Anda di halaman 1dari 19

BAB I PERDARAHAN

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah ke dalam ruang extra
vaskuler, karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah

1.1 Klasifikasi Perdarahan

Menurut pembuluh darah yang terkena :

1. Perdarahan arterial
a. Warna darah merah terang
b. Darah keluar intermiten sesuai denyut jantung
2. Perdarahan vena
a. Warna darah merah gelap
b. Darah keluar secara tetap
3. Perdarahan kapiler
a. Keluarnya darah merembes

Menurut waktu terjadinya perdarahan :

1. Perdarahan primer
a. Terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena trauma atau
operasi
2. Perdarahan intermediate
a. Terjadi dalam 24 jam
3. Perdarahan sekunder
a. Terjadi setelah 24 jam

Menurut lokasi :

1. Perdarahan eksternal
a. Darah keluar dari kulit atau jaringan lunak dibawahnya
2. Perdarahan internal
a. Darah tidak keluar, tetapi masuk kejaringan sekitarnya

Menurut sebab terjadinya :

1. Perdarahan Mekanis: Perdarahan terjadi akibat trauma mekanik atau kecelakaan


2. Perdarahan Biomekanis: karena gangguan salah satu / beberapa faktor
pembekuan darah. , dapat terjadi karena :
a) Kelainan pembuluh darah
b) Trombosit
c) Mekanisme pembekuan darah
1.2 Etiologi Perdarahan

1. Ekstraksi gigi
Perdarahan berlebihan merupakan komplikasi dari pencabutan gigi. Jika
pasien pernah mengalami perdarahan, maka harus diminta keterangan lebih rinci.
Yang harus diperhatikan adalah lamanya perdarahan dan banyaknya perdarahan.
Selain itu juga harus diperhatikan riwayat perdarahan keluarga. Bila pasien
memiliki riwayat perdarahan setelah pencabutan sebaiknya dilakukan pembatasan
pencabutan pada kunjungan pertama dan memjahit jaringan lunak serta mengamati
kesembuhan pasca operasi
2. Operasi tumor
3. TMJ surgery
4. Orthodonty surgery
adalah pembedahan untuk memperbaiki kondisi rahang dan wajah yang
berhubungan dengan struktur, pertumbuhan untuk memperbaiki gangguan TMJ.
Pembedahan ini dilakukan apabila terdapat masalah orthodontic yang tidak dapat
ditangani hanya dengan kawat gigi. .

1.3 Penataalaksanaan Perdarahan Dalam Rongga Mulut

a. Perdarahan primer

Perdarahan dari dalam tulang diatasi dengan:

Elektrolcoagulasi

Elektrokoagulator berguna untuk membekukan darah pada kapiler dan vena dalam
pembedahan dan untuk menghisap keluar darah dan cairan yang keluar.

Aplikasi bone wax

Bone wax terbuat dari beeswax yang mengandung agen pelunak seperti
parafin. Bone wax digunakan untuk menghentikan pendarahan selama prosedur
pembedahan. Bone wax digunakan dengan cara mengoleskannya di ujung tulang
yang mengalami perdarahan kemudian lubang tersebut akan tertutup.
Pemukulan tulang pada tempat keluar darah

Perdarahan dari jaringan lunak

Perdarahan arterial / venous ditanggulangi dengan

penjepitan dengan arteri klem

penjahitan
elektrokoagulator

Perdarahan kapiler dari tulang/jaringan lunak diatasi

dengan tekanan tampon + larutan adrenalin.


Perdarahan juga akan berhenti apabila flap telah dijahit.

1.4 Perdarahan akibat komplikasi pencabutan gigi dan perawatannya

Respon dari tubuh berupa pendarahan sebenarnya merupakan hal yang wajar tetapi
ketika pendarahan tersebut telah berlebihan maka hal tersebut yang baru dinamakan dengan
komplikasi dari pencabutan.

Komplikasi akibat pendarahan dapat di golongkan dalam intraoperatif ataupun


pasca-operatif.

