Anda di halaman 1dari 2

Kata cinta tentu mudah terucap, tapi tidak selalu indah untuk di jalani kalimat terbijak yang

pernah aku dengar dari Anas.

Malam ini entah darimana Anas mendadak datang kerumah, berbekal botol aqua yang aku yakini
telah ia tukar isinya dengan arak. Kedatangannya selalu disertai ocehan tentang hal-hal yang
menurutku tidak begitu penting.
Anas temanku ini mungkin sebentar lagi akan dijemput oleh petugas Dinas Sosial atau
dijebloskan ke rumah sakit jiwa karena ketidak jelasannya itu.
Pernah sekali dia datang dengan membawa sepeda beroda tiga (yang biasa dipakai balita), dan
dengan antusias dia berkata
dulu waktu kecil, sampai satu minggu aku merengek minta belikan sepeda ini ke ibu-bapak ku,
tapi sampai sekarang gak pernah dibelikan!!.
Aku terkejut dan takut mendengar alasannya. Ya aku terkejut karena pengakuan absurdnya yang
gak jelas itu dan takut karena aku takut nantinya ada bapak-bapak yang menuntut sepeda
anaknya dikembalikan.
Begitulah Anas, orang yang tidak jelas pola pikirnya.

Percaya atau tidak, anas si pemabuk brengsek ini dulunya adalah juara kelas, ketua Osis dan
kapten tim basket kebanggaan Sekolah kami. Sungguh kenyataan yang ironis jika melihat
kondisinya saat ini. Jika saja kejadian itu tidak pernah terjadi menimpa Anas, aku yakin dia tidak
akan jadi Anas yang aku kenal hari ini.

Si brengsek itu tengah mabuk, barangkali alkohol sudah membuat jaringan syarafnya aktif
kembali. Bagaimana mungkin dia bisa jadi sebijak itu?
Kata-kata Anas memang benar adanya, dan ini mengingatkanku pada masa lalu. Masa dimana
cinta menguasai raga dan jiwa, cenderung diperbudak mungkin.

Perkataan Anas membuatku menerawang kosong, memori ku menarik kembali ke masa lalu,
masa dimana semua hal-hal tentang cinta memang terasa indah dan selalu saja ada sesal di tiap
akhir yang tidak kita harapkan.

Orang bijak mungkin lebih memilih mengatakannya hikmah...

Saat SMA adalah pertama kali aku bertemu Anas si pemabuk brengsek yang sekarang ada di
hadapanku dengan botol aqua isi araknya itu.

SMA kami berada di kota kecil yang bisa dikatakan belum layak dikatakan kota, tapi karena
disana roda Pemerintahan Kabupaten berjalan mau tidak mau daerah itu di sebut kota. Di kota
itu saya seorang anak laki-laki dengan nilai Ijazah SMP pas-pasan mencoba mendaftar di SMA
kelas dua. Disebut SMA kelas dua karena disinilah berkumpul anak-anak dengan kapasitas
otak pas-pasan bersekolah.

Setelah melalui beberapa test masuk, tiba saatnya pengumuman daftar siswa yang diterima
masuk sekolah. Saat itu saya tidak terlalu pagi datang melihat papan pengumuman, sengaja saya
datang sore hari karena saat pagi pasti papan pengumuman itu penuh dengan kepala-kepala
murid baru yang melihat hasil pengumuman. Sialnya saat sore masih saja ramai, mungkin lebih
ramai dari pada pagi harinya.
Cukup melegakan melihat papan pengumuman, namaku terpampang di sana meskipun ada di
papan tengah klasmen. Paling tidak ada sekitar 40an orang bodoh di bawah namaku. Dan saat itu
saya ingat nama Anas ada di urutan ke dua di dalam daftar itu.

Semenjak hari pengumuman semua hari di isi dengan persiapan memulai level baru dalam
pendidikan. Beruntung orang tuaku adalah pegawai negeri sipil yang masih mampu mencukupi
kebutuhan pendidikanku saat itu. Yang mungkin tidak semudah teman-teman lain yang orang
tuanya tidak mampu memberikan uang yang cukup kepada anak-anaknya yang ingin sekolah.

Setahun menjalani sebagai anak SMA adalah setahun terpanjang yang pernah aku lalui. Hal-hal
baru aku pelajari, bukan hanya dalam hal pelajaran tapi juga hal negatif seperti merokok,
mencoba minum alkohol dan tentunya jualan gombalan ke anak-anak perempuan. Betul-betul
menjijikkan..hahaaa.

Anda mungkin juga menyukai