Anda di halaman 1dari 9

JAKARTA, KOMPAS.

com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan


mengambil keputusan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses
Informasi Perpajakan.

Perppu tersebut sebelumnya telah dibahas di Komisi XI DPR Di


samping itu, paripurna juga akan mengesahkan pertangungjawaban UU
APBN 2016 dan 2016p perubahan.

"(Agenda paripurna) salah satunya juga nanti ada pengambilan


keputusan tentang perppu yang untuk masalah keuangan itu yang pajak
itu," kata Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto di Kompleks Parlemen,
Senayan, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Agus berharap pengambilan keputusan terhadap Perppu Pajak untuk


dijadikan undang-undang dapat berjalan lancar. Dari pantauannya di
Komisi XI, pembahasan berlangsung lancar.

(Baca: Bertemu Jokowi, 6 Fraksi Setuju Perppu Akses Informasi


Pajak Disahkan Bulan Ini)

"Kalau lancar di dalam komisi biasanya tercermin di dalam paripurna


tapi nanti kita lihat saja," ujar politisi Partai Demokrat itu.

Enam fraksi partai politik pendukung pemerintah setuju Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2017
tentang Akses Informasi Perpajakan segera disahkan pada bulan ini.

Kesepakatan dicapai setelah perwakilan enam fraksi yang terdiri dari


PDI-P, Golkar, Nasdem, PPP, PKB, dan Hanura bertandang ke Istana
Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/7/2017) sore.

Perwakilan dari Fraksi Nasdem Johnny G Platte mengatakan, dalam


pertemuan itu, Presiden Joko Widodo meyakinkan bahwa Perppu
tentang Akses Informasi Pajak sangat penting bagi negara.

"Semua sepakat, satu dua hari ini harus segera selesai," kata Johnny
saat dihubungi Kompas.com, usai pertemuan.
Jokowi: Perpres
Pendidikan Karakter
Bentengi Anak dari
Budaya Luar
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengundang
puluhan ulama dari Jawa Tengah, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu
(13/9/2017). Salah satu yang disampaikan Jokowi adalah terkait
peraturan presiden (perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter yang baru diteken beberapa waktu lalu.

"Perlu kami sampaikan mengenai perpres penguatan pendidikan


karakter sudah kami tanda tangani dan insyaallah ini menjadi pekerjaan
besar kita semuanya, baik itu pekerjaan besar bagi ulama maupun
pekerjaan besar untuk pemerintah," kata Jokowi.

Kepala Negara berharap perpres ini bisa memberikan dasar pondasi


bagi masyarakat, santri, dan anak didik.

Dengan demikian, perpres ini dapat membentengi mereka dari


intervensi budaya-budaya luar, budaya-budaya yang dikhawatirkan
bersama bisa menggerus budaya baik yang dimiliki Indonesia.

"Baik yang berkaitan dengan kesopanan, kesantunan, integritas,


kejujuran, hormat kepada ulama, para kyai, para ustad, para gurunya,
saya kira karakter-karakter itu lah yang ingin kita kuatkan dengan
perpres ini," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Dengan perpres ini, Jokowi juga berharap pemerintah pusat, provinsi,


kabupaten dan kota bisa mempunyai payung hukum yang jelas untuk
memberikan bantuan ABPN, APBD kepada proses-proses penguatan
pendidikan karakter."Baik di sekolah, madrasah, di pesantren karena
payung hukumnya sudah ada," kata dia.

Perpres Pendidikan Karakter ini dirancang untuk menggantikan


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2017. Peraturan Menteri tersebut sempat ditolak oleh kalangan
Nahdlatul Ulama karena mengatur waktu sekolah selama 5 hari dalam
seminggu atau 8 jam dalam sehari.

Kebijakan sekolah 8 jam tersebut dianggap bisa mematikan sekolah


madrasah diniyah yang jam belajarnya dimulai pada siang hari.

Dalam perpres, tak ada lagi ketentuan soal sekolah hingga 8 jam.
Sekolah juga bisa memilih apakah akan menerapkan sekolah 5 hari
atau 6 hari dalam seminggu.
Tidak Gabung ke BPJS,
Izin RS Swasta Tak
Diterbitkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memiliki cara untuk memaksa rumah sakit swasta untuk bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat akan menjadikan kerja sama
dengan BPJS Kesehatan sebagai salah satu syarat perpanjangan izin
rumah sakit swasta.

"Ada Badan Pengawas Rumah Sakit yang secara berkala akan


mengawasi dan mengevaluasi perpanjangan izin. Dengan cara seperti itu
maka mereka akan bergabung (ke BPJS). Kalau enggak (bergabung ke
BPJS), saya enggak keluarkan loh izinnya," ujar Djarot di Taman Menteng,
Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017).

Upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mendorong rumah sakit swasta bekerja
sama dengan BPJS tidak hanya sampai di situ.
Djarot juga akan mengeluarkan peraturan gubernur yang mewajibkan RS
swasta bekerja sama dengan BPJS.

Djarot mengakui, pemerintah pusat tidak memiliki aturan ini. Dalam


Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
layanan kesehatan swasta dapat bekerja sama dengan BPJS, artinya tidak
diwajibkan.
"Tapi ingat bahwa Jakarta itu daerah khusus, boleh mengeluarkan
kebijakan," kata dia.
Adapun, saat ini baru 91 dari 187 rumah sakit di Jakarta yang sudah
bergabung dengan BPJS Kesehatan.
Sanksi Retroaktif Perppu Ormas
Bertentangan Dengan Hukum
Pidana
RMOL. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) 2/2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan dinilai
tidak mengandung rumusan yang sesuai asas atau doktrin
hukum pidana.

Menurut pakar hukum


pidana dari Universitas
Krisnadwipayana
Abdul Chair, pemberlakuan sanksi dalam perppu bertentangan dengan
doktrin hukum pidana yang melarang penerapan retroaktif atau berlaku
surut. Sementara, setelah diterbitkannya perppu, pemerintah melalui
Kementerian Hukum dan HAM langsung mencabut badan hukum Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) yang telah berdiri sejak 2013.

"Norma ini yang merugikan para pihak, bukan hanya HTI tetapi juga siapa
saja yang dipandang secara subjektif. Cukup dengan adanya pernyataan
pikiran yang secara subjektif paham ini adalah bertentangan dengan
Pancasila dibubarkan. Kalau dibubarkan berarti ini meniadakan hak hidup
ormas," jelasnya dalam sidang uji matari Perppu Ormas di Gedung
Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis (14/9).

Di kesempatan sama, Kores Tambunan selaku ahli dari Forum Advokat


Pengawal Pancasila dan Sekretariat Advokat Nasional Indonesia menilai
bahwa penerbitan Perppu Ormas tidak menyalahi undang -undang
lantaran memenuhi unsur kegentingan memaksa. Terlebih dalam
kegentingan yang bersifat internal dapat timbul dari penilaian subjektif
presiden.