Sebenarnya pendarahan banyak di tautkan dengan kesalahan dari prosedur


pembedahan yang tidak sebetulnya benar karena banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya pendarahan yang berlebihan. Hal tersebut sebenarnya dapat berasal dari adanya
penyakit sistemik yang menyertai ataupun dapat berasal dari kebiasaan pasien yang
mendukung terjadinya pendarahan tersebut.

Komplikasi intraoperatif

Komplikasi berupa pendarahan merupakan hal yang paling di takuti karena hal
tersebut berhubungan dengan keselamatan pasien dan memerlukan respon yang cepat.
hemophilia merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan pendarahan tetapi terjadinya
komplikasi pendarahan jarang terjadi karena itu karena dokter biasanya sudah mengetahui
apakah pasien tersebut menderita hemophilia atau tidak. Hal-hal yang paling sering terjadi
pendarahan karena kebiasaan pasien yaitu alkoholik yang menderita sirosis, ataupun pasien
yang minum aspirin dosis tinggi atau agen anti-radang yang lain yang nonsteroid.

Menghubungi dokter umum pasien sebelum dilakukan perawatan gigi merupakan


hal yang sangat di anjurkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pencegahan

Menghindari pembuluh darah,pengetahuan dari dokter gigi tentang bagian dari


tubuh yang terdapat pembuluh darah dapat sangat membantu kita untuk menghindari
terjadinya pendarahan pada arteri atau vena. Regio-regio resiko tinggi yaitu palatum dengan
a.palatina mayor, vestibulum bukal mayor bukal mayor a.fasialis, margo anterior ramus
mandibula yang merupakan jalur perjalanan dari a.buccalis dan region apical molar ketiga
yang terletak dekat dengan a.alveolaris inferior. Regio anterior mandibula juga merupakan
sumber pendarahan karena vaskularisasi yang melimpah. Keadaan yang lain yang dapat
menyebabkan pendarahan yaitu hemangioma dan malformasi arterovenous.

Perawatan

Tindakan yang dapat di lakukan yaitu:

1. Tekanan adalah tindakan segera, baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak
langsung dengan perban.
2. Menutupnya dengan spon kasa atau gelfoam bertekanan.
3. Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh
darah.
4. Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh yang sulit
diikat.
5. Elektrokauterisasi untuk pendarahan dari pembulu yang kecil, atau dari rembesan.

Komplikasi pasca-bedah
Pemeriksaan sistemik, pendarahan dari alveolar dalam 12-24 jam pertama
merupakan hal yang normal. Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa merupakan
jalan terbaik karena metode ini dapat merangsang pembekuan darah yang stabil. jika
pendarahan terus berlanjut melebihi 450 ml maka harus di lakukan langkah-langkah
perawatan lebih lanjut.

Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memeriksa tanda-tanda vital
(denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah) jika pasien mengalami shock maka harus di
bawa kerumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.

Tanda-tanda shock:

1. hipotensi
2. denyut nadi lemah dan cepat
3. sianosis pada bibir dan daerah kuku
4. laju pernafasan meningkat
5. kesadaran menurun
6. agitasi,kemampuan untuk berkomunikasi menurun
7. harus
8. keringat dingin

Tetapi jika pasien dalam kondisi stabil maka suction dan penerangan merupakan syarat
utama, apabila bagian mengalami pendarahan telah di temukan dilakukan anastesi lokal
supaya perawatan tidak menyakitkan.

Bekuan darah dibersihkan dan dikeringkan apabila pendarahan berasal dari dinding
tulang maka alveolus diisi dengan sponge gelatin atau sponge kolagen mikrofibrilar di
pertahankan ditempatkan dengan jahitan. Suntikan intravascular dengan thrombin topical
tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan thrombosis yang fatal. sebelum pasien di
periksa lagi apabila pendarahan berasal dari jaringan lunak (biasanya tepian flap) maka
tekan dengan sponge bedah, jika gagal maka harus dilakukan pengikatan.

