Anda di halaman 1dari 12

ABSTRACT

Tugas ini untuk memenuhi mata


kuliah Perencanaan
Pembangunan

Dwi Rizqi Febriyanti


KLIPPING PERMASALAHAN PEMBANGUNAN 15/384882/TK/43544
SOSIAL-POLITIK DAN IMPLIKASI DALAM
PROGRAM PEMBANGUNAN
Kota Bogor Kota Cerdas, Masalah Pembangunan
Politik di Indonesia, Isu Permukiman
KLIPPING: PERMASALAHAN PEMBANGUNAN TERKAIT BIDANG SOSIAL-POLITIK

Bogor Sebagai Kota Cerdas Sosial


Berdasarkan Artikel Kompasiana.com yang diterbitkan pada 7 Juni 2015
http://www.kompasiana.com/soegampars/smartbogor-bogor-cerdas-sosial_55599391739773d37918ce98 diakses 6
Februari 2017 pukul 23.44

Pembangunan sebuah kota, seperti yang kita pahami, terdiri dari berbagai aspek. Salah satu
aspeknya adalah aspek sosial. Aspek sosial itu sendiri bukan merupakan hal yang sederhana dan
senantiasa berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Indonesia, sebagai sebuah negara
berkembang, belum melaksanakan pembangunan sosial secara efektif untuk meningkatkan kesadaran
dan kapabilitas masyarakat dalam mencapai cita-cita pembangunan, karena tanggung jawab
pembangunan bukan semata-mata milik pemerintah, namun seluruh warga negara. Pembangunan
sosial dilakukan untuk membangun dan memperbaiki berbagai faktor yang menyokong kelangsungan
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, hiburan, dan sebagainya. Dengan dilakukannya
pembangunan sosial, masyarakat diharapkan bukan hanya memperoleh kualitas hidup yang lebih
baik, namun juga bisa mendukung pembangunan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah.
Pembangunan infrastruktur dan ekonomi selalu menjadi agenda utama setiap pemerintahan daerah,
tanpa menyadari bahwa pembangunan sosial juga sama penting dengan pembangunan di bidang-
bidang lainnya. Bogor, sebagai bagian dari Republik Indonesia, juga bertanggung jawab atas
pembangunan sosial yang terjadi pada masyarakatnya. Bogor, dalam pembangunan yang kini tengah
berjalan, juga melaksanakan pembangunan sosial bersama-sama dengan berjalannya pembangunan
di bidang lainnya meskipun bukan menjadi prioritas utama. Kali ini saya ingin membahas mengenai
pembangunan sosial yang menjadi bagian dari perjuangan Bogor mencapai status Kota Cerdas.
Kependudukan Bogor, sebagai kota penyangga ibukota, mengalami masalah serius dalam bidang
kependudukan. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta menjadikan Bogor sebagai pilihan tempat
tinggal bagi para pekerja selain Bekasi dan Depok. Menurut Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA)
2014 Kota Bogor, kepadatan kota tahun 2013 yaitu 8549 jiwa/km2, dan data ini mencerminkan
masalah serius dan bisa menjadi pemicu berbagai jenis masalah lainnya apabila tidak diantisipasi
secara baik. Salah satu masalah besar yang sudah terjadi yang disebabkan oleh kepadatan penduduk
adalah kemacetan. Tingginya jumlah penduduk kota Bogor yang menggunakan kendaraan pribadi
ditambah jumlah angkot yang beroperasi membuat jalanan semakin padat. Kemacetan tersebut juga
akan membuat jalanan semakin penuh dengan polusi, semakin menyulitkan untuk perpindahan
tempat, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya. Efek domino tersebut tidak lain
merupakan efek dari kepadatan penduduk yang berlebih. Pertumbuhan penduduk kota Bogor
menurut SUSEDA 2014 yaitu sebesar 1.89% pada tahun 2013. Apabila pemerintah kota tidak dapat
mengantisipasi dan memfasilitasi pertumbuhan penduduk di masa mendatang, maka bukan tidak
mungkin bencana sosial akan terjadi, karena masalah kependudukan adalah masalah paling mendasar
dalam pembangunan sosial. Kota Bogor, yang secara teritorial mencakup daerah yang cukup sempit,
saat ini didominasi oleh pasar, pusat perbelanjaan, kantor-kantor, dan berbagai objek wisata. Fakta
ini menunjukkan bahwa Bogor pada dasarnya merupakan kota yang berkembang cepat dan hanya
menyediakan sedikit ruang untuk perkembangannya. Sangat tidak memungkinkan untuk membangun
lebih lanjut tempat tinggal berupa perumahan yang akan menghabiskan lahan tanpa bersaing dengan
pembangunan ekonomi yang sama-sama berkembang pesat. Namun di sisi lain, pembangunan tempat
tinggal bertingkat seperti rumah susun dan apartemen juga menemui tantangan besar, mengingat
kontur tanah Bogor yang didominasi perbukitan dan lembah. Maka dari itu, diperlukan kerja keras
serta sinergi untuk memfasilitasi pertumbuhan penduduk. Gabungan antara pembangunan
berkualitas, berteknologi tinggi, dan berwawasan lingkungan amatlah dibutuhkan. Mengingat bahwa
mayoritas dari penduduk kota Bogor berasal dari kelas menengah, maka menurut saya, permukiman
yang paling cocok di kota Bogor yaitu dalam bentuk apartemen. Namun begitu, apartemen ini tidak
boleh dibangun secara sembarangan. Untuk mendukung kemudahan dan kelancaran beraktivitas,
maka dari itu setiap permukiman harus didukung dengan sistem transportasi umum yang baik, yang
dapat menghubungkan pusat kegiatan dengan permukiman secara efektif agar kepadatan tidak
menimbulkan masalah lebih lanjut. Dengan begitu, kota Bogor dapat hidup dan berkembang tanpa
harus khawatir akan masalah kemacetan. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) juga menjadi
teknologi penting yang dapat memudahkan berbagai hal apabila dimanfaatkan secara optimal.
Dengan e-KTP, segala kartu lain seperti kartu BPJS, KIP, dan KIS bisa diintegrasikan dalam satu kartu.
Dengan e-KTP, kita juga bisa diintegrasikan dengan sistem perbankan dan bahkan bisa berguna
sebagai tiket elektronik untuk transportasi umum yang berlaku secara lokal. Maka dari itu, pengadaan
dan optimalisasi e-KTP secara segera bisa sangat membantu kenyamanan dan kemudahan masyarakat
dalam beraktivitas. Pendidikan Hingga saat ini, Bogor bisa dibilang sebagai salah satu kota dengan
kualitas pendidikan terbaik di Indonesia. Di Bogor terdapat beberapa sekolah menengah atas (SMA)
yang populer dengan kualitasnya seperti SMAN 1 Bogor, SMAN 3 Bogor, dan SMA Regina Pacis Bogor.
Terlepas dari fakta ini, pendidikan harus tetap berkembang mengikuti kebutuhan zaman. Kualitas
pendidikan yang lebih baik menjadi tuntutan zaman, terutama dalam menyambut Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan akhir tahun ini. Agak terlambat memang, tapi bukan menjadi
alasan untuk tidak memperbaiki sistem pendidikan kita. Untuk mengembangkan sistem pendidikan
yang lebih baik, sekolah-sekolah harus bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum tambahan
untuk menambah daya saing lulusannya juga mengembangkan kompetensi guru untuk meningkatkan
efisiensi serta efektivitas kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena ilmu pengetahuan itu sendiri butuh
keterbukaan untuk berkembang, maka kerjasama ekstensif dan inklusif yang serius perlu dijalin demi
terjaminnya masa depan Bogor dan Indonesia. Selain daripada itu, saya juga menyarankan insentif
bagi sekolah-sekolah yang berprestasi agar sekolah tersebut bisa berkembang dan meningkatkan daya
saingnya, serta meningkatkan daya tampung bagi peserta didik agar lebih banyak anak dapat
menikmati pendidikan berkualitas. Sementara, sekolah yang kurang mampu bersaing diberi sosialisasi
dan pelatihan, serta bantuan finansial agar mampu untuk berkembang dan ikut serta dalam
menyelenggarakan pendidikan yang lebih pantas bagi masyarakat. Namun yang terpenting, bahwa
sistem pendidikan kita perlu pengawasan lebih ketat dalam penyelenggaraannya agar kualitas
pendidikan dapat tetap terjaga tanpa adanya "permainan" dari sekolah-sekolah dalam berbagai
urusan, seperti penerimaan peserta didik baru dan ujian nasional. Kita juga menyadari bahwa
pendidikan yang berkualitas bukanlah hal yang murah. Namun begitu, pendidikan tetaplah menjadi
