Fase lag
Fase Log
Fase stasioner
Fase kematian
MEMBUAT YOGHURT DENGAN VARIASI
STARTER
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena
mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,
berbagai vitamin, dan mineral (Widodo, 2003). Susu mudah rusak oleh
mikroorganisme, karena merupakan media pertumbuhan yang sangat baik
bagi bakteri dan dapat menjadi sarana pontensial bagi penyebaran bakteri
patogen. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan dan
pengawetan, antara lain dengan fermentasi susu menjadi yoghurt.
Kualitas Yoghurt dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kualitas susu, lama
penyimpanan, suhu inkubasi dan jenis starter yang digunakan. Pada
umumnya fermentasi susu menjadi Yoghurt dilakukan dengan bantuan bakteri
asam laktat diantaranya Streptococcus salivarius, S. Thermophillus,
Lactobacillus delbrueckii, L. Bulgaricus, L. Acidophilus, L. Casei dan L. Bifidus
(Helferich, et al, 1980). Beragamnya jenis starter yang digunakan dalam
pegolahan Yoghurt, menjadi dasar pertimbangan dilakukannya penelitian
mengenai pengaruh variasi starter terhadap kualitas Yoghurt susu Sapi ini
untuk menentukan starter unggul yang dapat direkomendasikan dalam
meningkatkan produktivitas pengolahan Yoghurt (Astriana, 2012).
Pembuatan starter Yoghurt
Siapkan susu segar 500 ml dan masukkan ke dalam dua gelas ukur yang
masing-masing berisi 250 ml, kemudian dipasteurisasi pada suhu 60-65oC
selama 30 menit.
Inokulasi dengan bakteri Steptococcus thermophillus pada gelas ukur
pertama dan Lactobacillus bulgarius pada gelas ukur kedua masingmasing
sebanyak 3% dari volume bahan baku.
Simpan dalam ruangan bersuhu 25-27oC (suhu kamar) selama 24 jam.
Pembuatan Yoghurt