Anda di halaman 1dari 6

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume X, Nomor 4: 122-127, 1985. ISSN 0216-1877

BEBERAPA CATATAN MENGENAI CACING LAUT (POLYCHAETA)

oleh

Eddy Yusron 1)

ABSTRACT

SOME NOTES ON POLYCHAETA. Polychaeta is an important component in the


marine food chain, particularly for demersal fishes, Their body length ranges from two
millimetres to several centimetres, even some species have several metres in length.
They live in variable habitats, from muddy bottom, sandy bottom to coral reef They
also have a wide distribution, vertically and horizontally. This worm can be found in
shallow coastal waters or in deep water of thousands metres. Small shrimps, diatoms
and organic debris form their main food. Several biological and ecological aspects of
this worms i.e. systematics, morphology, habitat, distribution and life cycle as well as
their role in the marine food chain will be discussed in this article.

PENDAHULUAN laut yang hidup pada terumbu karang sering-


kali membentuk cangkang kapur dan kerap-
Filum Annelida atau cacing beruas terdiri kali berperan secara biologis sebagai pengurai
dari tiga kelas yaitu, 1. kelas Oligochaeta batu karang.
atau kelompok cacing tanah; 2. kelas Hiru- Dari kelas Polychaeta ini ada yang cukup
dinea atau kelompok lintah; dan 3. kelas berbahaya bagi penyelam di laut, yaitu
Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea cacing laut dari suku Nereidae. Salah satu je-
ini hidup di darat dan air tawar, sedangkan nis cacing ini menempati celah karang mati
kelas Polychaeta terutama hidup di laut. dan biasa dikenal sebagai bulu kucing. Bila
Filum Annelida ini terdiri dari 8700 spesies cacing laut ini tersentuh anggota badan, ma-
dan kelas Polychaeta sendiri diperkirakan ka akan terasa gatal dan membengkak.
sekitar 5300 spesies (BARNES 1982).
Polychaeta tidak dapat hidup lama atau SISTIMATIK DAN MORFOLOGI
tidak berumur panjang, yaitu tidak lebih dari
dua tahun. Ada beberapa spesies yang hidup Kelas Polychaeta berasal dari kata poly
lebih pendek, yaitu sekitar 30 - 45 hari. (banyak) dan chaetom (rambut) berarti
Pada umumnya cacing laut merupakan mempunyai banyak rambut pada permukaan
hewan yang memiliki metameri sempurna tubuhnya. Menurut FAUHALD (1977) kelas
dengan tubuh yang lunak, langsing dan ber- Polychaeta ini dibagi menjadi 17 bangsa
bentuk silindris serta mempunyai warna-war- (ordo), 81 suku (familia) dan 1540 marga
na yang menarik seperti merah, hijau, biru, (genus). Cacing laut mempunyai ukuran tu-
coklat dan lain-lain yang disebabkan adanya buh mikroskopik, pada umumnya berkisar
pigmen zat warna pada tubuhnya. Cacing antara 2 - 3 mm dan dapat mencapai

1). Stasiun Penelitian Ambon, Lembaga Oseanologi Nasional - LIPI

122

Oseana, Volume X No. 4, 1985


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

beberapa centimeter. Tetapi ada yang mem- Pada bagian presegmental terdapat pros-
punyai ukuran tubuh beberapa meter, tomium yang biasanya dilengkapi dengan se-
salah satu contoh dari spesies Eunice aphro- pasang palpi dan sepasang antena, kedua or-
ditois yang hidup di pasir perairan dangkal gan ini berfungsi sebagai alat peraba (sen-
mencapai panjang tubuh sekitar 2 meter sory organ). Pada prostomium dari kebanya-
(AZIZ 1980). Bagian tubuh cacing laut ini kan cacing laut biasanya mempunyai bebe-
dibagi menjadi tiga bagian (Gambar 1). rapa buah bintik mata. Kemudian terdapat
segmental pada deretan segmen tubuh.
Deretan segmen tubuh bagian depan disebut
dada (thorax) dan deretan segmen tubuh
bagian belakang disebut perut (abdomen).
Pada setiap segmen tubuh terdapat dua
pasang podia (kaki), sepasang podia pada sisi
atas segmen tubuh (dorsolateral) disebut
notopodia, sedang podia pada sisi bawah
(ventrolateral) disebut neuropodia. (Gam-
bar 2).

Gambar 2. Potongan melintang segmen tubuh


Gambar 1. Morfologi Polychaeta (FAUHALD Polychaeta (FAUHALD 1977).
1977)

Keterangan
Keterangan : A. Rongga tubuh
B. Ventral nerve
A. Presegmental 1. Setae
B. Segmental 6. Segmen 2. Notopodium
C. Postsegmental 7. Setiger 3. Neuropodium
1. Palp 8. Parapodium 4. Parapodium
2. Antena 9. Seta
3. Prostomium 10. Pygidium Segmen paling akhir dari cacing laut ini biasa
4. Peristomial cirrus 11. Anus disebut postsegmental, dimana terdapat
5. Peristomium 12. Anal cirrus pygidium, anus dan sepasang anal cirri.

