Anda di halaman 1dari 11

A.

Sterilisasi Secara Fisika

1. Pemanasan Kering

a. Udara Panas Oven

The Art of Compounding : 404


Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara panas-

oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk

steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah

metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.

Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat

disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau

dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme

pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121 o C (suhu yang biasanya digunakan

dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak

cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai

sedikit lembab atau tidak sama sekali.

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab

kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang

lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat
sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering

membutuhkan pemaparan pada suhu 150C sampai 170C selama 1-4 jam.

Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160C paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu

ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range

150-170C digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat

disterilkan pada suhu 170 oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan

waktu yang lebih lama.

Validation of Pharmaceutical Processes : 151


Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan bahan melalui proses pengabuan dari

mikroorganisme. Proses ini merupakan kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven

dengan temperatur sekelilingnya 170C untuk sterilisasi atau 250C untuk depirogenisasi. Panas kering digunakan

untuk sterilisasi/depirogenisasi alat-alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu yang

digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi

dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan

bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum, validasi untuk alur

depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya.

Parenteral Technology Manual : 123


Panas kering pada temperatur lebih 160 oC efektif menghancurkan mikroorganisme hidup dengan sebuah

proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam

pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk.

Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan mikroorganisme diisyaratkan 15

menit pada suhu 121oC.

Remingtons Pharmaceutical Sciences 18th : 1471

Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan panas kering,.

Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas

lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi

telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain. Jumlah air

dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima

bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering.

Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk rumah

sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi standar.


Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan mungkin gas atau elektrik

gas.

Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :


170C (340 F) sampai 1 jam
160C (320 F) sampai 2 jam
150C (300 F) sampai 2,5 jam
140C (285 F) sampai 3 jam

b. Minyak dan penangas lain

The Art of Compounding : 404


Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan mencelupkannya, dalam penangas

yang berisi minyak mineral pada suhu 162 0C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga

digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan

bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.

c. Pemijaran langsung

The Art of Compounding : 404


Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan

filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak

hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua

kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan
bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-

hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.

2. Panas lembab

a) Uap bertekanan

Validation of Pharmaceutical Processes : 151


Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan metode sterilisasi yang

biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan

parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan

sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121C dibawah

tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F 0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari

121C. F0dari proses ini tidak jauh pada 121C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan

kematian yang setara dengan hasil pada 121C pada waktu tertentu.

The Art of Compounding : 407


Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini

adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada

sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet.

Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan

sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang

dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif

mikroorganisme hidup dalam waktu menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan

terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering

yaitu :

Suhu

Panas tersembunyi yang berlimpah

Kemapuan untuk membentuk kondensasi air

Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi

Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121 oC selama 12 menit, ditambah waktu

tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu

ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.

Remingtons Pharmaceutical Sciences 18 th : 1471


Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan cara
sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara sterilisasi panas
terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme oleh panas
lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering, kematian
mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah tekanan paling kurang 15 menit dengan

temperatur minimal 121oC dalam jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah home

pressure cooker

CARA STERILISASI
Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, namun yang paling penting adalah
bagaimana menetapkan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan.
Suatu produk dapat disterilkan melalui cara steril akhir (terminal sterilization) atau dengan
cara aseptik (aseptic prosessing)(Lucas, 2006).
Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:
1. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph 2005 dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada
suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa
menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode
merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman. Karakteristik
sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu
mikroorganisme dalam 106 unit). Dalam hal ini monitoring rutin boiburden dari formula awal
sebelum proses sterilisasi tidak di perlukan. Jadi pada overkill menthod kita melakukan
mentoring hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).
b. Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan mentoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi
sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan
SAL 106. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi
kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi seperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat
(dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan
senyawa Hidri Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu senyawa hepatotoksik yang
tidak di inginkan. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat menghancurkan
muatan mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari
studi-studi yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam
produk yang akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan menggunakan
bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari lingkuangan produksi (environmental spore-
forming mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika organisme yang tahan panas
telah diketahui, siklus sterilisasi dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan
sterilisasi kurang dari satu organism dalam 10 6 unit. Dengan demikian isolate yang paling
tahan panas digunakan sebagai indikator biologis. Perbedaan kedua metode adalah pada titik
awal (starting point). Apabila mengguanakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan
uap 121oC selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian tingkat
sterilisasi yang diminta, yakni sal 106. Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan
sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih
tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006).
2. Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan
filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan
kedalam kontainer sterildalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan
petugas telah terkontrol sedemikian rupa senhingga kontaminasi mikroba tetap berada pada
level yang dapat diterima (acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006)

STERILISASI SECARA FISIK


1. Metode Incineration (Pemijaran / Pembakaran langsung)
Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum ose dan sebagian yang terbuat dari platina
atau khrom. Caranya adalah dengan membakar alat-alat tersebut di atas api lampu spiritus
sampai pijar (merah padam). Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-alat
tersebut lama kelamaan menjadi rusak. Keuntungan mikroorganisme akan hancur semua
(Hani, 2007).
2. Sterilisasi panas kering dilakukan menggunakan oven pensteril (Hot Air Stelizer). Sterilisasi
panas kering ini tercapai dengan proses konduksi panas. Pada awalnya, panas diabsorbsi oleh
permukaan luar dari sebuah instrument dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya. Pada
akhirnya keseluruhan objek mencapai suhu yang di butuhkan untuk sterilisasi.
Mikrooragnisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas kering.
Proses sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama dari pada sterilisasi uap, karena
kelembapan dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat penetrasi uap dan
memperpendek waktu yang di butuhkan untuk membunuh mikroorganisme (Tietjen, 2004).
Oleh karena itu metode ini memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih penjang, sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170 oC dengan
waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk
disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis
minyak), petrolatum jelly, lilin wax dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini
efektif untuk mensterilakan alat-alat gelas dan belah(Razuna, 2010).
Karena tingginya suhu yang ditetapkan dalam sterilisasi panas kering, maka metode ini
dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya alat ukur
dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering
dengan menggunakan oven steril adalah:
Suhu 171oC, waktu 1 jam
Suhu 160oC, waktu 2 jam
Suhu 150oC, waktu 2,5 jam
Suhu 140oC, waktu 3 jam
Suhu 121oC, waktu semalaman (Razuna, 2010).
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai
kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba
mati (Razuna, 2010).
Kelebihan dari metode ini yaitu :
Metode yang sangat efektif, seperti sterilisasi panas kering dengan konduksi menjangkau
seluruh permukaan instrument, bahkan untuk instrument yang tidak dapat dibongkar pasang.
Bersikap protektif atas benda tajam atau instrument dengan sisi potong (lebih sedikit
masalah dengan pengumpulan sisi potong tersebut).
Tidak meninggalkan sisa kimia.
Mengurangi masalah paket basah di iklim lembab (Tietjen, 2004).
Kekurangan dari metode ini yaitu :
Instrumen plastik dan karet tidak dapat disterilisasi dengan cara panas kering karena suhu
yang digunakan (160oC - 170oC) terlalu tinggi untuk materi ini.
Panas kering menetrasi materi secara lambat dan tidak merata
Membutuhkan oven dan sumber listrik secara terus menerus (Tietjen, 2004).
3. Metode Pemanasan secara Intermittent (Terputus-putus / Uap Air Panas)
John Tyndall (1877) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada temperatur didih 100 oC
selama 1 jam tidak dapat membunuh semua mikroorganisme, tetapi bila air dididihkan
berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air mendidih istirahat selama 1 menit akan sangat
berhasil membunuh kuman. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemanasan intermitten,
lingkaran hidup pembentukan spora dapat diputuskan (Hani, 2007).
4. Metode Pemanasan dengan Uap Air Bertekanan
Prinsip-prinsip umum, penguapan adalah sterilan yang efektif karena dua alasan:
Pertama, uap paket adalah sebuah kendaraan energy termal yang sangat efektif. Jenis ini
jauh lebih efektif untuk mengangkut energy ke bahan yang akan disterilisasi daripada udara
panas (kering).
Kedua, uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme yang bersifat
protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh uap, sehingga terjadi koagulasi pada bagian
dalam mikroorgnisme yang sensitive. Beberapa jenis kontaminan tertentu, khususnya yang
berlemak atau berminyak, dapat melindungi mikroorganisme dari efek uap, sehingga
mengganggu proses sterilisasi. Alasan ini yang menekan kembali kepentingan mencuci bersih
bahan-bahan sebelum proses sterilisasi (Tietjen, 2004).
Sterilisasi uap harus memenuhi empat kondisi : kontak yang memadai suhu yang sangat
tinggi, waktu yang tepat dan kelembababan yang memadai. Walaupun seluruhnya perlu untuk
terjadi sterilisasi, kegagalan sterilisasi klinik dan rumah sakit sering disebabkan oleh
kurangnya kontak uap atau kegagalan untuk mencapai suhu yang memadai (Tietjen, 2004).
Kelebihan metode ini, yaitu:
Metode sterilisasi yang paling sering dipakai dan efektif
Waktu siklus sterilisasi lebih pendek dari pada panas kering atau siklus kimia (Tietjen,
2004).
Kekurangan metode ini, yaitu:
Membutuhkan sumber panas yang terus menerus (bahan bakar kayu, minyak tanah atau
aliran listrik).
Membutuhkan peralatan (sterilisator uap yang harus dipelihara dengan cermat agar tetap
berfungsi dengan baik).
Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara teliti.
Sukar menghasikan paket kering kerena gangguan prosedur sering terjadi (misalnya
mengangkat bahan-bahan sebelum kering, khususnya pada iklim yang lembab dan panas).
Siklus sterilisasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan bopeng dan mengumpulan sisi
instrument yang tajam (seperti gunung).
Bahan-bahan plastik tidak tahan suhu tinggi (Tietjen, 2004).
Sterilisasi uap betekanan ini menggunakan autoclave dengan prinsip memakai uap air
dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121oC, tekanan yang
digunakan antara 15-17,5 psi (pound per squere inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi
tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media
antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilakn. Sterilisasi media yang
terlalu lama menyebabkan:
Penguraian gula.
Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
Inakfasi sitokinin zeatin riboside.
Perubahan pH yang berakibat depolimerisasi agar (Razuna, 2010).
5. Metode Radiasi
Dalam mikrobiologi, radiasi gelombang elekromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi
sinar ultraviolet, sinar gama atau sinar x dan sinar matahari (Hani, 2007).
Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100 - 400
nm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya
tembus hanya 0,01 0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada
penggunaan antiseptik (Lucas, 2006).
Ion, mekanismenya mengikuti teori tumbukan yaitu sinar langsung menghambat pusat
kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dulu
membentuk molekul air dan mengubahnya menjadi bentuk radikalnya yang menyebabkan
terjadinya reaksi sekunder pada bagian molekul DNA mikroba (Lucas, 2006).
Gamma bersumber dari Co 60 dan Cs 137 dengan aktivasi sebesar 50 500 kilocurie serta
memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan
untuk mensterilkaan alat kedokteran serta alat yang terbuat dari logam, karet serta bahan
sintetik seperti polietilen (Lucas, 2006).
6. Metode Penyaringan (Filtratoin)
Metode panyaringan berbeda dengan metode pemanasan. Sterilisasi dengen metode
pemanasan dapat membunuh mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada
pada meterial tersebut sedangkan sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme
tetap hidup hanya dipisahkan dari material. Bahan filter/penyaringan adalah sejenis yang
berpori-pori yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik. Ada banyak filter yaitu :
Berkefeld V
Coarsen N, M dan W
Fine
Chamberland
Seitz
Sintered glass (Gabriel, 1996).
Metode fitrasi ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti
serum atau sterilisasi hasil produksi seperti enzim dan exotoxin dan untuk memisahkan
fitrable virus dari bacteria dan organisme lain (Gabriel, 1996).