Hematoma merupakan pendarahan setempat yang membeku dan membentuk massa


padat. Kadang-kadang pendarahan sesudah pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi
dengan pembedahan internal. Pendarahan ini dapat diatasi dengan tampon. hematoma
bermula sebagai pembengkakan rongga mulut atau fasial atau keduanya yang sering
bewarna merah atau biru. cara mengatasi dengan memberika penjelasan mengenai kejadian
tersebut dan menunggu kembali ke normal dalam beberapa hari.

Terapi Standar Perdarahan Pasca Pencabutan

a. Perdarahan Primer
1. Bersihkan luka,
2. lihat asal perdarahan

Perdarahan dari tulang :

1. Masukan kasa steriL


2. Tekan/gigit 5' - 10',
3. kalau tidak berhenti masukan spongiostan tutup kasa steril dan gigit 15' - 30',
4. atau masukan kasa steril yang telah dibubuhi larutan adrenalin kedalam soket
dan pasien disuruh menggigit selama 30 menit.

Perdarahan dari ginggiva :

1. pasien disuruh menggigit tampon steriI 5' - 10',


2. kalau tindakan ini tidak berhasil letakan tampon steril yang dibasahi larutan
adrenalin & gigit selama 5' -10'.
3. Tulang dinding soket lingual dan bukal dipotong lalu ginggiva dijahit.

b. Perdarahan Sekunder

Perdarahan dari ginggiva:

1. Bila jahitan lepas / kendur:

- Beri anestesi lokal,

- Jahit matras

2. Tekan dengan tampon steril yang dibasahi larutan vasokontriktor/gigit selama 5' - 10',
kemudian periksa kembali. Bila masih berdarah lakukan penjahitan, bisa jahitan matras
atau jahitan angka 8. Pada umumnya dengan penjahitan ini perdarahan akan berhenti .
Perdarahan dari soket gigi :

1. Terapinya sama dengan perdarahan primer tsb diatas, tapi bisa juga digunakan cara
membubuhkan tampon steril kedalam soket yang telah dibasahi larutan
vasokonstriktor. Kemudian dilakukan penjahitan pada gusi diatas tampon untuk
menahan tampon selam 24 jam.
2. Keesokan harinya tampon harus diangkat untuk menghindarkan infeksi,
3. Terapi sistemik diberikan untuk membantu menghentikan perdarahan dan mencegah
infeksi dengan antibiotik yang tepat dan adekuat.

Obat-obat Hemostatik

1. Obat hemostatik spesifik:

Digunakan untuk kelainan perdarahan herideter yaitu hemofilia, penyakit Von Willierbrand
dan penyakit Christmas:

a. AHF(anti hemophilic factor): AHF merupakan pengobatan pengganti untuk


penderita hemofilia berat, juga diperlukan bila ada perdarahan aktif.
b. Faktor IX: Pengobatan pada defisiensi faktor IX biasanya adalah fresh frozen
plasma atau komplek factor IX murni. Efek samping yang umum dari preparat ini
adalah penularan virus hepatitis dan AIDS.

c. (Desmopresin): Merupakan suatu derivat vasoperin yang ternyata dapat


meningkatkan aktifitas factor VIII pada hemofilia dan penyakit Von Willebrand dan
tidak beresiko penularan penyakit.

2. Obat hemostatik lokal

a. Merupakan obat hemostatik yang banyak digunakan dalam kedokteran gigi karena
perdarahan yang terjadi pada umumnya disebabkan faktor lokal.
b. Preparat ini dapat menghentikan perdarahan dengan pembentukan bekuan artifisial
atau karena adanya matriks mekanik yang mempercepat pembekuan.
c. Preparat ini adalah absorbable gelatin sponge, oxidized cellulose dan trombin yang
termasuk dalam absorbable hemostatic agent.

1.5 Perdarahan Akibat Kelainan Sistemik pada Rongga Mulut

Beberapa penyakit sistemik yang memicu terjadinya perdarahan


1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien
naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi
perdarahan.

2. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah
akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca
ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena
juga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrands disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang
ditemukan.

4. Diabetes Mellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga


penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun,
diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi
yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing)


sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan


PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist
untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

1. Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap. Kita harus mampu menggali
informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi perdarahan yang meliputi :

- bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan

- mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan hemostasis


(pembekuan darah)

- pernah dirawat di RS karena perdarahan

- spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab kecil

- riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,
dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri

- mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin

- Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter,misalnya von


Willebrands syndrome dan hemofilia

Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah
ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui
bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah
diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca
ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu
berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik. Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep
haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek
pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa mulut
seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .

Perdarahan Akibat Trauma pada Rongga Mulut

Perdarahan traumatik disebabkan oleh beberapa jenis cedera. Ada berbagai jenis
luka yang dapat menyebabkan perdarahan traumatik. Ini termasuk:

Pola cedera, evaluasi dan perawatan akan bervariasi dengan mekanisme cedera.
Trauma tumpul menyebabkan cedera melalui efek shock; memberikan energi selama suatu
daerah. Luka sering terlihat dan merusak kulit secara signifikan. Ketika diberikan energi
kembali yang lebih besar dan terfokus pada luka trauma ini, akan memerlukan energi yang
lebih sedikit menyebabkan cedera signifikan pada luka trauma ini. Setiap organ tubuh,
termasuk tulang dan otak, dapat terjadi pendarahan. Pendarahan mungkin tidak dapat
dengan mudah terlihat; organ dalam seperti hati, ginjal dan limpa dapat berdarah ke dalam
rongga abdominal. Pendarahan dari lubang tubuh, seperti pada anus, hidung, telinga
mungkin sinyal perdarahan, tetapi tidak dapat selalu menjadi acuan.

Perdarahan akibat Infeksi pada Rongga Mulut

Pencegahan

Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu perikoronitis atau
abses. Terapi antibiotic yang sesuai (kadar penisilin terapetik dalam darah dicapai 1 jam
sesudah pemberian secara oral) dan apabila diindikasikan, insisi dan drainase digunakan
untuk mengontrol keadaan akut. Profilaksis sebelum pencabutan (scalling) yang dilakukan
2 3 hari sebelum pencabutan gigi, merupakan cara efektif untuk mengurangi kontaminasi
local.

Edema versus Infeksi

Infeksi pasca bedah, abses, atau selulitis bias terjadi pada awal atau bersamaan
dengan edema. Infeksi biasanya diikuti oleh peningkatan rasa sakit, lemas, dan demam.
PerkAembangan fluktuan merupakan tanda yang jelas dari adanya pernanahan.

Leukositosis (jumlah sel darah putih yang melebihi 10.000) dan meningkatkan laju
sedimentasi eritrosit biasanya menunjukkan adanya infeksi. Apabila ada tanda tersebut,
maka perlu dilakukan tindakan untuk merawat infeksi yaitu terapi antibiotic serta tindakan
pembedahan.

Trismus yang Persisten

Trismus yang persisten sesudah pencabutan gigi jarang terjadi. Penyebab yang
sering adalah infeksi, yang termanifestasi sebagai miositis kronis yaitu radang otot
pengunyahan terutama masseter.

Reduksi rentang gerakan mandibula yang serupa dapat terjadi pada spasme otot yang akut
atau kelainan susunan internal dari sendi temporomandibula yang akut. Jika terbukti ada
infeksi, yaitu adanya pembengkakan, nyeri, demam, lemas, maka diperlukan terapi dengan
antibiotic.
BAB II

TRAUMA JARINGAN LUNAK

Cedera yang paling umum (trauma) dilihat dalam pengaturan pertolongan pertama
adalah cedera jaringan lunak dengan pendarahan dan shock. pada jaringan lunak bervariasi
dari memar/bruise (luka memar/contusion) luka serius (luka robek/laserasi) dan luka
tusukan di mana objek dapat tetap berada dalam luka (tertusuk benda). Dua ancaman utama
dengan cedera ini adalah pendarahan dan infeksi.

2.1 Etiologi trauma jaringan lunak

Mekanis

Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang
posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan lunak
selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah. Selain tergigit, trauma jaringan lunak
juga bisa disebabkan karena adanya pukulan atau hentakan keras yang tiba-tiba pada daerah
di sekitar rongga mulut seperti contohnya tamparan atau luka karena tonjokan.

