Semua proses yang dilakukan pada temperatur tinggi ( > 500 C ) dikatagorikan proses
metallurgi. Prinsip di dalam piro meta!lurgi , logam didapat melalui : berlangsungnya reaksi
kimia yang menghasilkan logam dari senyawanya, yang biasanya akan membentuk dua fasa
atau lebih, sehingga logam yang dihasilkan dapat dipisahkan dari senyawa yang
dikehendaki.
Reaksi yang berlangsung dapat bermacam-macam, namun yang umum adalah reaksi
oksidasi, reaksi reduksi maupun reaksi netral. Pemisahan antara logam dengan senyawanya
biasanya dibantu dengan penambahan bahan imbuhan yang disebut Flux, yang berguria
untuk mengikat unsur/ senyawa pengotor sehingga membentuk suatu masa yang terpisah
dari logam utamanya yang disebut slag/ terak.
I. PROSES REDUKSI
Didalam ekstraksi piro metallurgi , proses reduksi memegang peranan yang penting.
Proses reduksi adalah proses pembentukan logam dari senyawa oksida dengan
menambahkan reduktor. Oksida logam ada yang terdapat di alam sebagai bijih, tetapi ada
juga yang berbentuk senyawa sulfida tetapi dilakukan proses pemanggangan (roasting)
hingga membentuk senyawa oksida.
Reduksi beberapa logam ada yang terjadi pada temperatur di bawah titik lelehnya
seperti NiO, FeO, CuO dengan reduktor berupa C (batubara, kokas ), H2, CH4 maupun logam
lainnya.
Untuk menentukan proses reduksi biasanya dicari harga energi bebas, dapat melalui
Diagram Ellingham. Diagram Ellingham merupakan suatu diagram yang menggambarkan
harga energi bebas pembentukan oksida dari berbagai unsur logam sebagai fungsi temperatur.
19
Di dalam diagram Ellingham, apabila harga energi bebas < 0, maka reaksi akan
berlangsung spontan dan suatu oksida dalam keadaan stabil. Apabila grafik perubahan energi
bebas berada di bawah garis energi bebas = 0, maka oksida logam akan stabil.
METALOTHERMIK
Merupakan proses peleburan reduksi suatu oksida logam dengan menggunakan logam
sebagai reduktor. Metoda ini dilakukan apabila logam yang direduksi sangat stabil, sehingga
tidak dapat direduksi oleh karbon, kecuali pada temperatur yang sangat tinggi oleh hidrogen.
Demikian juga untuk logam yang membentuk karbida, tidak mungkin dihasilkan dengan
menggunakan reduktor karbon. Kerugian cara ini adalah reduktornya relatif mahal
Ty Tp
Gambar 1.1
Kestabilan Metal Oksida
a. Pada T < Tp, grafik 2 MO di bawah M'02 , jadi pada selang ini MO lebih stabil
b. Pada Tp kedua oksida mempunyai harga P02 kesetimbangan sama
c. Pada T > Tp , maka M'O2 lebih stabil daripada MO
Oleh karena itu pada T < Tp, M'O2 dapat direduksi oleh M
T > Tp , MO dapat direduksi M'
20
Tabel 1.1
Reduksi terhadap oksida
Elemen yang terletak di bawahnya dapat mereduksi oksida yang berada di atasnya,
misalnya Mn dapat mereduksi FeO pada temperatur 750F
Kecenderungan mereduksi menjadi besar bila jarak antara reduktor dengan oksidanya
semakin jauh.
Karbon pada temperatur rendah akan membentlik CO2, pada temperatur tinggi membentuk
CO (merupakan reduktcr effektif)
Pada umumnya proses reduksi dilakukan dalam keadaan leleh, dengan reaksi secara umum
sebagai berikut :
MO + CO ----> M + CO 2
MO + C ----> M + CO
21
CO yang terbentuk dapat digunakan sebagai reduktor yang baik, sebab reduktor
berupa gas akan lebih baik daripada reduktor berupa padatan, sebab gas lebih
fleksibel dan dengan cepat bereaksi dengan reaktan.
Di dalam proses reduksi ini biasanya unsur pengotor juga ikut tereduksi dengan reaksi
sebagai berikut :
XO + C O ---> X + CO 2
Hal ini terjadi tergantung pada kestabilan oksida XO terhadap MO. Semakin stabil
XO maka proses reduksi akan semakin baik, sebab MO akan mudah direduksi
sehingga didapatkan metal.
a. Peleburan Timbal
PbO + CO Pb + CO2
Fe203 + CO 2 FeO + CO2
FeO + CO Fe + CO2
K. Sn (a. FeO)
------- = --------------------------- = K. Sn-Fe
K. Fe (a. Fe) (a. SnO)
23
bbbb
Perbedaan antara harga K. Fe dengan K. Sn tidak besar, maka K.Sn-Fe mendekati harga =1
mendekati
Apabila mendekati
diinginkan harga =logam
perolehan 1 Sn yang tinggi ( hal ini berarti bahwa SnO dalam
terak sedikit, maka Fe dalam Sn akan tinggi / pengotor Fe dalam Sn tinggi ).
