Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
opersional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka
sejak awal perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap tenaga kerja
maupun pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan berupa
penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa jenis
yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis. Kebisingan, yang termasuk
dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan pendengaran/tuli (Soemonegara,
1975; Miller, 1975).
Kebisingan yang terus menerus akan menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam
waktu hitungan bulan sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh
penderita sehingga ketika penderita baru menyadari menderita ketulian stadium akhir
sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Maka akan mempengaruhi produktivitas dalam
bekerja. disamping itu, ketulian juga akan mengganggu komunikasi.
Untuk mengetahui kebisingan di tempat kerja, penting bagi mahasiswa untuk
melakukan uji coba (praktikum) pengukuran kebisingan. Maka dilakukan pengukuran
kebisingan di kampus, di lokasi ruang kelas D-3 Semester 2 Kampus Kesehatan
Lingkungan Surabaya. Di lokasi tersebut sumber kebisingan berasal dari musik yang
bersuber telepon genggam milik mahasiswa . Dengan praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kebisingan atau suara yang dihasilkan dari sumber tersebut sesuai
nilai ambang yang ditentukan atau tidak ?
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengukur kebisingan suatu tempat dengan menggunakan alat Sound
Level Meter?
b. Bagaimana pula mengaplikasikan rumus kebisingan berdasarkan hasil yang diperoleh?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui intensitas kebisingan di suatu tempat kerja
2.Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan
3.Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran kebisingan

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebisingan
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) :
Menurut Dennis Bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang
tidak teratur.
Menurut Spooner Bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik
Menurut Sataloff Bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak
dan tidak berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut Burn, Littre dan Wail Bising adalah suara yang tidak
dikehendakikehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
Menurut Sumamur Bising adalah suara yang tidak dikeendaki (unwanted
sound).
Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
48/MENLH/11/1996 Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.
13/MEN/X/2011 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
2.2 Jenis-jenis Kebisingan
Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
a. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).

Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang


secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan
yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang
tinggal landas.

b. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)

Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels)


diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB
per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB,
misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 2


c. Impact Noise.

Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk


mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari
500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam
octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan
ledakan bom.

2.3 Dampak Kebisingan


Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai
pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap
konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat
yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
1. Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
pekerjaan. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana
penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak
sehingga menghemat bahan baku.
2. Gangguan terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja dan
kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi
tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang
cepat
3. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada orang
yang sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan
konsentrasi, dan kehilangan semangat kerja.
4. Penurunan daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan
ketulian total sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan
pembicaraan orang lain.
2.4 Pengendalian Kebisingan
Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada
prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari:
1. Pengendalian secara teknis
Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media
yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 3


bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan
hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat
yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan
melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,
menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke
dalam bak maupun pada sabuk roda.
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh
kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih
rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat
untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 4


BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum
Hari/Tanggal : Selasa, 18 April 2017
Waktu : 10.30 WIB
Lokasi : Ruang kelas D III semester II Kampus Kesehatan Lingkungan
Surabaya
3.2 Alat dan Bahan
Sound level meter
Batu baterai
Stopwatch
Alat tulis
Prinsip Kerja
Pada umumnya Sound Level Meter (SLM) diarahkan ke sumber suara, setinggi
telinga (150 cm dari tanah), agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta.
Prinsip kerja SLM yaitu apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan
perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini dan selanjutnya akan
menggerakkan meter petunjuk (Rwahyuningrum, 2011)
3.3 Prosedur Kerja
a. Persiapan Alat
1) Memasang Baterai pada tempatnyi
2) Menekan tombol power
3) Mengecek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan
baik atau tidak
4) Mengkalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga anngka pada monitor sesuai
dengan angka kalibrator
b. Pengukuran
1) Menentukan titik yang akan diadakan pengukuran bagi per titik, lalu dari
titik-titik tadi dibagi lagi dalam beberapa titik. Disetiap titik lakukan
pengukuran berulang sebanyak 5 s/d 10 kali untuk menghindari terjadinya
kesalahan atau error pada saat pengukuran.
2) Setiap lokasi (titik) dilakukan pengamatan selama 1 menit dengan 12 kali
pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan pada monitor

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 5


3) Menyiapkan stopwatch, aktifkan stopwatch bersamaan dengan alat sound
level meter saat digunakan.
4) Memilih selector pada posisi Slow (untuk jenis kebisingan
impulsive/terputus-putus
5) Memilih selector range intensitas kebisingan
6) Hasil pengukuran dihitung dengan rumus (rata-rata kebisingan sesaat (lek) :
Lek = 10 Log 1/n ( + + + ... )dB

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 6


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

107 106 106 106 106 106 105


107 106 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 107 106 104 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 106 106 105 105
107 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105
107 106 106 106 106 105

Nilai tertinggi = 107


Nilai terendah = 105
Range = Nilai tertinggi Nilai terendah
= 107 105
=2
Interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 2
= 1,4 = 1
NO Interval Data % Data % Kumulatif
1 107-106 96 96 80
100% = 80%
120
2 105-104 24 24 80+20 = 100
100% = 20%
120

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 7


Grafik Frekwensi Kebisingan
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
70
68
66
64
62
60
58
Persen kumulatif (%)

56
54
52
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
107-106 105-104
Interval

Background noise level terletak pada interval 105-104

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 8


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kebisingan yang kami lakukan dengan menggunakan musik
dari ponsel mahasiswa, nilai tertinggi yaitu 107 dan nilai terendahnya yaitu 105. Dengan
range 2. Serta interval 1. Dengan Background noise level terletak pada interval 105-104.

5.2 Saran
Sebaiknya saat berada ditempat yang menghasilkan bunyi yang melebihi nilai
ambang batas pekerja harus menggunakan APD untuk telinga.
Sebaiknya pada saat praktek mahasiswa harus lebih memperhatikan agar tidak
terjadi kesalahan saat melakukan prosedur kerja.
Mahasiswa harus lebih telit dalam pelaksanaan pemeriksaan kebisingan agar
memperoleh data yang benar dan tepat.

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 9


DAFTAR PUSTAKA

Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten
Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
Friesche Vlag Indonesia Tahun 2002. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia,
Jakarta
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011
Srisantyorini, 2002. Tingkat Kebisingan dan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 10


Lampiran

Mengukur kebisingan dengan


menggunakan alat Sound Level
Meter

Kebisingan Pencemaran Lingkungan Page 11

Anda mungkin juga menyukai