Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA


BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR
DAN KESAKITAN MALARIA
DIKABUPATEN SUKABUMI
Lukman Hakim, Mara Ipa*

Abstrak
Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai dengan perubahan lingkungan dan iklim makro
maupun mikro. Salah satu komponen lingkungan, yaitu curah hujan berpengaruh terhadap fluktuasi
kepadatan vektor, Jluktuasinya seringkali berulang pada pola yang hampir sama setiap tahunnya.
Dengan demikian fluktuasi kepadatan vektor juga akan berulang dengan pola yang sama pula. Untuk
mengetahui fluktuasi curah hujan dan kepadatan vektor, telah dilakukan survei vektor malaria dan
pengamatan curah hujan di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi pada bulan
Maret 2006 sampai dengan Februari 2007 dengan periode bulanan. Dari survei itu diketahui, bahwa
curah hujan mempunyai hubungan erat dengan kepadatan nyamukAn. aconitus yang juga berhubungan
erat dengan fluktuasi kesakitan malaria. Kepadatan vektor malaria akan tinggi pada musim hujan,
dengan demikian kesakitan malaria akan tinggi juga pada musim hujan. Karena itu, curah hujan bisa
dijadikan sebagai salah satu indikator dalam penerapan sistem kewaspadaan dini untuk merencanakan
kegiatan antisipasi penularan lanjutan sehingga tidak menjadi kejadian luar biasa.

Kata kunci: SKD-KLB malaria, curah hujan, kepadatan nyamuk.

Pendahuluan kasus malaria jumlahnya menurun, tetapi kasus


malaria banyak dilaporkan di dua wilayah

M
alaria merupakan penyakit yang bisa
kecamatan yaitu Kecamatan Simpenan dan
muncul dan berulang kembali sesuai
Kecamatan Lengkong yang disertai dengan
dengan perubahan lingkungan1 dan
kematian, sehingga dinyatakan sebagai kejadian
masih menjadi masalah kesehatan global, karena
luar biasa (KLB) malaria.5
selain menyerang penduduk usia produktif, juga
Ketika jumlah kasus malaria sedang
banyak menyebabkan kematian pada bayi dan
menurun dan tidak begitu berpengaruh terhadap
anak balita serta wanita.2 Malaria muncul kembali
status kesehatan masyarakat di suatu wilayah,
dengan mengikuti perubahan fenomena alam3
perencanaan kegiatan antisipasi tetap diperlukan
yang biasanya dalam periode lima atau sepuluh
apabila kasus malaria meningkat kembali
tahunan,4 misalnya karena perubahan lingkungan
sehingga penularan lanjutan dan KLB bisa
yang berkaitan dengan pertumbuhan nyamuk
dikendalikan. Sebagai bahan perencanaan diperlu-
Anopheles spp.3 kan pemahaman data yang berkaitan dengan
Pada tahun 2005 dan 2006, jumlah
lingkungan seperti curah hujan, kepadatan vektor
kesakitan malaria di Jawa Barat, khususnya di
(nyamuk Anopheles spp) serta angka kesakitan
Kabupaten Sukabumi, mengalami penurunan di
malaria. Data curah hujan diperlukan karena akan
bandingkan tahun sebelumnya. Kesakitan malaria berpengaruh terhadap habitat vektor; fluktuasi
di Kabupaten Sukabumi, tahun 2001 adalah
kepadatan vektor dan kesakitan malaria diperlu-
0,38%o (kesakitan per 1.000 penduduk) dan naik
kan karena secara epidemiologi merupakan faktor
menjadi 8,02%o pada tahun 2002, selanjutnya
penentu penyebaran dan fluktuasi kesakitan
turun menjadi 4,76%o pada tahun 2004 dan turun
malaria,6 di samping adanya manusia (host) yang
lagi menjadi 3,429%o pada tahun 2005. Meskipun
rentan.7 Sebagai salah satu bahan pertimbangan
pada tahun 2004, di wilayah Kabupaten Sukabumi