hal yang fundamental bagi setiap individu. Pemerintah pernah berusaha menyelenggarakan
pendidikan gratis, namun hal tersebut nampaknya tidak efektif sehubungan dengan masih banyaknya
pungutan diluar uang sekolah itu sendiri. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, e-KTP dapat
menyimpan berbagai informasi, termasuk informasi keuangan keluarga yang dapat dimanfaatkan oleh
sekolah dan pemerintah untuk memberikan subsidi pendidikan yang tepat sasaran. Selain itu,
pemerintah kota juga dapat mengadakan program pinjaman pendidikan tanpa bunga yang juga bisa
diintegrasikan informasinya kedalam e-KTP. Pinjaman tanpa bunga terdengar luar biasa sekaligus
sangat memberatkan bagi keuangan pemerintah kota. Saya menuangkan ide tersebut bukan berdasar
pada posisi saya yang masih bersekolah saat ini, tetapi karena berkaca pada kondisi pelajar Amerika
Serikat yang juga biasa memperoleh pinjaman untuk pendidikan, namun terlilit hutang yang amat
sangat besar ketika mereka lulus. Di sisi lain, untuk menyelamatkan keuangan pemerintah kota,
diperlukan sebuah sistem yang mengatur pembayaran kembali secara berjangka dan angsuran yang
ringan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kredit macet. Dengan begitu, beban masyarakat
untuk memperoleh pendidikan yang baik dapat dikurangi dan masa depan bangsa semakin terjamin.
Kesehatan Kesehatan tidak dapat dipungkiri lagi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan
setiap individu. Tanpa kesehatan, individu akan kesulitan menjalani berbagai aktivitas dan
produktivitasnya pun menjadi terbatas. Berdasarkan pada fakta tersebut, kita mengetahui bahwa
pelayanan kesehatan juga merupakan aspek penting dalam sebuah pemerintahan kota ,begitu pula
kota Bogor. Kota Bogor sendiri sudah menyelenggarakan berbagai program untuk menjamin
kesehatan warganya seperti BPJS dan Jamkesda. Meskipun begitu, pelayanan kesehatan di Bogor
masih perlu pembenahan. Puskesmas Mekarwangi, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor (infonitas.com)
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa kita kenal sebagai Puskesmas merupakan pilar layanan
kesehatan masyarakat dimanapun di Indonesia, termasuk Bogor dimana Puskesmas menjadi fasilitas
kesehatan yang paling diminati (SUSEDA Bogor 2014). Maka dari itu, Puskesmas harus melayani
masyarakat sesuai fungsinya tanpa harus memikirkan tekanan finansial yang mendorong manajemen
Puskesmas untuk mengkomersialisasikan layanannya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan partisipasi
pemerintah dalam membiayai kegiatan puskesmas secara pantas agar kesehatan masyarakat
terjamin, dan produktivitas tetap terjaga. Pembiayaan jaminan kesehatan yang berdasarkan pada data
e-KTP juga dapat diaplikasikan dalam hal ini untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan
kesehatan yang layak. Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Bogor adalah masyarakat heterogen yang
memiliki kemajemukan suku dan agama. Meskipun begitu, toleransi tetap dijunjung tinggi. Bogor
sejatinya bukanlah pusat dari suatu kebudayaan tertentu, meskipun di Bogor terdapat monumen Tugu
Kujang dan setiap tahunnya rutin diadakan parade Barongsai setiap Cap Go Meh. Menurut saya, Bogor
membutuhkan sebuah pusat pertunjukkan yang dapat menjadi pusat acara budaya tahunan berskala
besar, mengingat daya tarik utama Bogor ialah pariwisata. Pusat pertunjukkan tersebut juga bisa
menjadi pondasi dari pelestarian budaya daerah yang sudah mulai hilang keberadaannya dari
masyarakat. Ada baiknya apabila tempat tersebut juga bisa menjadi lokasi pelaksanaan acara berskala
internasional. Dengan begitu, bukan hanya berperan di bidang budaya, pusat pertunjukkan ini juga
bisa menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah kota. Selain itu, kegiatan dan hiburan masyarakat
