NILAI TUKAR PETANI (NTP) NOVEMBER 2016 SEBESAR 101,31 ATAU TURUN 0,40 PERSEN
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks
harga yang dibayar petani (lb), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (
produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Penurunan NTP November 2016 dipengaruhi oleh turunnya NTP pada Subsektor Tanaman
Pangan sebesar 0,40 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,02 persen, Subsektor Peternakan
sebesar 1,15 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,03 persen. Subsektor yang mengalami
kenaikan NTP adalah Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,03 persen.
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya (2012=
Subsektor
(1)
Gabungan/Nasional a. Nilai tukar petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
Gabungan/Nasional tanpa Perikanan a. Nilai tukar petani (NTP) b. Indeks Harga yang
Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah
1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) -
Padi - Palawija c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga -
2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) -
Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) -
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) b. Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks
4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Ternak
Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) -
Subsektor
(1)
5. Perikanan
a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan(NTNP)
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It)
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib)
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
- Indeks BPPBM
5.1. Perikanan Tangkap
a. Nilai tukar nelayan (NTN)
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It)
- Penangkapan Perairan Umum
- Penangkapan Laut
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib)
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
- Indeks BPPBM
5.2. Perikanan Budidaya
a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi)
b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It)
- Budidaya Air Tawar
- Budidaya Laut
- Budidaya Air Payau
c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib)
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
- Indeks BPPBM
yaitu dari 1
subsektor, yaitu: Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,34 persen,
P
0,58 persen.
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
4. NTP Subsektor
Pada November 2016 terjadi penurunan NTPP sebesar 0,40 persen. Hal ini disebabkan kenaikan
It sebesar 0,34 persen, lebih kecil dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,74 persen.
Kenaikan It pada November 2016 disebabkan kenaikan indeks pada kelompok padi sebesar 0,33
persen, yaitu dari 122,99 menjadi 123,39, dan kelompok palawija (khususnya komoditi jagung dan
kacang kedelai) naik sebesar 0,37 persen, yaitu dari 133,76 menjadi 134,26. Kenaikan yang terjadi pada
Ib sebesar 0,74 persen disebabkan indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen dan
indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,22 persen.
Pada November 2016, NTPH turun sebesar 0,02 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar
0,65 persen, lebih kecil dari kenaikan Ib sebesar 0,67 persen.
Kenaikan It November 2016 disebabkan naiknya harga berbagai komoditi di kelompok sayur-
sayuran (khususnya komoditi bawang merah dan cabai merah) yang secara rata-rata naik sebesar 1,91
persen. Sedangkan kelompok buah-buahan (khususnya komoditi salak dan mangga) dan kelompok
tanaman obat (khususnya komoditi jahe dan temulawak) secara rata-rata mengalami penurunan
masing-masing sebesar 0,44 persen dan 1,00 persen.
Kenaikan Ib sebesar 0,67 persen, yaitu dari 125,84 menjadi 126,68, disebabkan kenaikan indeks
kelompok KRT sebesar 0,83 persen dan kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,18 persen.
Pada November 2016, NTPR naik sebesar 0,03 persen. Hal ini disebabkan karena kenaikan It
sebesar 0,70 persen, lebih besar dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,67 persen.
Kenaikan It November 2016 disebabkan naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat
(khususnya komoditi karet dan kopi).
Kenaikan yang terjadi pada Ib sebesar 0,67 persen dikarenakan naiknya indeks kelompok KRT
naik sebesar 0,82 persen, dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,13 persen.
Pada November 2016, NTPT turun sebesar 1,15 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar
0,58 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,58 persen.
Penurunan It November 2016 disebabkan oleh turunnya indeks di seluruh kelompok ternak,
yaitu kelompok ternak besar sebesar 0,59 persen, kelompok ternak kecil sebesar 0,73 persen, kelompok
unggas sebesar 0,42 persen, dan kelompok hasil ternak sebesar 0,64 persen. Komoditi yang
menyebabkan penurunan indeks terbesar pada Subsektor Peternakan yaitu sapi potong dan telur ayam
Kenaikan Ib sebesar 0,58 persen, yaitu dari 119,65 menjadi 120,35, dikarenakan naiknya indeks
kelompok KRT dan indeks kelompok BPPBM masing-masing sebesar 0,89 persen dan 0,27 persen.
Pada November 2016, NTNP turun sebesar 0,03 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar
0,56 persen, lebih kecil dari kenaikan Ib sebesar 0,60 persen. Kenaikan It pada November 2016
disebabkan indeks kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditi ikan tongkol dan udang) secara
Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,86 persen,
dan indeks kelompok BPBBM naik sebesar 0,12 persen.
Pada November 2016, NTN naik sebesar 0,18 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 0,71
persen, lebih besar dari kenaikan Ib sebesar 0,53 persen. Kenaikan It sebesar 0,71 persen disebabkan
oleh naiknya harga sebagian jenis ikan khususnya komoditi ikan tongkol dan udang. Kenaikan yang
terjadi pada Ib dikarenakan indeks kelompok KRT dan indeks kelompok BPPBM naik masing-masing
sebesar 0,78 persen dan 0,12 persen.
Pada November 2016, NTPi turun sebesar 0,20 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar
0,45 persen, lebih kecil dari kenaikan Ib sebesar 0,65 persen. Kenaikan It sebesar 0,45 persen
disebabkan oleh naiknya harga sebagian jenis ikan, khususnya komoditi ikan nila dan ikan lele.
Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok KRT sebesar 0,92 persen dan
indeks kelompok BPPBM sebesar 0,13 persen.
Penurunan tertinggi NTP di Provinsi Jawa Timur disebabkan penurunan pada Subsektor
Peternakan khususnya pada komoditi sapi potong yang turun sebesar 0,74 persen. Sedangkan
Kenaikan tertinggi NTP di Provinsi Kalimantan Barat disebabkan kenaikan pada Subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat khususnya komoditi karet yang naik sebesar 6,11 persen.
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, November 2016 (2012
Provinsi
(1)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Nasional
6. Inflasi Perdesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Secara nasional, pada November 2016 terjad
sebesar
Tabel 31,65 persen. Dari
Persentase 33 provinsiIndeks
Perubahan yang dihitung
HargaIKRT-nya padaPerdesaan,
Konsumen November 2016, seluruh provinsi
November mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesa
2016 (2012=100)
Provinsi
(1)
Aceh 0,25 Sumatera Utara 1,94 Sumatera Barat 3,09 Riau 1,20 Kepulauan Riau 1,05 Jambi 1,40 Sumatera Selatan 1,39 Kepulauan Bangka Belitung 1,05 Bengkulu 1,67 Lampung 1,91
DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Nasional
7. NTUP Subsektor Pada November 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,07 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebes
8
HARGA GABAH KERING PANEN DI TINGKAT PETANI SEBESAR Rp4.574,00 PER KG, NAIK 0,41
PERSEN DAN HARGA BERAS MEDIUM DI PENGGILINGAN SEBESAR Rp9.050,00 PER KG, NAIK
0,77 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN LALU
0 Berdasarkan 1.571 transaksi penjualan gabah di 23 provinsi selama November 2016, didominasi transaksi
gabah kering panen (GKP) 67,60 persen, gabah kualitas rendah 20,24 persen, dan gabah kering giling
(GKG) 12,16 persen.
0 Selama November 2016, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp4.574,00 per kg atau naik 0,41 persen
dan di tingkat penggilingan Rp4.660,00 per kg atau naik 0,37 persen dibandingkan harga gabah kualitas
yang sama pada Oktober 2016. Rata-rata harga GKG di petani Rp5.325,00 per kg atau naik 0,26 persen
dan di tingkat penggilingan Rp5.426,00 per kg atau naik 0,23 persen. Harga gabah kualitas rendah di
tingkat petani Rp4.122,00 per kg atau naik 0,28 persen dan di tingkat penggilingan Rp4.225,00 per kg atau
naik 0,31 persen.
0 Dibandingkan November 2015, rata-rata harga pada November 2016 di tingkat petani, GKP, GKG, dan
gabah kualitas rendah turun masing-masing 9,78 persen dan 3,60 persen, dan 8,09 persen. Di tingkat
penggilingan, juga terjadi penurunan pada GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah masing-masing 9,53
persen, 3,61 persen, dan 8,09 persen.
0 Pada November 2016 rata-rata harga beras kualitas premium di tingkat penggilingan sebesar Rp9.257,00
per kg naik sebesar 1,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Rata-rata harga beras kualitas medium
di penggilingan sebesar Rp9.050,00 per kg naik sebesar 0,77 persen. Sedangkan rata-rata harga beras
kualitas rendah di penggilingan sebesar Rp8.632,00 per kg naik sebesar 0,40 persen.
0 Dibandingkan dengan November 2015, rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2016 untuk
kualitas premium turun 3,21 persen, kualitas medium turun 2,39 persen, dan kualitas rendah turun 4,43
persen.
Survei monitoring harga produsen gabah selama November 2016 dilakukan terhadap 1.571
observasi transaksi penjualan gabah di 23 provinsi terpilih. Observasi harga terutama berasal dari lima
provinsi di Jawa sebanyak 818 observasi (52,07 persen), diikuti enam provinsi di Sumatera 298
observasi (18,97 persen), enam provinsi di Sulawesi 175 observasi (11,14) persen, Bali 129 observasi
(8,21 persen), empat provinsi di Kalimantan 109 observasi (6,94 persen), dan dua provinsi di Nusa
Tenggara 42 observasi (2,67 persen). Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah masih
didominasi transaksi penjualan gabah kering panen (GKP) sebanyak 1.062 observasi (67,60 persen),
diikuti oleh gabah kualitas rendah sebanyak 318 observasi (20,24 persen), dan gabah kering giling
(GKG) sebanyak 191 observasi (12,16 persen).
Kelompok Jumlah Harga di Petani (Rp/kg) Rata-Rata Harga (Rp/kg) HPP (Rp/kg)
Kualitas Obs
(1)
GKP
GKG
Total
Keterangan
Tahun/ Bulan
(1)
2015 Nov Des 2016 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
Perubahan (%) Nov'16 thd Nov'15
Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas
naik Rpl7,00 per kg (0,37 persen) menjadi Rp4.660,00 per kg, GKG naik Rpl3,00 per kg (0,23
Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
Tahun/
Bulan
(1)
2015
Nov
Des
2016
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Perubahan (%) Nov'16 thd Nov'15
1 2 Berita Resmi Statistik No. 109/12/Th. XIX, 01 Desember 2016
Dibandingkan November 2015, rata-rata harga di tingkat penggilingan pada November 2016
untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah mengalami penurunan masing-masing sebesar
9,53 persen, 3,61 persen, dan 8,09 persen.
Grafik 2
GKP --GKG -*-Kualitas Rendah HPP GKG = Rp4.600/kg -HPP GKP = Rp3.750/kg
6000
5800
5600
5400
5200
5000
4800
4 600 -
4 400 -
4200
4000
3800
3600
3400
3200
3 000 --1-1-1-1-1-1-1-
4. Kasus Harga Gabah di Bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Kualitas Rendah
Jumlah observasi harga GKP dan GKG mencapai 1.253 observasi atau 79,76 persen dari
keseluruhan transaksi penjualan gabah selama November 2016. Dari sejumlah observasi tersebut tidak
terdapat kasus harga gabah di bawah HPP.
Berdasarkan 318 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 20,24 persen
dari keseluruhan transaksi penjualan gabah selama November 2016, berasal dari Provinsi Jawa Timur
(9,48 persen), Sulawesi Selatan (2,67 persen), Jawa Tengah (1,91 persen), DI Yogyakarta (1,46 persen),
Sumatera Utara (1,27 persen), dan Jawa Barat (1,21 persen). Sementara itu, gabah kualitas rendah dari
provinsi lainnya masing-masing di bawah 1,00 persen.
Pada November 2016 rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar
Rp9.257,00 per kg, naik sebesar 1,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Rata-rata harga beras
kualitas medium di penggilingan sebesar Rp9.050,00 per kg, naik sebesar 0,77 persen. Demikian juga
rata-rata harga beras kualitas rendah di penggilingan sebesar Rp8.632,00 per kg, naik sebesar 0,40
persen.
Dibandingkan dengan November 2015, rata-rata harga beras di penggilingan pada November
2016 untuk kualitas premium, medium, dan rendah mengalami penurunan harga, masing-masing
sebesar 3,21 persen, 2,39 persen, dan 4,43 persen.
