Saham dan surat-surat berharga (Obligasi) merupakan salah
satu objek zakat yang tercantum dalam literatur fiqih zakat kontemporer. Saham dan surat-surat berharga adalah harga yang berkaitan dengan perusahaan dan kemilikikan saham. Ada beberapa cara pembagian dalam zakat saham dan surat-surat berharga yaitu :
Pertama : Jika perusahaan itu merupakan perusahaan
industri murni, artinya tidak melakukan kegiatan perdagangan, maka sahamnya tidaklah wajib dizakati. Contoh : Perusahaan hotel, biro perjalanan, dan angkutan (darat, laut, udara). Alasanya adalah saham-saham itu terleta pada alat-alat, perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan pemasaran lainnya. Akan tetapi keuntungan yang dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu zakatnya dikeluarkaan bersama harta yang lainnya. Kedua : Jika peusahaan tersebut merupakan perusahaan dagang murni yang membeli dan menjual barang-barang, tanpa melakukan kegiatan pengelolahan, seperti perusahaan dagang internasional, perusahaan ekspor-impor, maka saham-saham atas perusahaan industri dan dagang, seperti perusahan yang mengimpor bahan-bahan mentah, kemudian mengolah dan menjualnya. Contoh : perusahaan minyak, perusahaan permintaan kapas dan sutera, perusahaan besi dan baja, dan perussahaan kimia. Ketiga : Pemilik saham berarti pemilik sebagian perusahaan dan bank itu sebesar nilai sahammnya. Sedangkan pemilik obligasi berarti pemberi utang atau pinjaman kepada perusahaan, bank atau pemerintahan. Keempat :Deviden saham hanya dibayar dari keuntungan bersih perusahaan , sedangkan bunga obligasi dibayar setelah waktu tertentu yang ditetapkan
Perusahaan yang tidak memproduksi barang-barang atau
komoditas yang dilarang , maka sahamnya menjadi salah satu objek atau sumber zakat. Adapun obligasi angat tergantung keada bunga yang termasuk kategori riba yang dilarang secara tegas oleh ajaran islam. Meskipun demikian, yang menarik adalah bahwa sebagian ulama, walaupun sepakat akan haramnya bunga, tetapi mereka tetap menyatakan bahwa obligasi adalah salah satu objek atau sumber zakat dalam perekenomian modern ini.
Saham dan obligasi berlalu satu tahun (Al-Haul), maksudnya
adalah pemilikan satu tahun . Persyaratan ini berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian , buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul. Pada hakekatnya baik saham maupun obligasi (juga sertifikasi Bank) merupakan suatu bentuk penyimpanan harta yang potensial berkembang. Oleh karenanya masuk kedalam kategori harta yang wajib dizakati, apabila telah mencapai nishabnya dan telah berlalu satu tahun. Zakatnya sebesar 2,5% dari nilai kumulatif riil bukan nilai nominal yang tertulis pada saham atau obligasi tersebut, dan zakat itu dibayarkan setiap tahun. Contoh : Nyonya Salamah memiliki 500.000 lembar saham PT.ABDI ILAHI, harga nominal Rp. 5000/ lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar mendapat deviden Rp. 300. Total jumlah harta (saham) = 500.000 x 5.300 = Rp. 2.650.000.000 . Zakat = 2,5 % x 2.650.000.000 = Rp. 66.750.000