Penyebab lain juga bisa di dapat dari iritasi pada pemakaian gigi tiruan, entah
dikarenakan gigi tiruan yang sudah tidak baik keadaannya atau memang dari awalnya gigi
tiruan tersebut tidak memiliki bentuk yang sesuai dengan keadaaan rongga mulut pasien
sehingga menyebabkan luka atau iritasi.

Kimia

Ada beberapa zat kimia yang bisa menyebabkan luka atau cedera pada rongga mulut,
luka yang dihasilkan biasanya menyerupai luka bakar. Penyebab yang paling sering di
kedokteran gigi adalah penggunaan aspirin, fenol serta zat kimia seperti asam asetil salisilat
dan sodium hipoklorit.

Radiasi

Radiasi memang memiliki efek yang cukup signifikan pada keadaan rongga mulut.
khususnya bagai pasien yang sedang menerima terapi radiasi pada daerah leher kepala.
Risiko dari radiasi leher kepala memang lebih terprediksi dibanding kemoterapi namun
risikonya bisa lebih parah dan menyebabkan perubahan jaringan secara permanen serta
komplikasi kronis seperti nekrosis jaringan lunak rongga mulut.

2.2 Jenis-jenis luka


Sebagai garis pertama pertahanan terhadap sebagian besar cedera, jaringan lunak yang
paling sering rusak. Ada dua jenis cedera jaringan lunak: terbuka dan tertutup. Luka terbuka
adalah di mana permukaan kulit sudah rusak, luka yang tertutup adalah tempat di mana
permukaan kulit tak terputus tetapi jaringan di bawahnya telah rusak.

Luka tertutup

Sebuah benda tumpul yang menyerang tubuh akan merusak jaringan di bawah kulit. Bila
kerusakan minor, disebut bruise (contusion). Bila jaringan yang mengalami kerusakannya
luas, darah dan cairan di bawah kulit berkumpul yang menyebabkan perubahan warna
(ecchymosis), pembengkakan (edema), dan rasa sakit. Pertolongan pertama terdiri dari
kompres dengan es atau sesuatu yang dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menghilangkan rasa tidak nyaman. Untuk terhindar terhadap radang dingin, jangan
menerapkan paket es atau dingin langsung ke kulit.

Luka terbuka

Yaitu cedera jaringan lunak disertai dengan kerusakan atau hilangnya kontinuitas kulit dan
dapat menyertai jaringan di bawah kulit.

Dalam cedera jaringan lunak terbuka, lapisan pelindung kulit telah rusak. Kerusakan ini
dapat menyebabkan perdarahan internal dan eksternal. Setelah lapisan pelindung kulit
rusak, luka menjadi tercemar dan dapat menjadi terinfeksi.

Jenis-jenis Luka terbuka :

Vulnus scissum (luka sayat)


Vulnus Penetratum (luka tembus)
Vulnus Punctum (luka tusuk)
Vulnus Laceratum (luka robek)
Vulnus Excoreativum (luka gores/compang-camping)
Vulnus Sclopectorum (luka tembak)
Vunus mossum (luka gigitan hewan)

Macam-macam Trauma Jaringan Lunak

Kontusio

Kontusio yaitu luka akibat trauma tumpul yang dapat menyebabkan edema dan hematoma
pada jaringan subkutan, dengan derajat dan luas yang bervariasi tergantung area yang
terlibat.
Jika terjadi ruptur pembuluh darah subkutan, dapat terjadi hematoma yang mungkin
memerlukan tatalaksana primer atau sekunder. Pada prinsipnya, hematoma dalam derajat
yang kecil biasanya tidak membutuhkan suatu perawatan. Hypopigmentasi atau
hiperpigmentasi pada jaringan yang terkena dapat terjadi meski jarang bersifat permanen.
Hematoma yang luas harus didrainase untuk mencegah perubahan pigmen permanen dan
atrofi sekunder jaringan subkutan.