Loka Litbang P2B2 Ciamis

34 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007


dalam perencanaan kegiatan antisipasi kenaikan Hasil Kegiatan
kasus malaria agar tidak menjadi KLB, telah a. Habitat Perkembangbiakan
dilakukan survei dengan tujuan mengetahui Habitat perkembangbiakan vektor malaria
kepadatan vektor, fluktuasi curah hujan dan yang ditemukan adalah sawah bertingkat
fluktuasi kesakitan malaria serta hubungan di dengan sumber air berasal dari mata air dan air
antara ketiga faktor tersebut. hujan; larva nyamuk Anopheles spp.
ditemukan di mata air. kolam dan parit.
Metoda dan Cara Kerja
b. Fauna nyamuk
Survei dilakukan selama 12 bulan, mulai Nyamuk Anopheles spp. yang ditangkap
bulan Maret 2006 sampai dengan Februari 2007 di saat menggigit manusia terdiri dari 5 spesies
Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten yaitu An. aconitus, An. maculatus, An.
Sukabumi yang merupakan daerah endemis barbirostris, An. vagus dan An. kochi dengan
malaria tinggi (High Case Incidence). Setiap kepadatan yang berbeda. Nyamuk yang paling
bulan, dilakukan penangkapan nyamuk di 3 rumah banyak adalah An. aconitus sebanyak 119 ekor
pada malam hari mulai jam 18.00 sampai dengan atau 82,07% (26 ekor menggigit di dalam
jam 06.00 di dalam (indoor) dan luar rumah (out rumah dan 93 ekor lagi menggigit di luar
door). Penangkapan dilakukan dengan umpan
rumah). Selanjutnya nyamuk An. maculatus
badan (human landing collection ) selama 40
sebanyak 14 ekor atau 9,66% (8 ekor
menit per jam, kemudian istirahat selama 20
menggigit di dalam rumah dan 6 ekor
menit dan dilanjutkan penangkapan pada jam
menggigit di luar rumah), nyamuk An.
berikutnya. Jumlah penangkap nyamuk sebanyak
barbirostris sebanyak 9 ekor atau 6,21%, An.
6 orang, di setiap rumah ditempatkan 2 orang
vagus sebanyak 2 ekor atau 1,31% serta An.
yang menangkap di dalam dan luar secara
kochi sebanyak 1 ekor atau 0,69%. Yang
bergantian. Nyamuk yang tertangkap, dikumpul-
tertangkap sedang istirahat di dinding dalam
kan dan dikelompokkan berdasarkan tempat dan
rumah terdiri dari 3 spesies yaitu An. aconitus
jam penangkapan, selanjutnya diidentifikasi ber-
sebanyak 46 ekor, An. maculatus sebanyak 9
dasarkan buku Kunci Bergambar Nyamuk
Anopheles Dewasa di Jawa. Suhu dan kelembaban ekor dan An. barbirostris sebanyak 2 ekor.
Sedangkan nyamuk yang tertangkap sedang
udara diukur setiap jam, kemudian dihitung angka
istirahat di kandang ternak terdiri dari 5
maksimal dan minimal.
spesies, terbanyak nyamuk An. barbirostris
Data curah hujan didapat dari pengukuran
sebanyak 482 ekor, nyamuk An. Aconitus
yang dilakukan oleh kantor camat, data dianalisa
indeks dan hubungannya dengan fluktuasi sebanyak 379 ekor, nyamuk An. maculatus
sebanyak 42 ekor, nyamuk An. vagus sebanyak
kepadatan nyamuk serta angka kesakitan malaria
yang dikutip dari Puskesmas. 39 ekor serta nyamuk An. kochi sebanyak 12
ekor (Tabel 1.).

Tabel 1. Jumlah Nyamuk yang Tertangkap dengan Landing Collection


Bulan Februari 2006 s.d. Januari 2007 (Selama 12 bulan)
di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi

Menggigit Istirahat Istirahat di


Spesies Nyamuk
Jumlah % Dinding Kandang
An. aconitus 119 82,07 46 379
An. maculatus 14 9,66 9 42
An. barbirostris 9 6,21 2 482
An. vagus 2 1,38 0 39
An. kochi 1 0,69 0 12
Jumlah 145 57 954

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 35


c. Kepadatan Nyamuk rumah, ada di setiap jam survai dengan ke-
Spesies nyamuk yang berpeluang menjadi padatan berfluktuasi. Rata-rata kepadatan An.
vektor malaria di lokasi penelitian adalah An. aconitus per jam, paling rendah pada jam
aconitus dan An. maculatus, sebab kedua 05.00-06.00 dengan MHD 0,08 sedangkan
spesies ini telah terbukti sebagai vektor puncaknya pada jam 21.00-22.00 dengan
malaria di tempat lain di Indonesia,8 karena itu MHD 0,42. Rata-rata kepadatan nyamuk An.
yang diamati fluktuasi kepadatan menggigit- maculatus per jam, paling rendah pada jam
nya hanya kedua spesies tersebut. Dan jumlah 01.00-02.00 dengan MHD 0,04 sedangkan
nyamuk yang menggigit, selanjutnya dihitung puncaknya pada jam 20.00-21.00 dengan
kepadatan menggigit orang perjam atau man MHD 0,21 (Gambar 1).
hour density (MHD) serta menggigit per Nyamuk An. aconitus yang menggigit di
malam atau man biting rate (MBR). Karena dalam atau di luar rumah ditemukan di setiap
penularan malaria bisa terjadi di dalam bulan dengan kepadatan per bulan ber-
maupun di luar rumah, maka kepadatan fluktuasi; kepadatan paling rendah dengan
menggigit nyamuk di dalam dan di luar rumah, MBR 0,04 pada bulan Mei dan Mi 2006,
digabungkan untuk diambil nilai rata-ratanya. kepadatan paling tinggi pada bulan Juni
Selama 12 bulan survai, nyamuk An. dengan MBR 0,56 (Gambar 2. dan Gambar 3.).
aconitus yang menggigit di dalam atau di luar

