Anda di halaman 1dari 8

PELAKSANAAN PAL

(Practiccal Approach To Lung Health)


No. Dokumen : /SOP/JTW/I/2017
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 23 Januari 2017
Halaman : 1 dari 2
PUSKESMAS DTP Dr. PIRDO SIREGAR
ttd
JATIWANGI NIP. 19690519 200212 1 003

Pengertian PAL adalah suatu pendekatan sindrom (kumpulan gejala) dalam


penatalaksanaan pasien dengan gejala gangguan saluran pernafasan yang
berkunjung ke pelayanan kesehatan (Puskesmas).
Tujuan 1. Tujuan umum:
Untuk memperkuat sistem kesehatan dalam melakukan diagnosis dan
pengobatan pasien gangguan pernapasan.

2. Tujuan khusus:
1. Manajerial: Meningkatkan efisiensi pelayanan dalam
menatalaksana kasus penyakit pernapasan melalui penetapan
standar, cara pengobatan yang efektif dan kompetensi petugas
kesehatan.
2. Mutu pelayanan: Meningkatkan mutu penatalaksanaan kasus
gangguan pernapasan dalam sistem pelayanan kesehatan melalui
peningkatkan penemuan kasus, perbaikan sistem rujukan,
peningkatan mutu diagnosis dan standarisasi penatalaksanaan.
3. Epidemiologi: Mengurangi beban kesakitan dan kematian
penyakit pernapasan melalui penurunan kesakitan-kematian dan
penularan TB, pencegahan komplikasi infeksi bakterial saluran
pernapasan dan kematian pneumonia, serta pengurangan jumlah
serangan asma dan eksaserbasi PPOK.

Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang Pelaksanaan PAL di


Puskesmas

Referensi Modul Pelatihan PAL (Practiccal Approach To Lung Health) Tahun 2013
Prosedur 1. Pendekatan terpadu terhadap pasien, bukan pada penyakitnya.
2. Tatalaksana terpadu.
3. Menghindari hilangnya peluang menemukan kasus (misoportunistik).
4. Pengelompokkan penyakit berdasarkan gejala dan diagnosis sesuai
prosedur program terkait.
5. Pendekatan fungsional.
6. Menstandarisasi penatalaksanaan, obat-obatan, peralatan, rujukan,
sistim informasi, penyuluhan/edukasi dan pencegahan.
7. PAL bukan program baru namun pendekatan terpadu dari program
yang sudah ada.
8. Orientasi Peningkatan mutu layanan.
Dokumen terkait 1. Buku Panduan PAL
2. Surat tugas/SK Tim PAL
3. Daftar hadir
4. Pencatatan dan pelaporan

Bagan : Gejala Gangguan Pernapasan

Gejala Gangguan
Pernapasan

Batuk Sesak Napas Gejala lain

2-3 mggu < 2 mggu Nyeri Batuk Darah


atau lebih Asma Dada
PPOK
Pneumotoraks
Efusi Pleura
PRGE (Penyakit TB
Tuberkulosis Pneumonia Refluks Gastro Pleuritis Bronkiektasis
Asma Faringitis Esofagus) Efusi pleura Tumor Paru
Pertusis Laringitis Pneumo-toraks
Sinusitis Tonsilitis PRGE
Bronkitis
Sinusitis
kronis
Bronkitis
Bronkiektasis
PRGE
Akut

PENATALAKSANAAN 4 PENYAKIT PAL


(PNEUMONIA)
SOP No. Dokumen : /SOP/JTW/I/2017
No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 23 Januari 2017
Halaman : 1 dari 2
PUSKESMAS DTP Dr. PIRDO SIREGAR
ttd
JATIWANGI NIP. 19690519 200212 1 003

Pengertian Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru.


Gejala dan Tanda
Gejala klinis utama Pneumonia adalah batuk dan atau sukar bernapas,
disertai minimal dua gejala tambahan sebagai berikut :
1) Demam > 37,5OC.
2) Napas cepat.
Umur 5 -14 th : frekuensi napas >30 kali/menit.
Umur >15 th : frekuensi napas >20 kali/menit.
3) Nyeri dada pleuritik (nyeri dada pada waktu menarik napas).
Pemeriksaan auskultasi: terdengar ronki saat menarik napas.
Tujuan Penyakit Pneumonia dapat ditatalaksana dengan baik
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang Penatalaksanaan Pneumonia
di Puskesmas
Referensi Modul Pelatihan PAL (Practiccal Approach To Lung Health) Tahun 2013
Prosedur Pengobatan medikamentosa pada pasien dewasa:
Beri antibiotik spektrum luas selama 5-7 hari:
o Pilihan 1: Amoksisilin-asam klavulanat 3 x 500 mg (bila tersedia di
Puskesmas).
o Pilihan 2: Amoksisilin 3 x 500 mg : 25-50mg/kgBB/hari.
o Pilihan 3: Eritromisin 3 x 500 mg : 30mg/kgBB/hari.
o Pilihan 4: Doksisiklin 2 x 100 mg (bila tersedia di Puskesmas).
Beri obat simtomatis sesuai keluhan:
o Analgetik-antipiretik.
o Ekspektoran/Mukolitik.

Pengobatan Non-medikamentosa:
Tirah baring (bedrest).
Banyak minum.
Etika batuk (sesuai Universal Infection Precaution).
Kunjungan ulang 2-3 hari.
Jika berat dirujuk ke RS.

Catatan :
1. Bila suspek Flu Burung rujuk ke RS rujukan Flu
Burung dan beri satu dosis oseltamivir jika tersedia.
2. Bila pasien dengan HIV (+), pikirkan
Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP) dan tambahkan terapi dengan
Kotrimoksasol untuk PCP Ringan sampai Sedang: 2 x 960 mg selama 21
hari dilanjutkan 1 x 960 mg selama 6 bulan.

Dokumen terkait 1. Buku Panduan PAL


2. Surat tugas/SK Tim PAL
3. Pencatatan dan pelaporan

Alur Tatalaksana Pneumonia

Batuk <2 minggu


Gejala Tambahan
Demam
Sesak napas
Nyeri dada pleuritik
Dahak berwarna
Pikirkan Avian Influenza (AI) bila ada riwayat kontak
dengan unggas yang sakit/mati.Nebulisasi ke-3 +
antikolinergik

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Suhu > 37.50C Pemeriksaan Gram Sputum
Frekuensi napas : Pemeriksaan darah tepi
o Umur 5-12 tahun: 30x/menit ditemukan leukositosis
o Umur 13 tahun: 20x/menit Pada AI pemeriksaan darah tepi
Frekuensi nadi cepat (>100x/menit) ditemukan leukopenia
Sianosis (jika berat)
Auskultasi ronki basah

Nasihat & Tindakan


Tirah baring
Banyak minum
Beri obat sesuai keluhan:
Parasetamol
Ekspektoran
Beri antibiotik spektrum luas
Jika berat dirujuk ke RS
Bila suspek AI beri satu dosis oseltamivir dan rujuk ke RS
rujukan AI

PENATALAKSANAAN 4 PENYAKIT PAL


(ASTMA)
No. Dokumen : /SOP/JTW/I/2017
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 23 Januari 2017
Halaman : 1 dari 2
PUSKESMAS DTP Dr. Pirdo Siregar
ttd
JATIWANGI NIP. 19690519 200212 1 003

Pengertian GINA membagi tatalaksana serangan asma menjadi dua, yaitu tatalaksana di
rumah dan di rumah sakit. Tatalaksana di rumah dilakukan oleh pasien (atau
orang tuanya) sendiri di rumah. Hal ini dapat dilakukan oleh pasien yang
sebelumnya telah menjalani terapi dengan teratur dan mempunyai
pendidikan yang cukup. Pada panduan pengobatan di rumah, disebutkan
bahwa terapi awal adalah inhalasi -agonis kerja pendek sebanyak < 3x
dalam satu jam. Kemudian, pasien atau keluarga diminta melakukan
penilaian respon untuk menentukan derajat serangan sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut sesuai derajatnya.
Tujuan Mencapai Asma terkontrol, sehingga pasien Asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang Penatalaksanaan Astma di
Puskesmas
Referensi Modul Pelatihan PAL (Practiccal Approach To Lung Health) Tahun 2013
Prosedur a. Tatalaksana Astma Akut:
1) Ukur arus puncak ekspirasi (APE) dengan peak flow meter, kemudian
hitung frekwensi pernapasan, hitung denyut nadi, ukur saturasi oksigen
dengan pulseoksimeter.Tentukan klasifikasi berat serangan.
2) Bila saturasi 90-95% berikan oksigen dengan kanula hidung 1-2
ltr/mnt. Bila <90% berikan oksigen 4-6 ltr/mnt atau dengan sungkup
hidung, sehingga saturasi oksigen >95%.
3) Beri Bronkodilator Salbutamol inhalasi 1,5 mg/Kg BB atau injeksi
adrenalin 0,1-0,2 ml subkutan atau inhalasi Salbutamol dan Ipratropium
Bromide setiap 20 menit selama 1 jam.
4) Bila serangan berat atau pasien telah memakai obat steroid sehari-hari
beri kortikosteroid sistemik (berikan prednisone 1 tablet atau bila tidak
bisa minum, suntikkan deksametason 1-2 ampul Intra Vena).

Dokumen terkait 1. Buku Panduan PAL


2. Surat tugas/SK Tim PAL
3. Pencatatan dan pelaporan

AlurTatalaksana Asma Anak Berdasarkan Nilai Derajat Serangan

Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal
Nebulisasi -agonis 3x, selang 20 menit

Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat


(nebulisasi 1x, respons (nebulisasi 2-3x, respons (nebulisasi 3x, respons buruk)
baik, gejala hilang) parsial) Sejak awal berikan oksigen
Observasi 1-2 jam. Berikan oksigen (3)
saat/di luar nebulisasi.
Jika efek bertahan, boleh Nilai kembali derajat Pasang infuse.
pulang. serangan, jika sesuai dengan Nilai ulang klinisnya, jika
Jika gejala timbul lagi, serangan sedang, observasi sesuai dengan serangan
perlakukan sebagai
di ruangan rawat sehari. berat, rawat inap.
Boleh pulang Ruangan rawat sehari/ Ruang rawat inap
Bekali obat -agonis kontrol PKM Oksigen teruskan.
(hirupan/oral). Oksigen teruskan. Atasi dehidrasi/asidosis jika
Jika sudah ada obat Berikan steroid oral. ada.
pengendali, teruskan. Nebulisasi tiap 2 jam. Steroid i.v. tiap 6-8 jam.
Jika infeksi virus Bila dalam 8-12 jam Nebulisasi tiap 1-2 jam.
sebagai pencetus, dapat
diberi steroid oral.
perbaikan klinis stabil, Aminofilin i.v. awal, lanjutkan
boleh pulang. rumatan.
Dalam 24-48 jam kontrol Jika dalam 12 jam klinis
ke poliklinik untuk Jika membaik dalam 4-6x
tetap belum membaik, alih nebulisasi, interval jadi 4-6
jam.
Jika dalam 24 jam perbaikan
klinis stabil, boleh pulang.
Jika dengan steroid dan
aminofilin parenteral tidak

Catatan
1. Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi
cukup 1x langsung dengan -agonis + antikolinergik

2. Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan


adrenalin subkutan 0,01 mg/kgBB/kali, maksimal 0,3
ml/kali

Penatalaksanaan Asma di Puskesmas (Asma tidak dalam serangan akut):

Serangan akut asma (eksaserbasi) ditandai dengan perburukan gejala asma yang tiba-tiba (akut) seperti
sesak napas,napas berbunyi mengi, pernapasan bertambah cepat ; serta dapat disertai gejala lainnya
sebagai petanda serangan akut yang berat (tidak dapat berbicara karena sesak napas, tidak dapat
berbaring tetapi posisi tubuh duduk membungkuk bersandar pada kedua tangan, kebiruan/sianosis dan
pasien gelisah).

Penatalaksanaannya :

-Oksigen kanula hidung 3-4 l/menit ,jika mungkin pasang oksimetri , capai
saturasi 90% dws dan 95% anak, sebagai parameter oksigenisasi

-Bronkodilator dengan salbutamol 1 nebul secara nebulisasi.


Jika respons belum / tidak tercapai , maka nebulisasi ini dapat diulang
sampai 3 kali dalam 1 jam, interval 20 menit
Indikasi kortikosteroid Injeksi , jika:
J - Tidak /belum respons dengan pengobatan bronkodilator
- Datang dengan kondisi serangan akut berat
- Saat serangan pasien dalam kortikosteroid oral

**Jika respons perbaikan tercapai yaitu pasien tidak


Jika respons tercapai Jika belum/tidak tercapai ;
sesak, mengi tidak ada, frekuensi napas ,
<20/menit, APE 70% nilai normal pasien,

Dipulangkan jika stabil dan terakhir APE 60%


Obat oral 3-5 hari, anjurkan kontrol.
-kombinasi bronkodilator/ pelega, oral 3x/hari,
selama 5 hari :
aminofilin 2-3 mg/kgBB/kali dan salbutamol
2mg/kali. -Hidrasi, pasang infus RL atau NaCL 0,9%, 14-20 tts/menit
Salbutamol inhalasi tetap jika perlu
-Pengontrol inhaler digunakan sebagaimana -Kortikosteroid injeksi (IV) metilprednisolon 60 mg (1/2 ampul)
sebelum serangam (jika dalam pengontrol) bolus . Alternatif deksametason 5-10 mg , bolus

Stabil dan APE terakhir 60% : Pasien dipulangkan, berikan :


-Obat oral 3 kali sehari, selama 5 hari : aminofilin 2-3 mg/ kg BB/kali,
Aminofilin bolus perlahan, 5-6 mg/kgBB , dilarutkan
salbutamol 2 mg, prednison 5-10 mg
dalam NaCl0,9% atau dekstrosa 5% (1:1). Jika 12
-Obat bronkodilator /pelega (salbutamol, inhaler) tetap digunakan jika
sebelumnya pasien dalam aminofilin/teofilin, maka
Perlu
berikan dosis bolus setengahnya.
-Obat pengontrol(kortikosteroid inhaler) , jika sebelumnya dalam
menggunakan pengontrol tersebut, tetap digunakan rutin
Setelah bolus dilanjutkan drip perinfus, dosis 0,5-0,9
-Kontrol ke puskesmas,
mg/kgBB/jam

Kontrol Puskesmas : RUJUK RS KABUPATEN untuk rawat inap


Kondisi asma kembali ke sebelum serangan akut, pasien tidak
sesak, mengi tidak ada, APE 70% nilai normal pasien
terapi lanjutkan :
-pengontrol budesonid inhaler 2 x 1 semprot (200 ug)/hari
-pelega salbutamol inhaler, jika perlu.

Jika kondisi asma belum kembali ke sebelum seranga, gejala masih


sering, terapi Rujuk RS kabupaten untuk penilaian
penatalaksanaan

PENATALAKSANAAN 4 PENYAKIT PAL


(PPOK)
No. Dokumen : /SOP/JTW/I/2017
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 23 Januari 2017
Halaman : 1 dari 2
PUSKESMAS DTP Dr. Pirdo Siregar
ttd
JATIWANGI NIP. 19690519 200212 1 003
Pengertian PPOK merupakan penyakit progresif, artinya fungsi paru akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia. Pemantauan yang harus dilakukan
adalah gejala klinis dan fungsi paru.
Tujuan Penyakit PPOK dapat teratasi dan tidak bertambah berat
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tentang Penatalaksanaan Astma di
Puskesmas
Referensi Modul Pelatihan PAL (Practiccal Approach To Lung Health) Tahun 2013
Prosedur Prinsip penatalaksanaan PPOK eksaserbasi:
a. Optimalisasi penggunaan obat-obatan.
Ukur arus puncak ekspirasi (APE) dengan peakflow meter, kemudian
hitung frekwensi pernapasan, hitung denyut nadi, ukur saturasi
oksigen dengan pulseoksimeter.
Bila saturasi 90-95% berikan oksigen dengan kanula hidung 1-2
ltr/mnt. Bila <90% berikan oksigen 4-6 ltr/mnt atau dengan sungkup
hidung, sehingga saturasi oksigen >95%.
Beri bronkodilator (salbutamol inhalasi 1,5 mg/Kg BB maksimal 3
kali pemberian selang 20 mneit), oral/inhalasi/injeksi -2 agonis
kerja cepat dan ipratropium bromide (bila tersedia di Puskesmas).
Bila berat beri kortikosteroid sistemik (berikan prednisone 1 tablet
atau bila tidak bisa minum, suntikkan deksametason 1-2 ampul Intra.
Vena)

Setelah pemberian obat (1 jam), nilai kembali saturasi oksigen


dengan pulseoksimeter. Pemberian oksigen disesuaikan dengan
respon pengobatan.
Mukolitik.
Ekspektoran.
Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder : Golongan makrolid
baru (Azitromisin, Roksitromisin, Klaritromisin)/bila tersedia di
Puskesmas.
Bila tidak membaik rujuk ke rumah sakit.
b. Terapi nutrisi.
c. Rehabilitasi fisik dan respirasi.
d. Evaluasi progresifitas penyakit.
e. Edukasi.
Dokumen terkait 1. Buku Panduan PAL
2. Surat tugas/SK Tim PAL
3. Pencatatan dan pelaporan
ALUR TATALAKSANA PPOK

Algoritma PPOK
Stabil

EDUKASI FARMAKOLOGI NON FARMOKOLOGI

Berhenti Bronkodilator kerja Rehabilitasi


Merokok singkat bila perlu : Latihan Pernapasan dan
Pengetahuan Anti kolinergik fisik
dasar PPOK 2 agonist Fisioterapi dada
Obat-obatan Nutrisi
Xantin
Pencegahan Kombinasi LABA +
perburukan kortikosteroid
penyakit (LABACS)
Menghindari Antioksidan
pencetus Dipertimbangkan
Penyesuaian mukolitik
aktivitas

Anda mungkin juga menyukai