Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Hal ini ditandai dengan ciri budaya
masyarakat yang masih kental akan unsur-unsur tradisional dalam kehidupannya. Keadaan ini
didukung oleh keanekaragaman hayati yang tersusun dalam berbagai tipe ekosistem yang telah
dimanfaatkan oleh nenek moyang kita berabad-abad tahun lalu sebagai bagian dari kebudayaan.
Salah satu aktivitas tersebut adalah penggunaan tumbuhan untuk tali dan anyaman oleh berbagai
suku bangsa maupun sekelompok masyarakat. Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan.
Masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan sebagai bahan tali temali dan teknologi
pasak sebagai contoh adalah bangunan-banguan rumah adat di Indonesia yang tidak
menggunakan paku tetapi menggunakan pasak dan tali temali untuk mengokohkan bangunan
tersebut, pembuatan kapal pinisi dan lain sebagainya. Kepandaian anyam menganyam tidak
sekedar menciptakan motif tetapi yang lebih penting adalah penciptaan barang atau alat, baik
untuk pembawa atau wadah (Rifai, 1998).
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat secara tradisi merupakan salah satu
bagian dari kebudayaan suku bangsa asli (Heyne, 1987). Agar pengetahuan masyarakat
mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk penghasil tali dan anyaman tidak hilang oleh
perkembangan yang terus terjadi, oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi pengetahuan
mengenai pemanfaatan tumbuhan penghasil tali dan anyaman etnis yang ada di Indonesia.
Kehidupan masyarakat tradisional yang tidak terlepas dari hutan mengakibatkan adanya interaksi
yang sangat erat antara masyarakat tradisional dengan sumberdaya alam dan lingkungannya.
Salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan (Soekarman,
1992). Pengetahuan atau kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari merupakan pengetahuan yang sangat berharga
dan merupakan kekayaan budaya yang perlu digali agar pengetahuan tradisional tersebut tidak
hilang seiring dengan perkembangan zaman. Berdasarkan uaraian di atas maka pemulis akan
membahas mengenai Tanaman Penghasil Tali dan Anyaman
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
1.2.1 Bagaimana pemanfaatan tumbuhan penghasil tali dan anyaman?
1.2.2 Tumbuhan apa saja yang berpotensi sebagai tumbuhan penghasil tali dan anyaman?

1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah
1.3.1 Untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan penghasil tali dan anyaman.
1.3.2 Untuk mengetahui tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan penghasil tali dan
anyaman
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan sebagai bahan tali temali dan
teknologi pasak sebagai contoh adalah bangunan-banguan rumah adat di Indonesia
yang tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak dan tali temali untuk
mengokohkan bangunan tersebut. Kepandaian anyam menganyam tidak sekedar
menciptakan motif tetapi yang lebih penting adalah penciptaan barang atau alat.
3.1.2 Tumbuhan yang memiliki potensi sebagai penghasil tali dan anyaman di berbagai
daerah tertentu antara lain rotan, bambu, pisang, kelapa, eceng gondok, akar wangi,
pandan, bemban, akar kerop, tanaman galling-galing, Rubus chrysophyllus, agave, dan
Corypha gebanga.

3.2 Saran
3.2.2 Perlu adanya upaya pelestarian terhadap spesies-spesies tumbuhan yang mempunyai
nilai manfaat di masyarakat yang keberadaannya terancam punah.
3.2.3 Perlu adanya upaya pembinaan bagi masyarakat agar mereka dapat mempertahankan
nilai-nilai budayanya khususnya pengetahuan etnobotani yang ada di masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN

Angriyantie, L. 2010. Etnobotani Dan Potensi Tumbuhan Berguna Di Kampung Keay,


Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Skripsi yang tidak diterbitkan. Bogor
:Fakultas Kehutanan IPB.
Atok, A.R. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq. Skripsi yang tidak diterbitkan. Bogor
:Fakultas Kehutanan IPB
Fakhrozi, I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional
Bukit Tigapuluh. Skripsi yang tidak diterbitkan. Bogor: Faklutas Kehutan IPB.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid 1-4. Badan Litbang Kehutanan. Yayasan
Wana Jaya. Jakarta
Kartikawati, S. M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus
di Kawasan Hutan Pengunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai tengah. Tesis pada
sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).
Medi, La.1995. Pemanfaatan dan Pelestarian Hasil Hutan Non Kayu oleh Suku Sakai di Desa
Sebangar, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. Skripsi. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Nababan, A. 1995. Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungang Hidup di Indonesia.
Analisis CSIS. TH. XXIV, No.6 Edisi November Desember. Hal 421-435
Rahayu, R.N. 2012. Pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan Oleh masyarakat di sekitar
kawasan taman hutan raya K.g.p.a.a. mangkunagoro i. . Skripsi yang tidak
diterbitkan. Bogor :Fakultas Kehutanan IPB
Rifai, M.A. 1998. Pemasakinian Etnobotani Indonesia : Suatu Keharusan demi Peningkatan
Upaya Pemanfaatan, Pengembangan dan Penguasaannya. Prosiding Seminar
Nasional Etnobotani III ( 5-6 Mei 1998, Denpasar-Bali) : 352-356
Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia . Prosiding Seminar
dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 1-7
Waluyo, E.B. 1992. Tumbuhan dalam Kehidupan Tradisional Masyarakat Dawan di Timor.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.
Bogor. Hal: 216-224

Anda mungkin juga menyukai