Anda di halaman 1dari 2

Feed-in tariff

Definisi umum feed-in tariff ialah harga yang dibayarkan oleh perusahaan listrik negara ketika
membeli listrik dari pembangkit listrik jenis energi terbaharukan dengan harga yang ditetapkan
oleh pemerintah setempat. Feed-in tariff ini merupakan insentif lain yang bertujuan untuk
meningkatkan pemakaian listrik yang bersumber dari energi terbaharukan, salah satunya sel
surya. Ilustrasi dari penerapan feed-in tariff ini memakai Korea sebagai contohnya yang
kebetulan penulis pernah melihat sendiri.

Jika seorang konsumen memasang sel surya di kediamannya melalui konsep BIPV, ada dua cara
dalam mengoptimalkan pemakaian sel surya tersebut. Pertama, memakai listrik yang
dibangkitkan dari sel surya untuk kebutuhan sehari-hari, dan kedua menjual listrik yang
dibangkitkan oleh sel surya tersebut ke perusahaan listrik setempat atau ke tempat lain.
Pemakaian jenis pertama ialah pemakaian umum dari sel surya, sedangkan pemakaian cara
kedua dilakukan mengingat ketika sel surya beroperasi pada saat pagi-petang, tidak semua listrik
yang dibangkitkan oleh sel surya dapat disimpan di baterei atau dipergunakan untuk menjalankan
perkakas elektronik. Sehingga pada siang hari, biasanya terdapat kelebihan pasokan listrik yang
melebihi kapasitas simpan baterei atau pemakaian di rumah. Kelebihan listrik inilah yang dapat
dimanfaatkan untuk memasok listrik perumahan/daerah lain atau dijual ke perusahaan listrik
setempat dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah (feed-in tariff).

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ialah, adanya infrastruktur yang memungkinkan
masyarakat pengguna sel surya untuk menjualnya ke perusahaan listrik semisal PLN. Rumah
dengan konsep BIPV diberikan koneksi ke jaringan listrik setempat, bukan untuk mengambil
listrik dari PLN melainkan untuk mengalirkannya (atau menjual) listriknya ke PLN (lihat
gambar di bawah).

Infrastruktur ini disebut dengan net metering yang memungkinkan adanya pengukuran berapa
besar listrik (dalam kWh) yang dijual oleh BIPV ke perusahaan listrik. Penulis melihat bahwa
sistem net metering ini sangat sederhana; adanya meter atau pengukur besar listrik yang
digunakan jamaknya metering listrik PLN di rumah-rumah, hanya saja bukan mencatat berapa
besar pemakaian listrik, melainkan mencatat berapa besar listrik yang telah dijual. Akhir bulan,
perusahaan listrik akan membayar ke pengguna BIPV.
Di Korea (dan negara-negara yang telah menerapkan feed-in tariff), hal ini dimungkinkan karena
kebijakan dan infrastrukturnya memadai. Untuk pengguna sel surya di negara-negara yang telah
menerapkan program insentif berupa feed-in tariff ini, semakin banyak kemudahan yang
diberikan oleh pemerintahnya dalam membeli dan memanfaatkan sel surya selain mendapat
subsidi di atas. Contoh keberhasilan program insentif ini ialah adanya booming sel surya di
Jerman dari hanya 1 MW saja di tahun 1998 hingga 75 MW di tahun 2001 dikarenakan adanya
insentif ini, berbeda dengan Jepang yang lebih memilih jalan No. 1 di atas [1].

Anda mungkin juga menyukai