juga perlu menjadi perhatian. Menurut saya, Bogor membutuhkan sebuah ruang yang dimana warga
Bogor dapat berekspresi secara bebas dan teratur. Bogor sebenarnya sudah memiliki tempat seperti
ini, yaitu di Taman Kencana. Namun, tempat tersebut terlalu kecil untuk menjadi sebuah tempat yang
layak untuk beraktivitas. Taman ini harus bisa menampung segala aktivitas warga dalam berbagai
bidang seperti olahraga dan seni. Lapangan Sempur sudah mengalami sedikit perubahan dengan
merevitalisasi sebagian taman dan menambah area untuk sepeda dan papan luncur (skateboard),
namun Bogor membutuhkan lebih banyak tempat seperti ini di berbagai penjuru kota. Revitalisasi
tempat olahraga juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Bogor. Trotoar yang
rapi dan lapangan olahraga yang terawat bisa menjadi contoh bagaimana Bogor harus menyediakan
ruang bagi warganya untuk beraktivitas. Hal lain yang butuh perhatian khusus yaitu penyandang cacat.
Bogor mendeklarasikan rencananya untuk membangun Bogor yang ramah penyandang cacat. Namun,
hal tersebut masih jauh dari nyata. Beberapa usaha telah dilakukan seperti memperbaiki trotoar dan
menambahkan ubin beralur untuk menunjukkan jalan bagi tunanetra, tetapi hasilnya tidak
memuaskan dan bahkan terkesan ala kadarnya. Apabila memang penciptaan kota yang ramah
penyandang cacat menjadi komitmen bagi pemerintah kota, maka seharusnya hal tersebut dilakukan
secara serius, karena pembangunan fasilitas tersebut hanya buang-buang anggaran apabila tidak
memiliki manfaat nyata bagi para penyandang cacat. Maka dari itu, sudah selayaknya perbaikan
dilakukan demi pembangunan kota yang nyaman dan layak huni, akar dari terwujudnya Bogor sebagai
kota cerdas. Pemerintahan Masyarakat dan pemerintah adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Pemerintah berperan besar dalam melaksanakan dan mengkoordinir pembangunan bagi
masyarakatnya. Namun seringkali, masyarakat hanya menjadi objek pembangunan, padahal
masyarakat seharusnya juga menjadi mitra pembangunan. Hal tersebutlah yang biasanya menjadi
penyebab pembangunan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, sekalipun didalam struktur
pemerintahan sudah ada badan legislasi yang berlabel "utusan rakyat". Maka dari itu, menurut saya
perlu adanya jalur komunikasi aktif antara pemerintah dan masyarakat. Balaikota Bogor
(databudaya.net) Balaikota Bogor (databudaya.net) Jalur komunikasi tersebut bisa berupa banyak hal,
dan salah satunya adalah forum masyarakat. Di Amerika Serikat, umum ditemukan pertemuan antara
masyarakat dengan pemerintah yang biasa disebut sebagai Town Hall Meeting. Pertemuan tersebut
mempertemukan kedua pihak untuk menyampaikan berbagai aspirasi dan berbagai pertanyaan
berkenaan dengan kebijakan pemerintah. Pertemuan semacam itu bisa memperbaiki pengetahuan
pemerintah mengenai berbagai kebutuhan masyarakat serta masalah-masalah yang terjadi. Saya
berharap hal semacam itu bisa dilaksanakan disini untuk memperbaiki kinerja pemerintah dengan
melibatkan rakyat secara aktif lewat pertemuan-pertemuan semacam itu. Cara lain untuk
berkomunikasi yang saya sarankan berupa layanan penampung aspirasi, yang sebenarnya sudah ada
namun bisa disempurnakan dalam berbagai bentuk. Smartphone kini bukan barang langka dan hampir
setiap orang yang kita temui di jalan sudah menggunakannya. Maka dari itu, pemerintah kota bisa
mendorong pengembangan aplikasi untuk penampung aspirasi, aduan, ataupun kritik. Hal serupa
sudah dilakukan oleh Walikota Semarang Hendrar Prihadi dengan aplikasi bernama LaporHendi, dan
menurut saya hal tersebut bisa sangat membantu pemerintah untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah sesegera mungkin secara murah dan mudah.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soegampars/smartbogor-bogor-cerdas-
sosial_55599391739773d37918ce98

MASALAH-MASALAH PROGRAM PEMBANGUNAN POLITIK


Berdasarkan Artikel Masalah-Masalah Pembangunan Politik yang Didapat Dari academia.edu:
https://www.academia.edu/7248873/Masalah-
masalah_program_pembangunan_politik_dan_Gambaran_umum_pembangunan_politik_di_Indonesia_pasca_
reformasi?auto=download (diakses pada 6 Februari 2017 pukul 23.06
Tumbuhnya peningkatan kesadaran sosial dan politik melalui aspirasi dan tuntutan secara
menyolok akan menimbulkan gejolak-gejolak sosial dan jika keadaaan ini berlangsung lama akan
menimbulkan anomie, hal ini menurut Samuel P. Huntington sangat berbahaya apabila terjadi pada
negara-negara berkembang.
Meningkatnya partisipasi politik masyarakat sebagai akibat langsung dari pertumbuhan
ekonomi yang memudahkan akses terhadap pendidikan, memunculkan kesadaran politik yang tinggi.
Transformasi ini dapat dikatakan sebagai gejala pembangunan (development syndrome) yang ciri-
cirinya berkaitan dari modernisasi politik. Sindrome ini menurut Lucian Pye dan yang lain agak
berbeda, tapi dapat dikatakan meliputi : 1. Sikap umum arah persamaan (equality) yang
memungkinkan persamaan kesempatan berpartisipasi dalam politik dan bersaing mendapatkan
jabatan pemerintahan, 2. Kapasitas (capacity) sistem politik merumuskan kebijakan dan
pelaksanaannya, 3. Diferensiasi dan spesialisasi (Differenciation and specialization) fungsi politik tanpa
mengorbankan integrasi secara menyeluruh, 4. Sekulerisasi proses politik, pemisahan politik dari
tujuan dan pengaruh agama. Perubahan-perubahan ini sering menimbulkan masalah-masalah dalam
pembangunan, diantaranya adalah legitimasi sebagai persoalan pembangunan negara (state building)
dan krisis identitas sebagai masalah pembangunan bangsa (nation building), masalah partisipasi dan
distribusi politik (pembagian manfaat politik), penetrasi (pemerintahan efektif), dan integrasi (fungsi
pemerintah).
Dengan timbulnya masalah-masalah pembangunan sebagai akibat dari modernisasi politik,
pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem politik dalam menyelesaikan masalah.
Pembangunan politik didefinisikan secara agak sempit sebagai meningkatnya diferensiasi dan
spesialisasi struktur politik dan meningkatnya sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi
jika sistem politik berhasil mengatasi masalah tantangan pembangunan negara dan bangsa, distribusi
dan lain-lain. Sehingga makna pembangunan adalah meningkatnya efektifitas dan efisiensi perilaku
sistem politik dan kapabilitasnya, akan tetapi sistem politik tersebut harus memiliki sumber ekstarksi
dan pengaturan yang cukup.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembangunan politik adalah; demokrasi, globalisasi,
konflik, korupsi dan governansi. Demokrasi merupakan masalah dikarenakan paham demokrasi yang
menjunjung kebebasan individu membuat sedemikian banyaknya perbedaan kepentingan yang harus
diintegrasikan oleh pemerintah sehingga pastinya akan memakan waktu dan perhatian lebih banyak.
Selain demokrasi globalisasi sangat merugikan negara berkembang khususnya. Globalisasi menjadikan
negara berkembang menjadi korban kapitalisme negara maju sehingga berakibat pada pembagunan
politik negara tersebut. Konflik juga merupakan masalah yang besar, ketidakstabilan pemerintahan
akan berdampak langsung pada pembangunan politik. Demikian halnya dengan pemerintahan.
Banyak nya praktek KKN, ketidakcakapan para birokrat sangat berpengaruh bagi pembangunan poltik
suatu negara.
Sejauh ini terlihat banyak perkembangan mengenai penanggulangan masala- masalah di
atas. Negara-negara yang sudah mulai sadar dengan keadaannya mulai membenahi kekurangan-
kekurangan negaranya. Banyak negara-negara yang sudah menunjukkan perkembangan baik di
bidang politik, ekonomi dan lain sebagainya, misalnya Indonesia. Lembaga-lembaga baru telah
dibentuk untuk menghadapi berbagai persoalan demi menciptakan kenyamanan bagi negaranya.
Seperti KPK di Indonesia yang dibentuk untuk memberantas praktek korupsi di indoneasia.
Untuk langkah selanjutnya tergantung sikap kita bagaimana menghadapi situasi tersebut
apakah akan tetap jalan di tempat atau akan berusaha mencari cara terbaik mengatasi maslah-
masalah tersebut. Mengubah sistem pemerintahan mungkin menjadi salah satu solusi yang baik untuk
hal ini. Mengganti sistem yang lama dengan yang baru dengan harapan terjadinya perubahan yang
signififkan pada pembangunan politik.
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk
mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan
sejahtera serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni,
sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi
pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau,
khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Isu dan Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman


Diakses dari laman bappeda Kabupaten Grobogan https://bapeda.grobogan.go.id/data-info/bidang-
prastaru/26-isu-dan-permasalahan-pembangunan-perumahan-dan-pemukiman diakses online tanggal 7
Februari 2017 pukul 01.44

Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar
disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain.
Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain
pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap
pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah.
Isu Pembangunan Perumahan dan Permukiman
isu-isu perkembangan permukiman yang ada pada saat ini adalah :
1. perbedaan peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukkan oleh ketimpangan
pada pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan ruang untuk kesempatan
berusaha;
2. konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu
kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman;
3. alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang
cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak
sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lain dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan;
4. terjadi masalah lingkungan yang serius di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi
dan industrialisasi tinggi, serta eksploitasi sumber daya alam;
5. komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada
pengejaran target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi ke pasar terbuka dan terhadap
kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan.
6. urbanisasi di daerah tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara
positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata;
7. perkembangan tak terkendali daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh dengan
mengabaikan sektor lainnya seperti sektor pertanian, hal ini berakibat pada semakin tingginya alih
fungsi lahan sawah. Ironisnya alih fungsi terjadi pada sawah lestari, dengan lokasi yang relatif
datar/landai cocok untuk pengembangan permukiman atau industri/perdagangan; dan
8. marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global.

Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman


Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah isu utama yang selalu
mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan
sebuah permasalahan yang berlanjut dan bahkan akan terus meningkat, seirama dengan
pertumbuhan penduduk, dinamika kependudukan dan tuntutan-tuntutan sosial ekonomi yang
semakin berkembang.
Secara sederhana permasalahan perumahan dan permukiman ini adalah tidak sesuainya
jumlah hunian yang tersedia jika dibandingkan dengan kebutuhan dan jumlah masyarakat yang akan
menempatinya. Tetapi apa bila kita melihat lebih dalam lagi, pokok-pokok permasalahan dalam
perumahan dan pemukiman ini sebenarnya adalah (sumber: Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Ir. Siswono
Yudohusodo,..., Jakarta, 1991):
1. Kependudukan
Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan faktor utama yang menyebabkan
permasalahan perumahan dan permukiman ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah.
Pesatnya angka pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan
menyebabkan permasalahan ini semakin pelik dan serius. Permasalahan kependudukan dewasa ini
tidak hanya menjadi isu pada kota-kota dipulau jawa, tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai
memperlihatkan gejala yang hampir serupa. Meningkatnya arus urbanisasi serta semakin lebarnya
jurang pemisah antara kota dan desa merupakan salah satu pemicu permasalahan kependudukan ini.
2. Tataruang dan Pengembangan wilayah
Daerah perkotaan dan pedesaan merupakan satu kesatuan wilayah yang seharusnya
menjadi perhatian khusus pihak yang berkepentingan dalam hal pembangunan ini, khususnya
pembangunan perumahan dan permukiman. Seharusnya hal ini menjadi panduan untuk
melaksanakan pemerataan dalam pembangunan antar keduanya. Tetapi yang kita temui dilapangan
sekarang adalah semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan pada kota, sehingga daerah
pedesaan semakin tertinggal. Pesatnya pembangunan perumahan diperkotaan banyak yang tidak
sesuai dengan rencana umum tataruang kota, inilah yang menyebabkan keadaan perkotaan semakin
hari semakin tidak jelas arah pengembangannya.
3. Perencanaan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman yang masih belum
optimal.
Perencanaan merupakan aspek yang tidak boleh dianggap sebelah mata, dengan
perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor akan menghasilakn keluaran
pengembangan perumahan dan pemukiman. Belum optimalnya perencanaan berakibat pada
lemahnya arah kebijakan pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar
sektor, dan tidak fokusnya dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan
pemukiman. Mengingat hal tersebut di atas, Saat ini di Kab. Grobogan baru menyusun dokumen
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah ( RP4D ) Kab.
Grobogan, dokumen data base kampung kumuh, Pembahasan Perda Tata Ruang yang
mengakomodasi perkembangan wilayah, perkembangan permukiman yang semakin intensif tetapi
tetap memperhatikan lingkungan yang keberlanjutan (sustainabel development). Dengan dokumen-
dokumen tersebut, diharapkan arah kebijakan pengembangan perumahan dan pemukiman dapat
menumbuhkan lingkungan hidup perumahan yang lebih sehat dan terkendali.
4. Pembiayaan.
Permasalahan biaya merupakan salah satu point penting dalam pemecahan permasalahan
perumahan dan permukiman ini. Secara mikro, hal ini disebabkan oleh kemampuan ekonomis
masyarakat untuk menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih sangat susah sekali, karena
sebagian besar masyarakat merupakan masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah
kebawah (jumlah penduduk miskin di Kabupaten Grobogan adalah %), sedangkan secara makro hal
ini juga tidak terlepas dari kemampuan ekonomi nasional untuk mendukung pemecahan masalah
perumahan secara menyeluruh.
Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk permasalahan pembiayaan ini adalah adanya
kecenderungan meningkatnya biaya pembangunan, termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak
sebanding dengan kenaikan angka pendapatan masyarakat, sehingga standar untuk memenuhi
kebutuhan akan hunian menjadi semakin tinggi.
5. Kelembagaan
Perangkat kelembagaan dibidang perumahan, merupakan satu kesatuan sistem
kelembagaan untuk mewujudkan pembangunan perumahan secara berencana, terarah dan perpadu,
baik itu yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan dan pengaturan pada berbagai
tingkat pemerintahan, maupun lembaga-lembaga pelaksana pembangunan di sektor pemerintah dan
swasta.
Hal lain yang juga berhubungan dengan kelembagaan ini adalah pengembangan unsur-unsur
pelaksana pembangunan yang harus lebih dikembangkan lagi, khususnya kelembagaan pada tingkat
daerah, baik itu yang bersifat formal maupun non-formal yang dapat mendukung swadaya masyarakat
dalam bidang perumahan dan permukiman.
8. Peranserta Masyarakat
Berdasarkan kepada kebijaksanaan dasar negara kita yang menyatakan bahwa setiap warga
negara Indonesia berhak atas perumahan yang layak, tetapi juga mempunyai peran serta dalam
pengadaannya. Menurut kebijaksanaan ini dapat kita simpulkan bahwa pemenuhan pembangunan
perumahan adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, baik itu secara perorangan maupun secara
bersama-sama, pada point ini peran pemerintah hanyalah sebagai pengatur, pembina dan membantu
serta menciptakan iklim yang baik agar masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan
perumahan mereka. Masyarakat bukanlah semata-mata objek pembangunan, tetapi merupakan
subjek yang berperan aktif dalam pembangunan perumahan dan pemukiman.
Peran serta masyarakat akan dapat berlangsung lebih baik apabila sejak awal sudah ada perencanaan
pembangunan, agar hasilnya sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan
kemampuan ekonomi masyarakat yang bersangkutan, dengan demikian perumahan dan pemukiman
dapat menciptakan suatu proses kemajuan sosial secara lebih nyata.

9. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan dan perundang-undangan merupakan landasan hukum bagi penerapan berbagai
kebijaksanaan dasar maupun kebijaksanaan pelaksanaan di bidang pemerintahan maupun bidang
pembangunan.
Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang perumahan telah mulai digagas dan dikeluarkan
oleh pemerintah mulai dari periode pra-PELITA hingga saat sekarang. Namun hal ini belum dapat
memberikan dampak yang cukup berarti dalam pembangunan perumahan, bahkan dalam banyak hal
dikatakan hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan sekarang dan juga telah tertinggal
dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan dewasa ini dan dimasa mendatang, sehingga
pembaharuan dan penyempurnaan dirasakan sangat perlu dan penting.
Permasalahan sosial lainnya
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa kira-kira 28 juta dari
rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi syarat, baik itu yang ditinjau
dari luasan rumahnya maupun kepadatan huniannya. Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat
dan juga disertai oleh faktor keterbatasan masyarakat dalam pemenuhannya, sehingga hal ini telah
menyebabkan kecenderungan sarana hunian masyarakat menjadi pemukiman kumuh yang tidak
mudah untuk dikendalikan. Hal lain yang juga masih berhubungan dengan permasalahan ini adalah
faktor sebaran penduduk Indonesia yang masih belum merata.

Anda mungkin juga menyukai