123

Oseana, Volume X No. 4, 1985


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

HABITAT, SEBARAN DAN Kelompok cacing laut ini pada umum-


DAUR HIDUP nya mempunyai kelamin terpisah, artinya
dapat dibedakan antara betina dan jantan.
Cacing laut ini dapat hidup di berbagai Pada waktu musim kawin cacing laut jantan
macam habitat seperti pada dasar berlum- melepaskan sperma. Pembuahan terjadi di
pur, berpasir dan berbatu. Makanan cacing air laut, kemudian membentuk zygote. Telur
laut adalah kelompok udang-udangan yang telah dibuahi ini akan menetas menjadi
rendah, diatomae, cacing lain yang lebih ke- larva yang dapat berenang bebas (Gambar
cil dan sisa-sisa zat organik (detritus). Me- 3).
nurut TIMOTHY et al (1983) ada beberapa Kemudian larva cacing laut yang mempu-
spesies Polychaeta yang terdapat di dalam nyai bulu getar ini akan mengalami me-
plankton atau sebagai plankton, yang paling tamorfosa menjadi hewan bentuk dewasa
dikenal di antaranya adalah genus Tomop- (juvenile). Terdapat beberapa kelompok ca-
teris. Pada daerah tropik, Polychaeta pelagis cing laut dimana pada tubuh betina terdapat
pada umumnya menggerombol sebagai semacam rongga khusus yang memungkin-
karnivor dan biasanya memangsa zooplank- kan pembuahan terjadi dalam tubuh betina.
ton renik termasuk larva herring. Cacing ini Selanjutnya cacing laut betina tersebut
mempunyai tubuh yang lunak dan hidup be- akan mengeluarkan telur yang sudah
bas sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada dibuahi. Proses berikutnya adalah sama se-
berbagai habitat di dasar laut. Cacing laut perti yang sudah dijelaskan. Seekor cacing
dapat hidup pada perairan dangkal sam- laut betina dapat bertelur sampai beribu-
pai kedalaman ribuan meter. Cacing laut ini ribu butir.
dijumpai di daerah tropis, subtropis ataupun
di daerah empat musim.
Dalam rangka kerjasama Indonesia
(LONLIPI) dengan Jepang, pada bulan PERAN DI DALAM RANTAI MAKANAN
Februari 1985 telah dilakukan penelitian di DAN SEBAGAI INDIKATOR
laut Flores dengan menggunakan kapal PENCEMARAN
Hakuho Maru dimana penulis ikut aktif pada
pelayaran tersebut. Dari alat 3 m Sigsby- Kelompok cacing laut merupakan satu
Agassiz Beam Trawl yang ditarik dari keda- mata rantai makanan yang penting. Cacing
laman 280 m, telah ditemukan beberapa suku laut ini merupakan makanan utama dari
cacing laut yaitu : Polynoidae, Aphro- berbagai jenis ikan demersal. Kesuburan
ditidae, Maldanidae, Chrysopetalidae. Te- suatu perairan secara tak langsung dapat di-
rebellidae, Dorvelleidae dan Serpulidae. Dari perkirakan dengan mengukur kepadatan,
kedalaman 657 m telah ditemukan je- komposisi jenis dan biomas dari cacing laut
nis-jenis cacing laut dari familia Aphroditi- ini. Dari berbagai penelitian mengenai fauna
dae, Polynoidae, Capitellidae dan Onu- bentos di berbagai tempat di dunia, diketahui
phidae . Dari kedalaman 960 m dengan bahwa kelompok cacing laut merupakan
menggunakan alat 4m Shrimp Net Beam salah satu fauna dasar yang penting di
Trawl telah ditemukan dari familia Onuphi- samping kelompok moluska. Dari penelitian
dae, Chaetopteridae, Maldanidae dan bentos di Puget Sound, Amerika Serikat
Polynoidae dan dari kedalaman 2010 m de- diketahui bahwa cacing laut yang ter tangkap
ngan menggunakan alat 3m Sigsby-Agassix dengan menggunakan Van Veen Grab
Beam Trawl telah ditemukan familia Terbel- mendominasi dalam hal jumlah indi-
lidae, Lumbrineridae, Opheliidae, Owenii- vidu dan jumlah jenis, yaitu berkisar antara
dae, dan Nephtidae. Penyebaran cacing laut 49% sampai 70% dari jumlah total hasil
ini sangat luas baik secara vertikal ataupun tangkapan. Dalam hal biomas cacing laut
horizontal.

124

Oseana, Volume X No. 4, 1985


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 3. Tahap perkembangan cacing Scdoplos armiger dari telur hingga larva
(ANDERSON 1973).

Keterangan :
1. Egg 12. Metetrochal segment
2. Prototroch 13. Chaetiger 1
2. Eye 14. Chaetiger 5
3. Prototrochol region 15. Chaetiger 9
4. Akrotroch 16. Mouth region
5. Prototroch 17. Prostomium
6. Metatroch 18. Metatrochal segment
7. Chaetiger 1 19. Chaetiger 5
8. Growth zone 20. Chaetiger 9
10. Prostomium 21. Gill
11. Mouth region 22. Pygidium

125

Oseana, Volume X No. 4, 1985


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

ini menempati peringkat kedua setelah mo- laut dapat dipakai sebagai indikator pence-
luska (ULF LIE 1968). maran, misalnya di Teluk Orido-Shimizu
Dalam penelitian mengenai pencemaran Jepang, cacing laut dari spesies Capitella
laut (marine pollution), kelompok cacing capitata japonica dipakai sebagai "spesies
laut juga memegang peranan penting. indikator" pencemaran (KOSAKA et al.
Mengingat tubuhnya yang lunak tanpa pe- dalam AIZ 1980). Contoh lain yang juga
lindung, maka hewan ini sangat sensitif dapat dipakai sebagai spesies indikator
terhadap pengaruh dari luar. Ada beberapa pencemaran adalah Paraprionapsis pinnata
jenis cacing laut tertentu memperlihatkan yang telah ditemukan di Teluk Tokyo,
tingkah laku yang menarik seperti halnya Teluk Ise, Teluk Osaka dan Teluk Naka-
kepadatan cacing laut yang tinggi pada dae- Umi. Spesies lainnya yaitu Prionospio
rah buangan industri dan perairan yang ter- ornata telah ditemukan di Peru
cemar, sedangkan pada perairan normal (YOKOHAMA 1981). Jenis-jenis cacing ini
kepadatannya rendah. Oleh karena adanya di laboratorium dapat dipergunakan sebagai
sifat tersebut, maka beberapa jenis cacing bahan penelitian pencemaran (bio assay).

Keterangan:
1. Palp
2. Prostomium
3. Eyespots
4. Parapodia
5. Lateral vessels
6. Stomach intestine
7. Lateral vessel
8. Ventral vessel
9. Septum
10. Nephridium
11. Esophageal caecum
12. Esophagus
13. Dorsal vessel
14. Pharynx
15. Peristomium
16. Superior peristomial cirri
17. Inferior peristomial cirri

Gambar 4. Anatomi bagian dalam dari Polychaeta (Bahan kuliah)

126

Oseana, Volume X No. 4, 1985


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 5. Potongan melintang bagian dalam dari segmen Polychaeta (Bahan kuliah)
Keterangan :
1. Musculature of stomach intestine 14. Ventral nerve cord
2. Dorsal vessel 15. Ventral vessel
3. Cuticle 16. Aciculum
4. Hypodermis 17. Neuropodium
5. Circular muscles 18. Ventral cirrus
6. Longitudinal muscles 19. Inferior lingula
7. Peritocum 20. Chaeta
8. Chaetal sac 21. Setigerous lobes
9. Aciculum 22. Inferior ligula
10. Nephridium 23. Superior ligula
11. Coelom 24. Dorsal cirrus
12. Longitudinal muscles 25. Notopodium
13. Oblique muscles 26. Mucosa of stomach intestine

DAFTAR PUSTAKA

ANDERSON, D, T. 1973 Embryology and YOKOYAMA, H. 1981. Larval Development of


Phytogeny in Annelids and Arthropods, vol A Spionid Polychaeta Paraprionospio
50 Pergamon Press Oxfod. New York. pinnata (Ehlers), Publications of The Seto
Toronto. Sydney ; 495 pp. Marine Biological Laboratory. 26/1/3) :
AZIZ. A. 1980. Cacing Laut. Pewarta Osea- 157-170.
na 6 (2) : 6 - 10. TIMOTHY R, P. ; M. TAKAHASHI and B.
BARNES, R.D. 1982. Invertebrate Zoology. HARGRAVE 1983. Biological Ocea-
Holt-Saunders International Editions. To- nographic Processes. Pergamon Press.
kyo, Japan : 1089 pp. Oxford. New York. Toronto. Sydney.
FAUCHALD, K. 1977. The Polychaeta Paris. Frankfurt: 330 pp.
Worms. Definitions and Keys to the ULF LIE 1968. A Quantitative Study of
Orders, Families and Genera. Natural Benthic infauna in Puget Sound,
History Museum of Los Angelos County : Washington, USA, 1963 - 1964. Fish. Dir.
188 pp. Skr. Hav Unders 14 (5) : 229 - 234.

127

Oseana, Volume X No. 4, 1985

Anda mungkin juga menyukai