Tabel 8 Rata-Rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah
2015 Nov
2016 Jan
Keterangan:
14
-SENSUS
EKONOMI
BADAN PUSAT STATISTIK
Informasi lebih lanjut hubungi:
(2)
101,71 126,79 124,66 129,50 115,00
101,64 126,75 124,70 129,48 115,08
98,57 125,64 122,99 133,76 127,47 130,07 119,35
102,70 129,23 126,35 132,17 118,98 125,84 129,47 114,73
98,64 123,39 123,39 125,09 128,63 113,91
108,43 129,74 132,59 125,96 127,21 122,31 119,65 129,58 110,81
Oktober 2016
(2)
102,87
126,69
123,15
129,78
112,07
108,88
132,99
130,44
132,81
122,15
128,91
111,54
98,60
122,17
122,53
115,42
120,16
123,90
130,45
112,47
Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsum
rbesar
memproduksi hasil pertanian.
Pada November 2016, secara nasional Ib naik sebesar 0,67 persen
sebabkan
Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 0,67
persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,67 persen, Sub
en.
atistik No. 109/12/Th. XIX, 01 Desember 2016 3
Indeks
(2)
119,81
128,46
121,25
127,75
117,84
124,73
117,45
118,81
118,14
128,29
119,03
132,48
123,95
125,31
129,74
132,69
130,96
131,42
124,17
119,18
120,47
117,35
121,22
117,37
132,15
121,85
129,57
130,22
121,98
126,52
126,50
117,44
125,37
127,13
cerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Secara nasional, pada November 2016 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,87 persen yang disebabkan oleh naiknya in
nya padaPerdesaan,
sumen November 2016, seluruh provinsi
November mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 1,97 persen, sedangkan
2016 (2012=100)
Bahan Makanan
(2)
1,05 Jambi 1,40 Sumatera Selatan 1,39 Kepulauan Bangka Belitung 1,05 Bengkulu 1,67 Lampung 1,91
1,05 0,77 1,04 2,41 1,82 2,27
0,89 1,03 1,14
0,02 0,61 1,12 0,69
0,56 3,63 1,20 1,00 1,79 0,17
0,73 1,20 0,84 0,72
1,65
aikan NTUP sebesar 0,07 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks
Berita Resmi Statistik No. 109/12/Th. XIX, 01 Desember 2016
Tabel 5
Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,
dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, November 2016
) HPP (Rp/kg)
Kualitas Observasi
Terendah Tertinggi Petani Penggilingan Petani Penggilingan
(100,00%)
Selama November 2016, harga tertinggi di tingkat petani Rp7.500,00 per kg dan di tingkat
penggilingan Rp7.550,00 per kg. Sedangkan harga terendah di tingkat petani dan tingkat penggilingan
masing-masing Rp3.300,00 per kg dan Rp3.475,00 per kg. Harga tertinggi di tingkat petani dan
tingkat penggilingan berasal dari kualitas GKP varietas Siam Mayang yang terjadi di Kecamatan
Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah). Sementara itu, harga terendah di tingkat
petani dan tingkat penggilingan berasal dari gabah kualitas rendah varietas IR64 dan Mikongga yang
a Barat).
Selama periode November 2015-November 2016, rata-rata harga tertinggi di tingkat petani
g dan Rp5.753,00 per kg terjadi pada Februari
2016, sedangkan gabah kualitas Rendah Rp4.520,00 per kg terjadi pada Januari 2016. Sebaliknya, rata-
rata harga terendah pada GKP dan gabah kualitas Rendah masing-masing Rp4.262,00 per kg dan
Rp3.709,00 per kg terjadi pada April 2016, sedangkan GKG Rp5.285,00 per kg terjadi pada September
2016. Begitu pula di tingkat penggilingan, rata-rata harga tertinggi untuk GKP dan GKG, masing-
masing Rp5.298,00 per kg dan Rp5.869,00 per kg terjadi pada Februari 2016, sedangkan gabah kualitas
Rendah Rp4.614,00 per kg terjadi pada Januari 2016. Untuk rata-rata harga terendah pada GKG
Rp5.397,00 terjadi pada September 2016, sedangkan GKP dan gabah kualitas Rendah masing-masing
April 2016.
Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Kotoran (KH) GKP selama November 2016
ada GKG, rata-rata KA sebesar 12,95 persen
dan KH sebesar 2,23 persen. Sementara itu, rata-rata KA dan KH gabah kualitas rendah masing-
Selama periode November 2015-November 2016, rata-rata KA tertinggi pada GKP terjadi pada
Oktober 2016 sebesar 19,37 persen, GKG terjadi pada November 2016 sebesar 12,95 persen, sedangkan
sar 28,57 persen.
Berita Resmi Statistik No. 109/12/Th. XIX, 01 Desember 2016
Kualitas
petani selama November 2016 naik sebesar Rpl9,00 per kg (0,41 persen) menjadi Rp4.574,00 per kg, GKG di tingkat petani naik sebesar Rpl3,00 per kg (0,26
ber 2015, rata-rata harga di tingkat
Tabelpetani pada November
6 Rata-Rata Harga2016 untuk
Gabah di kualitas
TingkatGKP, GKG,
Petani dan gabah
Menurut kualitas rendah
Kelompok mengalami
Kualitas penurunan
dan Kadar masing-masing
Air serta Perkembangansebe
(2)
18.36 18,38 17,81 18,01 19,33 18,98 17,80 18,17 18,96 18,88 18,43 19.37 19,33
t Petani Menurut Kelompok Kualitas
6 000 -|
5 800 -
5 600 -5 400 -
5 200 -5 000
4800
J? 4 600 -
4 400 -
4200
4000
3 800 -
3 600 -
3400
3200
3000
a 8 CC 8
Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah (Broken), November 2015-November 2016
Bulan
(1)
Des
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
100)
November 2016 Persentase
Perubahan
(3) (4)
101,31 127,13 125,49 130,63 115,23 -0,40 0,27 0,67 0,87
0,20
101,23 127,08 125,54 130,60 115,31 -0,41 0,26 0,67 0,86
0,20
98,17 126,07 123,39 134,26 128,42 -0,40 0,34 0,33 0,37
131,25 119,61 0,74 0,91 0,22
102.67 130,06 128,76 131,59 117,79 -0,02 0,65 1,91 -0,44
126.68 130,54 114,93 -1,00 0,67 0,83 0,18
98,67 124,25 124,25 125,93 129,69 0,03 0,70 0,70 0,67
114,06 0,82 0,13
107,18 128,99 131,82 125,04 126,68 -1,15 -0,58 -0,59 -0,73
121,53 120,35 130,73 111,11 -0,42 -0,64 0,58 0,89
102,84 -0,03
127,41 0,56
123,89 0,60
130,89 0,86
112,21 0,12
109,07 0,18
133,94 0,71
131,13 0,53
133,77 0,72
122,80 0,53
129,91 0,78
111,67 0,12
98,41 -0,20
122,72 0,45
123,22 0,56
115,43 0,01
120,52 0,30
124,71 0,65
131,65 0,92
112,62 0,13
en yang disebabkan oleh naiknya indeks di seluruh kelompok penyusun IKRT, dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
alo sebesar 1,97 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,05 persen.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Perumahan, Air, Listrik, _ . Gas, dan , Sandang Bahan Kesehatan Pendidikan, Transportasi
dan Tembakau Bakar Rekreasi, dan dan Komuni-
(3) (4) (5) (6) (7) (8)
-0,01 0,43 0,02 0,70 -0,37 0,09 0,60 0,18 0,41 0,21 0,08 0,38 0,13 0,29 0,35 0,28 1,63 0,18 0,30 -0,11 0,12 0,12 0,62 0,02 0,17 -0,04 -0,05 0,02
0,42 0,14 0,25 0,12 0,80 0,04 0,35 0,36 0,29 0,29 -0,01 -0,05 0,13 0,51 0,49 0,19 0,14 -0,15 0,13 0,00 -0,03 0,37 0,19 0,04
0,00 0,41 -0,02 0,63 0,02 0,28 0,09 0,20 0,20 0,27 0,22 0,19 0,32 0,16 0,21 0,01 0,10 0,37 0,16 0,39 0,00 0,20 -1,75 0,04 0,00 0,04 -0,04
0,37 0,09 0,25 0,26 0,11 0,02 0,36 0,64 0,37
0,48 0,09 0,20 0,09 0,16 0,39 0,54 0,80 0,07 0,41 0,11 -0,04 0,16 0,05 0,51 -0,02 0,19 0,05
-0,05 0,13 0,17 0,08 0,00 0,41 0,27 0,22 0,23 0,39 0,31 0,04 0,73 0,53 0,36 0,19 0,16 0,11 0,23 -0,04 0,01 0,20 0,07
-0,37
0,32 0,55 0,14 0,32 0,63 0,11 0,26 0,16 0,00 -0,23 0,13 0,09 0,66 0,16 0,29 0,09 0,55 0,52 0,24 0,03 -0,01 0,02 0,02 0,05 0,26 -0,10
0,08 0,28 0,01 0,12 0,76 0,07 0,08 0,16 0,23 -0,18
0,27 0,99 1,14 0,48 0,22 0,64 0,65 0,20 0,11 0,19 0,19 0,10 0,55 0,39 0,56 0,60 -0,27 -0,10 0,20 0,17 0,66 0,61 0,63
-0,13
0,35 0,27 0,21 0,29 0,07 0,19
1 1 11 11 1
Nov'15 Des Jan'16 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
persen) menjadi Rp5.426,00 per kg, dan gabah kualitas rendah naik Rpl4,0
Tabel 7
9 000,00
500,00 000,00
*-*
7 500,00
7 000,00
^/
<<e? ^ V* ^
Premium Medium
Premium Medium
Rata-Rata Harga (Rp/kg) Perubah-an (%) Kadar Beras Patah Rata-Rata Perubah-Har3a %) (Rp/kg)
an (
(2) (3)
(Broken) (%) an (
(4)
%
(5) (6)
9 564 1,16 7,46 9272 3,47
9 664 1,04 7,54 9451 1,93
9 723 0,62 7,17 9548 1,03
9 785 0,63 7,17 9622 0,77
9 572 -2,18 7,33 9444 -1,84
9 128 -4,64 7,29 8959 -5,14
9 182 0,59 7,24 8836 -1,38
9 354 1,88 7,35 8973 1,55
9 374 0,21 7,26 8932 -0,45
9 367 -0,08 7,47 8901 -0,35
9 111 -2,74 7,15 8965 0,72
9 133 0,24 7,26 8981 0,17
9 257 1,37 7,20 9050 0,77
-3,21 -2,39
Premium: Maksimum beras patah (Broken) s.d. 10% Medium: Beras patah (Broken) 10,1% -
20% Rendah:
Berita ResmiBeras patahNo.
Statistik (Broken ) 20,1% - 25%
109/12/Th. XIX, 01 Desember 2016
di pada kelompok bahan makanan
Umum/ KRT
(9)
0,15 1,04 1,42 0,75 0,55
0,71 0,88 0,55 0,80 0,93
0,50 0,49 0,39 1,28 0,85
1,13
0,50 0,57 0,67
0,05 0,41 0,59 0,33
0,36 1,97 0,59 0,51 0,97
0,14
0,50 0,93 0,81 0,48
0,87
7
mengalami kenaikan sebesar Rpll,00 per kg (0,28
Rendah
Rata-Rata Harga Perubah-an (%)
(Rp/kg)
(9) (10)
4 485 4 504 4 520 4 223 1,28 0,43 0,35
3 794 3 709 3 838 4 008 -6,57 -10,15 -2,25
-8,09
11
_-- -
-A
iii
kg, dan gabah kualitas rendah naik Rpl4,00 per kg (0,31 persen)
Rendah
Kadar Rata-Rata Perubah-
Air Harga (%) (Rp/kg) an (%)
-*-K
>-"
-
-
<$
Rendah
Rendah
Kadar Beras Patah Rata-Rata Harga Perubah - Kadar Beras
(Broken) (%)
(7)
(Rp/kg)
(8)
an (%) Patah
(9) (10)
15,29 9032 1,29 22,85
15,40 9203 1,90 23,04
15,29 9280 0,84 23,52
15,41 9195 -0,93 23,61
15,37 8995 -2,17 23,39
15,51 8511 -5,39 23,40
15,74 8488 -0,26 22,90
15,55 8582 1,10 23,04
15,58 8558 -0,28 23,55
15,87 8502 -0,65 22,75
15,53 8578 0,89 22,89
15,76 8597 0,23 23,08
15,66 8632 0,40 22,87
-4,43