Anda di halaman 1dari 36

Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Rangkuman Materi Kuliah

1. Posting
Posting dalam dunia akuntansi adalah suatu proses mengelompokkan nama-nama
akun yang sesuai ilmu akuntansi.
Metode mengerjakan Jurnal dan Posting
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencatat jurnal dan posting. Cara
berikut adalah salah satu teknik yang hanya dapat dilakukan dengan dukungan sistem
komputer yang terintegrasi.
Posting dilakukan langsung dari file transaksi ke rekening-rekening buku
pembantu dan lansung diprint-out ke buku besar. Bukti transaksi terlebih dahulu
diproses/dientri ke sistem komputer sebelum diserahkan ke bagian akuntansi.
Sistem komputer dapat menggantikan sebagian besar pekerjaan akuntansi
sehingga personal hanya meng-entri/mencatat data transaksi sekaligus mengasilkan
bukti transaksi. Selanjutnya jurnal,lLaporan, posting ke buku besar, dan buku
pembantu sampai pembuatan neraca, neraca saldo, laba rugi, perubahan modal serta
analisanya dikerjakan oleh komputer.
Proses pencatatan data jurnal pada sistem akuntansi komputer juga bervariasi
tergantung pada prosedur dan metode yang diterapkan oleh pembuat program aplikasi
tersebut. Banyak program aplikasi accounting siap pakai diperjual belikan seperti
program aplikasi akuntansi komputer yang dikenal secara luas di dunia akuntansi
adalah Dac Easy Accounting, MYOB, MAS dll, namun banyak perusahaan tidak
dapat menggunakan program aplikasi tersebut karena beberapa hal, antara lain
masalah standarisasi, tingkat kebutuhan perusahaan terhadap informasi yang berbeda
dll. Dac Easy Accounting menggunakan standarisasi negara pembuatnya (Amerika).
MAS adalah product local namun apa yang terdapat dalam aplikasi banyak tidak tidak
dapat mengaplikasikannya karena berbagai alasan. Untuk itu banyak perusahaan
membuat program aplikasi sendiri sesuai dengan system akuntansi yang diterapkan di
perusahaannya.
Dengan program ini tugas operator hanya mencatat transaksi yang terintegrasi
dengan subs sistem lain, selanjutnya komputer akan mengolahnya sampai kesasaran
akhir laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal
serta analisanya.

2. Finding Error (Menemukan Kesalahan)


Prosedur penyusunan neraca saldo relatif sederhana. Akan tetapi, jika neraca saldo tidak
seimbang maka proses untuk menemukan kesalahan dengan sistem manual membutuhkan
banyak waktu, membosankan, dan membuat frustasi. Kesalahan biasanya diakibatkan
oleh kekeliruan perhitungan matematis, pembukuan secara tidak benar, atau karena salah
memindahkan data.
Besarnya jumlah selisih antara sisi debet dan sisi kreditneraca saldo kadang-kadang
dapat menunjukkan lokasi kesalahan. Ada juga jenis kesalahan lain lagi yang sering
terjadi yaitu kesalahan letak angka. Suatu bentuk kesalahan lain lagi yang sering terjadi
adalah kesalahan meletakkan koma sehingga mengubah jumlah yang sebenarnya. Apabila
dalam buku besar terjadi satu kali kesalahan letak angka atau letak koma, maka selisih
yang terjadi dalam neraca saldo akan dapat dibagi dengan sembilan. Tapi seandainya
terjadi kesalahan lebih dari satu kali maka selisih yang terjadi dalam neraca saldo tidak
dapat memberikan petunjuk dimana saja kesalahan-kesalahan terjadi.
Cara yang terbaik untuk dapat menemukan kesalahan dengan segera adalah dengan
cara selalu meneliti kembali setiap kali melakukan pencatatan baik didalam jurnal
maupun di buku besar. Akan tetapi, bila hal ini tidak mungkin dilakukan, misalnya karena
bagian pembukan sangat sibuk, maka cara yang paling tepat adalah menelusur kebali
proses akuntansi, yaitu dengan meneliti kembali mulai dari neraca saldo sampai pada
jurnal. Langkah-langkah untuk menelusur kembali adalah sebagai berikut.
1. Periksa kebenaran penjumlahan kolom-kolom debet dan kredit neraca saldo dengan
cara menggandakan penjumlahan ulang.
2. Bandingkan nama-nama rekening yang ditulis pada kolom nama rekening dineraca
saldo dengan rekening-rekening yang ada dibuku besar untuk memeriksa apakah tidak
ada rekening yang terlewat dicantumkan di neraca saldo.
3. Periksalah kebenaran penjumlahan sisi debet dan sisi kredit rekenig-rekening di buku
besar dan periksa pula perhitungan saldonya.
4. Bandingkan semua angka yang ada di buku besar dengan angka-angka yang
dicantumkan dalam jurnal. Setiap kali melakukan pencocokan supaya diberi tanda,
baik dalam buku besar maupun dalam jurnalnya. Bila kesalahan belum juga
ditemukan, perhatikan apakah ada angka-angka didalam buku besar atau jurnal yang
belum di beri tanda.
5. Periksalah kesamaan jumlah debet dan kredit didalam jurnal.
Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Jurnal Penyesuaian

Setelah disusun neraca saldo, suatu perusahaan dagang perlu membuat jurnal penyesuaian.
Mengapa harus disesuaikan? Hal ini dikarenakan neraca saldo belum memberikan informasi
mengenai saldo yang sebenarnya dan belum lengkap untuk semua akun.

Dalam akuntansi, jurnal penyesuaian adalah jurnal yang biasanya dibuat pada akhir periode
akuntansi untuk mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran untuk periode di mana mereka
benar-benar terjadi. Prinsip pengakuan pendapatan adalah dasar dari pembuatan jurnal
penyesuaian yang berkaitan dengan pendapatan diterima di muka dan masih harus dibayar
berdasarkan akuntansi berbasis akrual.Jurnal penyesuaian perlu dibuat agar akun akun yang
ada mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, beban, dan pendapatan serta modal yang
sebenarnya. Jurnal penyesuaian terdiri atas dua bentuk seperti di bawah ini.

1. Jurnal penyesuaian untuk transaksi yang belum dicatat.


2. Jurnal penyesuaian untuk mengoreksi saldo akun yang sudah tidak mencerminkan
keadaan sebenarnya.

Dalam sebuah perusahaan dagang, jurnal penyesuaian yang biasanya dilakukan adalah:

1. pemakaian beban dibayar di muka;


2. pemakaian aktiva tetap;
3. pengakuan beban terutang; dan
4. penyesuaian persediaan.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan contoh dengan mengacu pada siklus akuntansi
perusahaan dagang PT Angkasa Raya. Perhatikan contoh jurnal penyesuaian pada PT
Angkasa Raya berikut ini.

1. Jurnal Penyesuaian untuk Pemakaian Beban Dibayar di Muka


a. Perlengkapan
Perlengkapan toko Pada tanggal 31 Januari 2006 pemakaian perlengkapan toko
selama bulan Januari 2006 sebesar Rp420.000,00. Neraca saldo PT Angkasa Raya
pada tanggal 31 Januari 2006 menunjukkan bahwa saldo akun Perlengkapan Toko
adalah Rp970.000,00. Saldo ini berasal dari nilai perlengkapan awal sebesar
Rp900.000,00 ditambah dengan pembelian perlengkapan toko sebesar
Rp70.000,00 pada bulan tersebut. Tanggal 31 Januari perusahaan dagang
menghitung nilai perlengkapan toko yang digunakan sebesar Rp420.000,00.
Selisih antara saldo perlengkapan menurut neraca saldo dengan nilai perlengkapan
yang dipakai adalah Rp550.000,00 (Rp970.000,00 Rp420.000,00). Dengan
demikian nilai sebesar Rp550.000,00 merupakan nilai perlengkapan toko yang
sebenarnya. Sedangkan nilai Rp420.000,00 harus dicatat sebagai beban.
Perlengkapan kantor Pada tanggal 31 Januari 2006 pemakaian perlengkapan
kantor selama bulan Januari 2006 sebesar Rp200.000,00. Neraca saldo PT
Angkasa Raya pada tanggal 31 Januari 2006 menunjukkan bahwa saldo akun
Perlengkapan Kantor adalah Rp480.000,00. Saldo ini berasal dari nilai
perlengkapan awal sebesar Rp400.000,00 ditambah dengan pembelian
perlengkapan toko sebesar Rp80.000,00 pada bulan tersebut.
b. Asuransi Dibayar di Muka Pada tanggal 31 Januari 2006 diperoleh informasi dari
bagian pembukuan bahwa asuransi dibayar di muka yang telah menjadi beban bulan
Januari 2006 sebesar Rp500.000,00. Beban tersebut dibebankan pada bagian
penjualan Rp350.000,00 dan kepada bagian administrasi dan umum sebesar
Rp150.000,00. Jurnal penyesuaian untuk premi asuransi yang telah jatuh tempo tidak
berbeda dengan jurnal penyesuaian untuk pemakaian perlengkapan. Saldo akun
Asuransi Dibayar di Muka pada neraca saldo adalah jumlah premi asuransi yang
belum jatuh tempo pada awal bulan ditambah dengan pembayaran premi yang
dilakukan pada bulan Januari 2006.

2. Jurnal Penyesuaian untuk Aktiva Tetap Pembebanan beban yang disebabkan oleh
pemakaian aktiva tetap dicerminkan dalam penyusutan. Pada akhir periode akuntansi
pembebanan beban penyusutan yang belum dicatat, akan mengakibatkan nilai akun aktiva
tetap tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

3. Jurnal Penyesuaian untuk Beban Gaji Upah dan gaji yang telah menjadi hak pegawai
tetapi belum saatnya dibayar merupakan utang bagi perusahaan. Utang serta beban
tersebut yang belum dicatat, sehingga perlu dibuatkan ayat jurnal penyesuaian.

4. Jurnal Penyesuaian untuk Persediaan barang dagang adalah stok barang yang masih
ada yang belum terjual. Persediaan barang dagang dalam akuntansi dibedakan menjadi
persediaan barang dagang awal dan persediaan barang dagang akhir. Pencatatan jurnal
penyesuaian untuk persediaan pada perusahaan dagang tergantung pada sistem akuntansi
persediaan yang digunakan. Berikut ini dua sistem akuntansi persediaan.
Sistem Persediaan Periodik (Phisik) Menggunakan sistem periodik, jurnal
penyesuaiannya dilakukan secara berkala biasanya pada akhir periode akuntansi. Ada
dua pendekatan untuk mencatat jurnal penyesuaian barang dagang dengan sistem
periodik yaitu: pendekatan ikhtisar laba-rugi dan pendekatan harga pokok penjualan.
Sistem Persediaan Perpetual Jika menggunakan sistem persediaan perpetual maka
jurnal penyesuaian dilakukan pada saat barang dagangan dibeli atau dijual. Pada
materi ini kita menggunakan sistem persediaan periodik dengan pendekatan ikhtisar
laba-rugi dan pendekatan harga pokok penjualan.
Bentuk jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
1. Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Ikhtisar Laba-Rugi Apabila jurnal
penyesuaiannya menggunakan pendekatan ikhtisar labarugi maka hanya
menyesuaikan persediaan barang dagang pada awal dan akhir periode.
Persediaan barang dagang awal Setiap akhir periode akuntansi, persediaan barang
dagang awal disesuaikan dengan cara mendebit akun Ikhtisar Laba-Rugi dan
mengkredit akun Persediaan Barang Dagang. Penyesuaian persediaan barang
dagang awal dimaksudkan untuk memindahkan akun persediaan barang dagang
awal dari akun riil menjadi akun Laba-Rugi dan juga untuk me-nol-kan akun
Persediaan Barang Dagang awal. Saldo awal persediaan barang dagang harus
dinolkan karena Persediaan Barang Dagang awal dianggap sudah terjual dan telah
menjadi bagian dari harga pokok penjualan.
Persediaan barang dagang akhir Penyesuaian persediaan barang dagang akhir pada
akhir periode akuntansi dilakukan dengan mendebit akun Persediaan Barang
Dagang dan mengkredit akun Ikhtisar Laba-Rugi. Maksudnya adalah
memindahkan akun persediaan barang dagang akhir dari akun riil menjadi akun
Laba-Rugi dan mengurangi harga pokok barang yang dijual. Selain itu juga untuk
menampilkan persediaan barang dagang akhir di neraca karena barang tersebut
masih ada.

2. Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Harga Pokok Penjualan Pencatatan persediaan


barang dagang dengan pendekatan harga pokok penjualan (HPP) akan melibatkan
akun-akun Persediaan Barang Dagang, akun Pembelian, akun Beban Angkut
Pembelian, akun Retur Pembelian dan Pengurangan Harga, dan akun Potongan
Pembelian. Penyusunan jurnal penyesuaiannya seperti berikut ini.
Persediaan barang dagang awal Persediaan barang dagang awal merupakan unsur
dari himpunan harga pokok penjualan.
Pembelian Pembelian merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan.
Beban angkut pembelian. Beban angkut pembelian merupakan unsur dari
himpunan harga pokok penjualan.
Retur pembelian dan pengurangan harga Retur pembelian dan pengurangan harga
merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan yang menyebabkan harga
pokok penjualan berkurang.
Potongan pembelian merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan yang
menyebabkan harga pokok penjualan berkurang.
Persediaan barang dagang akhir Persediaan barang dagang akhir dicatat didebit
sedangkan harga pokok penjualan dikredit sehingga mengurangi harga pokok
penjualan.
Rekening yang harus disesuaikan
Saldo rekening yang perlu disesuaikan adalah :

1. Penyusutan/depresiasi aset tetap


Seluruh aset tetap kecuali tanah yang dimiliki perusahaan harus disusutkan/didepresiasi.
Terdapat beberapa metode untuk menyusutkan aset tetap, salah satunya adalah metode
garis lurus.

Contoh :
Sebuah mobil seharga Rp 90.000.000,- diperkirakan umur ekonomisnya adalah 10 tahun,
apabila disusutkan menggunakan metode garis lurus maka beban depresiasinya per tahun
adalah:

90.000.000 = Rp 9.000.000; per tahun


10

Jurnal untuk mencatat beban depresiasi tersebut adalah:

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Beban depresiasi

31-12-02 Akumulasi depresiasi kendaraan 9.000.000


9.000.000
(mencatat depresiasi kendaraan)

2. Beban dibayar di muka


Contoh :
Perusahaan membayar asuransi sebesar Rp 750.000 untuk masa 3 tahun yaitu tahun 2002
s/d 2004. Pada saat membayar perusahaan menggunakan pendekatan beban.

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Asuransi Dibayar di muka
31-12-2002 500.000
Beban Asuransi
- 500.000
3. Beban yang masih harus dibayar

Contoh :
Suatu perusahaan belum membayar gaji karyawan sebesar Rp 500.000;

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Beban Gaji
31-12-2002 500.000
Hutang Gaji
- 500.000

4. Pendapatan diterima di muka

Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel menerima pembayaran dari tamu hotel sebesar
Rp 750.000 untuk 5 hari. Hotel menggunakan pendekatan pendapatan.

