Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FRANSISCA ADELIA SP

KELAS : IX A
NO : 12
Burung Pipit yang Sombong

Dikisahkan di suatu hutan belantara hiduplah sekelompok burung pipit. Salah satu
burung pipit itu bernama Dira. Dira juga tinggal bersama para hewan lainnya. Ia dikenal
sebagai seekor burung yang sombong dan cenderung suka hidup menyendiri karena
Dira selalu merasa bahwa dirinya saja yang paling benar dan mampu.
Suatu ketika, sekelompok burung pipit tersebut sedang membuat sarang dari tumpukan
jerami. Dengan sabarnya mereka membuat sarangnya agar terlihat kokoh dan rapih.
Namun lain halnya dengan Dira, ia dengan sombongnya membuat sarang dari potongan
kertas warna-warni. Dira menganggap jika menggunakan kertas akan jauh lebih menarik
dibandingkan sarang burung pipit lainnya.
Dira juga tidak memperhatikan kekokohan dari sarang yang ia buat. Disamping Dira juga
ada burung pipit lain yang juga sedang membuat sarang dari tumpukan jerami. Burung
pipit itu bernama beti. Beti dikenal sebagai seekor burung pipit yang mempunyai sifat
dermawan dan rendah hati.
Jadi, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan sifat Dira. Lalu Dira pun mengejek
sarang kepunyaan Beti. Hei Beti! Sungguh membosankan warna sarang mu itu, hanya
menggunakan tumupukan jerami. Coba deh kamu lihat sarangku, lebih menarik.
Beti pun hanya diam dan dengan bangganya Dira terus membuat sarangnya dari kertas
warna-warni. Sebaiknya kamu membuat sarang menggunakan tumpukan jerami agar
jauh lebih kuat. Saran Beti. Akan tetapi, Dira tetap saja meneruskan membuat
sarangnya dengan menggunakan kertas warna-warni itu dan menghiraukan saran baik
dari Beti.
Setelah beberapa jam kemudian semua burung pipit termasuk Dira sudah
menyelesaikan sarangnya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan semua burung
pipit berlindung di sarang masing-masing. Akan tetapi sarang milik Dira tidak bisa
melindungi dirinya dari air hujan karena sarangnya terbuat dari kertas.
Dira pun panik dan tubuhnya menjadi basah kuyup karena hujan yang sangat deras
tersebut. Dan dengan dermawannya Beti menawarkan Dira untuk berlindung di
sarangnya. Akhirnya, Dira pun menyesali apa yang sudah ia perbuat. Dira menyesal
karena membuat sarang dengan menggunakan kertas warna-warni. Ia juga menyesal
karena telah menjadi seekor burung pipit yang sombong. Dengan demikian, Dira mulai
membuat sarangnya lagi dengan tumpukan jerami.
Sejak kejadian itulah, Dira mengubah sikap dan perilakunya. Ia berjanji pada dirinya
sendiri tidak akan menyombongkan dirinya lagi. Dira juga menyadari bahwa
kesederhanaan itu juga sangatlah penting daripada kemewahan serta yang pasti dia
tidak bisa hidup sendiri. Karena kita adalah makhluk sosial.
NAMA : WANDA KARANING H
KELAS : IX A
NO : 28

Operasi Zebra

Sebuah peristiwa yang membuat saya sadar, bahwa mentaati peraturan merupakan
suatu keharusan. Hampir setiap bulan, saya menyempatkan diri untuk pulang ke Demak,
mengingat disanalah tempat saya dilahirkan. Sekarang ini saya tinggal di Semarang,
tepatnya saya tinggal di kos-kosan.
Saya kuliah di UNDIP dan jarak rumah saya dengan kampus sangat lah jauh, jadi saya
memutuskan untuk ngekos di sekitar kampus tersebut. Saya tinggal dengan adik saya
yang juga bersekolah di salah satu SMA di Semarang.
Ketika itu saya berangkat dari kosan sekitar pukul 08.00 pagi dan kemungkinan akan
kembali lagi ke Semarang seminggu setelahnya. Saya pulang dengan menggunakan
sepeda motor.
Ketika diperjalanan saya sangat mengantuk, karena sehari sebelumnya saya tidak tidur
karena ada tugas dari dosen yang harus saya kerjakan. Dengan kondisi tersebut saya
menjadi tidak fokus dalam mengendarai sepeda motor.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan, saya kemudian menyuruh adik saya
untuk bertukar posisi untuk mengendarai sepeda motor. Akan tetapi adik saya belum
bisa mengendarai sepeda motor dan belum mempunyai SIM karena masih berumur 16
tahun.
Aku sempat berpesan kepadanya untuk tidak mengebut atau melanggar rambu-rambu
lalu lintas dan kalau ada operasi zebra berhenti saja tidak usah panik. Setelah
seperempat perjalanan, saya melihat tidak ada operasi zebra dan adik saya terlihat
menikmati perjalanan tersebut.
Kemudian saya putuskan untuk beristirahat sebentar. Tak lama berselang, tiba-tiba
motor kami oleng dan kemudian terjatuh. Gimana kok bisa jatuh sih ? saya bertanya ke
adik saya. Itu kak, didepan ada operasi zebra, jadi saya langsung banting stir ke kiri, eh
taunya ada selokan. Jawabnya. Kan kakak sudah bilang, jangan panik.
Akhirnya motor yang kami kendarai masuk keselokan, beruntung ada warga yang mau
membantu kami untuk mengeluarkan motor tersebut dari selokan. Dari kejadian tersebut,
saya sadar akan pentingnya mentaati peraturan lalu lintas. Terimakasih Tuhan, karena
Engkau masih memberi kami keselamatan.

Anda mungkin juga menyukai