Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nurfian Hanifa

Nim : 15.3.07.0035
M.K : Fiqih Zakat
Dosen : Mayyadah, Lc, M.H.I

ZAKAT SAHAM
DAN SURAT-SURAT BERHARGA

Saham dan surat-surat berharga (Obligasi) merupakan salah


satu objek zakat yang tercantum dalam literatur fiqih zakat
kontemporer. Saham dan surat-surat berharga adalah harga yang
berkaitan dengan perusahaan dan kemilikikan saham.
Ada beberapa cara pembagian dalam zakat saham dan surat-surat
berharga yaitu :

Pertama : Jika perusahaan itu merupakan perusahaan


industri murni, artinya tidak melakukan
kegiatan perdagangan, maka sahamnya tidaklah
wajib dizakati.
Contoh : Perusahaan hotel, biro perjalanan, dan
angkutan (darat, laut, udara). Alasanya adalah
saham-saham itu terleta pada alat-alat,
perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan
pemasaran lainnya. Akan tetapi keuntungan
yang dimasukkan ke dalam harta para pemilik
saham tersebut, lalu zakatnya dikeluarkaan
bersama harta yang lainnya.
Kedua : Jika peusahaan tersebut merupakan
perusahaan dagang murni yang membeli dan
menjual barang-barang, tanpa melakukan
kegiatan pengelolahan, seperti perusahaan
dagang internasional, perusahaan ekspor-impor,
maka saham-saham atas perusahaan industri
dan dagang, seperti perusahan yang mengimpor
bahan-bahan mentah, kemudian mengolah dan
menjualnya.
Contoh : perusahaan minyak, perusahaan
permintaan kapas dan sutera, perusahaan besi
dan baja, dan perussahaan kimia.
Ketiga : Pemilik saham berarti pemilik sebagian
perusahaan dan bank itu sebesar nilai
sahammnya. Sedangkan pemilik obligasi
berarti pemberi utang atau pinjaman kepada
perusahaan, bank atau pemerintahan.
Keempat :Deviden saham hanya dibayar dari keuntungan
bersih perusahaan , sedangkan bunga obligasi
dibayar setelah waktu tertentu yang ditetapkan

Perusahaan yang tidak memproduksi barang-barang atau


komoditas yang dilarang , maka sahamnya menjadi salah satu objek
atau sumber zakat. Adapun obligasi angat tergantung keada bunga
yang termasuk kategori riba yang dilarang secara tegas oleh ajaran
islam. Meskipun demikian, yang menarik adalah bahwa sebagian
ulama, walaupun sepakat akan haramnya bunga, tetapi mereka tetap
menyatakan bahwa obligasi adalah salah satu objek atau sumber zakat
dalam perekenomian modern ini.

Saham dan obligasi berlalu satu tahun (Al-Haul), maksudnya


adalah pemilikan satu tahun . Persyaratan ini berlaku bagi ternak,
harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian , buah-buahan
dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
Pada hakekatnya baik saham maupun obligasi (juga sertifikasi Bank)
merupakan suatu bentuk penyimpanan harta yang potensial
berkembang. Oleh karenanya masuk kedalam kategori harta yang
wajib dizakati, apabila telah mencapai nishabnya dan telah berlalu
satu tahun. Zakatnya sebesar 2,5% dari nilai kumulatif riil bukan nilai
nominal yang tertulis pada saham atau obligasi tersebut, dan zakat itu
dibayarkan setiap tahun.
Contoh : Nyonya Salamah memiliki 500.000 lembar saham PT.ABDI
ILAHI, harga nominal Rp. 5000/ lembar. Pada akhir tahun buku tiap
lembar mendapat deviden Rp. 300. Total jumlah harta (saham) =
500.000 x 5.300 = Rp. 2.650.000.000 . Zakat = 2,5 % x
2.650.000.000 = Rp. 66.750.000

Anda mungkin juga menyukai