Anda di halaman 1dari 8

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK: FISIK DAN

PSIKOMOTORIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Perkembanagan Peserta Didik
Yang dibimbing oleh Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd.

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Bagus Priyambudi (160341606047)
Lailatul Safitri (160341606065)
Racy Rizky Abdillah (160341606056)
Yanang Surya Putra H. (160341606061)
Offering A/S1 Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek-Aspek
Perkembangan Peserta Didik: Fisik dan Psikomotorik” dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembimbing,
penuntun serta panutan menuju ke jalan yang benar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Perkembangan Peserta Didik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
dorongan, bimbingan serta masukan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan kali
ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd. selaku dosen
pengampu matakuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan materil,
moral dan spiritual, seluruh teman seperjuangan Pendidikan Biologi Offering A angkatan
2016 yang ikut memberi saran maupun masukan dalam penyempurnaan makalah ini.

Dalam penyususnan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Disamping itu kami berharap agar hasil dari tugas ini nantinya
dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya kalangan pendidik.

Malang, 11 Februari 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan peserta didik
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak
dalam kehidupannya. Sesuai dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Di dalam pendidikan tentu ada
interaksi antara pendidik dan peserta didik serta terjadi proses belajar. Belajar merupakan
proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah
seluruh fisik dan mental, yang meliputi seluruh mental adalah salah satunya aspek
psikomotorik. Sebagai seorang pendidik tentu harus mengenali karakteristik dari calon
peserta didiknya. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah aspek
perkembangan peserta didik dalam hal fisik maupun psikomotoriknya.
Aspek fisik yaitu aspek yang dapat dilihat secara langsung, yang merupakan faktor
biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orang
tuanya. Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang. Ranah Psikomotor Ranah ini
meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta
kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks,
serta ekspresif dan interperatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Taman Kanak-kanak (TK)?
2. Bagaimana aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Dasar (SD)?
3. Bagaimana aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP)?
4. Bagaimana aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA)?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Taman Kanak-kanak (TK).
2 Untuk mengetahui aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Dasar (SD).
3 Untuk mengetahui aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4 Untuk mengetahui aspek perkembangan fisik dan psikomotorik pesesta didik ditingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1, Pengertian ...
2.2. ........
2.3. Pengertian
Ketika anak memasuki usia SMP, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan
motorik dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam
mengikuti berbagai aktivitas di sekolah. Pada usia ini kekuatan otot anak akan berlipat
ganda seiring dengan semakin banyaknya jumlah sel otot baru yang terbentuk. Pada
anak laki-laki, sel-sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak daripada anak
perempuan, sehingga tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan
dengan anak perempuan.
Perkembangan kekuatan otot tersebut kemudian diimbangi dengan perkembangan
dalam mengoordinasi gerakan antara otot yang satu dengan otot yang lain. Oleh karena
itu, keterampilan motorik halus yang telah dimilikinya akan terus meningkat dan lebih
spesifik. Pada masa ini aktivitas fisik sederhana yang meliputi lari jarak pendek,
melompat, dan melempar benda-benda sesukanya, sudah tidak menarik lagi.
Sebaliknya, mereka membutuhkan jenis aktivitas yang kompleks dan menantang.
Dengan semakin berkembangnya sistem saraf, sehingga penyampaian rangsangan
dari simpul-simpul sarafnya berlangsung lebih cepat, maka anak semakin terampil
dalam mengoordinasi otot-otot tangan dan kakinya. Namun, pada anak laki-laki
kekuatan otot-ototnya jauh lebih berkembang dibandingkan keterampilan
mengoordinasi gerakan seluruh anggota tubuhnya. Berbeda halnya dengan anak
perempuan, di mana keterampilan dan keselarasan dalam gerak tubuh, terutama jari-jari
tangannya, mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan kekuatan otot.
Dengan koordinasi gerak tangan yang kian terampil, kemampuan menulis mereka
cukup baik. Ukuran dan bentuk huruf-huruf yang dibuatnya semakin mendekati tulisan
orang dewasa. Berkat perkembangan motorik halus anak yang semakin baik, maka pada
usia 10-12 tahun ia dapat menulis sederet kata-kata dengan rapi, tidak naik turun
sebagaimana pada masa-masa sebelumnya. Keterampilan menggambarnya juga
semakin meningkat, sehingga bentuk hasil gambarnya pun semakin jelas. Untuk
memwarnai gambarnya, anak-anak usia 10-14 tahun ini tidak lagi menggunakan
krayon, tetapi ia lebih mengggunakan pensil warna (Hastuti, 2008).
Sementara itu, perkembangan motorik kasarnya pun terus berlanjut. Pada usia 10
tahun anak sudah mampu berlari sejauh 6,2 meter dalam waktu 5,5 detik, berlari
dengan kecepatan 4,5 m/detik, melompat sejauh 1,3 meter, melempar bola sejauh 9
meter, dan menangkap bola yang dilempar ke arahnya dari jarak tertentu. Pada usia 11
tahun, lompatannya sudah mencapai 1,5 meter dan pada usia 12 tahun kecepatan
larinya mencapai 6,2 meter dalam waktu 4 detik, dua kali lebih cepat dibandingkan
ketika ia masih berusia 6 tahun (Sugandhi, 2011).
Kekuatan otot, ukuran otot, koordinasi gerakan otot, serta ketepatan waktu
dimulainya proses perkembangan, merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa
tinggi tingkat perkembangan motorik anak. Anak yang memasuki usia ini pada usia
yang tepat, biasanya akan memiliki kaki yang panjang serta otot-otot tubuh yang kuat.
Semua itu akan memungkinkan anak untuk meningkatkan berbagai kemampuan
dirinya, hingga akhir usia 12 tahun.
Benyamin Bloom menyatakan bahwa rentang penguasaan motorik ditunjukkan
oleh gerakan yang kaku sampai dengan gerakan yang luwes. Dave (1990) dalam Berk
(2007) mengembangkan teori Bloom ini dengan mengklasifikasikan domain motorik ke
dalam lima kategori, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling
tinggi. Teori Dave inilah yang digunakan pijakan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan perkembangan psikomotorik pada anak. Uraian berikut ini merupakan
kelima tingkat perkembangan Dave, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
stimulasi-stimulasi psikomotorik anak di dalam pembelajaran.
1. Immitation (peniruan)
Immitation (peniruan) adalah ketermapilan untuk menentukan suatu
gerakan yang telah dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara
mendengar kan atau memperlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini
merupakan representasi ulang apa yang dilihat dan didengar oleh anak. Oleh
karena itu, peningkatan motorik pada tahap ini bisa dilakukan dengan
memeragakan gerakan, atau sekedar mempertontonkan film, misalnya. Stimulasi
yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak motorik pada tahap ini
dengan menirukan gerak binatang, suara burung, atau gerakan-gerakan yang lain.
2. Manipulation (penggunaan konsep)
Manipulation (penggunaan konsep) adalah kemampuan untuk
menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering
disebut sebagai kemampuan manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan
anak selalu mengikuti arahan, penampakan-penampakan gerakan, dan
menetapkan suatu keterampilan gerak tertentu berdasarkan latihan. Stimulasi
yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak pada tahap ini adalah
dengan melatih keterampilan tertentu pada anak, seperti menggunakan sendok
makan, gunting, gergaji, atau gerakan lompat, loncat, skipping, dan lain
sebagainya.
3. Presition (ketelitian)
Presition (ketelitian) adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang
mengindikasikan tingkat ketelitian tertentu. Kemampuan gerak ini sebenarnya
hampir sama dengan gerak pada tahap manipulasi. Hanya saja, pada tahap ini
telah mencapai tingkat kontrol yang lebih tinggi, sehingga kesalahannya dapat
dieliminasi. Stimulasi yang dapat diberikan untuk menunjang tercapainya gerak
pada tahap ini adalah dengan melatih mengendarai sepeda roda tiga, berjalan
mundur, menyamping, dan zig-zag, melempar bola, menangkap, menendang, dan
lain sebagainya.
4. Articulation (perangkaian)
Articulation (perangkaian) adalah kemampuan untuk melakukan
serangkaian gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini
membutuhkan koordinasi antar organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan mengurutkan serangkaian gerak
secara berkesinambungan, konsisten, ajeg, dan luwes. Stimulasi yang bisa
diberikan untuk mencapai kemampuan gerak motorik pada tahap ini adalah
menggambar, mengetik, menulis, dan lain sebagainya.
5. Naturalization (kewajaran/kealamiahan)
Naturalization (kewajaran/kealamiahan) adalah kemampuan untuk
melakukan gerak secara wajar atau luwes. Untuk dapat melakukan gerak motorik
pada tahap ini diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara saraf, pikiran, mata,
tangan, dan anggota badan yang lain. Oleh karena itu, gerak pada tahap ini sering
kali menguras tenaga dan pikiran. Simulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini adalah mendemonstrasikan dan
memeragakan gerak akrobat (jungkir balik), pantomim, tampil bergaya, dan lain
sebagainya. Khsusu gerak motorik pada tahap ini, anak tidak serta merta langsung
bisa mempraktikkannya, melainkan harus diulang-ulang hingga mencapai tahap
kelenturan dan keluwesan gerak yang sempurna.
Dengan memberikan berbagai stimulasi secara bertahap sebagaimana
dikemukakan Dave di atas, diharapkan anak mampu mencapai tingkat
perkembangan motorik yang sempurna, sehingga kesempurnaan capaian gerak ini
dapat menunjang tingkat kejeniusannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berk, Laura E. 2007. Development Throught the Lifespan, Fourth Edition. New York:
Paerson.
Hastuti, Wiwik Dwi, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surabaya: Lapis PGMI.
Sugandhi, Nani M & Yusuf, Syamsu LN. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai