Tanggal Presentasi: 4 Feb 2017 Pembimbing: dr. Binsar Parhusip, Sp.B(K)BD Pendamping: dr. Juliana
Obyektif Presentasi:
Deskripsi: Pasien laki-laki 31 tahun, nyeri perut kanan bawah sejak 2 bulan yang lalu disertai mual dan kembung.
1
Nama Klinik: Telp: Terdaftar Sejak: 30 Nov 2016
Pasien laki-laki 31 tahun, nyeri perut kanan bawah sejak 2 bulan yang lalu disertai mual dan kembung
2. Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
Tidak ada
4. Riwayat Keluarga:
Tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan
6. Lain-lain:
Daftar Pustaka:
a. Lugo,. V.H., 2004. Periappendiceal Mass. Pediatric Surgery Update. Vol.23 No.03 September 2004
2
b. Itskowiz, M.S., Jones, S.M., 2004. Appendicitis. Emerg Med 36 (10): 10-15
c. Anonim, 2004. Appendicitis. U.S. Department Of Health and Human Services. National Institute of Health. NIH
d. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
e. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent edition. Mc-Graw Hill a Division of The
Hasil Pembelajaran:
2. Penatalaksanaan yang tepat dan akurat untuk mengendalikan symptom sesuai dengan diagnosis
1. Subyektif: Pasien laki-laki 31 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 bulan SMRS. Nyeri
perut datang tiba-tiba disertai mual dan kembung. Beberapa hari kemudian pasien mengaku memijat dan mengikat
perutnya dengan selendang, kemudian beberapa hari kemudian pasien berobat ke bidan karena pasien demam dan
3
1 Bulan SMRS pasien berobat ke poli penyakit dalam kemudian di USG kemudian diberikan obat minum dan
dianjurkan untuk control ke poli bedah. Pasien datang ke poli bedah dengan keluhan benjolan pada perut kanan
bawah disertai nyeri. Pasien juga mengalami demam disertai mual dan kembung.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik :
o Nadi: 86 x/menit, Suhu: 36,3C, RR: 19 x/menit, SpO2: 100%, BB: 66 kg, TB: 170 cm, IMT: 14.38
o Kepala:
Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kanan = kiri, Ronchi -/-,Wheezing -/-
Palpasi : teraba massa diameter 15cm, suhu meningkat dari sekitar, terfiksasi, fluktuasi (+), nyeri
oooooooooooooooooitekan (+)
4
Perkusi : timpani
Hasil Laboratorium:
o Darah
Kimia klinik:
SGOT: 22 u/l
SGPT: 36 u/l
Ureum: 30 mg/dl
USG Abdomen (29 Des 2016): Massa densitas campuran pada region Mc Burney suspek periapendikular infiltrate
5
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang mendukung diagnosis appendicitis infiltrat. Pada kasus
Anamnesis
Gejala klinis
Definisi apendisitis infiltrate adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan
usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa
apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum.
Etiologi
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit merupakan penyebab tersering dari obstruksi
apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah
serat, dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan
inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis
6
fekal. Frekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya proses inflamasi. Penyebab lain yang diduga dapat
menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya akan mempermudah
Patofisiologi
Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan
sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.
Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda
setiap pasien karena ditentukan banyak faktor. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
7
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan
Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut
dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga
timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, daya tahan
tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti
vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini
belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai
tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu pendeita
harus benar-benar istirahat (bedrest). Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan
8
Manifestasi Klinis
Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular.
Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan
dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada
keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak apendiks yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Umunya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat konstipasi
mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut
Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung sekum maka tanda nyeri perut kanan
bawah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri
9
timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di
rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga
peristaltik meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi
menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan dindingnya
Tanda awal
- Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksi
- Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney
- Nyeri tekan
- Nyeri lepas
- Defans muskuler
10
Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
Tatalaksana
Massa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum
dan atau lekuk usus halus. Pada massa periapendikular yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi
penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena
itu, massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Pasien
dewasa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat
dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada
demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat
dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah
pasien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tinggi daripada pembedahan pada
11
Terapi sementara untuk 8-12 minggu adalah konservatif saja. Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda
infiltrat atau tidak ada perbaikan, operasi tetap dilakukan.Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini berarti sudah
terjadi abses dan terapi adalah drainase. Terapi konservatif pada periapendikular infiltrat
- Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi.
- Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob.
Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. Kalau sudah terjadi
abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak
ada keluhan atau gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang
- Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan nadi. Biasanya 48 jam gejala akan mereda. Bila
gejala menghebat, tandanya terjadi perforasi maka harus dipertimbangkan appendiktomy. Batas dari massa
hendaknya diberi tanda (demografi) setiap hari. Biasanya pada hari ke 5-7 massa mulai mengecil dan terlokalisir.
Bila massa tidak juga mengecil, tandanya telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.
Komplikasi
12
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada
apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk
usus halus. Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis generalisata.
4. Plan:
Pengobatan:
Infus RL 20 tpm
Pendidikan: Memberitahu individu dan keluarga untuk melakukan pola hidup sehat seperti mengatur pola makan
Konsultasi:
Di jelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter spesialis bedah. Konsultasi ini merupakan upaya agar
penyakit dapat ditangani dan dikontrol dengan tepat, serta untuk merawat luka pasca operasi.
13
Pangkalan Bun, 4 Febuary 2017
14