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Pendapatan
31-12-2002 600.000
Pendapatan diterima dimuka
- 600.000

5. Piutang Pendapatan

Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel belum menerima pembayaran sewa kamar
sebesar Rp 500.000; karena pembayaran baru dilakukan pada saat check out.

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Piutang Pendapatan
31-12-2002 500.000
Pendapatan
- 500.000
6. Pemakaian perlengkapan

Perlengkapan adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang


habis terpakai dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus
dihitung berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang
masih tersisa.

Contoh akun perlengkapan adalah perlengkapan toko, perlengkapan kantor, dan


sebagianya.
Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban

Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 15 Mei 2008 dibeli perlengkapan kantor seharga Rp2.500.000,00 secara
tunai. Pada akhir periode akuntansi tanggal 31 Desember 2008, perlengkapan yang
masih tersisa sebesar Rp750.000,00.

Jika dicatat sebagai harta (aktiva), ayat jurnal pada tanggal 15 Mei 2008 adalah:
JP : Perlengkapan kantor Rp 2.500.000,00 ( D )
Kas Rp 2.500.000,00 ( K )

Bagian perlengkapan yang sudah terpakai sebesar Rp1.750.000,00


(=Rp2.500.000,00 - Rp750.000,00) ditetapkan menjadi beban, ayat jurnal
penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:

JP : Beban perlengkapan kantor Rp 1.750.000,00 ( D )


Perlengkapan kantor Rp 1.750.000,00 ( K )

Jika dicatat sebagai beban, ayat jurnal pada tanggal 15 Mei 2008 adalah:
JP : Beban perlengkapan kantor Rp 2.500.000,00 ( D )
Kas Rp 2.500.000,00 ( K )

Bagian perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp750.000,00 belum menjadi


beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:

JP : Perlengkapan kantor Rp 750.000,00 ( D )


Beban perlengkapan kantor Rp 750.000,00 ( K )
Nama : Yobelia Habel

NIM : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Perusahaan Dagang

1. Definisi Perusahaan Dagang


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang bergerak dibidang membeli barang dagangan dan
menjualnya kembali tanpa merubah bentuk dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (laba).
Sedangkan barang dagangan (merchandise inventory) adalah barang yang dibeli
perusahaan untuk dijual kembali. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan tanpa merubah barang.

2. Ciri ciri Perusahaan Dagang


Ciri ciri perusahaan dagang adalah dilihat dari dua hal yaitu usaha yang dilakukan dan kegiatan
akuntansinya.
a. Usaha yang dilakukan
Perusahaan Dagang adalah membeli barang dagang dan menjualnya tanpa mengadakan perubahan
(pengolahan) terlebih dahulu.
Contoh Perusahaan Dagang yang cukup dikenal adalah PT Matahari Putra Prima, pemilik rantai
toko Matahari.
b. Kegiatan akuntansi
Menggunakan Akun Persediaan Barang Dagang.
Ada penghitungan harga pokok penjualan.
Laporan laba-rugi dapat menggunakan bentuk single step (langsung) dan multiple step
(bertahap).

3. Perusahaan Dagang
Ada beberapa transaksi yang terjadi hanya di perusahaan dagang. Transaksi transaksi ini
merupakan ciri ciri dari perusahaan dagang. Beberapa transaksi transaksi yang hanya terjadi di
perusahaan dagang yaitu :
-Membeli barang dagang secara kredit.
-Membeli barang dagang secara tunai.
-Mengembalikan barang dagang.
-Menerima potongan pembelian.
-Membayar atau menerima penghitungan biaya angkut pembelian.
-Menjual barang dagang secara kredit.
-Menjual barang dagang secara tunai.
-Menerima kembali barang dagang yang telah dijual.
-Memberi potongan penjualan

4. Akun akun Perusahaan Dagang


Dalam perusahaan dagang, akun-akun yang biasanya dijumpai antara lain:
a. Akun Pembelian adalah akun yang digunakan untuk membeli barang dagangan baik secara
tunai maupun secara kredit.
b. Akun Penjualan adalah akun yang digunakan untuk menjual barang dagangan baik secara
tunai maupun secara kredit.
c. Akun Retur pembelian dan pengurangan harga adalah akun untuk mengembalikan sebagian
barang yang telah dibeli kepada penjual karena rusak atau tidak sesuai dengan pesanan.
d. Akun Retur penjualan dan pengurangan harga adalah akun untuk menerima kembali sebagian
barang yang telah dijual dari pembeli karena rusak atau tidak sesuai dengan pesanan.
e. Akun Utang dagang adalah akun untuk mencatat timbulnya utang dagang dan pelunasan
kewajiban atas pembelian secara kredit.
f. Akun Piutang dagang adalah akun untuk mencatat timbulnya piutang dagang dan penerimaan
pelunasan piutang atas penjualan secara kredit.
g. Akun Potongan pembelian adalah akun untuk mencatat potongan yang diterima pembeli
karena melunasi utang dalam masa potongan.
h. Akun Potongan penjualan adalah akun untuk mencatat potongan yang diberikan oleh penjual
karena menerima pelunasan piutang dalam masa potongan
i. Akun Beban angkut pembelian adalah akun untuk mencatat timbulnya beban angkut yang
ditanggung pembeli.
j. Akun Beban angkut penjualan adalah akun untuk mencatat beban angkut untuk mengirim
barang yang ditanggung oleh penjual.

5. Syarat Pembayaran Perusahaan Dagang


Syarat pembayaran adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk pembayaran barang-
barang dagang yang dibeli. Dengan demikian, batas antara pembelian tunai dan pembelian kredit
menjadi jelas.
Beberapa Syarat pembayaran yang lazim digunakan dalam transaksi adalah sebagai berikut

Syarat Pembayaran Artinya

2/10, n/30. jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu sepuluh hari atau kurang
akan mendapat potongan 2%, dan pembayaran neto faktur paling lambat
30 hari
Syarat 2/10, 1/15, jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang akan
n/30 mendapat potongan 2%. Tetapi jika pembayaran dilakukan setelah lewat
batas 10 hari sampai 15 hari, akan mendapat potongan 1%. Pembayaran
neto faktur paling lambat 30 hari.
n/60 pembayaran dilakukan selambat-lambatnya 60 hari setelah tanggal
transaksi jual beli.
EOM harga neto faktur harus dibayar pada akhir bulan atau pada bulan di mana
transaksi penjualan itu terjadi.

6. Syarat Penyerahan Barang


Syarat penyerahan barang merupakan suatu hal yang perlu disepakati oleh pembeli dan
penjual.Syarat penyerahan amat penting karena menyangkut biaya pengangkutan (pengiriman)
dan risiko barang pada saat pengangkutan. Syarat mengatur siapa yang membayar biaya angkut
dan siapa yang menanggung risiko atas barang tersebut mulai dari gudang penjual sampai gudang
pembeli. Syarat penyerahan barang yang umum dipakai adalah FOB shipping point dan FOB
destination point.

Syarat Penyerahan Penanggung Beban Pencatatan Transaksi


Barang Angkut
FOB Shipping Point pembeli transaksi dianggap telah terjadi dan
dapat dibukukan sejak saat barang
diserahkan dari gudang penjual
FOB Destination Point penjual transaksi dianggap sah jika barang
telah diserahkan oleh penjual di
gudang pembeli.
Contoh Perhitungan Akuntansi Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang memiliki ciri khusus pencatatan pendapatan dari penjualan
barang dagangan. Untuk melaksanakan aktivitas penjualan, perlu adanya pembelian
barang dagang. Laba diperoleh dari penjualan dikurangi dengan biaya HPP. Ini
berbeda dengan perusahaan jasa di mana yang dijual adalah jasa (servis) perusahaan.
Laba yang dihasilkan berasal dari pendapatan jasa dikurangi dengan beban
operasionalnya.