Bila diinginkan timah dengan kemurnian tinggi , maka Sn sebagai SnO dalam terak juga
jugajjugauga
akan tinggi, maka biasanya dalam peleburan timah ini dilakukan secara bertahap
Tahap I, dilakukan peleburan dengan mendapatkanTimah kadar tinggi
dengan
Tahap II mendapatkan Timah
slag yang masih kadar
banyak tinggi.
mengandung timah ditambah dengan scrap iron dilebur
kembali untuk mendapatkan Harhead alloy yang merupakan perpaduan antara Timah (80 %)
Besi ( 20- %), yang mana hard head alloy ini dilebur kembali dalam reverberatory
Reaksi yang terjadi adalah :
SnO2 + CO ===== SnO + CO2
SnO + CO ===== Sn + CO2
24
ZnS + 3/2 02 _________________ ZnO + SO2........................................................... (1)
ZnO + C _____________ Zn + CO ........................................... (2)
ZnO + CO _____________Zn + CO2 .............................................................. (3)
Pada reaksi (2) dan (3) , Zn yang terbentuk dalam keadaan uap, sedangkan yang
dominan yang terbentuk adalah reaksi (3), mengingat bahwa CO merupakan reduktor
yang lebih baik bila dibandingkan dengan C
Tanur yang digunakan disebut retort, dimana pemanasannya dilakukan dari luar tanur,
sehingga refraktori yang digunakan hams sebagai pengantar panas yang baik.
Tahap pertama di dalam tanur retort akan terjadi reaksi Boudouard, yaitu reaksi antara
CO2 dengan C menghasilkan 2 CO. Dengan demikian gas yang dihasilkan dari proses
retorting ini merupakan campuran uap Zn, gas CO, CO2 dalam jumlah kecil
Perlu diperhatikan bahwa : semakin tinggi temperatur , maka CO yang terbentuk akan
semakin banyak
Semakin tinggi tekanan, maka CO semakin rendah dan CO2 akan semakin dominan
100 0
75 25
50 50
CO 2 + C --> 2 CO
25 75
100
400 600 800 1000
Gambar 2.1.
Pengertian reaksi Boudouard
Proses oksidasi merupakan proses peningkatan kadar dalam pyro metallurgy dengan
tujuan untuk mengubah senyawa sulfida (matte) menjadi logam. Logam pengotor akan
teroksidasi menjadi logam oksida yang masuk kedalam slag sehingga logam utamanya
akan terbebas dari logam pengotor. Sebagai oksidator biasanya digunakan udara
.Sebagai contoh dalam pengolahan tembaga dari matte yang berupa logam cair panas
ditambah dengan udara dan fluks akan menghasilkan logam dan impuritis oksida
berupa slag. Alat / tungku yang digunakan disebut bessemer converter, yang mana alat
ini ada dua macam :
25
` a. Acid Bessemer converter
Dalam proses ini untuk menghilangkan unsur-unsur seperti silicon, karbon, mangan yang masih
terkandung dalam logam cair hasil peleburan (smelting) , yakni dengan mengalirkan udara pada
logam cair tersebut.
Logam cair sebagai umpan biasanya masih mengandung 4-4,5% C, 1-1,75% Si dan 7 % Mn
dimasukkan kedalam converter dimana posisi converter dalam keadaan miring, sambil
dimasukkan udara dari bagian bawah converter. Setelah selesai pemasukan umpan, converter
ditegakkan kembali.
Pada waktu proses pengumpanan , terjadi proses oksidasi dari logam pengotor, dengan
reaksi sebagai berikut :
2 Fe + 0 2 -----> 2 FeO H = - 42.800 cal
2 FeO + Si ==== 2 Fe + Si02 H = - 70.200 cal
FeO + Mn ==== Fe + MnO H = - 26.800 Cal
Setelah SiO2 dan MnO menjadi slag dan dikeluarkan, maka karbon akan terbakar dengan
reaksi sebagai berikut :
2 C + O 2 ---> 2 CO H = -52.800 cal
Dari CO ini bila diteruskan pembakarannya akan terbentuk CO2, hal ini ditandai pada mulut
converter akan muncul api yang panjang. Apabila api ini turun berarti udara yang diberikan
akan berlebih dan metal yang terbentuk harus dituangkan.
26
Converter terbuat dari lempengan baja yang dilapisi dengan refractori dari silica eks sebab slag yang
terbentuk adalah bersi fat asam.
Pada proses pengubahan matte tembaga menjadi blister copper yang menggunakan alat
Pierce Smith Converter". Alat ini berbeda dengan bessemer converter yang posisinya tegak,
karena Pierce Smith Converter posisinya horisontal , dinding shell dipalisi dengan
menggunakan magnesite brick. Tuyeres ada disamping, sehingga kemungkinan tersumbat oleh
logam yang membeku relatif jarang.(pada Bessemer converter tuyere ada dibagian bawah,
maka pada pengumpanan udara hams tetap dialirkan agar tuyeres ini tidak tersumbat.