Abrasi (Lecet)

Merupakan luka superficial yang disebabkan karena gesekan pada kulit atau
mukosa. Trauma ini biasanya terjadi pada lutut dan siku anak serta daerah oral yaitu bibir,
dagu, pipi atau ujung hidung. Gesekan antara objek dengan permukaan jaringan lunak
menyebabkan hilangnya lapisan epitel pada dermis sehingga terlihat lapisan reticular dari
dermis. Abrasi dengan mudah dapat terinfeksi, karena kotoran dan kuman masuk ke dalam
jaringan. Biasanya terjadi perdarahan atau cairan bening mengalir.

Avulsi

Avulsi (kehilangan jaringan) jarang terjadi, tetapi dapat ditandai dengan kerusakan gigitan
dan abrasi yang dalam. Biasanya, ada pendarahan parah. Avulsi merupakan suatu kerusakan
yang kompleks sehingga perawatannya masuk dalam fase kegawatdaruratan, dimana
diperlukan suatu keputusan apakah akan dilakukan eksisi, penutupan primer pada daerah
yang rusak dengan flap atau grafts (untuk kerusakan besar) atau menunggu sampai hilang
dengan sendirinya (untuk kerusakan yang kecil)

Laserasi
Laserasi adalah luka yang dangkal atau dalam pada kulit atau mukosa yang dihasilkan oleh
robekan atau koyakan, dan biasanya dihasilkan oleh benda yang tajam atau oleh penetrasi
gigi yang masuk ke dalam jaringan lunak. Laserasi meliputi jaringan epitel dan jaringan
subepitelial dan jika lebih dalam dapat menganggu pembuluh darah, saraf,otot, dan kelenjar
saliva. Laserasi pada daerah oral yang disebabkan oleh trauma paling banyak ditemukan
pada bibir, mukosa oral dan gingiva. Kadang juga ditemukan pada daerah lidah.

Trauma Dentoalveolar (Soft Tissues)

Concussion : Trauma pada jaringan pendukung gigi tanpa diikuti kelainan pelepasan
jaringan atau pergeseran (displacement) gigi.

Lateral Luxation : Pergeseran gigi (mesial, distal, lingual, labial) yang biasanya diikuti
oleh fraktur pada bagian alveolar.

Subluxation (loosening) : Trauma pada jaringan pendukung gigi dengan diikuti adanya
kelainan pelepasan jaringan namun tanpa perpindahan gigi.

Avulsi : Terlepasnya gigi dari soket

Penatalaksanaan

Luka

Pertolongan pertama pengobatan untuk semua luka terdiri dari mengendalikan aliran darah,
mengobati untuk shock, dan mencegah infeksi. Ketika memberikan pertolongan pertama
kepada korban dengan beberapa luka, pertama, tangani/obati luka-luka yang tampak
mengancam nyawa. Karena sebagian besar tubuh ditutupi oleh pakaian, dengan hati-hati
memeriksa seluruh tubuh untuk pendarahan. Bila perlu, robek atau potong pakaian disekitar
luka karena gerakan berlebihan dari bagian yang cedera akan menyebabkan rasa sakit dan
kerusakan tambahan.

Integrasi/ tahapan perawatan


Perawatan cedera jaringan lunak orofasial diintegrasikan tidak hanya dengan
perawatan untuk cedera lain pada regio orofasial tetapi juga dengan perawatan untuk
cedera pada regio yang lain. Prinsip umum dalam merencanakan perawatan cedera
orofasial adalah hukum dari dalam keluar, yang mengandung pengertian bahwa luka
yang terletak lebih dalam dirawat terlebih dahulu, misalnya fraktur, kemudian disusul
dengan mukosa labial dan oral, dan terakhir kulit. Kondisi-kondisi yang mengancam
kehidupan dirawat terlebih dahulu. Misalnya eksplorasi perut diindikasikan untuk
perawatan segera. Alternatifnya adalah (1) melakukan pembedahan orofasial
bersamaan, (2) ditunda sampai pembedahan perut selesai dilakukan, atau (3) ditunda
sampai waktu berikutnya. Kondisi keseluruhan dari pasien dan kemampuan untuk
menerima anestesi dalam waktu yang lama mempengaruhi keputusan untuk menunda
atau meneruskan perawatan. Kadangkala dicapai suatu kompromi, dan perawatan
darurat dilakukan terlebih dahulu, sedangkan perawatan definitif ditunda.
Pertimbangan kosmetik
Faktor terpenting dalam perawatan luka orofasial adalah pertimbangan kosmetik.
Hasil yang paling baik akan dicapai apabila perawatan dilakukan 12-24 jam setelah
kejadian (golden period). Tetapi penutupan primer bisa ditunda 2-3 hari dan
memberikan hasil yang baik apabila tidak terjadi infeksi pada luka tersebut.
Persiapan