Dari contoh penghitungan di atas, tampak jelas perbedaan perolehan laba bersih antara
perusahaan dagang dan jasa. Dalam perusahaan dagang, untuk mendapatkan laba, penjualan
barang harus dikurangi dengan HPP yang dihasilkan pada saat penjualan. Kemudian kurangi
lagi dengan beban operasional seperti beban gaji, listrik, dsb sehingga terbentuk laba bersih.
Perlu diketahui juga bahwa akuntansi perusahaan dagang harus memilih satu dari dua
metode persediaan yang berlaku yakni metode perpetual dan metode periodik. Adapun
contoh transaksi dan jurnal yang terbentuk dalam akuntansi perusahaan dagang menggunakan
software akuntansi secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Contoh Daftar Transaksi Pembelian


Di bawah ini ada beberapa contoh jurnal transaksi pembelian barang dan jasa. Nomor
referensi 00000001 menunjukkan jurnal pembelian barang secara kredit sehingga
membentuk nilai hutang usaha di posisi kredit yang menandakan bahwa hutang usaha
bertambah. Nomor referensi 00000011 menunjukkan jurnal transaksi pembelian barang
secara tunai sehingga membentuk kas keluar di posisi kredit. Nomor referensi 00000010
menunjukkan jurnal pembelian jasa secara kredit. Pembelian jasa akan mengakui adanya
beban di posisi debit.
Contoh Daftar Transaksi Penjualan
Di bawah ini beberapa contoh jurnal transaksi penjualan barang dan jasa. Ada perbedaan
yang kentara antara jurnal penjualan barang dan jasa. Contohnya pada nomor referensi
00000002 terbentuk 2 jurnal yakni:

Jurnal Penjualan:
[D] Piutang Usaha
[K] Utang PPN
[K] Penjualan Produk 1

Jurnal Penyesuaian:
[D] Biaya 1
[K] Persediaan 1

Adanya jurnal penyesuaian persediaan untuk membentuk biaya HPP (ditunjukkan


dengan akun Biaya 1). Biaya HPP ini yang menjadi pengurang penjualan untuk
menghasilkan laba kotor persediaan.

Sedangkan pada nomor referensi 00000014, jurnal yang terbentuk hanya 1 dan
langsung mengakui pendapatan pada posisi kredit.
Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

JURNAL KHUSUS
Jurnal khusus adalah buku harga yang dirancang untuk mencatat transaksi tertentu secara khusus.
Misalnya transaksi penerimaan tunai dicatat pada satu buku harian, pembelian kredit dicatat pada
suatu buku harian dan seterusnya. Sehingga kapan saja informasi diperlukan, Jurnal Khusus dapat
memberikan informasi secara cepat dan tepat. Jenis-jenis jurnal khusus yang dapat dipergunakan
antara lain :

1. Jurnal pembelian (Purchase Journal).


2. Jurnal Pengeluaran kas (Cash payment Journal)
3. Jurnal penjualan ( Sales Journal )
4. Jurnal penerimaan kas ( Cas Receipt Journal )

1. JURNAL PEMBELIAN
Jurnal pembelian dipergunakan untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian secara kredit.
Pemakaian jurnal ini bertujuan untuk menyederhanakan pencatatan dalam jurnal dan
memudahkan posting ( pembukuan ) kedalam rekening-rekening buku besar. Pencatatan dalam
jurnal pembelian dilakukan secara harian atas semua transaksi pembelian kredit, sesuai dengan
tanggal terjadinya transaksi, sedangkan posting kedalam rekening-rekening buku besar dilakukan
secara komulatif pada akhir bulan. Perusahaan dapat menyediakan jurnal pembelian untuk
mencatat pembelian barang dagangan secara kredit saja, dapat pula menyediakan jurnal
pembelian untuk mencatat semua pembelian keredit baik untuk barang dagangan maupun yang
lain-lain. Jika jurnal pembelian hanya digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan
secara kredit dapat berbentuk sebagai berikut:

Jurnal pembelian Halaman

Tanggal No Faktur Keterangan Syarat Pembayaran Ref Jumlah

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Keterangan;

1. Kolom tanggal untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi pembelian.


2. Untuk mencatat nomor faktur atas pembelian barang dagangan.
3. Tempat mencatat nama dan alamat kreditur, darimana perusahaan membeli barang dagangan
tersebut.
4. Untuk mencatat syarat pembayaran sebagaimana tercatum dalam faktur, misalnya 2/10,n/30
5. Tempat memberi tanda ( v ) setelah jumlah tersebut dipindahkan kerekening-rekening buku
besar pembantu yang sesuai.
6. Tempat mencatat jumlah rupiah sesuai dengan yang tercatat dalam faktur.

Jika jurnal pembelian digunakan untuk mencatat semua pembelian secara kredit, baik untuk barang
dagangan maupun lain-lain,maka disediakan kolom untuk rekening-rekening yang sering berulang
terjadi, sedangkan untuk rekening yang jarang terjadi disediakan kolom serba-serbi, sehingga
bentuknya dapat sebagai berikut:
Jurnal Pembelian Halaman
Tanggal No. Keterangan Syarat Ref Debet Kredit
Faktur Pemba-
yaran Pembe- Perleng Serba Serbi Utang
lian kapan Dagang

Ref Rekening Jumlah

Keterangan :
Jika terjadi pembelian barang yang kolomnya sudah tersedia maka pencatatannya dilakukan sebagai
berikut :
- Mencatat tanggal kejadian, nomor faktur dan syarat pembayaran pada kolom yang tersedia.
- Mencatat nama dan alamat kreditur pada kolom keterangan.
- Mencatat jumlah rupiah pada sisi debet di kolom rekening yang sesuai dan pada sisi kredit pada
kolom utang dagang.
Jika terjadi pembelian barang secara kredit sedangkan kolomnya tidak tersedia secara khusus, maka
nama rekening dan jumlahnya dicatat pada kolom serba-serbi, dan selanjutnya jumlahnya dicatat pula
pada sisi kolom utang dagang.
Contoh :
Perusahaan dagang Nurani dalam bulan maret 1991 mencatat transaksi-transaksi berikut, yang
berhubungan dengan pembelian secara kredit :
2 Maret Dibeli barang dagang dari pt. Agung dengan harga Rp. 750.000,00 syarat pembayaran
2/10, n/30.
9 Maret Dibeli secara kredit dari toko merapi, perlengkapan toko seharga Rp. 125.000,00.
12 Maret Dibeli dari PD. Rinjani barang dagang seharga Rp. 1.500.000,00 syarat pembayaran
2/10, n/60.
15 Maret Dibeli barang dagang dari toko Muria dengan syarat pembayaran 1/10, n/30 seharga
Rp. 900.000,00.
18 Maret dibeli secara kredit dari toko Bromo perlengkapan toko seharga Rp. 250.000,00.
25 Maret Dibeli peralatan untuk kantor dengan harga Rp. 750.000,00.
Jika jurnal pembelian berfungsi untuk mencatat pembelian barang dagang secara kredit saja, maka
transaksi-transaksi diatas dicatat sebagai berikut :
Jurnal Pembelian Halaman : 05

Tanggal Keterangan Syarat pembayaran Ref Jumlah

Maret 2 12 PT. Agung PD. Rinjani 2/10, n/30 2/10, n/60 Rp. 750.000,00 Rp.
15 Toko muria 1/10, n/30 1.500.000,00
Rp. 900.000,00

Rp. 3.150.000,00

Jurnal Umum Halaman : 02

Tanggal Rekening dan Keterangan Ref Debet Kredit

Maret 9 18 Perlengkapan Utang dagang, Rp. 125.000,00 - - Rp. 125.000,00


Toko Rp. 250.000,00 -
25 Merapi - Rp. 250.000,00
Perlengkapan Rp. 750.000,00 -
Utang dagang, Toko - Rp. 750.000,00
Bromo
Peralatan
Utang dagang, Toko
Merapi

Jika jurnal pembelian dipakai untuk mencatat pembelian secara kredit, baik untuk barang dagang
maupun lain-lain, maka pencatatannyasebagai berikut :
Jurnal Pembelian Halaman : 05

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

Utang Pembelian Serba Serbi Utang


Dagang
Rekening Jumlah

1991 2 PT. Agung 750.000,00 - Peralatan - 750.000,00


Maret 9 Toko Merapi - 125.000,00 - 125.000,00
12 PD. Rinjani 1.500.000,00 - - 1.500.000,00
15 Toko Muria 900.000,00 - - 900.000,00
18 Toko Bromo - 250.000,00 - 250.000,00
25 Toko Merapi - - 750.000,00 750.000,00

3.150.000,00 375.000,00 750.000,00 4.275.000,00

2. JURNAL PENGELUARAN KAS


Jurnal pengeluaran kas dipergunakan untuk mencatat semua transaksi pengeluaran atau
pembayaran dengan uang tunai.

Jurnal pengeluaran kas dapat berbentuk sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

Utang Pembelian Serba Serbi Kas Potongan


Pembelian
Ref Rekening Jumlah

Penjelasan:
Transaksi yang kolomnya sudah tersedia, pencatatannya dilakukan sebagai berikut:

1. Mencatat tanggal,nomor bukti, pada kolom yang tersedia.


2. Mencatat nama dan alamat debitur atau keterangan lain yang bersangkutan dengan transaksi,
pada kolom keterangan.
3. Mencatat jumlah disisi debet pada kolom rekening yang sesuai dan sisi kredit kolom kas.
Transaksi yang kolomnya tidak tersedia, pencatatannya dilakukan seperti diatas, namun untuk nama
rekening dan jumlahnya dicatat pada kolom serba-serbi.
Kolom kas untuk mencatat jumlah uang yang dibayarkan sedangkan kolom potongan pembelian
untuk mencatat jumlah potongan atas pembayaran utang karna melunasi dalam masa potongan.
Contoh:
Perusahaan dagang Nurani dalam bulan Maret 1991 mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan
dengan pengeluaran kas sebagai berikut:
1 Maret Dibeli tunai barang dagang dari toko Ciliwung seharga Rp. 650.000,00.
4 Maret Dibeli dari toko Cisadane mesin tik untuk kantor dengan harga Rp. 475.000,00.
5 Maret Dibayar utang kepada toko Merpati sebesar Rp. 250.000,00.
7 Maret Dibeli tunai barang dagang dari toko citarum dengan
Harga. Rp. 500.000,00
Rabat 10%. Rp. 50.000,00
Dibayar per kas Rp. 450.000,00
11 Maret Dibayar utang kepada PT. Agung sebesar Rp. 720.000,00 dengan memperoleh
potongan tunai 2%.
13 Maret Dibeli kertas tik, karbon, clip secara tunai dengan harga Rp. 125.000,00.
20 Maret Dibayar lunas faktur toko Muria tanggal 15 Maret yang lalu sebesar Rp. 900.000,00
dengan potongan tunai 1%.
30 Maret Dibayar gaji kariyawan Rp. 500.000,00.
Pencatatannya dalam jurnal pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Reff Debet Kredit

Utang Pembelian Serba Serbi Kas Potongan


Pembelian
Reff Rekening Jumlah

1991 1 Pembelian - 650.000,00 - - 650.000,00 -


Maret 4 tunai - - peralatan 475.000,0 475.000,00 -
5 Mesin tik 250.000,0 - perlengk. 0 250.000,00 -
7 Toko 0 450.000,00 Beban - 450.000,00 -
1 Merapi - - gaji - 705.000,00 14.400,00
1 Pembelian 720.000,0 - - 125.000,00 -
1 tunai 0 - 125.000,0 891.000,00 9.000,00
3 PT. Agung - - 0 500.000,00 -
2 Kertas 900.000,0 -
0 tik,karbon, 0 500.000,0
3 clip - 0
0 Toko
Muria
Gaji
karyawan

1.870.000, 1.100.000,0 1.100.000, 4.046.600,0 23.400,00


00 0 00 0
3. JURNAL PENJUALAN
Jurnal penjualan dipergunakan untuk mencatat penjualan barang dagang secara kredit.
Jurnal penjualan dapat berbentuk sebagai berikut:

Jurnal Penjualan Halaman : ..

Tanggal No. Keterangan Syarat Ref Jumlah


Faktur pembayaran

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Keterangan:

1. Tempat mencatat tanggal terjadinya transaksi.


2. Tempat mencatat nomor faktur.
3. Diisi dengan nama debitur beserta alamatnya.
4. Tenpat mencatat syarat pembayaran, misalnya 2/10, n/30.
5. Untuk memberi tanda (v) jika jumlah tersebut sudah dipindahkan kebuku besar pembantu
piutang.
6. Untuk mencatat jumlah sesuai dengan yang terdapat pada faktur.

Contoh:
Perusahaan dagang Nurani dalam bulan Maret 1991 mencatat transaksi-transaksi penjualan barang
dagang secara kredit sebagai berikut:
5 Maret Dijual kepada toko Sumba barang dagang dengan harga Rp. 650.000,00 syarat
pembayaran 2/10, n/30 No. Faktur 021.
8 Maret Faktur No. 013 dikirimkan kepada toko Melati atas penjualan barang seharga Rp.
800.000,00 syarat pembayaran 1/10,n/60.
21 Maret Dijual kepada toko Sawu barang dagang dengan harga Rp. 1.200.000,00 syarat
pembayaran 3/10, n/30 No. Faktur 014.
28 Maret Dijual kepada toko Mawar barang dagang seharga Rp. 600.000,00 syarat pembayaran
2/10, n/30. No. Faktur 015.
Pencatatannya dalam jurnal penjualan:

Jurnal Penjualan Halaman : 09


Tanggal No. Keterangan Syarat Ref Jumlah
Faktur pembayaran

Maret - 5 8 012 013 Toko Samba Toko 2/10, n/30 1/10, Rp. 650.000,00 Rp.
- 21 014 Melati n/60 800.000,00
- 28 015 Toko Sawu 3/10, n/30 Rp.1.200.000,00
Toko Mawar 2/10, n/30 Rp. 600.000,00

Rp.3.250.000,00

4. JURNAL PENERIMAAN KAS


Jurnal penerimaan kas dipergunakan untuk mencatat transaksi-transaksi penerimaan uang
tunai.Kolom-kolom dalam jurnal penerimaan dalm kas disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
Jurnal penerimaan kas dapat berbentuk sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

