktisi sebagai standar minimum kinerja dan
bukan sebagai standar maksimum atau yang ideal. Pada saat yang sama, keberadaan standar
audit tidak berarti bahwa auditor harus selalu mengikutinya dengan membabi buta. Jika
auditor percaya bahwa persyaratan standar tidak praktis atau tidak mungkin dilakukan, amak
auditor dibenarkan untuk mengikuti standar alternative. Demikian pula, jika masalahnya
tidak bernilai signifikan, juga tidak perlu mengikuti standar. Akan tetapi, beban untuk
menunjukkan alasan yang membenarkan penyimpanan dari standar itu berada di pundak
auditor.
Apabila menginginkan pedoman yang lebih spesifik, auditor harus melihat sumber
sumber yang kurang terotorisasi, termasuk buku teks, jurnal, dan publikasi teknis. Bahan
bahan yang dipublikasikan oleh IAPI, seperti pedoman audit industry, menyediakan bantuan
untuk menyelesaikan masalah tertentu.

18
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN SAP 1
Auditing adalah proses yang sistematis, yang merupakan rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi dalam memeriksa dasar dasar
pernyataan, mengevaluasinya secara bijaksana, secara independen, untuk menyatakan
pendapatnya mengenai kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang sudah ditetapkan

Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit yang
baik dapat menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan keadaan yang
sebenarnya mengenai besaran untung atau rugi, posisi yang harus diperbaiki, dan yang
mengalami kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut untuk bertindak
restropektif, mempioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan mengestimasi aktivitas
strategis.
Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan yang
berlaku dalam suatu entitas terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi untuk melihat
efektifitas dan efisiensi entitas.

B. KESIMPULAN SAP 2

Dari pembahasan sap 2, yang dapat kita ketahui yaitu Standar auditing berkaitan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai
dengan menggunakan prosedur yang ada. Standar auditing adalah sepuluh standar yang
ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan. Standar auditing dikelompokan kedalam 3
bagian, diantaranya Standar Umum, Standar Pekerja Lapangan, Standar Pelaporan.

19
REFERENSI

Agoes, Sukrisno .2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan ) Oleh Kantor Akuntan

Abdul halim 2001. Auditing 1 : dasar-dasar audit laporan keuangan. Ed.2, Upp-AMP YKPN,
Yogyakarta

Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN

Mulyadi, 2002, Auditing, Buku 1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai