PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelakan mengenai latar belakang masalah, rumusan
sistematika penelitian.
perlindungan dan pendidikan dari orang tuanya atau orang dewasa lainnya
yang ada di sekeliling mereka. Namun sampai saat ini masih banyak anak-
anak yang ditelantarkan atau bahkan dieksploitasi oleh orang tuanya sendiri
untuk turun kejalanan dengan alasan membantu orang tua mengais rekjeki
mempertahankan hidup. Fisik dan jiwa mereka yang masih rentan, secara
terpaksa harus berhadapan dengan dunia yang keras dan kejam, yaitu dunia
jalanan. Padahal anak-anak itu seharusnya diberi ruang yang luas untuk
1
tumbuh dan berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya menuju
atau krisis ekonomi secara makri yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan
tua untuk memenuhi kebutuhan dan hak anak secara wajar. Akibatnya banyak
adalah masalah personal dan interpersonal yang dihadapi anak jalanan yang
emosional yang kokoh, sementara itu anak jalanan harus bergelut dengan
berdampak kuat pada aspek sosial. Dimana labilitas emosi dan mental anak
2
jalanan yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan
pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang
yang lebih luas. Sodomi, pergaulan dengan WTS, kumpul kebo, merupakan
Jakarta ini. Ada dua kekhawatiran anak-anak jalanan terhadap orang baru
yang mendekati mereka. Pertama takut diajak homo, kedua takut dijual.
3
bersedia meladeni nafsu bejat pedofil. Tercatat sejak tahun 1994 anak-anak
Centre for Street Children (JCSC) menduga masih banyak warga asing yang
jalanan. Namun, hingga kini pedofilia baik yang dilakukan oleh warga negara
dari negara dan Pemerintahan Indonesia. Padahal, para korban sangat berisiko
kepuasan seksual baik fisik maupun non fisik. Kekerasan seksual terjadi
terhadap korban.
Kenyataan ini sangat menyedihkan karena semakin banyak saja anak-
anak jalanan yang menjadi korban kekerasan seksual, hal ini dikarenakan
kekerasan.
Hidup di jalan tentu tidak ingin dialami siapa pun, namun itulah
orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan
4
atau kekerasan di rumah, sulit berhubungan dengan keluarga atau tetangga,
terpisah dengan orang tua, maupun sikap yang salah terhadap anak.
Adanya jurang pemisah dan komunikasi yang kurang baik antar orang
tua dan anak juga merupakan awal terjadinya tindak kekerasan di lingkungan
keluarga yang membuat anak memilih berada di jalanan. Selain itu faktor
psikologis seperti belum matangnya emosi anak juga menjadi salah satu
penyebab yang membuat anak-anak turun ke jalanan. Semua itu terjadi karena
ketegangan emosilah yang sering memicu anak lari dari rumah dan memilih
jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (senyuman atau tangisan).
Apabila berfikir tentangemosi anak-anak, beberapa perasaan dramatis
seperti marah, takut, dan suka cita yang meriah seringkali muncul. Tetapi
banyak cara yang berbeda, tetapi satu karakteristik dari hampir semua
klasifikasi ialah apakah emosi itu positif atau negatif. Afektifitas positif
(positive affectivity, PA) mengacu kepada derajat emosi yang positif, dari
tenang, dan menarik diri. Suka cita, kegembiraan, dan tertawa termasuk
5
perasaan yang positif. Afektifitas negatif (negative affectivity, NA) mengacu
tekanan terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua
dan takut, sedangkan mendidik anak yang serba membolehkan (permisif) atau
emosional. Stereotip ini merupakan suatu citra yang kuat dan berakar dalam
kita seharusnya tidak heran bahwa stereotip ini didukung ketika pengalaman-
6
diperlihatkan, gender benar-benar merupakan persoalan dalam memahami
laki dalam emosi lebih cenderung terjadi dalam konteks yang menyoroti
baik bersifat material maupun non material atau manusiawi dan non
manusiawi.
Sehingga tidak dapat dipungkiri kekerasan seksual pada anak jalanan
seksual pada masa anak-anak akan menimbulkan trauma pada diri anak yang
7
bersangkutan. Trauma itu akan menutup diri dan sulit bergaul dengan teman-
suatu saat anak tersebut menjadi pelaku kekerasan seksual atau pemerkosaan
sementara itu 2 juta anak Indonesia juga terpaksa harus bekerja, baik untuk
Tidak satu pun dari anak-anak itu yang menginginkan dirinya menjadi anak
pemerintah, dan keadilan dari masyarakat. Tapi siapa yang mau peduli
terhadap suara dan nasib mereka? Nyaris tidak ada. Konon katanya sesuai
UUD 1945 Pasal 34 fakir Miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Sebuah perjuangan yang hanya sekedar untuk bisa bertahan hidup, tidak lebih
8
B. Rumusan Masalah dan Pokok Bahasan
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
a. Bagaimana latar belakang anak menjadi anak jalanan?
b. Apa faktor penyebab dan bagaimana proses terjadinya kekerasan
2. Pokok Bahasan
Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok bahasan adalah:
a. Anak jalanan
Anak jalanan adalah anak dibawah umur 16 tahun yang sebagian besar
C. Tujuan Penelitian
9
Tujuan penelitian ini adalah:
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
anak-anak jalanan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
digunkan sebagai dasar pemberian bantuan yang tepat dan efektif bagi
E. Sistematika Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai bentuk sistematika penulisan
10
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
sistematika penelitian.
prosedur penelitian.
seksual.
diakhiri dengan perjodohan pola antara temuan empiris dari data kasus
saran pada hasil penelitian, dengan mengacu kepada hasil wawancara dan
observasi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak-anak jalanan
1. Definisi Anak Jalanan
Anak jalanan telah menjadi suatu fenomena yang melambangkan
12
mereka merupakan suatu indikator dari perkembangan ekonomi rendah,
kesenjangan sosial, dan suatu bentuk penyia-nyiaan dari potensi sumber daya
manusia.