"Jadi kegentingan yang dimaksud adalah subyektif presiden yang


mengikat pada jabatannya yang diatur dalam pasal 22 UUD 1945, dan
dibatasi sesuai dengan putusan MK. Yang mana hak subyektif -subyektif
ini digunakan presiden-presiden sebelumnya," tambah Kores.
Kobar-GB Pertanyakan
Nasib Guru Kontrak
BANDA ACEH - Koalisi Barisan Guru Bersatu (Kobar-GB) Aceh
mempertanyakan nasib guru kontrak tingkat SD dan SMP setelah
pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun 2014. Undang-Undang itu mengatur
bahwa guru kontrak SMA/SMK diambil alih oleh provinsi,
sedangkan guru SD/SMP menjadi wewenang kabupaten/kota.
Hal itu disampaikan Ketua Kobar-GB Aceh, Sayuti Aulia didampingi
belasan guru kontrak saat berkunjung ke Kantor Serambi Indonesia di
Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu
(11/2). Menurut Sayuti, pemerintah Aceh harus dapat memastikan bahwa
gaji guru kontrak SD/SMP ke depan ditanggung sepenuhnya oleh
pemerintah Kabupaten/kota.
Bila perlu Pak Gubernur harus menyurati wali kota dan bupati di Aceh
agar menanggung gaji guru kontrak tingkat SD dan SMP, ujar Sayuti.
Menurutnya, ada 4.881 guru kontrak yang akan menjadi tanggungan
kabupaten/kota mulai tahun 2017.
Dikatakan, Pemerintah Aceh sudah menyatakan siap menanggung 12 ribu
lebih guru kontrak SMA/SMK dengan anggaran Rp 60 miliar. Namun,
lanjutnya, hingga saat ini belum ada informasi apapun soal guru kontrak
SD/SMP yang bakal ditanggung pemkab/pemko.
Selama ini, tambah Sayuti, pemerintah kabupaten/kota di Aceh seakan
bungkam terkait pemberlakuan regulasi ini. Padahal gurukontrak SD/SMP
sangat cemas dengan nasib mereka ke depan. Jangan sampai kebijakan
baru ini menghancurkan masa depan mereka, pungkasnya.
Mulai tahun ini, program guru kontrak, bakti, dan lainnya akan dihapus dan
namanya diganti menjadi program guru bekinerja. Penghapusan itu
dimaksudkan untuk lebih memberikan citra positif kepada guru non-PNS
dimata publik, kata Kadis Pendidikan Aceh, Drs Laisani MSi kepada
Serambi di Banda Aceh, Sabtu (11/2).
Pendapatan yang mereka proleh, kata Laisani, memang belum sebesar
yang diperoleh guru PNS. Tapi, dengan sistem baru itu, guru non-PNS
yang jumlah jam mengajarnya banyak, pendapatan yang akan diterima
lumayan.
Untuk satu jam mengajar, guru berkinerja dibayar Rp 15.000. Satu
minggu mereka bisa mengajar 24 jam, sehingga sebulan jam mengajarnya
bisa mencapai 96 jam. Jadi, penghasilan gurubekinerja itu dalam sebulan
bisa mencapai Rp 1,5 juta, jelasnya.
Dikatakan, upah mengajar 12.500 guru kontrak SMA/SMK dan SLB dari 23
kabupaten/kota yang diserahkan kepada Pemerintah Aceh akan dibayar
Dinas Pendidikan Aceh mulai Maret mendatang. Untuk guru non PNS itu,
kata Laisani, akan ditingkatkan lagi kemampuan dan metode mengajarnya
agar lebih efektif dan efisien.
Pada bagian lain, Laisani mengatakan, menjelang ujian nasional pada Mei
2017, mulai bulan depan pihaknya sudah memprogramkan pelatihan
menjawab soal-soal mirip soal UN kepada siswa.
Dua Tahun Jokowi dan Peliknya Stabilisasi
Harga Pangan
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua tahun kepemimpinan Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo (Jokowi) dinilai masih menyisakan segudang pekerjaan rumah terutama di sektor
pangan.
Pasalnya, sektor pangan yang menjadi fokus pemerintah melalui program Nawacita masih
mengalami masalah lama, yaitu belum stabilnya harga dan pasokan sejumlah komoditas
pangan utama.
"Belum [sesuai cita-cita Jokowi], kalau ditanya begitu, beliau menegur kami terus semua
menteri untuk mengawasi itu. Mengawasi supaya harga pangan tidak terjadi gejolak,"
ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Rabu (19/10).
Bagi Enggar, berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan dan diterapkan pemerintah rupanya
masih belum bisa membuat harga ditekan rendah, seperti yang diharapkan Jokowi.
"Misalnya harga daging, beliau berikan teguran untuk segera diperhatikan betul. Karena
turunnya sangat kecil. Beras juga, kemudian bawang relatif sudah oke," jelas Enggar.
Namun begitu, sebenarnya pemerintah sudah memberlakukan sejumlah kebijakan. Salah
satunya adalah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 63 Tahun 2016 tentang Penetapan
Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Di mana UU tersebut mengatur harga acuan untuk tujuh komoditas pangan, yakni beras,
jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai, dan daging sapi.
Namun begitu, komoditas cabai saat ini justru mengalami kenaikan harga karena
dipengaruhi cuaca sehingga harga acuan untuk cabai tak berlaku.
"Ada beberapa yang belum [terasa implementasinya], seperti cabai. Sekarang ada kenaikan
yang cukup [tinggi], iklim mau dilawan bagaimana?" imbuh Enggar.
Sementara untuk komoditas lain, misalnya daging sapi, kebijakan stabilitas pasokan dan
harga belum terasa, lantaran implementasi membutuhkan waktu yang cukup lama hingga
akhirnya dampak terasa.

"Karena panjang perjalanannya. Itu membutuhkan waktu [impor] dari Australia ke sini.
Kemudian digemukkan selama empat bulan, baru dipotong," ucapnya.
Ia pun membeberkan, untuk komoditas daging sapi, setidaknya ada tiga pekerjaan rumah
pemerintah hingga akhirnya kebutuhan daging sapi masyarakat dapat tertutupi semuanya.