Kas Potongan Piutang Penjualan Serba serbi


Penjualan

Ref Rekening Jumlah

Penjelasan:
Transaksi yang kolom rekeningnya sudah tersedia, dicatat tanggal kejadianya pada kolom tanggal ,
nama dibetur atau keterangan lain pada kolom keterangan, sedangkan jumlahnya dicatat di sisi debit
pada kolom kas, dan sisi kredit pada kolom yang sesuai.
Transaksi yang kolom rekeningnya tidak tersedia, jumlahnya dicatat pada kolom kas disisi debet dan
nama rekening serta jumlahnya dicatat pada kolom serba-serbi.
Kolom kas untuk mencatat uang yang diterima, sedangkan kolom potongan penjualan untuk mencatat
jumlah potongan yang diberikan karena pelunasan piutang dalam masa potongan.
Setiap transaksi paling sedikit dicatat dalm dua kolom, yaitu satu kali di sisi debet dan satu lagi disisi
kredit.
Contoh:
Perusahaan dagang Nurani dalam bulan Maret 1991 mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan
dengan penerimaan kas sebagai berikut:
6 Maret Dijual tunai kepada toko Toba barang dagang dengan harga Rp. 475.000,00.
8 Maret Diterima dari toko Mawar sebesar Rp. 350.000,00.
14 Maret Diterima dari toko Sumba pelunasan faktur tanggal 5 Maret sebesar Rp. 625.000,00
dengan potongan tunai 2%.
16 Maret Dijual barang dagang secara tunai kepada toko Tondano seharga Rp. 250.000,00.
19 Maret Diterima dari toko Melati pelunasan faktur tanggal 8 Maret 1991 sebesar Rp. 800.000,00
.
21 Maret Diterima uang sewa sebagian ruangan sebesar Rp. 250.000,00.
22 Maret Diterima dari toko Sawu Rp. 625.000,00 sebagai pelunasan utangnya.
26 Maret Dipinjam uang dari BNI 1946 uang sebesar Rp. 2.000.000,00.
Pencatatan dalam jurnal penerimaan kas adalah sebagai berikut:
Jumlah Penerimaan Kas
Halaman : 05

Tangga Keteranga Re Debet Kredit


l n f
Kas Potongan Piutang Penjualan Serba serbi
Penjuala
n

Re Rekening Jumlah
f

1991 6 Penjualan 475.000,00 - - 475.000,0 Pendapata -


Mare 8 tunai 350.000,00 - 350.000,00 0 n sewa -
t 1 Toko 611.500,00 13.500,00 625.000,00 - Utang -
4 Mawar 250.000,00 - - - Bank -
1 Toko 800.000,00 - 800.000,00 250.000,0 -
6 Samba 250.000,00 - - 0 250.000,00
1 Penjualan 625.000,00 - 625.000,00 - 2.000.000,0
9 tunai 2.000.000,0 - - - 0
2 Toko melati 0 -
1 Sewa -
2 ruangan
2 Toko sawu 5.361.500,0 13.500,00 2.400.000,0 725.000,0 2.250.000
2 Pinjaman 0 0 0
6 Bank
Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas
keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut.
Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi
serta kegiatan keuangan.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih dari satu
aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka
bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman
merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
1. Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari
operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh
dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi
bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
- penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
- penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
- pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
- pembayaran kas kepada karyawan;
- penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim,
anuitas dan manfaat asuransi lainnya;
- pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;
- penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan
perdagangan.
Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari
metode berikut ini:
a. metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran
kas bruto diungkapkan; atau
b. metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau
pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan .
2. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas
tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
- pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain,
termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri;
- penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva
jangka panjang lain;
- perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
- uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang
dilakukan oleh lembaga keuangan) .
- pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts dan
swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or
trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan;
Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode
langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan
yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.
Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:
a. dari catatan akuntansi perusahaan; atau
b. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi
untuk:
c. perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama periode berjalan;
d. pos bukan kas lainnya; dan
e. pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasidan pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan
laba atau rugi bersih dari pengaruh:
1. perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan;
2. pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta
asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam
laba/rugi konsolidasi; dan
3. semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sebagai alternatif,
berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan
menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan laba rugi serta perubahan dalam
persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode.
3. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna
untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
- penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya
- pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan
- penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya o pelunasan
pinjaman
- pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).

Metode Pelaporan

1. Pelaporan arus kas aktivitas operasional menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode langsung (Direct method): dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto
dan pengeluaran kas bruto di ungkapkan.

Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh:

Catatan akuntansi entitas rumah sakit.


Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan.
Pos buku kas lainnya.
Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

b. Metode tidak langsung (Indirect method): dengan metode ini perubahan aset bersih disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (defferal) atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan dan ungsur penghasilan
atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan
perubahan aset bersih dari pengaruh:

Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan.
Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian
valuta asing yang belum direalisasi.
Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Arus Kas

1. Pengertian Arus Kas


Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran
kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas
keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional,
kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.

2. Tujuan dan Kegunaan Arus Kas


Sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. informasi yang diberikan
dalam suatu laporan kas, jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan
keuangan lainnya, harus membantu investor, kreditor dan pihak lainnya untuk:
1. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan membayar
dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan eksternal.
3. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dibanding penerimaan serta pengeluaran kas yang
berkaitan.
4. Menilai pengaruh transaksi investasi dan pendanaan baiuk kas maupun non kas terhadap
posisi keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Bentuk dan Metode Laporan Arus Kas

A. Metode Lansung
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang
kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas
berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional
dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih
lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode
tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta
lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi. Berikut ini diberikan
contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak langsung.
Metode Langsung

PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)

Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :


Kas yang diterima dari pelanggan 951.000
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan 555.200
Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
Kas untuk membayar biaya bunga 14.000
Kas untuk membayar pajak 29.000

858.000
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000

Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi


:
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi

Aliran kas dari kegiatan keuangan :


Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000

Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi
penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk
berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci menurut
jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluara kas.

Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut
sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income tersebut
berubah menjadi net cashflows dari operasi.
B. Metode Tidak Langsung

Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi
bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa
lalu dan masa depan, dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi
atau pendanaan.

Jadi pada dasarnya metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan
laporan laba rugi dan neraca. Dalam metode tidak langsung arus kas bersih diperoleh dari aktifitas
operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :

1. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan.
2. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian,
valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak
minoritas dalam laba/rugi konsolidasi.
3. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
Metode Tidak Langsung

PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)

Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :


Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500
Ditambah :
Biaya depresiasi 18.000
Penurunan persediaan kantor 8.000
Kenaikan hutang jangka pendek 16.800
Kenaikan hutang biaya 1.200
44.000
Dikurangi :
Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000
Kenaikan piutang usaha 9.000
Penurunan hutang pajak 1.500
Laba penjualan aktiva tetap 30.000
41.500
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000

Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :


Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi

Aliran kas dari kegiatan keuangan :


Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000

Jika kita amati contoh di atas, terlihat bahwa perbedaan antara metode langsung dengan metode
tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi, sementara itu baik aliran
kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah sama penyajiannya.
4. Penyajian Laporan Arus Kas
A. Klasifikasi Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas berdasarkan kegiatan operasi, investasi,
dan pembiayaan. Karakteristik transaksi dan peristiwa lainnya dari setiap jenis kegiatan
adalah :
1. Kegiatan operasi melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam
penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta
pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta
membayar beban.
2. Kegiatan investasi umumnya melibatkan aktiva jangka panjang dan mencangkup (a)
pemberian serta penagihan pinjaman, dan (b) perolehan serta pelepasan investasi dan
aktiva produktif jangka panjang.
3. Kegiatan pembiayaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta
mencangkup (a) perolehan kas dari kreditor dan pembayaran kembali pinjaman, serta (b)
perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas, dan
pengembalian dari investasinya.
Nama : Yobelia Habel

Nim : A31114035

Jurusan : Akuntansi

Perusahaan Manufaktur
1. Pengertian Perusahaan Manufaktur Proses
Perusahaan manufaktur proses adalah perusahaan yang memiliki kegiatan pokok membeli bahan
baku dan mengolahnya menjadi barang jadi untuk dijual dengan harga tinggi, dan menggunakan
metode harga pokok proses untuk menentukan harga pokok produk. Ciri-ciri perusahaan
manufaktur proses antara lain kegiatan produksi dilakukan terus menerus dan spesifikasi produk
yang dihasilkan sama antara satu dan lainnya (standar). Pengertian Metode Harga Pokok Proses
adalah cara penentuan harga pokok produk dimana total biaya produksi dibebankan kepada proses
produksi selama periode yang bersangkutan dan dibagikan sama rata kepada produk yang
dihasilkan dalam periode tersebut. Contoh: Perusahaan industri elektronika, Industri peralatan
kantor, Industri mebel dan furniture, Industri peralatan rumah tangga (houseware), Industri
pakaian jadi (garment), Industri kertas, Industri sepatu dan sandal, Industri lampu pijar, Industri
permen (candies).

2. Klasifikasi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur Proses


Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur proses sama seperti biaya-biaya
yang terjadi dalam perusahaan manufaktur pesanan, seperti biaya produksi, biaya penjualan dan
biaya administrasi/umum. Klasifikasi biaya dalam perusahaan manufaktur proses sebagai berikut:
1. Biaya Produksi (Production Costs)
a. Biaya bahan baku (Raw Material Cost) Biaya bahan baku adalah biaya yang terjadi karena
pemakaian bahan baku dalam proses produksi dan menjadi bagian utama dari barang yang
dihasilkan. Contohnya pemakaian kayu dan jok busa untuk perusahaan industri mebel dan
furniture.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi.
Contohnya gaji karyawan bagian pemotongan (cutting), uang lembur, uang jasa produksi, uang
makan, dan sebagainya untuk perusahaan industri mebel dan furniture.
c. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya (Actual Factory Overhead Cost) Biaya overhead pabrik
adalah biaya-biaya dikeluarkan atau dibebankan untuk kegiatan produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contohnya pemakaian dempul, paku, vernis, cat,
amplas, biaya listrik, biaya asuransi pabrik, dan sebagainya untuk perusahaan industri mebel
dan furniture.
d. Biaya Overhead Pabrik Dibebankan (Applied Factory Overhead Cost)
Dalam perusahaan manufaktur proses, ada kesulitan dalam penentuan biaya overhead yang
sesungguhnya terjadi pada akhir periode, seperti biaya listrik, air, dan lain-lain. Kesulitan ini
diatasi dengan cara pembebanan biaya overhead pabrik (taksiran) ke dalam biaya produksi,
dengan cara mendebet Persediaan BDP- Biaya Overhead dan mengkredit Biaya Overhead
Pabrik. Selisih antara biaya overhead sesungguhnya (sebelah debet) dengan biaya overhead
dibebankan (sebelah kredit) nampak pada buku besar biaya overhead pabrik ditutup dan
dibebankan ke dalam biaya produksi pada akhir periode.
Biaya Utama (Prime Cost)
Istilah biaya utama (prime cost) digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Hal ini karena kedua unsur biaya ini merupakan biaya paling utama dalam proses
produksi. Biaya Konversi (Conversion Cost)
Istilah biaya konversi (conversion cost) digunakan untuk biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik. Hal ini karena kedua unsur biaya ini diperlukan untuk merubah atau
mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi.

2. Biaya Administrasi dan Umum (General and Admnistrations Expense)


a. Biaya Gaji Karyawan Administrasi & Umum (Office Salary Expense)
Contoh: Gaji manager, kasir, office boy, satpam, pembukuan, dan sebagainya.
b. Biaya Utilitas Kantor (Office Utility Expense)
Contoh: Biaya listrik, telepon, air untuk bagian kantor.
c. Biaya Perlengkapan Kantor (Office Supplies Expense)
Contoh: pemakaian alat tulis kantor, tinta printer, pita mesin tik, formulir-formulir, buku,
kertas, dan sebagainya.
d. Biaya asuransi bagian kantor (Office Insurance Expense)
Contoh: Alokasi biaya asuransi untuk bagian kantor.
e. Biaya-biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan administrasi kantor.

3. Biaya Penjualan (Selling Expense)


a. Biaya Gaji Karyawan Penjualan (Selling Salary Expense)
Contoh: Gaji manager, salesman, uang makan, komisi penjualan, dan sebagainya
b. Biaya promosi (Promotion Expense)
Contoh: Biaya pembuatan spanduk/banner, biaya iklan media cetak, dan sebagainya yang
berkaitan dengan kegiatan promosi.
c. Biaya komisi order ( Commision Expense)
Contoh: komisi untuk pemberi order, dan sebagainya
d. Biaya transport penjualan (Transportation Expense)
Contoh: Biaya bahan bakar mobil boks, biaya servis mobil, uang transport harian, dan
sebagainya.
e. Biaya asuransi bagian penjualan (Selling Insurance Expense)
Contoh: Alokasi biaya asuransi mobil boks, biaya asuransi kantor bagian penjualan.

3. Persediaan Barang Dalam Perusahaan Manufaktur


Jenis-jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur dapat dikelompokkan menjadi:

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory)


Istilah ini sering juga disebut Persedian Bahan (Material) saja. Persedian bahan adalah akun yang
menunjukkan nilai harga pokok persediaan bahan baku yang tersedia pada suatu saat tertentu dan
siap digunakan untuk proses produksi. Nilai persediaan akhir bahan diperoleh dari persediaan
awal bahan ditambah dengan jumlah pembelian bersih bahan dan dikurangi dengan jumlah
pemakaian bahan yang telah digunakan untuk produksi dalam satu periode. Contoh: Persediaan
kayu ramin, kayu rasamala, kayu meranti, kayu ebony, jok busa, jok limbah kayu, untuk
perusahaan industri mebel dan furniture.
2.Persediaan Bahan Penolong (Sub Material Inventory)
Persedian bahan penolong adalah akun yang menunjukkan nilai harga pokok persediaan penolong
yang tersedia pada suatu saat tertentu dan siap digunakan untuk membantu proses produksi. Nilai
persediaan akhir bahan penolong diperoleh dari persediaan awal bahan penolong ditambah
dengan jumlah pembelian bersih bahan penolong dan dikurangi dengan jumlah pemakaian bahan
penolong yang telah digunakan untuk produksi dalam satu periode. Contoh: Persediaan dempul,
vernis, paku, amplas, cat melamix, cat semprot, dan sebagainya, untuk perusahaan industri mebel
dan furniture.

3. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process Inventory)


Persediaan barang dalam proses (BDP) merupakan akun yang menunjukkan nilai bahan, tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik yang sudah digunakan dalam proses produksi tetapi belum
selesai sebagai barang jadi pada akhir periode. Nilai persediaan akhir BDP diperoleh dari
persediaan awal BDP ditambah dengan jumlah biaya bahan, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik yang telah digunakan untuk menyelesaikannya, kemudian dikurangi dengan nilai
persediaan barang jadi yang selesai dalam satu periode. Contoh: Persediaan BDP- kursi
macintosh, Persediaan BDP- kursi olympia, Persediaan BDP- meja biro, untuk perusahaan
industri mebel dan furniture.

4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory)


Persediaan barang jadi adalah akun yang menunjukkan harga pokok barang yang sudah selesai
dikerjakan dan nilai barang jadi yang masih ada pada akhir periode yang siap untuk dijual atau
dikirimkan. Nilai persediaan akhir barang jadi diperoleh dari persediaan awal barang jadi
ditambah dengan jumlah barang dalam proses (BDP) yang sudah selesai dikerjakan dan dikurangi
dengan harga pokok penjualan barang dijual dalam satu periode. Contoh: Persediaan barang jadi-
kursi macintosh, Persediaan barang jadi- kursi olympia, Persediaan barang jadi- meja biro, dan
sebagainya untuk perusahaan industri mebel dan furniture.