Untuk memahami anak jalanan, terlebih dahulu perlu ditelusuri
bahwa anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja
tahun. Rentang usia itu dianggap rawan karena belum mampu berdiri sendiri,
disimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia 6 sampai 18 tahun,
yang bekerja di jalan atau pada persimpangan jalan, baik menjajakan barang
13
Berwatak keras
Kreatif
Semangat hidup yang tinggi
Berani menanggung resiko
Mandiri
Indikator anak-anak jalanan, yaitu :
a. Usia berkisar antara 6 sampai 18 tahun.
b. Intensitas hubungan dengan keluarga :
1) Masih berhubungan secara teratur minimal bertemu skali setiap
hari.
2) Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat kurang.
3) Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga.
c. Waktu yang dihabiskan di jalanan lebih dari 4 jam setiap hari.
d. Tempat tinggal :
1) Tinggal bersama orang tua
2) Tinggal berkelompok dengan teman-temannya
3) Tidak mempunyai tempat tinggal
e. Tempat anak jalanan sering dijumpai :
1) Pasar
2) Terminal bus
3) Stasiun kereta api
4) Taman-taman kota
5) Daerah lokalisasi WTS
6) Perempatan jalan atau jalan raya
7) Pusat perbelanjaan atau mall
8) Kendaraan umum (pengamen)
9) Tempat pembuangan sampah
14
2) Modal kelompok
3) Modal majikan atau patron
4) Stimulan atau bantuan
h. Permasalahan :
1) Korban eksploitasi seks
2) Rawan kecelakaan lalu-lintas
3) Ditangkap petugas
4) Konflik dengan anak lain
5) Terlibat tindakan kriminal
6) Ditolak masyarakat lingkungannya
i. Kebutuhan anak jalanan :
1) Aman dalam keluarga
2) Kasih sayang
3) Bantuan usaha
4) Pendidikan
5) Bimbingan keterampilan
6) Gizi dan kesehatan
7) Hubungan harmonis dengan orang tua, keluarga dan masyarakat
Secara umum ada tiga tingkatan sebab-sebab masalah anak jalanan yakni :
a. Tingkat mikro (immediate causes), yakni faktor yang berhubungan
masyarakat.
c. Tingkat makro (basic causes), yakni faktor yang berhubungan dengan
struktur makro.
Pada tingkatan mikro, sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan
15
tetangga, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak
kriminal.
Pada tingkat makro atau struktur masyarakat, sebab yang dapat
diidentifikasi adalah :
a. Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang
mendorong urbanisasi.
b. Pendidikan, adanya biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang
1999) :
a. Anak-anak yang hidup atau tinggal di jalanan (Children of the street)
Anak-anak ini biasanya tidak lagi berhubungan dengan orang tuanya,
16
dan umumnya berasal dari keluarga yang mengalami kekerasan,
street children)
d. Anak dalan kategori ini biasanya masih bersekolah (walaupun ada
koran.
B. Kekerasan Seksual
1. Definisi Kekerasan seksual
Menurut Laela Alganis (2009:12) kekerasan seksual adalah berbagai
17
kekerasan yang terjadi karena adanya unsur kehendak seksual yang
tindakan membujuk atau tindakan lain yang mengakali korban, serta dapat
rentang yang sangat bervariasi mulai dari bentuknya sampai modus operandi
18
berkonotasi seksual dan lain-lain yang tidak senonoh seperti
rape), dapat dilakukan oleh orang yang dikenal atau tidak dikenal.
19
d. Korban perkosaan dapat menimpa anak-anak, remaja, orang dewasa,
karena cinta ditolak atau putus hubungan asmaranya, seorang lelaki tega
Misalnya, saat malam telah larut ada seorang wanita yang berjalan sendirian
dan apalagi bila jumlah laki-laki di tempat itu ada beberapa orang, akan
dilalui orang, sawah, ladang atau bahkan hutan kecil tempat orang memilih
dengan mudah pula melarikan diri bila terjadi sesuatu, misalnya di kejar
masa.
c. Daerah konflik
20
Kekerasan dan perkosaan yang terjadi biasanya dilakukan oleh musuh atau
teman, pacar, atau orang asing yang menyamar sebagai tamu. Motifnya juga
kandung maupun tiri, kakek, sepupu, atau bahkan saudara laki-laki. Hal itu
terjadi karena kondisi rumah yang memang sempit sehingga tidur tidak
yang ekonominya sulit, hal itu sering terjadi. Apalagi bekal agama yang
biasanya kantor telah sepi, karena masih pagi atau bisa juga karena lembur di
malam hari. Cara- cara yang digunakan biasanya juga berupa ancaman atau
intimidasi halus.
f. Di kendaraan umum
Perkosaan di kendaraan umum relatif lebih sedikit terjadi karena adanya
orang lain disana, biasanya yang terjadi di tempat ini adalah pelecehan
21
Tempat-tempat umum yang sering digunakan oleh pelaku adalah penginapan,
baik berupa hotel, motel atau bahkan losmen. Beberapa kasus yang pernah
psikologis :
Dampak fisik
Menurut Sampurna (Maharani, 2005:45), kekerasan seksual memiliki
dampak jangka pendek dan jangka panjang pada korban. Dampak jangka
pendek berupa cedera fisik seperti luka-luka, memar, patah tulang, kehilangan
fungsi alat tubuh seperti rusaknya alat reproduksi seksual atau keguguran.
jangka pendek berupa gejala sisa dibidang kesehatan dan psikologis seperti
pada dirinya.
Para korban pelecehan seksual, pada umumnya merasa marah dan
itu terjadi. Selain itu juga berkembang perasaan helplessness, sebab korban
22
Para korban perkosaan, pada dasamya memiliki dampak yang sama
lebih berat. Korban sering merasa jijik dengan dirinya sendiri dan timbul rasa
tidak percaya kepada orang lain, dimana ia memiliki anggapan bahwa orang
sebagian korban yang mengalami perubahan pada perilaku seksual. Ada yang
menolak hubungan seksual, dan ada juga yang mencari hubungan seksual
pada setiap orang yang menjalin intimidasi dengannya, hal ini antara lain
antara untuk melihat apakah dirinya masih bisa menikmati seks sebagai
C. Perkembangan Emosi
1. Definisi Emosi
Menurut Santrock (2002:205) emosi adalah sebagai perasaan atau afeksi
yang cepat) dan perilaku yang tampak (senyuman atau tangisan). Sedangkan
kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang
disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang, takut,
23
Mendefinisikan emosi tenyata sangat sulit karena tidak mudah
mengetahui kapan seorang anak atau seorang dewasa berada di dalam suatu
keadaan emosional. Tubuh dan wajah memainkan peran yang penting dalam
seberapa penting kedua hal itu dalam menentukan apakah seseorang berada di
dalam suatu keadaan emosional. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang
disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik
Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa anak-anak awal
sekali.
b. Belajar dengan cara meniru (learning by imitation)
Belajar dengan cara meniru sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan
emosi tertentu pada orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan
24
menirukan, yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan
membangkitkan emosi orang yang ditiru. Metode ini berbeda dari metode
menirukan dalam dua segi. Pertama, anak hanya menirukan orang yang
mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil
suka.
e. Pelatihan (training)
Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan terbatas pada
aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima
apabila memungkinkan.
25
3. Ciri Khas Emosi Anak
Karena pengaruh faktor pematangan dan faktor belajar terhadap
seringkali sangat berbeda dari emosi anak yang lebih tua atau orang dewasa.
Berikut ini adalah ciri khas emosi anak menurut Harlock (1978:216) :
a. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius. Anak praremaja bahkan bereaksi dengan emosi
yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya sepele bagi orang dewasa.
b. Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan mereka
atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan
dan rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
26
berlari ke luar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya
khas di dalam pola perkembangan yang normal. Pada anak-anak yang lebih
tua, rasa takut terpusat pada bahaya yang fantastis, adikodrati (supernatural),
mereka takut gagal, takut dicemooh, dan takut "berbeda dari anak-anak
lain.
b. Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering
27
berjumpa. Anak-anak yang lebih tua menunjukkan rasa malu dengan muka
diri. Perasaan ini biasanya tidak akan muncul sebelum anak berusia lima
berbahaya yang mungkin akan meningkat. Hal ini tidak akan terjadi sampai
Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung
meningkat pada masa anak-anak, terutama dari kelas empat sampai kelas
anak - anak jika dibandingkan dengan rasa takut. Pada anak-anak mereka
28
dipersalahkan, digoda, "digurui", dan diperbandingkan secara tidak
Mereka juga marah jika mereka atau teman mereka ditegur atau dihukum
secara tidak adil atau jika mereka diremehkan, dilalaikan, atau dicemooh
anak lainnya.
g. Rasa Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang
cemburu pada anak kecil bersifat langsung dan agresif sedangkan pada anak
yang lebih besar reaksinya lebih beraneka macam dan tidak langsung,
meskipun terkadang timbal sikap agresif Ada dua puncak frekuensi, pertama
pada usia 3 tahun dan kedua adalah menjelang puber, yaitu pada usia 11
tahun.
h. Dukacita
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang
disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam keadaan yang lebih
ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. Ekspresi yang
ditandai oleh hilangnya selera makan, sukar tidur, mimpi buruk, dan
29
termasuk diri mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui tubuh mereka, apa
yang ada di dalam tubuh mereka seperti di mana letak perut, jantung, paru-
paru dan sebagainya. Anak-anak juga ingin tahu tentang manusia dan
emosi yang menyenangkan pada umur yang lebih muda masih tetap
fisik yang sehat, permainan-permainan kata, dan suara yang datangnya tiba-
tiba tetap mampu menimbulkan senyum dan tawa. Perasaan gembira ini
tentu saja muncul ketika anak merasa senang dengan sesuatu. Hal ini juga
dapat terjadi ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya atau ketika anak
umum dari kegembiraan pada anak yang lebih tua adalah keberhasilan
mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri.
k. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang, atau
benda. Hal ini menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud
suka kepada orang yang menyukai mereka dan anak-anak bersikap "ramah-
tamah" terhadap orang itu. Agar menjadi emosi yang menyenangkan dan
30
dapat menunjang penyesuaian yang baik, kasih sayang harus berbalas.