Sebelum tindakan bedah dilakukan, luka-luka pada wajah dipersiapkan dengan


membersihkannya menggunakan sabun anti kuman dan kasa. Diikuti dengan irigasi
larutan saline steril. Untuk melakukan pencucian atau /pembersihan luka biasanya
digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti :
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya seperti yodium, povidon yodium, klorhesidin.
3) Oksidansia (kalium permanganat, perhidrol)
4) Logam berat dan garamnya (merkuri klorida, merkurokrom)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
Dalam proses pencucian atau pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang
tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu
rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka
harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah
dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu
Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan
cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal.
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu :
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptik
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
5) Bila perlu lakukan penutupan luka

Luka tersebut mungkin mengalami perdarahan, untuk itu bisa dikontrol dengan
penekanan atau pengkleman. Daerah itu kemudian diusap dengan lap bersih. Pada
perawatan luka wajah, pembersihan dilakukan seminimal mungkin. Hanya jaringan
yang benar-benar nekrotik saja yang dibuang (kehitaman/biru keabu-abuan), dan hanya
jaringan yang nyata-nyata kurang mendapat suplai darah yang dieksisi. Kedalaman
luka diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya luka pada saraf, duktus saliva atau
pembuluh darah yang besar. Saraf dan duktus bisa direanastomosis dengan teknik
khusus, sedangkan pembuluh besar bisa diklem atau diikat untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perdarahan pasca-bedah. Perlu dilakukan pembentukan tepi
luka seminimal mungkin, misalnya tepi eksisi yang bergerigi, atau tepi miring, atau
sayatan berbentuk pintu jebakan (trap door) yang tipis.

Penutupan berlapis (layer technique)

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas
tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

Luka ditutup lapis demi lapis, dimulai dari bagian dalam dan berakhir pada
permukaan, dengan setiap saat berusaha untuk tidak membuat rongga dead space.
Jahitan terputus (interupted) bagian dalam dilakukan dengan benang yang bisa
diabsorbsi ukuran 3-0 atau 4-0 (gut/polygly-colic acid). Penutupan subkutan dilakukan
dengan benang yang bisa terabsorbsi dengan teknik jahitan interupted terbalik yakni
simpul menjauhi kulit. Akhirnya kulit ditutup dengan jahitan interupted yang sedikit
terbalik menggunakan benang yang tidak bisa diabsorbsi, yakni nilon monofilamen.
Dermis kadang-kadang dijahit dengan teknik subkutikular kontinu menggunakan
benang yang tidak bisa diabsorbsi (Gb. 10-7). Jahitan pada kulit dilepas pada hari
keempat atau kelima untuk mencegah terjadinya jaringan parut. Jaringan parut akan
tetap aktif misalnya eritematus atau vascular selama 4-6 bulan. Perbaikan biasanya
baru dilakukan setelah jaringan parut masak, yakni apabila elemen fibrus mendominasi
elemen vascular.
Keterangan gambar :
A. Apabila kulit ditutup, jahitan interupted mula-mula dilewatkan vertical,
kemudian horizontal terhadap permukaan dan akhirnya vertical kembali. Bagian
yang vertical dan horizontal mempunyai panjang yang sama, dan akan
mengakibatkan sedikit lipatan balik (eversi).
B. Bila digunakan teknis mattress vertical maka akan menimbulkan eversi lebih
besar pada tepi kulit.
C. Metode subkutikular menghasilkan tepi kulit yang mulus atau sedikit eversi.

Luka pada rongga mulut


Penutupan luka pada rongga mulut (oral) mengikuti aturan dari dalam keluar.
Karena proses penyembuhan tulang pada fraktur rahang biasanya mengganggu
sebagian jahitan, kadang penutupan luka lebih baik ditunda sampai setelah penanganan
fraktur. Luka through and through ditutup pada mulanya dengan mendekatkan
permukaan mukosal (watertight) menggunakan gut (3-0 atau 4-0 chromic) dengan
jahitan kontinyu, kemudian diikuti penjahitan lapis demi lapis setelah kulit
dipersiapkan. Luka lingual dijahit lapis demi lapis yakni mula-mula lapisan yang
paling dalam (lapisan otot), kemudian submukosa, dan akhirnya mukosa dorsal atau
ventral atau keduanya dengan menggunakan benang yang dapat diabsorbsi. Edema
lingual ditangani dengan aplikaksi dingin (kompres es) dan terapi steroid apabila tidak
ada kontraindikasi untuk terapi ini. Apabila ada kemungkinan terjadi edema lingual,
maka fiksasi maksilomandibular ditunda. Luka-luka mulut yang luas, ditandai dengan
pengelupasan/terpaparnya permukaan tulang dibawahnya, dapat dirawat dengan
pembalut tekanan sesudah penutupan, untuk mencegah terbentuknya rongga dead
space dan menghindari terbentuknya hematom. Luka gingival mungkin memerlukan
penjahitan tetapi mungkin pula tidak. Apabila tidak ada flap yang berlebihan, atau
apabila tulang tidak terpapar, boleh tidak dilakukan penjahitan.
Luka tusuk
Luka tusuk (penetrasi) baik pada mukosa ataupun kulit, biasanya tidak ditutup.
Perawatannya terdiri atas pencucian menggunakan sabun antikuman, irigasi dengan
saline steril, pembersihan yang minimal, dan apabila terjadi kontaminasi dilakukan
pemasangan drain.
Pembalutan

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai
fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.

Walaupun luka tusuk dibiarkan terbuka, tetapi luka pada wajah yang dijahit,
sebelumnya dibalut dengan kasa halus yang diberi bismuth tribromphenate atau
petrolatum (Xeroform), dan pembalut tekanan elastic (misalnya Kerlix, Elastoplast).
Pembalut biasanya dilepas setelah 24-48 jam, kemudian proses penyembuhan
dibiarkan terbuka.
Cedera jaringan lunak yang lain
Cedera avulsi pertama-tama bisa dirawat dengan menjahitkan kulit terhadap
mukosa. Tujuan perawatan untuk menutup tulang yang terbuka dan menciptakan suatu
kondisi yang mempermudah rekonstruksi nantinya. Biasanya untuk abrasi dan kontusio
tidak banyak yang bisa dilakukan. Luka abrasif perlu dibasuh dengan tujuan
membersihkan luka dari kotoran, debu, pasir, serbuk mesiu atau bahan lain yang dapat
membentuk tatto.
Luka bakar
Luka bakar yang mengenai wajah dan telinga tidak dirawat dengan dressing yang
tertutup tetapi cenderung dirawat dengan cara terbuka, dengan diolesi salep anti-
mikrobial seperti Neomycin. Komplikasi yang paling ditakuti pada luka bakar orofasial
adalah gangguan pada saluran napas yang disebabkan oleh edema yang berat dan
mendadak. Cedera karena menghisap udara panas bisa mengakibatkan edema yang
berat pada saluran pernapasan bagian atas yang bisa mengakibatkan asfiksia. Intubasi
endotrakeal interseptif dapat dilakukan untuk kondisi tersebut. Secara umum terapi
antibiotic profilaksis dan steroid tidak diberikan untuk penderita luka bakar karena bisa
terjadi resistensi bakterial dan kondisi septik.
Pemberian Antibiotik

Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.

Anda mungkin juga menyukai