"Pertama, persediaan turun. Kedua, harga turun dan stabil. Ketiga, serap seluruh produksi
dalam negeri. Tiga itu yang akan dilakukan," tutupnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan,
pemerintah akan membentuk perencanaan jangka menengah hingga panjang untuk sektor
pangan. Pasalnya, selama ini pemecahan masalah pangan masih berdampak singkat saja,
yakni semata-mata kekurangan pasokan lalu langsung mengimpor.
"Untuk pangan perencanaan kita masih jangka pendek. Kita harus membangun jangka
menengah," kata Darmin.
Disahkan Jokowi, UU Tax
Amnesty Mulai Berlaku
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 1 Juli 2016 lalu telah
mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty,
yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR-RI pada Selasa (28/6) lalu,
sebagai Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak. Kebijakan tersebut mulai berlaku hari ini, Senin (18/7/2016).
Dalam UU itu ditegaskan, bahwa Pengampunan Pajak adalah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan
dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan
membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Menurut PP ini, setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak,
yang diberikan melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat
Pernyataan.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud, yaitu Wajib Pajak yang
sedang: a. dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan
lengkap oleh Kejaksaan; b. dalam proses peradilan; atau c. menjalani hukuman
pidana, atas Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud meliputi pengampunan atas
kewajiban perpajakan sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum
atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak, bunyi Pasal 3 ayat (4)
UU ini seperti dilansir laman Setkab.
Sementara tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau Harta yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan diinvestasikan di dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung
sejak dialihkan, adalah sebesar:
2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini
mulai berlaku;3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak UndangUndang ini mulai berlaku sampai
dengan tanggal 31 Desember 2016; dan5% (lima persen) untuk periode
penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai
dengan tanggal 31 Maret 2017.
Adapun tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebesar:
4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini
mulai berlaku; 6% (enam persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak UndangUndang ini mulai berlaku sampai
dengan tanggal 31 Desember 2016; dan c. 10% (sepuluh persen) untuk periode
penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai
dengan tanggal 31 Maret 2017.
Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada Tahun Pajak
Terakhir, menurut UU Nomor 11 Tahun 2016 ini, adalah sebesar: a. 0,5% (nol
koma lima persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta sampai
dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan;
atau b. 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta lebih
dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan, untuk
periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret
Kemenpora Ajak OKP Kawal
Perpres Nomor 66 Tahun
2017
JAKARTA - Kementerian Pemudan dan Olahraga (Kemenpora) menggandeng
organisasi kepemudaan (OKP) di seluruh Indonesia untuk mengawal
pemberlakuan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2017.

Untuk diketahui, pada 12 Juli 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah
menandatangani Perpres Nomor 66 Tahun 2017 tentang Koordinasi Strategis
Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan.

Dalam Perpres tersebut, mengatur tentang koordinasi lintas sektor baik


pemerintah pusat maupun daerah, untuk menyelenggarakan pelayananan
kepemudaan. Dengan program lintas sektor yang berjalan maksimal,
pembangunan kepemudaan yang ditargetkan pemerintah dapat tercapai.

Kemenpora mengadakan FGD untuk memberikan pemahaman terkait dengan


substansi Perpres tentang Kepemudaan tersebut. Forum yang diadakan selama
dua hari mulai Kamis (7/9/2017) tersebut, melibatkan perwakilan 20 OKP yang
memiliki cabang di seluruh provinsi dan sebagian kabupaten/kota di Indonesia.

Staf Khusus Menpora Bidang Pemuda Zainul Munasichin menyampaikan,


mandat Perpres No 66 Tahun 2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan, Kemenpora harus memiliki strategi
untuk mengimplementasikan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan
kepemudaan.

"Dengan Perpres 66/2017 ini, orang kepemudaan bisa menagih


kementerian/lembaga di luar Kemenpora terkait program kepemudaan di K/L
bersangkutan. Ke Kementan, tanya ada enggak program pemuda tani?, ke
kementarian kelautan, ada nggak program pemuda maritim? dst," ujar Zainul,
Kamis (7/9/2017).

Lebih detail Zainul menjelaskan, Menpora memiliki tiga fokus kebijakan yakni
pembangunan Kepemudaan Lintas Sektor, Indeks Pembangunan Pemuda, dan
penghargaan kepada Kab/kota Layak Pemuda.

"Tentu diskusi ini tidak final, perlu ada banyak diskusi bersama OKP, komunitas
pemuda dan tentu kementerian lembaga yang lain, sehingga mandat Perpres
benar-benar bisa terlaksana maksimal," pungkas Zainul dalam akhir
sambutannya.

Kegiatan FGD yang diinisiasi oleh unit Staf Khusus Bidang Kepemudaan, juga
dihadiri oleh pelaksana program kepemudaan Kemenpora. Di antaranya, Staf
Ahli Kerja Sama lembaga Kemenpora Adiyati Noerdin, Tim Ahli Kepemudaan
Diebel Effendi, Asisten Deputi seluruh Deputi Pemberdayaan dan
Pengembangan Pemuda, serta Biro Perencanaan Kemenpora RI.

Anda mungkin juga menyukai