Pada reaksi (1) diharapkan bahwa tidak semua FeS berubah menjadi FeO, sehingga_pada
reaksi (2) FeS ini masih dapat bereaksi dengan Cu2O manakala Cu2S ikut teroksidasi menjadi
Cu2O. Setelah terbentuk slag, maka dilakukan penuangan slag.
Pada tahap pertama ini didapatkan Cu2S yang dikenal sebagai "white metal", diharapkan
white metal ini jangan sampai ikut tertuang sewaktu penuangan slag, sebab akan diproses
selanjutnya dalam tahap II.
Reaksi pada tahap 11 : __________ Cu2S + O2 2 Cu
+ SO2
Reaksi tahap II ini dapat berlangsung secara bertingkat.
Cu yang terbentuk disebut Blister Copper.
Reaksi :
2 Cu 2 S + 3 O2 ----------- > 2 Cu 2 O + 2 SO2 + 184 Kkal
Cu2S + 2 Cu2O ------- > 6 Cu + SO 2 - 28 Kkal
3 Cu2S + 3 O2 ----------------- > 6 Cu + 3 SO2 + 156 Kkal
PELEBURAN SULFIDISASI
Peleburan ini dapat dilakukan untuk mendapatkan matte dalam proses pengolahan bijih nikel.
dengan persyaratan bahwa bijihnya berupa senyawa oksida.
PELEBURAN PRESIPITASI
Proses ini berdasarkan atas reaksi pendesakan , yakni reaksi antara logam sulfida ( 'berharga)
dengan logam lain , yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
MS +M =============' M + M'S
Sebagai contoh dalam peleburan timbal : PbS + Fe (scrap iron) = Pb + FeS
peleburan antimon : Sb2S3 + 3 Fe ====== 2 Sb + 3 FeS
PELEBURAN SEMPROT
Proses ini berlangsung secara simultan, mulai dari proses pemanggangan oksida secara partial
sampai ke peleburan matte , dilakukan dalam satu reaktor.
Konsentrat tembaga, nikel yang berbutir halus, disemprotkan bersama udara yang telah
diperkaya dengan oksigen.
Didalam reaktor mula-mula akan terjadi proses pemanggangan sehingga akhirnya didapat
kalsin, jika dipanaskan terus akan melebur dan dihasilkan matte.
Keuntungan dari peleburan semprot adalah penggunaan kalor lebih effisien.
29
TERMODINAMIKA
Peranan Thermodinamika:
1. Tahap Preparasi : termodinamika diterapkan pd
diagram kellogg diagram kesetimbangan logam-
sulfur - oksigen
2. Tahap Ekstraksi : termodinamika dipakai utk
memperkirakan berlangsungnya proses redoks
logam baik menggunakan reduktor C, H2, logam
lainnya ( metallothermik) berdasar data
kesetimbangan pembentukan oksida berbagai logam
dpt dibentuk diagram ellingham 4M/x + O2 = 2/x
M2Ox
3. Tahap pemurnian :
-pd tahap ekstraksi reduksi mrpkn reaksi kimia yg
sangat penting pd salah satumetode pemurnian scr
pirometalurgi justru sebaliknya yaitu reaksi
oksidasi.
-pd metode ini unsur pengotor diubah mjd oksida yg
secara fisik dpt dipisahkan dr logam utamanya baik
sbg oksida leleh, padatan maupun dlm btk gas
-diagram ellingham juga dpt utk menentukan
penghilangan unsur tertentu dgn cara oksidasi
selektif
-proses pemurnian dilakukan utk menurunkan
kandungan unsur2 pengotor
-pemurnian dpt dilakukan dgn elektrolitic
Dasar - DasarThermodinamika
1.Hukum Avogadro
pd 0 C dan 760 mmHg (STP), vol 1 mol gas =
22,415 Lt
2. Boyle-gay lussac
PV=nRT
R: bilangan reynold = 0,082 Lt atm/ mol K = 8,3144
Nm/mol K= 8,3144 Joule/ mol K = 1,987 kalori/
mol K
3. Dalton
Tekanan total gas yg tdk saling bereaksi mrpkn jml
masing2 tekanan parsialnya.
P = P1+P2+Pn
4. Divusi Graham
V= 1/d = 1/M
V :difusi, d : kerapatan, M: berat molekul
HK Termodinamika I
Hk Termodinamika 2
Hk Termodinamika 3:
Bahwa pertambahan entropi utk reaksi yg reversibel
yg melibatkan kristal pdt sempurna pd 0 K adalah 0
(nernst 1906)
Entropi semua kristal padat sempurna pd 0 K = 0
(planck)
ENTROPI