CV. Akuntansi ID Konveksi


NERACA
Per 31 Desember 2012

I AKTIVA
i AKITVA LANCAR 1,328,093,834.69 1,348,131,964.16
Kas Utama 258,152,300.00 219,429,455.00
Kas Bank BRI 425,245,303.14 467,773,004.45
Kas Bank BNI 358,664,231.55 394,530,654.71
Piutang Dagang 264,578,500.00 242,800,000.00
Perlengkapan ATK 21,453,500.00 23,598,850.00

ii Persediaan 1,489,944,575.00 2,012,892,197.50


Persediaan Barang Jadi 1,404,331,000.00 1,895,630,300.00
Persediaan Dalam Proses 25,152,500.00 37,728,750.00
Persediaan Bahan Baku 55,792,325.00 72,530,022.50
Persediaan Bahan Pembantu 4,668,750.00 7,003,125.00
iii AKTIVA LANCAR LAINNYA 204,100,000.00 183,690,000.00
Beban Dibayar dimuka 123,450,000.00 111,105,000.00
Asuransi Dibayar dimuka 35,250,000.00 31,725,000.00
Beban Iklan di bayar di muka 45,400,000.00 40,860,000.00

iv AKTIVA TETAP 3,448,945,666.67 3,278,501,833.34


Inventaris Kantor 150,000,000.00 150,000,000.00
Akumulasi Penyusutan Inventaris
(30,000,000.00) (45,000,000.00)
Kantor
Peralatan 635,500,000.00 635,500,000.00
Akumulasi Penyusutan Peralatan (150,554,333.33) (225,831,500.00)
Kendaraan 750,000,000.00 750,000,000.00
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (160,333,333.33) (240,500,000.00)
Gedung 850,000,000.00 850,000,000.00
Akumulasi Penyusutan Gedung 154,333,333.33 154,333,333.33
Tanah 1,250,000,000.00 1,250,000,000.00

v AKTIVA LAINNYA - -
Investasi Pada Pihak Ketiga - -

TOTAL AKTIVA ( i + ii + iii + iv + v ) 6,471,084,076.36 6,823,215,995.00

II KEWAJIBAN DAN MODAL


i KEWAJIBAN LANCAR 2,490,074,000.00 2,116,562,900.00
Utang Dagang 562,431,500.00 478,066,775.00
Utang Jatuh Tempo 52,642,500.00 44,746,125.00
Utang Bank 1,875,000,000.00 1,593,750,000.00

ii KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 1,250,000,000.00 1,750,000,000.00


Investasi Pihak Pemerintah Daerah 500,000,000.00 500,000,000.00
Investasi Pihak Ketiga 750,000,000.00 1,250,000,000.00

iii MODAL 2,731,010,076.70 2,956,653,095.00


Modal Pemilik 2,000,000,000.00 2,000,000,000.00
Laba Tahun Lalu 609,569,893.36 731,010,076.70
Laba Tahun Berjalan 121,440,183.34 225,643,018.30
TOTAL kewajiban dan modal ( i + ii + iii ) 6,471,084,076.70 6,823,215,995.00
CV. Akuntansi ID Konvensi
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2012

No. Perkiraan / Akun 31 Des 2011 31 Des 2012


I PENJUALAN
Penjualan 987,664,500.00 1,326,500,000.00
Return Penjualan - -
Potongan Penjualan - -
Total Penjualan Bersih 987,664,500.00 1,326,500,000.00

II HARGA POKOK PRODUKSI


Harga Pokok Produksi (HPP) 443,211,908.33 571,212,522.50
Laba Kotor ( I- II ) 544,452,591.67 755,287,477.50

BEBAN USAHA
BEBAN KANTOR 110,331,500.00 187,169,550.00
Beban Gaji Karyawan 89,500,000.00 89,500,000.00
Beban Listrik 7,831,000.00 8,614,100.00
Beban Telpon & Internet 9,550,000.00 85,950,000.00
Beban Air 3,450,500.00 3,105,450.00
-
BEBAN GUDANG & PEMASARAN 250,186,000.00 252,854,600.00
Beban Gaji Karyawan 158,500,000.00 158,500,000.00
Beban Transportasi 16,475,000.00 18,122,500.00
Beban Iklan 4,540,000.00 4,994,000.00
Beban Perlengkapan 5,321,000.00 5,853,100.00
Beban Bungan Bank 65,000,000.00 65,000,000.00
Beban Lain-lain 350,000.00 385,000.00

LABA / RUGI PERUSAHAAN


Laba Bersih Sebelum Pajak 183,935,091.67 315,263,327.50

PENDAPATAN LAINNYA
Bunga Bank BRI 4,017,408.37 5,219,223.78
Bunga Bank BNI 3,387,683.30 4,401,085.42
7,405,091.67 9,620,309.20
Laba Bersih Sebelum Pajak 191,340,183.34 324,883,636.70

BIAYA LAINNYA
Pajak Pertambahan Nilai 52,425,000.00 74,430,463.80
Pajak Penghasilan 17,475,000.00 24,810,154.60
69,900,000.00 99,240,618.40
Laba Bersih
121,440,183.34 225,643,018.30
Perusahaan
CV. Akuntansi ID Konveksi
Laporan Harga Pokok Produksi
Per 31 Desember 2012

No Keterangan 31 Des 2011 31 Des 2012


I PEMBELIAN DAN BIAYA
i BAHAN BAKU 448,310,175.00
637,762,302.50
Persediaan Awal 45,352,500.00
55,792,325.00
Pembelian
458,750,000.00
Bahan Baku 654,500,000.00
Return
- -
Pembelian
Total Bahan
504,102,500.00
Baku 710,292,325.00
Persediaan Akhir 55,792,325.00
72,530,022.50
Bahan Baku
448,310,175.00
terpakai 637,762,302.50

ii BAHAN PEMBANTU 54,831,250.00


59,015,625.00
Persediaan Awal 5,150,000.00
4,668,750.00
Pembelian
54,350,000.00
Bahan Pembantu 61,350,000.00
59,500,000.00
66,018,750.00
Persediaan
4,668,750.00
Bahan Baku Ahir 7,003,125.00
Bahan Baku
54,831,250.00
Terpakai 59,015,625.00

iii TENAGA KERJA 188,470,000.00


197,893,500.00
Gaji Karyawan 121,550,000.00
127,627,500.00
Tunjangan 51,420,000.00
53,991,000.00
Bonus 15,500,000.00
16,275,000.00

BIAYA PRODUKSI
iv 228,030,733.33
PABRIK 239,432,270.00
Biaya Listrik 52,531,150.00
55,157,707.50
Biaya Air 9,645,250.00
10,127,512.50
Biaya
Penyusutan 150,554,333.33
158,082,050.00
Peralatan
Biaya
15,300,000.00
Pemeliharaan 16,065,000.00
JUMLAH BIAYA PRODUKSI ( I + ii + iii
864,810,908.33 1,075,088,072.50
+ iv )

BARANG DALAM
v
PROSES
Barang Dalam
24,344,500.00
Proses Awal 25,152,500.00
Jumlah Biaya
864,810,908.33 1,075,088,072.50
Produksi
889,155,408.33 1,100,240,572.50
Barang Dalam
25,152,500.00
Proses Akhir 37,728,750.00
Barang Jadi
864,002,908.33 1,062,511,822.50
Setelah Proses

vi BARANG JADI
Persediaan
983,540,000.00 1,404,331,000.00
Barang Jadi Awal
Barang Jadi
864,002,908.33 1,062,511,822.50
Setelah Proses
Total Persediaan
1,847,542,908.33 2,466,842,822.50
Barang Jadi
Persediaan
1,404,331,000.00 1,895,630,300.00
Barang Jadi Akhir
Harga Pokok Produksi 443,211,908.33
571,212,522.50

Anda mungkin juga menyukai