STERILISASI SECARA KIMIA


Selain penguapan tekanan tinggi atau sterilisasi panas kering sebagai alternative adalah
sterilisasi kimia (sterilisai dingin). Apabila objek harus disterilisasi, sedangkan bila
mempergunakan uap tekanan tinggi atau sterilisasi panas-kering akan merusak objek tersebut
atau apabila peralatan tidak tersedia, maka objek itu dapat disterilkan secara kimia (Tietjen,
2004).
Sejumlah disenfektan tingkat tinggi akan membunuh endospora setelah paparan
berkepanjangan (10-24 jam). Disenfektan umum yang dapat digunakan untuk sterilisasi
berlangsung dengan merendamnya selama sekurang-kurangnya 10 jam dalam
larutan glutaraldehid 2-4 % atau setidaknya 24 jam dalam larutanformaldehid 8%.
Glutaraldehid, seperti Cidex, seringkali jarang tersedia dipasaran dan harganya sangat mahal,
tetapi larutan ini satu-satunya sterilan yang praktis untuk instrument tertentu, seperti
laparoskop yang tidak dapat dipanaskan. Baik glutaraldehid maupun formaldehid
membutuhkan penanganan khusus dan meninggalkan sisa pada instrument yang sudah
ditangani. Oleh karena itu membilas dengan air steril adalah suatu keharusan apabila
instrument itu hendak dijaga tetap steril. Juga apabila tidak dibilas sisa ini akan menggangu
(menyebabkan lengket) bagian geser laparoskop dan juga akan memperkeruh lensa alat
tersebut(Tietjen, 2004).
Walaupun lebih murah dari glutaraldehid, larutan formaldehid lebih menyebabkan iritasi
atas kulit, mata dan saluran nafas serta diklasifikasikan sebagai potensial karsinogen. Apabila
menggunakan glutaraldehid atau formaldehid, pakailah sarung tangan untuk menghindari
percikan, membatasi waktu paparan dan gunakan kedua zat kimia hanya pada area yang
berventilasi baik (Tietjen, 2004).
Karena instrument ini tidak terbungkus setelah sterilisasi kimia, instrument ini harus
dipindahkan dan disimpan pada sebuah wadah steril dan tertutup (Tietjen, 2004).
Kelebihan metode ini, yaitu:
Larutan glutaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah dinonaktifkan oleh materi
organik.
Kedua larutan ini dapat digunakan untuk instrument yang tidak tahan sterilisasi panas, seperti
laparoskop.
Larutan formaldehid dapat digunakan hingga 14 hari (ganti apabila keruh). Sabagian
glutaraldehid dapat digunakan hingga 28 hari (Tietjen, 2004).
Kekurangan metode ini, yaitu:
Glutaraldehid dan formaldehid adalah kimiawi yang menyebabkan iritasi kulit. Oleh karena
itu, seluruh peralatan yang direndam dalam salah satu larutan itu harus sepenuhnya dibilas
dengn air steril setelah direndam.
Karena glutaraldehid bekerja sangat baik pada suhu ruangan, sterilisasi kimia tidak dijamin
berfungsi baik pada lingkungan dingin (suhu kurang dari 20 oC/68oF), bahkan dengan proses
perendaman yang berkepanjangan.
Glurataldehid mahal harganya.
Uap dari formaldehid diklasifikasi sebagai potensial karsinogen, dan pada derajat lebih rendah
glutaraldehid mengiritasi kulit, mata dan saluran pernapasan. Pakailah sarung tangan dan
kacamata, batasi waktu paparan dan gunakan kedua zat kimia hanya pada area berventilasi
baik.
Formaldehid tidak dapat dicampur dengan klorin karena memproduksi gas berbahaya (bis-
klorimetil-eter) (Tietjen, 2004).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Sterilisasi ini dilakukan pada hari Senin, 21 maret 2011 pukul 15.00-
17.00 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Incubator
2. Autoclave
3. Jarum ose
4. Cawan perti
5. Batang pengaduk
6. Bunsen
7. Blue tip
8. Yellow tip
9. Pipet mikro 0,5
10. Pipet mikro 0,1
11. Pipet hisap
12. Tabung reaksi
13. Spreader
14. Sentrifius

3.2.2 Bahan
1. Air
2. Kapas
3. Aluminium foil
4. Plastik
5. Kertas
6. Karet
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Diletakkan cawan petri di atas kertas yang telah disediakan dengan posisi cawan petri yang
lebih besar diletakkan di bawah dan cawan petri yang kecil diletakkan di atasnya, supaya
udara lebih bebas masuk, kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas yang telah
disediakan.
3. Disusun cawan petri yang telah dibungkus kemudian diikat dengan karet kemudian
dibungkus dengan plastik dan diikat kembali dengan karet.
4. Ditutup ujung 2 tabung reaksi dengan kapas dan sisanya dengan aluminium foil, tutup sampai
rapat.
5. Dibungkus tabung reaksi dengan kertas kemudian diikat dengan karet.
6. Disusun alat-alat yang telah dibungkus kedalam keranjang autoclave.
7. Disterilkan alat-alat kedalam autoclave selama 30 menit pada suhu 121oC.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Nama Bahan Fungsi
.
1. Incubator Untuk inkubasi peralatan
2. Sentrifius Untuk memisahkan pelet dan subpranatan
3. Rotasi shaker Untuk mengocok Erlenmeyer dan tabung reaksi
4. Autoclave Untuk mensterilakn bahan dan alat
5. Jarum ose Untuk memindahkan biakan yang akan
ditanamkan atau dibiakkan
6. Cawan petri Untuk tempat pembiakan / tumbuhnya bakteri
atau jamur
7. Batang pengaduk Untuk mengaduk
8. Bunsen Untuk memijarkan
9. Yellow tip Untuk mengambil media dengan pipet mikro
10. Blue tip Untuk mengambil media dengan pipet mikro
11. Pipet mikro 0,5 Untuk mengambil media
12. Pipet mikro 0,1 Untuk mengambil media
13. Pipet hisap Untuk mengambil media cair
14. Tabung reaksi Untuk media pertumbuhan mikroba
15. Spreader Untuk meratakan media pada cawan petri
16. Kapas Untuk menutup tabung reaksi
17. Aluminium foil Untuk menutup tabung reaksi
18. Kertas Untuk membungkus cawan petri dan tabung
reaksi
19. Plastik Untuk membungkus cawan petri
20. Karet Untuk mengikat cawan petri dan tabung reaksi

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan diminta untuk melakukan sterilisasi yang akan
digunakan dalam praktikum mikrobiologi. Sterilisasi alat mempunyai tujuan yaitu
mensterilisasikan peralatan yang digunakan dalam praktikum dan prinsipnya adalah setiap
alat yang digunakan dalam praktikum dan penelitian mikrobiologi memerlukan proses
sterilisasi sebelum dapat digunakan, alat sterilisasi yang disebut autoclave.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembangbiak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad ernik yang paling tahan panas yaitu
spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Steril adalah istilah yang menunjukkan kondisi tanpa mikroorganisme hidup.
Mikroorganisme hidup adalah mikroorganisme yang dapat berbiak bahwa kondisi optimum
untuk pertumbuhannya (Yusuf,2010).
Prinsip strerilisasi pada tiap metode berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama
yaitu mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan. Berikut adalah beberapa prinsip pada
metode sterilisasi, yaitu :
Prinsip sterilisasi pemijaran adalah alat yang digunakan, dibakar harus benar-benar pijar.
Prinsip sterilisasi panas kering adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami
dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikroba mati.
Prinsip sterilisasi uap panas adalah dilakukan sterilisasi secara berulang-ulang, pada
temperatur 100oC selama 30 menit yang akan membunuh sel vegatatif mikroba, diinkubasi
pada suhu ruangan selama 24 jam untuk memberikan kesempatan tumbuhnya spora,
kemudian dilakukan sterilisasi pada temperatur 100oC, diinkubasi lagi dan terakhir
disterilisasi pada suhu 100oC.
Prinsip sterilisasi uap panas bertekanan penghancur bekteri oleh uap air panas adalah
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut. Prinsip
penggunaan autoclave di dasarkan pada mikroorganisme termasuk spora yang tahan panas,
mudah terbunuh dengan panas lembab pada temperatur sedikit diatas titik didih air.
Prinsip sterilisasi radiasi adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai
DNA dari into sehingga mikroba mengalami mutasi (Razuna, 2010).
Pada alat-alat atau bahan-bahan steril harus segera digunakan kecuali jika telah
dibungkus dengan lapisan kain katun, kertas atau bahan lain sebelum proses sterilisasi atau
dapat disimpan dalam wadah kering dan steril berpenutup. Oleh karena itu, pada saat
praktikum cawan petri dan tabung reaksi dibungkus dengan kertas. Hal ini bertujuan agar
setelah steril dan keluar dari alat tidak terjadi kontaminasi dengan kuman lagi. Jika pada
bungkusan alat steril ada yang robek, basah atau usang maka tidak dapat digunakan lagi atau
harus disteriliasi ulang, karena di khawatirkan akan adanya mikroorganisme yang
masuk (Tietjen, 2004).
Penggunaan kapas dan aluminium foil untuk menutup tabung reaksi. Kapas untuk
menutup tabung reaksi yang berisi agar miring dan aluminium foil digunakan untuk menutup
tabung reaksi yang berisi media cair. Penutupan ini bertujuan agar proses sterilisasi berjalan
lancar sehingga menghasilkan media yang benar-benar steril dan mencegah kontak uap
dengan seluruh permukaan. Keuntungan cara ini adalah karena seluruh badan yang
dibebas hamakan bisa dikenai uap pada temperatur dan waktu yang diperlukan (Anonim,
2010).
Autoclave adalah alat pemanasan tertutup yang digunakan untuk mensterilisasikan
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121oC, 15 lbs) selama kurang
lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah
yang akan membunuh mikroorganisme. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat
dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan-kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan
suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu
121oC atau 249,8oF karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
untuk tekanan 0 psi pada ketinggian dipermukaan laut air mendidih pada suhu 100 oC,
sedangkan untuk autoclave yang diletakkan diketinggian sama, mengunakan tekanan 15 psi
maka air akan mendidih pada suhu 121oC. Kejadian ini hanya berlaku untuk dipermukaan
laut, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu
disetting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 dari permuakaan laut,
maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121oC untuk mendidihkan air.
Autoclave ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh
bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan dan antibiotik. Pada spesies yang sama,
endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel
vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100oC, yang merupakan titik
didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 oC, endospora dapat dibunuh dalam
waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada
suhu 60oC (Anonim, 2010).
Waktu yang digunakan saat sterilisasi pada bahan 15 menit agar bahan tidak rusak dan
pada alat selama 30 menit karena jika waktunya dibawah 30 menit akan ada bakteri yang
belum mati.
Posisis cawan petri saat sterilisasi yaitu bagian cawan petri yang lebih besar berada
dibawah dan bagian cawan petri yang kecil berada diatas. Hal ini betujuan agar tidak terjadi
kontaminasi dengan uap dan jika uapnya jatuh bisa tetap masuk kedalam alat dan tidak
ke atas

Anda mungkin juga menyukai