Anda di halaman 1dari 44

BUKU BACAAN GURU

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Belajar Dan Pembelajaran Page 0 of 44


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena atas
berkat rahrmat dan karunia yang telah diberikan kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Teori teori belajar ini tepat pada waktunya.
Ada berbagai macam teori belajar yang di kenalkan dan di jadikan acuan oleh para
pendidik dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.Dan alasan teori teori belajar ini di
paparkan tidak lain adalah untuk memudahkan mengenali dan memahami karakteristik peserta
didik selama KBM berlangsung.Melalui makalah ini diharapkan rekan-rekan sekalian tidak
hanya memahami secara teori, namun juga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata
kelak.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak,begitu pula dengan makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna.Maka dari itu kami mengharapkan partisipasi dari rekan-rekan
sekalian untuk memberikan kritik dan saaran demi tercapainya kesempurnaan pada makalah
kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Atas segala bantuan dan perhatian dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Belajar Dan Pembelajaran Page 1 of 44


A. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (Haling, 2006:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Belajar Dan Pembelajaran Page 2 of 44


sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Wingkel (1991) dalam
Haling (2006:2) menjelaskan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologi yang
berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu
dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata.
Hamalik (dalam Haling, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan,
belajar itu perubahan-perubahan yang psikis. Sedangkan menurut Morgan dalam Fathurrohman &
Sutikno (2007:6) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah
laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Selanjutnya menurut Nasution (Masnaini,
2003:5) mengemukakan pengertian hakekat belajar: (1) belajar adalah perubahan pengetahuan, dan
(2) belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
Menurut Glender dalam Haling (2006:2), belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan, dan sikap. Selain itu Fontana dalam Winataputra (1994:2) berpendapat
bahwa belajar mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu
sebagai hasil dari pengalaman. Definisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal yaitu (1) bahwa
belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu, (2) bahwa perubahan itu harus
merupakan buah dari pengalaman, dan (3) bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang
mungkin.
Jadi, pengertian belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya
adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun
pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat diartikan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan.

B. CIRI-CIRI HASIL BELAJAR


Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu. Artinya seseorang
yang telah mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah laku nya. Tetapi tidak semua perubahan
tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa
pengetahuan, keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya terhadap dirinya, dsb. Jadi orang
yang berubah tingkah lakunya karena mabuk tidak termasuk dalam pengertian perubahan karena
pembelajaran yang bersangkutan tidak menyadari apa yang terjadi dalam dirinya.
b) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), perubahan tingkah laku sebagai hasil
pembelajaran akan berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan

Belajar Dan Pembelajaran Page 3 of 44


terjadinya perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang anak yang telah belajar membaca,
ia akan beruabah tingkah lakunya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca.
Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar
yang lain, sehingga ia dapat memperoleh perubahan tingkah laku hasil pembelajaran yang lebih
banyak dan luas.
c) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil
pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan, misalnya kecakapan dalam
berbicara bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih luas.
d) Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam individu.
Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan
sebelumnya. Orang yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu
yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya. Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak,
prestasinya meningkat, kecakapannya menjadi lebih baik,dsb.
e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi
melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran
karena terjadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam
kematangan, perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha
pembelajaran. Misalnya kalau seorang anak sudah sampai pada usia tertentu akan dengan
sendirinya dapat berjalan meskipun belum belajar.
f) Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil
pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu.
Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air mata karena
menangis, berkeringat, mabuk, bersin adalah bukan perubahan sebagai hasil belajar karena
bersifat sementara saja. Sedangkan kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah perubahan
hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan berkembang terus.
g) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang
akan dicapai. Dalam proses pembelajaran, semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu
tujuan tertentu. Misalnya seorang individu belajar bahasa Inggris dengan tujuan agar ia dapat
berbicara dalam bahasa Inggris dan dapat mengkaji bacaan-bacaan yang ditulis dalam bahas
Inggris. Semua aktivitas pembelajarannya terarah kepada tujuan itu. Sehingga perubahan-
perubahan yang terjadi akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

C. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Belajar Dan Pembelajaran Page 4 of 44


sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses Pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Atau
pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan peserta didik. Secara lengkap pengertian
pembelajran dapat dirumuskan sebagai berikut: pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

D. Pengertian tujuan pembelajaran


Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp
(1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik
(2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya
menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan
perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan
dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari
pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam
bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya
dibuat secara tertulis (written plan).

E. Tujuan Pembelajaran Kognitif


Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspekk intelektual atau berfikir/nalar
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Tujuan pembelajaran kognitif diharapkan
siswa dapat:
1) Mengetahui, yakni mempelajari dan mengingat fakta, kata-kata, istilah, peristiwa, konsep, aturan,
kategori, metodologi, teori dan sebagainya.
2) Memahami, yakni menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya
dengan kata-kata sendiri, mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat
sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dan sebagainya
3) Menerapkan, yaitu menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru,mentransfer.

Belajar Dan Pembelajaran Page 5 of 44


4) Menganalisis, yaitu menguraikan suatu keseluruhan dalam bagian-bagianuntuk melihat hakikat
bagian-bagiannya serta hubungan antara bagian-bagian itu.
5) Mensintesis, yaitu menggabungkan bagian-bagian dan secara kreatif membentuk sesuatu yang
baru.
6) Mengevaluasi, yakni menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu.

F. Tujuan Pembelajaran Psikomotor


Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi fsikis. Tujuan pembelajaran psikomotor, diharapkan
agar peserta didik:
1) Persepsi, mampu untuk memilah dan memilih bagia organ tubuh yang mau digunakan. Contoh :
ketika kita akan bermain bola kita akan menyiapkan organ tubuh tangan dan kaki.
2) Kesiapan, mampu untuk menyiapkan organ tubuh yang akan digunakan. (pemanasan)
3) Gerakan terbimbing, mampu untuk dibimbing. Contoh : anak umur satu tahun perlu dibimbing untuk
memakai celana, begitupun siswa perlu dibimbing untuk memahami suatu materi pembelajaran.
4) Gerakan terbiasa, mampu belajar sendiri tanpa ada bimbingan. Contoh : anak umur 6 tahun tidak
perlu dibimbing lagi untuk memakai celana. Begitupun siswa, tidak perlu dibimbing lagi untuk
belajar, karena sudah terbiasa. Sehingga nantinya siswa dapat belajar mandiri.
5) Gerakan kompleks, mampu luwes. Dalam 1 waktu siswa mampu mengerjakan banyak aktifitas.
Misalnya, menghafal sambil menulis dalam keadaan berjalan.

Belajar Dan Pembelajaran Page 6 of 44


6) Penyesuaian, mampu menyesuaikan situasi dan kondisi. Misal, siswa berhadapan dengan
gurunya, siswa tersebut mampu menyesuaikan dengan siapa ia berbicara, sehingga siswa tersebut
tidak salah dalam berucap dan bertingkah laku.
7) Kreativitas, mampu menciptakan pola gerakan baru/ gaya baru. Sifatnya khas, tidak dimiliki orang
lain dan tidak meniru orang lain.
Adapun tujuan pembelajaran psikomotor yang lain yaitu agar siswa mampu:
a. Melakukan gerakan fisik seperti berjalan, melompat, berlari, menarik, mendorong, dan
memanipulasi.
b. Menunjukan kemampuan perseptual secara visual, auditif, taktial, kinestetik, serta
mengkordinasi seluruhnya.
c. Memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan kekutan,kelenturan,
kelincahan dan kecepatan bereaksi
d. Melakukan gerakan yang terampil serta terkordinasi dalam permainan, olahraga, dan kesenian
e. Mengadakan komunikasi non-verbal, yakni dapat menyampaikan pesanmelalui gerak muka,
gerakan tangan, penampilan, dan ekspresi kreatif seperti tarian.

G. Pengertian pembelajaran afektif


Kawasan afektif berkaitan dengan kesadaran seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Tujuan
pembelajaran afektif agar siswa:
1) Menyaadari untuk menerima aturan (penerimaan)
2) Menyadari untuk melaksanakan aturan (tanggapan)
3) Menghayati nilai atau norma (penghargaan)
4) Mengatur nilai, sehingga siswa memiliki sistem nilai (organisasi)
5) Menyadari dan terikat oleh nilai, sehingga nilainya sudah terinternalisasi (karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai)

Belajar Dan Pembelajaran Page 7 of 44


Adapun tujuan pembelajaran afektif yang lain, yaitu agar siswa mampu:
a) Memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala, kondisi,situasi, atau
masalah tertentu, misalnya keindahan dalam musik gamelan, atau arsitektur gedung lama. Ia
menunjukkan kesediaannya untuk mendengarnya atau melihatnya dan tidak mengelakkannya.
b) Merespons atau memberi reaksi terhadap gejala, situasi, atau kegiatan itusambil merasa kepuasan
c) Menghargai, menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruhkomitmen terhadap nilai
itu. Ia percaya akan kebaikan nilai itu dan rela untuk mempertahankannya
d) Mengorganisasi nilai dengan mengkonsepsualisasi dan mensistematisasinyadalam pikirannya.
e) Mengkarakterisasi nilai-nilai, menginternalisasinya, menjadikannya bagian dari pribadinya dan
menerimanya sebagai falsafah hidupnya.
f) Hubungan timbal balik antara tujuan pembelajaran, materi pembelajran, proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran.
Tujuan pembelajaran digunakan sebagai acuan atau patokan yang harus dicapai yang sesuai
dengan SK dan KD yang telah ditentukan. Sedangkan materi pembelajaran digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan proses pembelajaran merupakan cara-cara atau langkah-
langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (didalam proses pembelajaran ada
metode dan teknik pembelajaran), sedangkan hasil pembelajaran merupakan bentuk manifestasi dari
materi pembelajaran dan proses pembelajaran dan apakah hasil tersebut sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran atau masih belum. Untuk mengatahui hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
pengukuran dan penilaian. Pengukuran lebih kepada kuantitas, sedangkan penilaian lebih kepada
kualitas.

H. Tujuh prinsip-prinsip belajar


1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Belajar memerlukan perhatian
Perhatian adalah pemusatan pikiran dan mental pada satu kegiatan/satu objek
(konsentrasi) atau disebut juga khusu. Konsentrasi dibagi dua, yaitu Full concentration dan
Devide concentration. Seorang guru sebelum memulai pembelajaran sebaiknya menjelaskan

Belajar Dan Pembelajaran Page 8 of 44


terlebih dahulu kegunaan atau manfaat materi pembelajaran supaya tumbuh rasa penting
dalam diri siswa dan merasa butuh terhadap materi pembelajaran tersebut, sehingga siswa
akan fokus dan memperhatikan materi yang disampaikan guru.

Belajar memerlukan motivasi.


Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Ada motivasi yang lemah dan ada juga motivasi yang kuat. Seorang siswa yang
memiliki motivasi yang kuat tentu akan lebih giat belajar berbeda dengan siswa yang memilki
motivasi yang lemah, ia akan merasa malas untuk belajar. Motivasi dipengaruhi oleh
pengaruh internal (Internal motiv) dan pengaruh eksternal (Eksternal motiv). Internal motivasi
dan eksternal motivasi sangat mempengaruhi siswa untuk mau belajarmbaik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Tugas seorang guru adalah mentransformasi
motivasi siswa dari eksternal menjadi internal disebut sebagai transformasi motivasi.
Adapaun sifa-sifat motiv, yaitu:
Instrinsik: Siswa akan serius dan sungguh-sungguh dalam belajar
Ekstrinsik : Sifatnya formalitas, siswa mau belajar kalau ada yang menyuruh, memantau,
dan sebagainya.
Tugas seorang guru adalah memindahkan dari motivasi ekstrinsik ke instrinsik. Agar
motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
1) Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
2) Mengkondisikan proses belajar aktif.
3) Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
4) Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan
untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
5) Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
6) Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
7) Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.

2. Prinsip Keaktifan
Pada dasarnya manusia sudah memiliki keaktifan. Keaktifan dikarenakan adanya rasa ingin
tahu (internal) dan pergaulan (eksternal). Jika keaktifan siswa dibatasi maka akan
mengakibatkan siswa itu pasif. Perilaku aktif pada diri siswa pada akhirnya ada dua
kemungkinan, yaitu:
Siswa lebih aktif

Belajar Dan Pembelajaran Page 9 of 44


Siswa menjadi pasif
Tugas seorang guru adalah memotivasi peserta didik untuk aktif dalam KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar). Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan
eksperimen.
2) Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
3) Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
4) Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
5) memberikan kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam
proses pembelajrannya

3. Prinsip Keterlibatan Langsung


Keterlibatan langsung bercirikan adanya konsep learning by doing yang dapat diartikan
belajar sambil berbuat. Artinya, peserta didik diikursertakan dalam pembelajaran agar tidak
menjadi siswa yang verbalistik (tahu kata tidak tahu makna). Labotarorium merupakan salah
satu tempat untuk siswa terlibat langsung dalam KBM, digunakan sebagai tempat untuk menguji
kebenaran konsep yang telah dijelaskan didalam kelas. Implikasi prinsip keterlibatan langsung
bagi guru adalah:
a) Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b) Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai
percobaan atau eksperimen.
c) Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d) Memberikan tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus terdorong aktif
untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif
mengerjakan tugas-tugas.

4. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, manghafal,
menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin
berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin
lambat perkembangannya. Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective

Belajar Dan Pembelajaran Page 10 of 44


People, mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan
dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah
motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup kita,
kita harus mempunyai ketiga hal tersebut. Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru
adalah:
a) Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b) Merancang kegiatan pengulangan.
c) Mengembangkan soal-soal latihan.
d) Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar
bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru maupun atas
inisiatif dan dorongan diri sendiri.

5. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih
banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki
peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu
pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan
belajarnya.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk
menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
a) Merancang dan mengelola kegiatan inkuiri dan eksperimen.
b) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
c) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
d) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
e) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
f) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.

6. Prinsip Balikan dan Penguatan (Feed back)


Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar
yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum
belajar dari Thorndike yaitu law of effect. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil
yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya
belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena

Belajar Dan Pembelajaran Page 11 of 44


penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang tidak
menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu
bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada
waktu yang lain.
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari
pemberian penguatan, yaitu:
a) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b) Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.
c) Menimbulkan perhatian peserta didik.
d) Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e) Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku
yang mendukung belajar.
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain; (1) memberikan
balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun bentuknya, (2) memberikan
kepada siswa jawaban yang benar, (3) mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa, (4)
memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-
komentar tertentu, (5) memberikan lembar jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau
menginformasikan peringkat secara terbuka, (7) memberikan penghargaan.

7. Prinsip Perbedaan Individual


Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak
satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu pasti
memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini
merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual
dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cara yang dapat ditempuh oleh guru antara lain
penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan
peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan individual. Upaya lain
yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar bagi siswa-siswa yang
memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki
kemampuan lebih dari yang lain.
Guru harus memahami bahwa karakteristik masing-masing peserta didik atau individu
berbeda-beda, baik dari kemampuan, sikap, dan skill. Guru harus menghargai perbedaan
tersebut. Selain itu seorang guru juga harus memiliki prinsip tidak membeda-bedakan yang
sama dan tidak menyama-nyamakan yang beda.

Belajar Dan Pembelajaran Page 12 of 44


Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
a) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhklan.
b) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
c) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan
minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta didik
cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang
mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
d) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta
pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang
lain.
Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para
siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka
memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki
dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.

Belajar Dan Pembelajaran Page 13 of 44


Dalam PSIKOLOGI dan Pendidikan, Pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman

Belajar Dan Pembelajaran Page 14 of 44


untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahans pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan Teori-Teori Belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Manfaat dari
beberapa teori belajar adalah :
1) Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2) Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3) Memandu guru untuk mengelola kelas
4) Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa
yang telah dicapai
5) Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6) Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat
mencapai hasil prestasi yang maksimal.
Ada beberapa teori belajar dan pembelajaran dalam dunia pendidikan, dimana setiap
teori memiliki aspek penekanan yang berbeda dalam proses implikasinya. Teori-teori tersebut
antara lain teori behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar kostruktivistik, teori belajar
humanistik, teori belajar sibernetik, teori belajar sosial kultural dan teori kecerdasan ganda.

A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik, adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar jika ia telah menunjukkan perubahan tingkah laku.

Belajar Dan Pembelajaran Page 15 of 44


Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara
stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan
diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa saja
yang diberikan guru (stimulus), dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting dari teori behavioristik adalah faktor
penguatan(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bilah penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon
akan tetap dikuatkan.
Tokoh-tokoh penting dalam teori behavioristik antara lain :
1). Torndike, meurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Teori Torndike ini disebut juga aliran koneksionisme (Connectionism)
2). Watson, menurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur.
3). Clark Hull, menurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun menurutnya setiap stimulus yang diberikan harus berhubungan dengan
kebutuhan dan pemuasan biologis.
4). Edwin Guthrie, menurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, dimana stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan dan pemuasan
bilogis. Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cendrung hanya
bersifat sementara. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap.
5). Skinner, menurutnya belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulakn
perubahan tingkah laku. Dikatakan bahwa respon yang diberikan seseorang/siswa
tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasrnya stimulus-stimulus yang diberikan
kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus
tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan.

Belajar Dan Pembelajaran Page 16 of 44


Pandangan teori behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik.
Dari semua pendukung teori ini, teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori-teori belajar behavioristik, seperti program-program
pembelajaran seperti Teaching machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-
program lainnya yang berpijak pada hubungan stimulus dan respon serta mementingkan
faktor penguatan (reinforcement)
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahw kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas mimetic yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut
satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
a) Reinforcement and Punishment
b) Primary and Secondary Reinforcement
c) Schedules of Reinforcement
d) Contingency Management
e) Stimulus Control in Operant Learning
f) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Teori ini juga menghasilkan bebeapa hokum belajar,diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.


Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat.

Belajar Dan Pembelajaran Page 17 of 44


Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa
kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar
(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner


Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

Belajar Dan Pembelajaran Page 18 of 44


Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh
stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri
pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

4. Social Learning menurut Albert Bandura


Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah
teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku
individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan
juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian
contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

KELEBIHAN TEORI BEHAVIORISTIK


1) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus lainnya dan seterusnya sampai
reson yang diinginkan muncul
2) Tori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan

Belajar Dan Pembelajaran Page 19 of 44


3) Teori behavioristik juga cocok diginakan untuk melatih anak-anak yang msih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suak mengulangi dan dibiasakan,suka
meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISTIK


1) Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier,konvergen,tidak kreatif,tidak
roduktif dan cenderung mendudkkan siswa sebagai individu yang pasif
2) Pembelajaran siswa yang berpusat oada guru dan bersifat mekanistik dan hanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan di ukur.
3) Penerapan metode yang salah dalam pembeljaran mengakibatkan terjadinya poses
oembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemehaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar bukan pada hasil belajar.
Teori ini berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Dalam praktek-praktek pembelajaran, teori-teori kognitif antara lain tampak dalam
rumusan-rumusan seperti tahap-tahap perkembangan oleh J.Piaget, Advanced
organizer oleh Ausebeel, pemahaman konsep oleh Brunner, hirarki belajar oleh Gagne,
Webteaching oleh Norman dan sebagainya. Diantara para pakar teori kognitif, paling
tidak ada tiga yang terkenal yaitu:
J.Piaget, menurutnya kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan
tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi. Tahap-tahap perkembangan itu adalah :
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Belajar Dan Pembelajaran Page 20 of 44


2. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
3. Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
4. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Menurutnya , proses belajar akan terjadi jika melalui tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi/penyeimbangan. Asimilasi merupakan proses
pengintegrasian atau penyatuan informasi baruke dalam struktur kogniitif yang telah
dimiliki oleh seseorang. Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi baru, sedangkan equilibrasi merupakan penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Brunner,dengan teorinya free discovery learning mengatakan bahwa belajar terjadi
lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan/informasi, dan bukan
ditentukan oleh umur. Menurut Brunner tahap perkembangan kognitif terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
1. Tahap Enaktif, seseorang melakukan aktifitas-aktivitas dalam upayanuntuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dsb.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek/dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal, maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui bentuk perumpamaan(tampil) dan perbandingan(komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah mampuh memiliki ide-ide/gagasan-gagasan
abstrak yang sangat mempengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
logika
Ausubel, menurutnya bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampuh
mengasimilasikan pengetahuan yang yelah dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Proses belajar melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna
stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat diperhatikan.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola/logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual
pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa.

Belajar Dan Pembelajaran Page 21 of 44


Prinsip-Prinsip Konsep Belajar Kognitivisme
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya
melalui tes awal, interview, review , pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik
2) memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh
kongkrit dan kontraversial
3) mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu
4) menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
5) memakai advance organizers
6) mengajar peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada
dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh
diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan
kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
1) Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2) Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat
melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang
bersifat lebih sederhana
3) Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian.
Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya.
Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui
sebelumnya
4) Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual,
kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)

Peranan Model Kognitivisme dalam Pembelajaran


A. Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :

Belajar Dan Pembelajaran Page 22 of 44


Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap
orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.

B. Belajar : Kognitif Bruner


Karakteristik Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar
sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar
secara discovery learning. Langkah penerapan dalam
pembelajaran :
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
4. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang
Jarome Brunner
dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5. Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak,
dari yang sederhana ke kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar

Belajar Dan Pembelajaran Page 23 of 44


C. Belajar : Bermakna Ausubel
Karakteristik Teori :
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara
deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan
aspek struktur kognitif peserta didik. Langkah penerapan
dalam pembelajaran :
a) Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b) Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan,
struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw,
pertanyaan dll.
Ausubel
c) Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam
bentuk penyajian konsep-konsep kunci
d) Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi
tsb.
e) Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai
pesertadidik.
f) Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara
membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan
uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah
diberikan dengan yang akan diberikan.
g) Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara
konsep yang ada
h) Mengevaluasi proses dan hasil belajar

C. TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN

A. Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan.

Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia


dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan
yang dikehendaki adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian,
bertanggung jawab terhadap resiko yang dalam mengambil keputusan,

Belajar Dan Pembelajaran Page 24 of 44


mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus
untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses. learn to be.
Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks
nagi kelestarian dan kejayaan bangsanya (Raka Joni,1990).
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan siatas adalah adanya layanan ahli
kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Student Active learning atau
pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang mengakui sentralitas peranan siswa didalam proses belajar, adalah landasan yang
kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan yang diharapkan. Penerapan
ajaran tut wuri handayani merupakan wujud nyata yang bermakna bagi manusia masa
kini dalam rangka menjemput masa depan.

B. Konstruksi Pengetahuan

Apa pengetahuan itu? Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan


bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun
lingkungannya.

C. Proses Mengkonstruksi Pengetahuan

Von Galserfeld, mengemukakan bahwa ada beberapa cara/kemampuan yang


diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu:
Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengelaman
Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan
Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang
lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah
konstruksi pengetahuan seseorang yang telah ada, dominan pengetahuan dan jaringan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses belajar aebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada
pengalaman melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu
konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitif. Guru-guru
konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk

Belajar Dan Pembelajaran Page 25 of 44


mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya
akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang
sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan
diantara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide
tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datang dari berbagai interpretasi.
Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahami, tidak benar dan tidak mudah dikelola.

D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia, oleh
sebab itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati kajian
filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampuh mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Teori humanistik cendrung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori
apa saja asal tujuannya tercapai. Ada beberapa tokoh penganut aliran humanistik,
diantaranya adalah:
Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman
konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi dan eksperimentasi aktif.

Belajar Dan Pembelajaran Page 26 of 44


Honey Dan Mumford, menggolongkan siswa dalam belajar menjadi empat, yaitu;
aktifis, reflektor, teoris dan pragmatis.
Hubermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar, yaitu: belajar teknis, belajar
pragtis dan belajar emansipatoris.
Bloom Dan Krathwohl, dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu: kognitif,
psikomotor dan afektif.

Taksonomi Bloom Taksonomi Krathwohl

Belajar Dan Pembelajaran Page 27 of 44


Ausubel, walaupun termasuk dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (Meaning Learning)
Aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran cendrung mendorong siswa
untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

IMPLIKASI TEORI HUMANISTIK


a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator.
Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
a) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
b) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Belajar Dan Pembelajaran Page 28 of 44


i) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

APLIKASI TEORI HIMANISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk
pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
a) Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur
dan positif.
c) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
d) Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
e) Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.

Belajar Dan Pembelajaran Page 29 of 44


f) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan
pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

CIRI GURU YANG BAIK DAN KURANG BAIK MENURUT TERI HIMANISTIK
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan
wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr
ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.

E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


Teori belajar sebernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori belajar siberneti belajar adalah pemrosesan
informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang
dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem
informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada
satu jenis pun cara belajar yang ideal untuk segalah situasi, sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi.

Belajar Dan Pembelajaran Page 30 of 44


Teori ini telah dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan-
pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage
dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine serta Tennyson.
Bahwa proses pengolahan imformasi dalam ingatan dimulai dari proses penyajian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan (retrieval).
Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak
secara hirarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling
umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Konsepsi Landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik
mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir skematis, tahap demi
tahap, linear, menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristik menuntut
siswa untuk berpikir devergen, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh/wholist, dan tipe
serial/serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cendrung
mempelajari sesuatu yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan
siswa yang bertipeserialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap
atau linear.
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam
teori Gage dan Briggs yang mengekspresikan adanya:
Kapabilitas belajar
Pristiwa pembelajaran
Pengorganisasian/urutan pembelajaran.

F. TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN
Aliran behavioristik yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini
banyak di anut dalam praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan
yang rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi, namun ternyata tidak dapat mampuh
menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global. Hasil pendidikan tidak mampuh
menumbuhkembangkan anak-anak untuk lebih menghargai perbedaan dalam konteks
sosial budaya yang beragam. Mereka kurang mampuh berpikir kreatif, kritis dan produktif,

Belajar Dan Pembelajaran Page 31 of 44


tidak mampuh mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan berkolaborasi serta
pengelolaan diri.
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang
kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya.
Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi
kontraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi
individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat.
Pendekatan ini kurang ssesuai dengan tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang
akhir-akhir ini.
Pandangan yang dianggap lebih mampuh mengakomodasi tuntutan socicultural-
revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa
peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih
tepat disebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme.

Konsep-konsep penting dalam teorinya adalah genetic low of development, zona of


proximal development, dan mediasi, mampuh membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan

Belajar Dan Pembelajaran Page 32 of 44


perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis, dimensi kesadaran
sosial bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.

Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak


memperoleh kesempatan yang luas untuk zona perkembangan proximalnya atau
potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan
tingkatan bantuan (helps/cognitive scaffolding) yang dapat menfasilitasi anak-anak agar
mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk
contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih kompoten. Bentuk-bentuk
pembelajaran kooperativc-kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan.
Sedangkan anak yang telah mampuh belajar sendiri perlu di tingkatkan tuntutannya,
sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada dibawahnya. Dengan demikian
diperlukan pemahaman yang tepat tentang karakteristik siswa dan budayanya sehingga
sebagai pijakan dalam pembelajaran.

Belajar Dan Pembelajaran Page 33 of 44


G. TEORI KECERDASAN MAJEMUK (MULTYPLE INTELEGENCE) DAN PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN

1). TEORI KECERDASAN GANDA


Howard Gardner memperkenalkan dan sekaligus
mempromosikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan
kecerdasan ganda (Multyple Inteligences). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang
hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan
semua kecerdasan bekerja sama sebagai satu kesatuan yang
utuh dan terpadu. Pokok pemikiran yang dikemukakan Gardner
adalah :
Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasan.
Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula di ajarkan kepada orang lain.
Kecerdasan merupakan realitas yang majemuk yang muncul dibagian-bagian yang
berbeda pada sistem otak atau pemikiran manusia.
Pada tingkat tertentu,kecedasan ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya
dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan
bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki
tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
1). Kecerdasan bahasa/ verbal

2). Kecerdasan matematis logis

3). Kecerdasan spasial/ruang

4). Kecerdasan kinestetis jasmani

5). Kecerdasan musikal

6). Kecerdasan interpersonal

7). Kecerdasan intrapersonal

Tiga kegerdasan lagi yang muncul kemudian adalah :


1). Kecerdasan Naturalis

2). Kecerdasan Spiritual

Belajar Dan Pembelajaran Page 34 of 44


3). Kecerdasan Eksistensial

1). Kecerdasan Bahasa.


Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh
orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu : pengarang, penyair,
wartawan, pembicara, pembaca berita, humor, berpikir simbolik. Kecerdasan ini
dapat di perkuat dengan kegiatan-kegiatan berbahasa baik tulisan dan lisan.

2). Kecerdasan Matematik/logika


Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam
melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi
dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks. Contoh
contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan,
matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer. Kecerdasan ini
diaktifkan bila seseorang mengahadapi masalah atau tantangan baru dan
berusaha menyelesaikannya.

3). Kecerdasan Spasial/ruang.


Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki
kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh contoh orang yang
memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis dan arsitek.
Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-
gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau
mengkomunikasikan informasi grafis. Kuncinya adalah kemampuan indra
pandang dan berimajinasi.

4). Kecerdasan Kinestetis Jasmani.


Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan
seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh
orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan
pengrajin, pantomime dll

Belajar Dan Pembelajaran Page 35 of 44


5). Kecerdasan Musikal.
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada,
melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik
antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan
orang-orang sensitif terhadap unsur suara.

6). Kecerdasan Interpersonal.


Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang
untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan
orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng
seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi, pemuka agama. Saat ini
orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh kesuksesan seseorang.

7). Kecerdasan Intrapersonal.


Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam
membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri seperti perasaan, proses
berpikir, refleksi diri, intuisi dan menggunakan kemampuan tersebut dalam
membuat rencana dan mengarahkan orang lain.

8). Kecerdasan Naturalis.


Kecerdasan naturalis banyak dimiliki oleh pakar lingkungan. Seorang
penduduk pedalaman dapat mengenali tanda-tanda akan terjadi perubahan
lingkungan. Misalnya dengan mengamati gejala-gejala alam. Keahlian
mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang orang yang
memiliki kecerdasan ini.

9). Kecerdasan Spiritual.


Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini
berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan. Kecerdasan
ini dapat dikembangkan pada setiap orng melalui pendidikan agama,
kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.

Belajar Dan Pembelajaran Page 36 of 44


10). kecerdasan Eksistensial.
Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampuh
menyadari dan mengahayati dengan benar keberadaan dirinya dan apa tujuan
hidupnya. Melalui kontemplasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat berkembang
Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga
kelompok yaitu:
Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related) noleh objek
yang dihadapi.
Kelompok kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan
yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi oleh sistem bahasa dan
musik yang didengar.
Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain
(person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interksi dengan orang
lain.

B. KRITERIA KEABSAHAN MUNCULNYA TEORI KECERDASAN


Memiliki dasar biologis.
Bersifat universal bagi spesies manusia.
Nilai budaya suatu keterampilan.
Memiliki basis neurology.
Dapat dinyatakan dalam bentuk symbol.

C. STRATEGI DASAR PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA


Ada beberapa straregi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
kecerdasan ganda yaitu :
Membangunkan/memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indra dan
menghidupkan kerja otak.
Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara memberi latihan dan memperkuat
kemampuan membangunkan kecerdasan.
Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan, yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur
pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.

Belajar Dan Pembelajaran Page 37 of 44


Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha untuk memanfaatkan berbagai cara yang telah
dilatih di kelas untuk memahami realitas diluar kelas atau pada lingkungan nyata.

D. MENGEMBANGKAN KECERDASAN GANDA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN


Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan
yang spesifik yaitu:
Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan
permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang
apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan
waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan
gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang
interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga
dimensi lainnya.
Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih
menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5
detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki
silang/asah otak lainnya.
Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan
musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk
bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan
gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan
berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa,
kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya
khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan,
kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan
waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif
dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau

Belajar Dan Pembelajaran Page 38 of 44


lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca,
pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan
imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu
pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-
kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk
meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang
dialami.
Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain
peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program
flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak
merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik
bunga yang sedang tumbuh.
Tabel berikut (Tabel. 1.) menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran
dan perilaku yang dapat dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.

Tabel. 1. Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk


meningkatkan Kecerdasan Ganda

JENIS KECENDERUNGAN /
METODE BELAJAR
KECERDASAN KEGEMARAN
Gemar : Membaca, menulis, mendengar
membaca
Bahasa / Verbal Menulis
Bercerita
Bermain kata
Gemar : Berhitung, aplikasi rumus,
bereksperimen eksperimen
Matematis Logis
tanya jawab
menjawawab teka-teki

Belajar Dan Pembelajaran Page 39 of 44


logis
Gemar : Observasi, menggambar,
Mendesain mewarnai, membuat peta
Spasial Menggambar
Berimajinasi
Membuat sketsa
Gemar : Membangun, mempraktekan.
menari menari, ekspresi
berlari
Kinestetik tubuh
melompat
meraba
memberi isyarat
Gemar : Menyanyi, menghayati lagu,
bernyanyi mamainkan instrumen musik
Musikall
bersiul
bersenandung
Gemar : Kerjasama dan interaksi dengan
memimpin orang lain
Interpersonal berorganisasi
bergaul
menjadi mediator
Gemar : Berfikir filosofi, analitis, berfikir
menyusun tujuan reflektif
meditasi
Intrapersonal
imajinasi
membuat rencana
merenung
Gemar : Observasi alamdan
bermain dengan flora fauna mengidentifikasi karakteristik flora
Naturalis
mengamati alam dan fauna
menjaga lingkungan

Belajar Dan Pembelajaran Page 40 of 44


E. FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM IMPLEMENTASI TEORI KECERDASAN GANDA
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan
dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan
yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang
tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit
kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan
sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan
ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa
merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam
merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa.
Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi
para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah langkah
berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan
proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori
kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung
30 % belajar kooperatif
30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi
berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan

Belajar Dan Pembelajaran Page 41 of 44


pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu
memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat
menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas
pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan
siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh
fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda
antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan
ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa
semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari
proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang
diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode
penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem
penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh
siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005


Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi
Aksara. 2000
Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1998
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
www.manmodelgorontalo.com

Belajar Dan Pembelajaran Page 42 of 44


Belajar Dan Pembelajaran Page 43 of 44

Anda mungkin juga menyukai