Pembangunan sebuah kota, seperti yang kita pahami, terdiri dari berbagai aspek. Salah satu
aspeknya adalah aspek sosial. Aspek sosial itu sendiri bukan merupakan hal yang sederhana dan
senantiasa berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Indonesia, sebagai sebuah negara
berkembang, belum melaksanakan pembangunan sosial secara efektif untuk meningkatkan kesadaran
dan kapabilitas masyarakat dalam mencapai cita-cita pembangunan, karena tanggung jawab
pembangunan bukan semata-mata milik pemerintah, namun seluruh warga negara. Pembangunan
sosial dilakukan untuk membangun dan memperbaiki berbagai faktor yang menyokong kelangsungan
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, hiburan, dan sebagainya. Dengan dilakukannya
pembangunan sosial, masyarakat diharapkan bukan hanya memperoleh kualitas hidup yang lebih
baik, namun juga bisa mendukung pembangunan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah.
Pembangunan infrastruktur dan ekonomi selalu menjadi agenda utama setiap pemerintahan daerah,
tanpa menyadari bahwa pembangunan sosial juga sama penting dengan pembangunan di bidang-
bidang lainnya. Bogor, sebagai bagian dari Republik Indonesia, juga bertanggung jawab atas
pembangunan sosial yang terjadi pada masyarakatnya. Bogor, dalam pembangunan yang kini tengah
berjalan, juga melaksanakan pembangunan sosial bersama-sama dengan berjalannya pembangunan
di bidang lainnya meskipun bukan menjadi prioritas utama. Kali ini saya ingin membahas mengenai
pembangunan sosial yang menjadi bagian dari perjuangan Bogor mencapai status Kota Cerdas.
Kependudukan Bogor, sebagai kota penyangga ibukota, mengalami masalah serius dalam bidang
kependudukan. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta menjadikan Bogor sebagai pilihan tempat
tinggal bagi para pekerja selain Bekasi dan Depok. Menurut Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA)
2014 Kota Bogor, kepadatan kota tahun 2013 yaitu 8549 jiwa/km2, dan data ini mencerminkan
masalah serius dan bisa menjadi pemicu berbagai jenis masalah lainnya apabila tidak diantisipasi
secara baik. Salah satu masalah besar yang sudah terjadi yang disebabkan oleh kepadatan penduduk
adalah kemacetan. Tingginya jumlah penduduk kota Bogor yang menggunakan kendaraan pribadi
ditambah jumlah angkot yang beroperasi membuat jalanan semakin padat. Kemacetan tersebut juga
akan membuat jalanan semakin penuh dengan polusi, semakin menyulitkan untuk perpindahan
tempat, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya. Efek domino tersebut tidak lain
merupakan efek dari kepadatan penduduk yang berlebih. Pertumbuhan penduduk kota Bogor
menurut SUSEDA 2014 yaitu sebesar 1.89% pada tahun 2013. Apabila pemerintah kota tidak dapat
mengantisipasi dan memfasilitasi pertumbuhan penduduk di masa mendatang, maka bukan tidak
mungkin bencana sosial akan terjadi, karena masalah kependudukan adalah masalah paling mendasar
dalam pembangunan sosial. Kota Bogor, yang secara teritorial mencakup daerah yang cukup sempit,
saat ini didominasi oleh pasar, pusat perbelanjaan, kantor-kantor, dan berbagai objek wisata. Fakta
ini menunjukkan bahwa Bogor pada dasarnya merupakan kota yang berkembang cepat dan hanya
menyediakan sedikit ruang untuk perkembangannya. Sangat tidak memungkinkan untuk membangun
lebih lanjut tempat tinggal berupa perumahan yang akan menghabiskan lahan tanpa bersaing dengan
pembangunan ekonomi yang sama-sama berkembang pesat. Namun di sisi lain, pembangunan tempat
tinggal bertingkat seperti rumah susun dan apartemen juga menemui tantangan besar, mengingat
kontur tanah Bogor yang didominasi perbukitan dan lembah. Maka dari itu, diperlukan kerja keras
serta sinergi untuk memfasilitasi pertumbuhan penduduk. Gabungan antara pembangunan
berkualitas, berteknologi tinggi, dan berwawasan lingkungan amatlah dibutuhkan. Mengingat bahwa
mayoritas dari penduduk kota Bogor berasal dari kelas menengah, maka menurut saya, permukiman
yang paling cocok di kota Bogor yaitu dalam bentuk apartemen. Namun begitu, apartemen ini tidak
boleh dibangun secara sembarangan. Untuk mendukung kemudahan dan kelancaran beraktivitas,
maka dari itu setiap permukiman harus didukung dengan sistem transportasi umum yang baik, yang
dapat menghubungkan pusat kegiatan dengan permukiman secara efektif agar kepadatan tidak
menimbulkan masalah lebih lanjut. Dengan begitu, kota Bogor dapat hidup dan berkembang tanpa
harus khawatir akan masalah kemacetan. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) juga menjadi
teknologi penting yang dapat memudahkan berbagai hal apabila dimanfaatkan secara optimal.
Dengan e-KTP, segala kartu lain seperti kartu BPJS, KIP, dan KIS bisa diintegrasikan dalam satu kartu.
Dengan e-KTP, kita juga bisa diintegrasikan dengan sistem perbankan dan bahkan bisa berguna
sebagai tiket elektronik untuk transportasi umum yang berlaku secara lokal. Maka dari itu, pengadaan
dan optimalisasi e-KTP secara segera bisa sangat membantu kenyamanan dan kemudahan masyarakat
dalam beraktivitas. Pendidikan Hingga saat ini, Bogor bisa dibilang sebagai salah satu kota dengan
kualitas pendidikan terbaik di Indonesia. Di Bogor terdapat beberapa sekolah menengah atas (SMA)
yang populer dengan kualitasnya seperti SMAN 1 Bogor, SMAN 3 Bogor, dan SMA Regina Pacis Bogor.
Terlepas dari fakta ini, pendidikan harus tetap berkembang mengikuti kebutuhan zaman. Kualitas
pendidikan yang lebih baik menjadi tuntutan zaman, terutama dalam menyambut Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan akhir tahun ini. Agak terlambat memang, tapi bukan menjadi
alasan untuk tidak memperbaiki sistem pendidikan kita. Untuk mengembangkan sistem pendidikan
yang lebih baik, sekolah-sekolah harus bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum tambahan
untuk menambah daya saing lulusannya juga mengembangkan kompetensi guru untuk meningkatkan
efisiensi serta efektivitas kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena ilmu pengetahuan itu sendiri butuh
keterbukaan untuk berkembang, maka kerjasama ekstensif dan inklusif yang serius perlu dijalin demi
terjaminnya masa depan Bogor dan Indonesia. Selain daripada itu, saya juga menyarankan insentif
bagi sekolah-sekolah yang berprestasi agar sekolah tersebut bisa berkembang dan meningkatkan daya
saingnya, serta meningkatkan daya tampung bagi peserta didik agar lebih banyak anak dapat
menikmati pendidikan berkualitas. Sementara, sekolah yang kurang mampu bersaing diberi sosialisasi
dan pelatihan, serta bantuan finansial agar mampu untuk berkembang dan ikut serta dalam
menyelenggarakan pendidikan yang lebih pantas bagi masyarakat. Namun yang terpenting, bahwa
sistem pendidikan kita perlu pengawasan lebih ketat dalam penyelenggaraannya agar kualitas
pendidikan dapat tetap terjaga tanpa adanya "permainan" dari sekolah-sekolah dalam berbagai
urusan, seperti penerimaan peserta didik baru dan ujian nasional. Kita juga menyadari bahwa
pendidikan yang berkualitas bukanlah hal yang murah. Namun begitu, pendidikan tetaplah menjadi
hal yang fundamental bagi setiap individu. Pemerintah pernah berusaha menyelenggarakan
pendidikan gratis, namun hal tersebut nampaknya tidak efektif sehubungan dengan masih banyaknya
pungutan diluar uang sekolah itu sendiri. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, e-KTP dapat
menyimpan berbagai informasi, termasuk informasi keuangan keluarga yang dapat dimanfaatkan oleh
sekolah dan pemerintah untuk memberikan subsidi pendidikan yang tepat sasaran. Selain itu,
pemerintah kota juga dapat mengadakan program pinjaman pendidikan tanpa bunga yang juga bisa
diintegrasikan informasinya kedalam e-KTP. Pinjaman tanpa bunga terdengar luar biasa sekaligus
sangat memberatkan bagi keuangan pemerintah kota. Saya menuangkan ide tersebut bukan berdasar
pada posisi saya yang masih bersekolah saat ini, tetapi karena berkaca pada kondisi pelajar Amerika
Serikat yang juga biasa memperoleh pinjaman untuk pendidikan, namun terlilit hutang yang amat
sangat besar ketika mereka lulus. Di sisi lain, untuk menyelamatkan keuangan pemerintah kota,
diperlukan sebuah sistem yang mengatur pembayaran kembali secara berjangka dan angsuran yang
ringan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kredit macet. Dengan begitu, beban masyarakat
untuk memperoleh pendidikan yang baik dapat dikurangi dan masa depan bangsa semakin terjamin.
Kesehatan Kesehatan tidak dapat dipungkiri lagi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan
setiap individu. Tanpa kesehatan, individu akan kesulitan menjalani berbagai aktivitas dan
produktivitasnya pun menjadi terbatas. Berdasarkan pada fakta tersebut, kita mengetahui bahwa
pelayanan kesehatan juga merupakan aspek penting dalam sebuah pemerintahan kota ,begitu pula
kota Bogor. Kota Bogor sendiri sudah menyelenggarakan berbagai program untuk menjamin
kesehatan warganya seperti BPJS dan Jamkesda. Meskipun begitu, pelayanan kesehatan di Bogor
masih perlu pembenahan. Puskesmas Mekarwangi, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor (infonitas.com)
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa kita kenal sebagai Puskesmas merupakan pilar layanan
kesehatan masyarakat dimanapun di Indonesia, termasuk Bogor dimana Puskesmas menjadi fasilitas
kesehatan yang paling diminati (SUSEDA Bogor 2014). Maka dari itu, Puskesmas harus melayani
masyarakat sesuai fungsinya tanpa harus memikirkan tekanan finansial yang mendorong manajemen
Puskesmas untuk mengkomersialisasikan layanannya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan partisipasi
pemerintah dalam membiayai kegiatan puskesmas secara pantas agar kesehatan masyarakat
terjamin, dan produktivitas tetap terjaga. Pembiayaan jaminan kesehatan yang berdasarkan pada data
e-KTP juga dapat diaplikasikan dalam hal ini untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan
kesehatan yang layak. Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Bogor adalah masyarakat heterogen yang
memiliki kemajemukan suku dan agama. Meskipun begitu, toleransi tetap dijunjung tinggi. Bogor
sejatinya bukanlah pusat dari suatu kebudayaan tertentu, meskipun di Bogor terdapat monumen Tugu
Kujang dan setiap tahunnya rutin diadakan parade Barongsai setiap Cap Go Meh. Menurut saya, Bogor
membutuhkan sebuah pusat pertunjukkan yang dapat menjadi pusat acara budaya tahunan berskala
besar, mengingat daya tarik utama Bogor ialah pariwisata. Pusat pertunjukkan tersebut juga bisa
menjadi pondasi dari pelestarian budaya daerah yang sudah mulai hilang keberadaannya dari
masyarakat. Ada baiknya apabila tempat tersebut juga bisa menjadi lokasi pelaksanaan acara berskala
internasional. Dengan begitu, bukan hanya berperan di bidang budaya, pusat pertunjukkan ini juga
bisa menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah kota. Selain itu, kegiatan dan hiburan masyarakat
juga perlu menjadi perhatian. Menurut saya, Bogor membutuhkan sebuah ruang yang dimana warga
Bogor dapat berekspresi secara bebas dan teratur. Bogor sebenarnya sudah memiliki tempat seperti
ini, yaitu di Taman Kencana. Namun, tempat tersebut terlalu kecil untuk menjadi sebuah tempat yang
layak untuk beraktivitas. Taman ini harus bisa menampung segala aktivitas warga dalam berbagai
bidang seperti olahraga dan seni. Lapangan Sempur sudah mengalami sedikit perubahan dengan
merevitalisasi sebagian taman dan menambah area untuk sepeda dan papan luncur (skateboard),
namun Bogor membutuhkan lebih banyak tempat seperti ini di berbagai penjuru kota. Revitalisasi
tempat olahraga juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Bogor. Trotoar yang
rapi dan lapangan olahraga yang terawat bisa menjadi contoh bagaimana Bogor harus menyediakan
ruang bagi warganya untuk beraktivitas. Hal lain yang butuh perhatian khusus yaitu penyandang cacat.
Bogor mendeklarasikan rencananya untuk membangun Bogor yang ramah penyandang cacat. Namun,
hal tersebut masih jauh dari nyata. Beberapa usaha telah dilakukan seperti memperbaiki trotoar dan
menambahkan ubin beralur untuk menunjukkan jalan bagi tunanetra, tetapi hasilnya tidak
memuaskan dan bahkan terkesan ala kadarnya. Apabila memang penciptaan kota yang ramah
penyandang cacat menjadi komitmen bagi pemerintah kota, maka seharusnya hal tersebut dilakukan
secara serius, karena pembangunan fasilitas tersebut hanya buang-buang anggaran apabila tidak
memiliki manfaat nyata bagi para penyandang cacat. Maka dari itu, sudah selayaknya perbaikan
dilakukan demi pembangunan kota yang nyaman dan layak huni, akar dari terwujudnya Bogor sebagai
kota cerdas. Pemerintahan Masyarakat dan pemerintah adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Pemerintah berperan besar dalam melaksanakan dan mengkoordinir pembangunan bagi
masyarakatnya. Namun seringkali, masyarakat hanya menjadi objek pembangunan, padahal
masyarakat seharusnya juga menjadi mitra pembangunan. Hal tersebutlah yang biasanya menjadi
penyebab pembangunan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, sekalipun didalam struktur
pemerintahan sudah ada badan legislasi yang berlabel "utusan rakyat". Maka dari itu, menurut saya
perlu adanya jalur komunikasi aktif antara pemerintah dan masyarakat. Balaikota Bogor
(databudaya.net) Balaikota Bogor (databudaya.net) Jalur komunikasi tersebut bisa berupa banyak hal,
dan salah satunya adalah forum masyarakat. Di Amerika Serikat, umum ditemukan pertemuan antara
masyarakat dengan pemerintah yang biasa disebut sebagai Town Hall Meeting. Pertemuan tersebut
mempertemukan kedua pihak untuk menyampaikan berbagai aspirasi dan berbagai pertanyaan
berkenaan dengan kebijakan pemerintah. Pertemuan semacam itu bisa memperbaiki pengetahuan
pemerintah mengenai berbagai kebutuhan masyarakat serta masalah-masalah yang terjadi. Saya
berharap hal semacam itu bisa dilaksanakan disini untuk memperbaiki kinerja pemerintah dengan
melibatkan rakyat secara aktif lewat pertemuan-pertemuan semacam itu. Cara lain untuk
berkomunikasi yang saya sarankan berupa layanan penampung aspirasi, yang sebenarnya sudah ada
namun bisa disempurnakan dalam berbagai bentuk. Smartphone kini bukan barang langka dan hampir
setiap orang yang kita temui di jalan sudah menggunakannya. Maka dari itu, pemerintah kota bisa
mendorong pengembangan aplikasi untuk penampung aspirasi, aduan, ataupun kritik. Hal serupa
sudah dilakukan oleh Walikota Semarang Hendrar Prihadi dengan aplikasi bernama LaporHendi, dan
menurut saya hal tersebut bisa sangat membantu pemerintah untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah sesegera mungkin secara murah dan mudah.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soegampars/smartbogor-bogor-cerdas-
sosial_55599391739773d37918ce98
Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar
disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain.
Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain
pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap
pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah.
Isu Pembangunan Perumahan dan Permukiman
isu-isu perkembangan permukiman yang ada pada saat ini adalah :
1. perbedaan peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukkan oleh ketimpangan
pada pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan ruang untuk kesempatan
berusaha;
2. konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu
kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman;
3. alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang
cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak
sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lain dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan;
4. terjadi masalah lingkungan yang serius di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi
dan industrialisasi tinggi, serta eksploitasi sumber daya alam;
5. komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada
pengejaran target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi ke pasar terbuka dan terhadap
kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan.
6. urbanisasi di daerah tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara
positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata;
7. perkembangan tak terkendali daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh dengan
mengabaikan sektor lainnya seperti sektor pertanian, hal ini berakibat pada semakin tingginya alih
fungsi lahan sawah. Ironisnya alih fungsi terjadi pada sawah lestari, dengan lokasi yang relatif
datar/landai cocok untuk pengembangan permukiman atau industri/perdagangan; dan
8. marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global.
9. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan dan perundang-undangan merupakan landasan hukum bagi penerapan berbagai
kebijaksanaan dasar maupun kebijaksanaan pelaksanaan di bidang pemerintahan maupun bidang
pembangunan.
Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang perumahan telah mulai digagas dan dikeluarkan
oleh pemerintah mulai dari periode pra-PELITA hingga saat sekarang. Namun hal ini belum dapat
memberikan dampak yang cukup berarti dalam pembangunan perumahan, bahkan dalam banyak hal
dikatakan hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan sekarang dan juga telah tertinggal
dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan dewasa ini dan dimasa mendatang, sehingga
pembaharuan dan penyempurnaan dirasakan sangat perlu dan penting.
Permasalahan sosial lainnya
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa kira-kira 28 juta dari
rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi syarat, baik itu yang ditinjau
dari luasan rumahnya maupun kepadatan huniannya. Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat
dan juga disertai oleh faktor keterbatasan masyarakat dalam pemenuhannya, sehingga hal ini telah
menyebabkan kecenderungan sarana hunian masyarakat menjadi pemukiman kumuh yang tidak
mudah untuk dikendalikan. Hal lain yang juga masih berhubungan dengan permasalahan ini adalah
faktor sebaran penduduk Indonesia yang masih belum merata.