Rasa takut, malu, canggung, khawatir, cemas, rasa marah, rasa cemburu dan
sosial
4) Sering bertengkar namun tidak berlangsung lama
5) Pada 6 tahun, sering terjadi perubahan emosi dan anak tampak
31
2) Kekhawatiran bahwa sekolah mungkin terlalu keras
3) Awal empati, melihat melalui sudut pandang orang lain
4) Rasa humor yang diungkapkan melalui teka teki dan lelucon praktis
5) Membedakan antara yang baik dan buruk, tetapi masih belum matang
6) Sensitif
7) Adanya rasa memiliki dan menjaga (membuat koleksi)
D. Kerangka Berfikir
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seringnya anak jalanan berada
dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang yang dikenal anak jalanan
kekerasan oleh pelaku dan tidak diinginkan oleo korban. Namun kekerasan
32
tindakan membujuk atau tindakan lain yang mengakali korban, serta dapat
emosi anak negatif, maka anak cenderung memiliki banyak masalah dan anak
akan merasa malu, takut, cemas, khawatir yang berlebihan terhadap orang
disekitamya dan biasanya anak ini akan menarik diri dari lingkungannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang dirasakan individu mengenai topik yang diangkat. Berikut ini akan
33
penentuan sampel, tehnik pengumpulan data, teknik analisis data, kredibilitas
yang diteliti.
Pada pendekatan kualitatif ini yang digunakan adalah metode studi kasus,
dimana peneliti mempelajari dan meneliti suatu masalah. Metode studi kasus
peristiwa yang relevan tidak dapat dimanipulasi. Oleh karena itu, studi kasus
ini mendasarkan diri Pada teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang
ada pada strategi historis, tetapi dengan menambah dua sumber bukti yaitu
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian
lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan
34
dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan, peneliti menganalisis data
yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya menurut
unit analisis.
4. Desain multi kasus terpancang, jika berdasarkan multi kasus dengan
multi analisis.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendapatkan gambaran yang luas
dan utuh mengenai bagaimana latar belakang anak-anak bisa menjadi anak
seksual.
B. Prosedur Penentuan Sampel
1. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Patton (Kristi Poerwandari, 2005:97) pengambilan sampel pada
35
Teknik sampling atau pengambilan responden dalam penelitian ini adalah
sampel. Karena tujuan dari pengambilan sampel ini adalah untuk merinci
yang besar.
2. Karakteristik Subyek Penelitian
Prosedur penentuan subjek dalam penelitian kualitatif menurut
anak jalanan usia sekolah atau anak yang berada pada masa pertengahan
Pertengahan dan Akbir Anak-anak (midddle and late child), ialah periode
36
kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini kadang-
dan sebagainya).
c. Subyek bekerja atau hidup di jalanan.
atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bukanlah
penelitian.
Patton (Kristi Poerwandari, 2005:127-128) tiga pendekatan dasar dalam
37
menyadari sedang diwawancarai. Dengan kata lain dapat dijabarkan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman ini bersifat fleksibel dan
38
2. Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti "melihat" dan
Poerwandari, 2005:116).
Patton (Kristi Poerwandari, 2005:117) menegaskan bahwa observasi
tingkah laku atau ekspresi dari subyek penelitian sebelum dan sesudah
wawancara dilakukan.
Kristi Poerwandari (2005:118) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif
mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus
akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai catatan panjang
lebar yang tidak relevan. Data dari hasil observasi menjadi penting karena
dalam wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi partisipan atau
39
peneliti untuk menjaring informasi dalam keadaan yang sebenamya dengan
lebih mendalam dibandingkan jika dilakukan secara non partisipan atau tidak
anak-anak jalanan.
Hal ini akan diamati dalam penelitian ini diantaranya :
a. Gambaran fisik subyek
b. Perilaku subyek saat wawancara
c. Cara berbicara
d. Ekspresi emosi
e. Ekspresi wajah dan sikap tubuh subyek selama di jalanan
f. Sikap subyek selama di jalan dan ketika berinteraksi dengan orang lain
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada. Teknik triangulasi
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
40
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
berkaitan.
Dalam hal ini, bukan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran
analis lainnya.
Triangulasi dengan teori berangkat dari anggapan bahwa, fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Kemudian hal itu dapat dilaksanakan dengan cara, penjelasan banding (rival
cara induktif dan cara logika. Secara, induktif dilakukan dengan menyertakan
41
mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya. Secara logika
suatu penelitian.