Gambar 1. Rata-rata Kepadatan Menggigit Nyamuk An. aconitus dan An. maculatus
Bulan Maret 2006 s.d. Februari 2007 di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong
Kabupaten Sukabumi

Gambar 2. Hubungan Indek Curah Hujan Bulan Februari 2006 s.d. Januari 2007 dengan
Kepadatan Menggigit (MBR) Nyamuk An. aconitus Bulan Maret 2006 s.d.
Februari 2007 Di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi

36 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007


Sedangkan nyamuk An. maculatus hanya kepadatan paling tinggi ada pada bulan Juni
ditemukan selama 6 bulan dengan kepadatan 2006 dengan MBR 0,21 (Gambar 4. dan
paling rendah pada bulan April 2006, Agustus Gambar 5.).
2006 dan Januari 2007 dengan MBR 0,04,

Gambar 3. Hubungan Kepadatan Menggigit (MBR) Nyamuk An. aconitus Bulan Maret 2006 s.d.
Februari 2007 dengan Angka Kesakitan Malaria Bulanan (MoPI) Bulan April 2006 s.d.
Maret 2007 Di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi

Gambar 4. Hubungan Indek Curah Hujan Bulan Februari 2006 s.d. Januari 2007
dengan Kepadatan Menggigit (MBR) Nyamuk An. maculatus
Bulan Maret 2006 s.d. Februari 2007 Di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong
Kabupaten Sukabumi

Gambar 5. Hubungan Kepadatan Menggigit (MBR) Nyamuk An. maculatus Bulan Maret 2006 s.d.
Februari 2007 dengan Angka Kesakitan Malaria Bulanan (MoPI) Bulan April 2006 s.d.
Maret 2007 Di Desa Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 37


d. Hubungan Curah Hujan Dengan Kepadat-an Untuk mengetahui hubungan MBR dengan
Nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles MoPI, dilakukan uji korelasi dengan variabel
maculatus bebas MBR rata-rata di dalam dan di luar
Tinggi rendahnya curah hujan akan mem- rumah nyamuk An. aconitus dan An.
pengaruhi keberadaan habitat perkembang- maculatus, dan variabel terikat MoPI pada
biakan vektor malaria. Curah hujan tidak bulan berikutnya.
mempengaruhi populasi vektor dewasa pada Pada a=0,05, dari uji korelasi satu arah,
bulan yang sama, tapi baru akan berpengarah diketahui adanya hubungan antara MBR
pada bulan berikutnya sesuai dengan siklus nyamuk An. aconitus dengan MoPI pada bulan
hidup nyamuk di alani. berikutnya, P value 0,000; sedangkan MBR
Di Kecamatan Lengkong, selama tahun nyamuk An. maculatus tidak mempunyai
2006, hujan turun selama 8 bulan, di bulan hubungan yang bermakna dengan MoPI. P
Mi, Agustus, September dan Oktober tidak value 0,480. Dari uji regresi, diketahui bentuk
turun hujan, dengan ketinggian curah hujan hubungan antara MBR nyamuk An. aconitus
dengan MoPI adalah Y = -0,681 X + 0,628,
yang berbeda.
Untuk mengetahui hubungan curah hujan dimana X adalah MBR nyamuk An. aconitus
dengan MBR, dilakukan uji korelasi dengan dan Y adalah MoPI bulan berikutnya.
variabel bebas indek curah hujan (ICH) dan
variabel terikat MBR rata-rata di dalam dan Pembahasan
luar rumah nyamuk An. aconitus dan An. Di antara spesies nyamuk Anopheles spp.
maculatus. yang tertangkap dan paling dominan menggigit di
Pada ct=fO,05, dari uji korelasi satu arah, dalam dan luar rumah serta mempunyai hubungan
diketahui terdapat hubungan antara ICH (hasil uji korelasi) dengan kesakitan malaria
dengan MBR nyamuk An. aconitus dengan adalah spesies An. aconitus, dengan demikian
menghasilkan P value 0,000; sedangkan diduga yang menjadi vektor malaria di Desa
dengan MBR nyamuk An. maculatus, ICH Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten
tidak terdapat hubungan yang bermakna, P Sukabumi adalah nyamuk An. aconitus. Hal ini
value 0,368. Dari uji regresi, diketahui bentuk sesuai dengan yang disampaikan Subdit Malaria,
hubungan antara ICH dengan MBR nyamuk bahwa salah satu ciri nyamuk yang menjadi
An. aconitus adalah: Y = 0,0001305 X + 0,223, vektor malaria di suatu wilayah adalah jumlah
dimana X adalah ICH dan Y adalah MBR menggigitnya paling dominan dibanding spesies
nyamuk An. aconitus bulan berikutnya. lainnya di samping berumur panjang dan aktif
menggigit manusia serta di tempat lain pernah
e. Hubungan Kepadatan Nyamuk Anopheles dikonfirmasi sebagai vektor malaria.9 Sedangkan
aconitus dan Anopheles maculatus dengan menurut Munif A., vektor utama malaria di
Kesakitan Malaria Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi
adalah An. aconitus dan sekundernya adalah An.
Tinggi rendahnya MBR nyamuk vektor,
maculatus.10
akan mempengaruhi tinggi rendahnya penular-
Habitat perkembangbiakan nyamuk
an malaria, di samping keberadaan parasit serta
Anopheles spp. yang paling luas dan positif larva
kekebalan host. Meskipun desa Lengkong
setiap bulan adalah sawah bertingkat dengan air
merupakan daerah endemis malaria tinggi, tapi
bersumber dari mata air dan air hujan. Dari uji
pada taliun 2006, penderita malaria tidak
regresi antara ICH dengan MBR, diketahui MBR
ditemukan setiap bulan hanya ada selama 9
nyamuk An. aconitus akan tinggi pada musim
bulan, di bulan lain tidak tercatat ada penderita
hujan. Hal ini sesuai dengan buku Epidemiologi
yang disertai dengan gejala klinis. Data
Malaria yang mengatakan bahwa sawah paling
kesakitan malaria dikumpulkan dari
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk
Puskesmas setempat, kemudian dihitung angka
kesakitan bulan atau monthly parasite Anopheles spp. pada saat tanaman padi sedang
incidence (MoPI) dengan rumus, jumlah rimbun.9
Kesakitan malaria salah satunya di-
penderita malaria selama satu bulan dibagi
jumlah penduduk kali konstanta (1.000). pengaruhi oleh fluktuasi kepadatan menggigit
nyamuk6, fluktuasi populasi nyamuk berkaitan