Berdasarkan definisi tersebut, menurut Lexy J. Moleong (2004:190), hal
yang ada, baik berupa tulisan, wawancara ataupun dokumen lainnya. Setelah
diperoleh secara empirik dengan teori yang telah ada (Robert K Yin,
menguatkan validitas data yang ada. Dan tahap terakhir yang dilakukan
42
adalah menafsirkan data yang telah dianalisis hingga melahirkan suatu hasil
atau kesimpulan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis dengan cars sebagai berikut:
a. Mengubah hasil wawancara dan bentuk rekaman suara menjadi bentuk
bahasan
e. Membuat bagan berdasarkan data-data yang diperoleh
f. Menarik kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang didapat
E. Kredibilitas Penelitian
Dalam penelitian kualitatif hal yang sering dipertanyakan adalah sejauh
sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda untuk memperoleh kejelasan
data dari sumber berbeda, dengan teknik pengumpulan yang berbeda, kita
43
akan menguatkan derajat manfaat studi pada, setting-setting berbeda pula. Hal
akan sebisa mungkin untuk mengambil data pada kondisi alamiah responden,
sebenamya atau apa adanya. Sehingga kondisi yang nantinya di temui akan
penelitian dan menjadi daftar terhadap semua aspek yang telah ditentukan.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi berisi hal-hal yang harus peneliti amati pada setiap
44
berfungsi sebagai pengecek apakah hat-hal yang harus diobservasi telah
2. Alat Perekam
Alat perekam yang digunakan adalah tape recorder bertujuan agar dapat
merekam seluruh jawaban yang diberikan sehingga tidak ada data yang
kekurangan yang bisa dilakukan oleh subyek ataupun peneliti sehingga bila
4. Foto
Foto akhir-akhir ini banyak digunakan pada penelitian karena
induktif Dalam penelitian ini, foto akan diambil oleh peneliti sendiri dan
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan perizinan
terutama dari anak-anak jalanan yang akan dijadikan sampel penelitian. Perlu
menjalin kontak yang baik dengan subyek penelitian. Persiapan lainnya yang
tape recorder, kamera, dan buku catatan. Persiapan ini penulis lakukan
45
dengan baik, sehingga waktu pelaksanaan pengumpulan data tidak ada
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengumpulan data adalah tahapan yang sangat
kepercayaan dengan subyek penelitian adalah hal yang harus dilakukam Hal
pengalamannya.
Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan gambaran yang
lebih terperinci serta mendalam maka penulis tidak hanya mengambil data
dari subyek yang bersangkutan tetapi juga dari anggota keluarganya yang
lebih awal
b. Menemui subyek dan melakukan pembicaraan ringan untuk membangun
apabila diperlukan
46
3. Tahap Pengolahan Data
Dua orang telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisa dan
data mentah yaitu dengan penulisan kembali hasil observasi dan wawancara.
Lalu dilakukan analisa data untuk memilih mana yang terpakai sesuai dengan
penelitian.
BAB IV
Dalam bab ini akan diuraikan hasil observasi, wawancara, dan data-data yang
subyek, maka nama-nama yang digunakan pada setiap kasus berupa inisial saja.
Untuk mempermudah dan memperjelas setiap kasus, maka ketiga kasus
47
Nama :N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal Lahir : Bekasi, 10 November 2000
Urutan Kelahiran : Anak ke 2 dari 3 bersaudara
Alamat : Bekasi
Suku / Agama : Sunda / Islam
Pedidikan Sekarang : SD
Pekerjaan di jalanan : Pengamen
Nama Ayah :E
Pendidikan : SMP
Pekedaan : Pedangan Asongan
Suku / Agama : Sunda / Islam
Alamat : Bekasi
Nama Ibu :D
Pendidikan : SMA
Pekedaan : Kuli Nyuci
Suku / Agama : Sunda / Islam
Alamat : Bekasi
2. Pelaksanann Wawancara
Hari / Tanggal : Selasa, 26 juni 2012
Waktu : Pukul 16.30 s/d 19.00 WIB
Tempat : Rumah Makan Cepat Saji
3. Status Present
Subyek adalah seorang anak perempuan yang berusia 9 tahun. Memiliki
postur tubuh dengan tinggi sekitar 125 cm, dan berat sekitar 25 kg. N berkulit
sawo matang, berambut hitam pendek sebahu, selain itu N juga memiliki mata
yang bulat, berbulu mata lentik dengan bentuk wajah yang oval.
Saat pertama kali peneliti bertemu dengan N untuk mengadakan wawancara
yaitu pada hari Selasa, 26 juni 2012, N mengenakan baju kaus berwarna hijau
lengan panjang bermotif garis-garis dan celana pendek berwama hitam merah. N
membawa tas kecil berwama merah muds bergambar barbie yang sudah agak
48
curiga dan canggung terhadap peneliti. Namun setelah peneliti memberitahu
maksud dan tujuan peneliti, N bersedia membantu untuk berbagi cerita tentang
mengamen di jalanan karena N ingin membantu kedua orang tuanya dan untuk
menabung jika N ingin membelikan ibunya kado jika ibunya melahirkan kembali,
begitu orang tua N tetap memberi semangat dan dukungan untuk N agar terus
belajar.
5. Hasil Observasi
a. Observasi Secara Umum
N bersikap sangat kooperatif, santai dan terbuka dalam menceritakan
yang pemah menimpanya. Hal ini terlihat dari volume suara N yang tiba-tiba
mengecil saat menjawab pertanyaan peneliti mengenai kasus tersebut, selain itu N
49
sempat terlihat gugup dan terdiam seperti ingin menangis. Sehingga peneliti
berusaha menenangkan N agar tidak perlu takut ataupun malu. Setelah agak
dengan sikap jujur dan terbuka, sehingga peneliti tidak mempunyai kesulitan
merasa terpukul dan tidak mau bertemu siapa-siapa. Namun kini N sudah dapat
menjalani hari-harinya seperti sedia kala meskipun jika merasa sendiri perasaan
diajukan oleh peneliti, namun ada beberapa pertanyaan yang tidak N mengerti,
peneliti karena telah diajak makan. Peneliti pun mengucapkan terima kasih karena
50
Salah satu kerabat yang peneliti temui adalah ibu N, yaitu D. Ibu N
sebelumnya, ibu N sempat terkejut saat melihat peneliti datang. Tetapi dengan
sangat ramah dan sedikit sungkan ibu N mempersilahkan peneliti untuk masuk ke
dalam rumahnya yang terbilang kecil dan cukup berantakan karena memiliki bayi
kecil.
Pada saat pertama kali bertemu, ibu N mengenakan baju kaus. berwama biru
tua serta mengenakan celana pendek coklat. Peneliti kembali menjelaskan maksud
kedatangannya untuk menemui ibu N. lbu N terlihat mengerti dan bersedia untuk
penulis untuk mengkonfirmasi kebenaran cerita yang telah dialami oleh putrinya,
karena ibu N mengetahui tentang kejadian yang menimpa anaknya tersebut. Pada
saat penulis menanyakan kebenaran kejadian itu, ibu N membenarkan semua yang
N ceritakan dan beliau sempat menangis karena mengingat kembali kejadian yang
6. Hasil Wawancara
N adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan berusia 9 tahun. N lahir di
Bekasi, namun orang tua N berasal dari Cisarua, Jawa Barat. N mempunyai cita-
membantu ibunya seperti mencuci piring dan menjaga adiknya yang masih bayi.
N mulai bekerja di jalanan sejak kelas 1 SD tepatnya hampir tiga tahun yang lalu.
51
N mulai mengamen dari jam dua Siang sampai jam delapan malam, hal ini
dikarenakan N harus bersekolah pada pagi harinya. Namun hari minggu N dapat
mulai bekerja di jalanan pada pagi hari. N biasanya mengamen di angkutan umum
K O1 dari depan stasiun Bekasi, K 10, K 07, atau di lampu merah seperti lampu
dua puluh lima ribu rupiah. Uang itu N gunakan sebagian untuk membantu orang
tuanya dan sebagiannya lagi N tabung untuk membelikan ibunya kado jika ibunya
saja, karena ayah dan ibu N menyayangi N, karena itu sebenamya mereka
melarang dan menasehati agar N belajar saja di rumah dari pada mengamen di
jalanan. Orang tua N juga memberi batasan pads N agar tidak pulang larut malam,
paling malam jam delapan sampai jam sembilan malam. Lingkungan tetangga di
tempat tinggal N juga baik. Mereka perhatian terhadap N, mereka juga menasehati
bekerja.
Saat ini N masih bersekolah kelas 4 SD di SD dekat rumahnya. N tidak
52
Selain itu N termasuk anak yang pintar karena N selalu masuk sepuluh besar di
sekolah menjadi menurun, meski begitu orang tua N terus memberi semangat dan
di jalanan untuk mengamen justru hal tersebut yang menimbulkan masalah bagi N
Malam itu N sedang berjalan sendiri di dalam stasiun Bekasi. N merasa tenang-
tenang saja saat itu tidak ada perasaan khawatir sedikitpun, khususnya ketika
melewati pangkalan koasi yang ada di dalam stasiun tersebut. Sebab bukan sekali
ini saja N menelusuri jalanan itu. Namun pada hari itu sekitar jam 22.30 atau
23.30 N mengamen sampai malam, karena saat itu N sedang liburan sekolah dan
suasana di tempat itu terlihat sepi dan gelap hanya ada beberapa angkutan umum
di sana.
Ketika N diperkosa, saat itu N berusia sekitar 7 sampai 8 tahun. N
53
tersebut. Saat itu N berniat untuk pulang ke rumah. Namun ketika N melewati
pangkalan angkutan itu ada seseorang yang memangilnya. Orang itu adalah supir
angkutan umum yang sedang mengetem malam itu. Supir itu meminta N untuk
menolaknya dan mengatakan akan pulang ke rumah. Namun, supir itu terus saja
membujuknya. Karena sudah tidak sabar lagi, supir itu langsung menarik N dan
supir tersebut semakin menjadi dan bahkan mengancam akan memukul N jika N
tidak diam dan mengikuti perintahnya. Karena takut N hanya bisa terdiam dan
Karena itu, N hanya bisa menangis menghadapi kejadian tersebut dan tidak ada
seorang pun yang menolongnya saat itu. Setelah supir itu puas menyalurkan nafsu
N begitu saja yang masih tergolek lemah tidak berdaya dengan memberikan uang
enak pada alat kelaminnya. N merasa terpukul dan malu kepada teman-temannya,
takut kepada orang tuanya. N juga merasa takut terhadap orang-orang yang tidak
umum itu lagi. Kedua orang tua N awalnya tidak mengetahui peristiwa perkosaan
yang N alami. Hal itu dikarenakan N merasa takut dimarahi jika orang tuanya
karena orang tua N curiga dengan perubahan sikap N yang menjadi pemurung.
Selain itu N yang selalu mengeluh sakit saat buang air kecil. Saat mendengar
54
cerita N, orang tua N sangat shock mengetahui kejadian yang terjadi pada anaknya
tersebut Ayah N sangat marah terhadap supir angkot tersebut, bahkan ayah N
terminal, tetapi orang tersebut tidak ditemukan. Orang tua N hanya bisa pasrah
dan ibunya hanya bisa menangis. Orang tua N sempat melarang N mengamen
melupakan kejadian tersebut. Selain itu orang tua N juga menasehati agar lebih
sendiri lagi atau berpisah dengan teman-temannya di jalan jika N tetap ingin
sesama anak jalanan. Tetapi sikap teman N tidak berubah, bahkan mereka
menghibur N dan menjaga N ketika di jalan sehingga N tidak merasa sendiri dan
lebih kuat dan dengan cepat melupakan peristiwa yang merenggut masa kanak-
pemerkosaan tersebut, N mengatakan bahwa saat ini N merasa biasa saja dengan
dirinya tidak ada yang berubah. Mungkin karena N masih terlalu kecil saat
55
N mengatakan bahwa N memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapat di
dukungan dan semangat kedua orang tua juga teman-temannya yang tidak pernah
putus. Tetapi orang tua N terus meminta untuk tetap selalu waspada jika ada orang
baru yang tidak N kenal mendekatinya. Bila ada yang menasehati, N senang-
senang saja tidak keberatan ataupun marah, begitu pula jika ada orang yang
memberinya pujian.
Pada saat peneliti bertanya mengenai perasaan yang dirasakan oleh N, N
menjawab bahwa terkadang N merasa takut dan malu jika mengingat kejadian
tersebut N juga terkadang merasa khawatir jika jalan sendiri atau terpisah dengan
sendiri. N tidak pemah merasa marah atau cemburu terhadap suatu hal sekalipun
bila orang tuanya N lebih memperhatikan adik bayinya. N merasa, senang jika N
mendapatkan nilai yang bagus, mendapat duit banyak, dan dapat membahagiakan
kedua orang tuanya. N juga selalu ingin tahu jika ada temannya yang tertangkap
Pelaksanaan Wawancara
56
Iter : Selamat sore ade... maaf ya kakak minta waktunya sebentar...
Itee : lya kak, ngga pa pa koq...
Iter : Kakak mau tanya seputar kejadian kekerasan seksual yang waktu itu pernah
Cisarua.
Iter : Masih sekolah?
Itee : Masih sekolah, kelas 4 di SD X.
Iter : Cita-citanya mau jadi apa?
Itee : Mau jadi dokter.
Iter : Bagus dong...
Itee : Iyaa... (sambil tersenyum)
Iter : Kegiatannya apa aja selain di jalanan?
Itee : Eemm... Kegiatannya selain di jalanan sekolah abis itu bantuin mama,
sekarang udah gak boleh pulang malem-malem lagi sama mama sama bapak.
Iter : Jadi ngamennya pulang sekolah?
Itee : Iya pulang sekolah.
Iter : Belajarnya gimana kalo ada PR?
Itee : Kalo ada PR dikerjain dulu abis itu baru ngamen, kan kalo udah balik
57
Iter : Emang kenapa kalo ngamen?
Itee : Jadi kalo misalnya ada temennya yang ketangkep kantib misalnyakan nyari
jadi nanti kalo mama lahiran lagi mau ngasi kado ke mama.
Iter : Penghasilannya perhari dapet berapa?
Itee : Kadang-kadang dapet 20 kadang 25.
Iter : Ade tinggal sama siapa?
Itee : Tinggal sama Mama.
Iter : Sama orang tua?
Itee : Iya... sama orang tua.
Iter : Hubungan sama orang tuanya gimana?
Itee : Baik-baik aja.
Iter : Pernah dipukulin gak?
Itee : Nggak, gak pernah dipukulin.
Iter : Mama sama Bapak sayang yah?
Itee : Iya sayang jadi gak pernah mukulin.
Iter : Kalo misalnya ade salah, dikasih taunya gimana?
Itee : Dikasih taunya kalo salah "udah... (apa yah) emm... udah jangan begitu..."
Iter : Dinasehatin maksudnya?
Itee : Iya dinasehatin...
Iter : Mama sama Bapak gimana ngeliat ade jadi pengamen?
Itee : Biasa aja...
Iter : Gak marah?
Itee : Nggak...
Iter : Kalau hubungan sama saudara-saudara gimana?
Itee : Baik-baik aja...
Iter : Kalau lingkungan rumahnya gimana? Pandangan tetangga gitu?
Itee : Baik-baik aja...
Iter : Ada yang ngelarang gak jadi anak jalanan?
Itee : Ada...
Iter : Siapa?
Itee : Tetangga...
Iter : Tetangga? Apa katanya?
Itee : Emm... itu N jangan ngamen aja, lulus sekolah dulu baru kerja".
Iter : Ooo lulus sekolah baru kerja. Kalo orang tua ngelarang gak?
Itee : Ngelarang...
Iter : Apa katanya?
Itee : Udah N itu aja di rumah belajar, jangan ngamen"
58
Iter : Jangan ngamen di rumah aja...
Itee : Iyaa...
Iter : Dapet rengking gak di sekolah?
Itee : Dulu dapet rengking kadang-kadang rengking 8, kadang-kadang rengking
10.
Iter : Dulu? Emang kalo sekarang kenapa?
Itee : Kalo sekarang udah gak pemah lagi.
Iter : Kenapa?
Itee : Iya gak tau dari kelas 3 udah gak pernah dapet rengking lagi. Nilainya turun.
Iter : Loh koq bisa, diomelin gak sama orang tua?
Itee : Nggak tau... nggak, tapi dikasih tau terus biar rajin belajar sama mama sama
bapak.
Iter : Orang tuanya kerja?
Itee : Kerja...
Iter : Mamanya kerja apa?
Itee : Mama kuli nyuci.
Iter : Di mana?
Itee : Di... misalnya ada di... Proyek, di rumah misalnya ada cucian kotor di cuci.
Iter : Udah punya langganan yah?
Itee : Iya, ada langganan...
Iter : Kalo bapak?
Itee : Bapak jualan asongan.
Iter : Misalnya kerja ada yang ngebatesin gak?
Itee : Ada...
Iter : Siapa?
Itee : Mama...
Iter : Apa?
Itee : Katanya pulangnya jangan malem-malem batesnya paling sampe jam 8,
lampu merah Kranji, kadang lampu merah Grand Mall mau-maunya aja, kalo
59
Iter : Kalau di jalan suasananya gimana setiap harinya?
Itee : Baik-baik aja..
Iter : Suka kasih setoran gak sama orang?
Itee : Enggak...
Iter : Pernah ngalamin kekerasan seksual di rumah?
Itee : Di rumah nggak pernah...
Iter : Waktu kejadian "diperkosa" waktu itu ade lagi ngapain?
Itee : Kan ceritanya kan waktu itu udah malem, terus mau pulang terus lewat
stasiun gitu.
Iter : Stasiun mana?
Itee : Stasiun Bekasi...
Iter : Sama siapa waktu itu?
Itee : Sendirian, kan kepisah sama temen-temen.
Iter : Jam berapa memangnya ade lewat stasiun itu?
Itee : Lupa, tapi udah malem tau setengah sebelas apa setengah dua belas. Emang
udah malem banget ka, cuma biasanya gak papa. Lagian waktu itu libur,
kenal... kan mau pulang udah malem, tapi orangnya manggil-manggil terus...
angkotnya. Saya gak mau, saya teriak -teriak tapi gak ada yang dateng, saya
takut banget, pengen lari tapi tangannya dipegangin, terus teriak-teriak minta
60
dipukul kalo berisik, saya nangis aja, bingung mau diapain... udah gitu terus
duit 10 ribu...
Iter : Apa yang kamu rasain setelah kejadian itu?
Itee : Abiz digituin kalo pipis suka sakit... itunya jadi perih ...terus malu kalo
ketemu temen, takut gak ditemenin lagi terus diledekin. Makanya jadi diem di
rumah aja gak mau kemana-mana... Terus dulu kalo ketemu orang yang gak
dikenal apalagi cowo takut, takut diapa-apain lagi... makanya gak berani
sendiri... Saya jugs takut kak, lewat pangkalan koasi disitu lagi.
Iter : Masih ada perasaan itu sampai saat ini?
Itee : Nggak, tapi kadang kalo lagi inget suka.
Iter : Suka inget emang?
Itee : Jarang, kalo inget maen aja lama temen-temen terus lupa deh.
Iter : Terus gimana kamu mandang diri kamu setelah kejadian itu?
Itee : Biasa aja...
Iter : Orang tua tau sama kejadian ini?
Itee : Tadinya enggak, saya takut, takut dimarahin...
Iter : Terus?
Itee : Iya mama nanya-nanya mulu, katanya kenapa koq jadi suka diem di rumah,
gak mau maen lagi, gak mau ngamen, suka nangis. Terus mama juga curiga
soalnya kalo pipis waktu itu suka kesakitan, jadinya nanya-nanya mulu.
Itee : Dan kamu cerita akhirnya? Reaksi orang tua gimana?
Iter : Cerita, terus mama nangis-nangis. Mama teriak-teriak manggil bapak terus
61
kemana-mana. Ke stasiun, terminal tapi gak ketemu-ketemu jadinya
mamanya nangis-nagis.
Iter : Sikap orang tua setelah kamu cerita tentang kejadian itu gimana?
Itee : Dilarang ngamen, suruh di rumah aja belajar, sekolah, kata mama... Enggak
dimarahin, malah disuruh jangan sedih, terus disuruh maen sama temen-
kamu, bebas gak bilang sama orang tua kalo kamu gak suka atau sebaliknya
62
Itee : Kadang-kadang takut kalo inget pernah digituin... iya malu, tapikan gak
inget-inget lagi. Kalo jalan sendirian juga suka takut, iya khawatirjuga.
Iter : Suka marah atau cemburu gak?
Itee : Nggak...
Iter : Kalo mama lebih sayang sama adik bayi gak cemburu?
Itee : Gak pa-pa koq.
Iter : Kalo ngerasa sengeng tu lagi ngapain?
Itee : Kalo dapet nilai bagus, terus dapet duit banyak, sama nyenening orang tua.
Iter : Suka merasa ingin tahu gak?
Itee : Iya kalo ada temen yang ketangkep kantib nyari tau siapa-siapa aja.
Iter : Suka bercanda gak sama temen-temen?
Itee : Suka.
Iter : Temen di jalan apa di sekolah?
Itee : dua-duanya.
63