38 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007


dengan keadaan lingkungan, salah satunya adalah antisipasi, misalnya dengan intensifikasi penemu-
curah hujan; karena itu, variabel curah hujan bisa an penderita serta pemenuhan logistik, sehingga
dijadikan sebagai salah satu indikator dalam ketika peningkatan jumlah kasus terjadi. bisa
penularan malaria sehingga bisa dijadikan sebagai segera ditanggulangi. Selain itu, perkiraan
salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan kemunculan malaria juga perlu didukung dengan
pengendalian malaria maupun kegiatan antisipasi kesakitan malaria bulanan sebagai sumber pe-
KLB malaria. Ini sesuai dengan yang di- nularan. Secara epidemiologi, penularan malaria
kemukakan Rozendaal, J., bahwa perencanaan akan terjadi setelah melewati masa inkubasi
program pemberantasan malaria harus berdasar- ekstrinsik dan intrinsik yang keseluruh-annya
kan pada analisa situasi yang salah satunya selama 4 (empat) minggu,9 maka dan pengamatan
mempertimbangkan faktor lingkungan dan curah hujan mendukung dan didukung data ke-
iklim." Selain itu, perencanaan kegiatan akan sakitan malaria, maka bisa diperkirakan ke-
lebih baik lagi bila didukung oleh hasil surveilans munculan kesakitan baru malaria.
kesakitan malaria karena bisa mengetahui fluk-
tuasi dan besaraya sumber penularan malaria.12 Kesimpulan
Di Desa Lengkong, MBR nyamuk An. Dari penelitian ini dapat disimpulkan,
aconitus dan An. maculatus tinggi pada musim bahwa spesies nyamuk Anopheles spp. yang
hujan yang pada tahun 2006 puncaknya pada dominan menggigit manusia dan berpeluang
bulan Mei saat padi di sekitar lokasi survei menjadi vektor malaria adalah nyamuk An.
berumur sekitar 2 sampai 3 bulan dan sebagian aconitus dan An. maculatus dengan habitat
sudah menjelang panen; dengan demikian maka potensial adalah sawah, mata air dan sungai yang
pengamatan kesakitan malaria perlu ditingkatkan aimya bersumber dari mata air dan air hujan.
pada kondisi seperti ini dan sebulan sesudahnya. Curah hujan mempunyai hubungan dengan
Tujuannya untuk menemukan penderita dan kepadatan nyamuk An. aconitus yang juga
segera dilakukan pengobatan dini agar tidak berhubungan erat dengan fluktuasi kesakitan
menjadi sumber penularan. malaria. Karena itu curah hujan bisa dijadikan
Pengendalian vektor malaria yang cocok di sebagai salah satu indikator dalam penerapan
wilayah yang bionomik vektornya seperti ini sistem kewaspadaan dini untuk merencanakan
adalah dengan penyemprotan rumah atau indoor
kegiatan antisipasi peningkatan penularan malaria.
residual spraying (IRS) karena terdapat nyamuk
yang istirahat di dinding rumah, tapi tidak cocok
Daftar Pustaka
dengan pemasangan kelambu berinsektisida
karena nyamuk sudak aktif menggigit sejak jam 1. WHO, A Global Strategy for Malaria Control,
18.00 dan puncaknya pada jam 21.00 di mana 1993.
penduduk biasanya belum tidur. Selain itu, karena 2. Eylenbosch, W.J., Noah, N.D., Surveillance in
populasi nyamuk yang istirahat di kandang cukup Health and Disease. Oxford University Press,
tinggi, penggunaan ternak besar sebagai cattle London, 1988.
barrier yang ditempatkan di antara habitat 3. Service, M.W., Mosquito Ecology. Oxford
perkembangbiakkan nyamuk dengan pemukiman University Press. London, 1976.
penduduk, bisa digunakan untuk mengurangi 4. Suroso, T., Review Program ICDC-ADB
jumlah nyamuk yang menggigit manusia. Tahun 1997-2002, Jakarta, 2002.
Penularan malaria sangat berkaitan dengan 5. Dinkes Kab. Sukabumi., Laporan Tahunan
kepadatan vektor dan intensitas sumber penularan; Program Pemberantasan Penyakit Menular
kepadatan vektor salah satunya dipengaruhi oleh Kabupaten Sukabumi Tahun 2000, Sukabumi,
curah hujan. Karena itu curah hujan dan fluktuasi 2001.
kesakitan malaria bisa dijadikan sebagai bahan 6. Bates, A., The Natural History of Mosquitoes
sistem kewaspadaan dini untuk antisipasi and Plasmodium Parasites. Gloucester, Mass.
mencegah KLB. Peter Smith, New York, 1970.
Mengacu kepada bentuk hubungan antara 7. Russell P.P. et al., Practical Malariology,
ICH dengan MBR nyamuk An. aconitus, maka Oxford Univercity Press, London, 1963.
bisa diperkirakan fluktuasi besaran angka 8. Departemen Kesehatan R.I., Modul
kesakitan malaria yang akan muncul. Dengan Entomologi Malaria: Morfologi dan
demikian bisa direncanakan jadwal kegiatan Identifikasi Nyamuk dan Jentik, Jakarta, 1999.

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 39


9. Subdit Malaria Depkes RI, Epidemiologi ll.Rozendaal, J., Panduan Perencanaan dan
Malaria. Materi Latihan Managemen Evaluasi Program Pemberantasan Malaria:
P2Malaria Untuk Kasubsi Vektor Kabupaten, Analisa Situasi Malaria Untuk Dinas
Jakarta, 1998. Kesehatan Kabupaten. ICDC Project. Ministry
lO.Munif A., Soekirno M., Suwarto., Bionomi Of Health, DG CDC & EH and Asian
Sebagai Dasar Pengendalian Vektor Malaria Development Bank, Jakarta, 2003.
Di Kecamatan Lengkong Kabupaten 12.Subdit Malaria Depkes RI, Sistem Surveilans
Sukabumi. Dalam Program Penanggulangan Malaria Di
http://www.ekologi.litbang.depkes.go. id/data/ Indonesia. Epidemiologi Malaria, Jakarta,
abstrak/Mrul200501.pdf. 2002.

40 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai