Anda di halaman 1dari 48

-1-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280
http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERN
DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan sistem


pengendalian intern pemerintah di lingkungan Arsip
Nasional Republik Indonesia, serta untuk memberikan
acuan bagi para auditor dalam melakukan
pemeriksaan dan memberikan pemahaman bagi
auditee tentang mekanisme dan prosedur pemeriksaan,
diperlukan petunjuk pelaksanaan pengawasan intern;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern di
Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-


Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3890);
-2-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 140 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 2001,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4150);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2004, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5071);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
-3-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

11. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang


Kedudukan Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah enam kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64
Tahun 2005;
12. Keputusan Presiden Nomor 27/M Tahun 2010 tentang
Pengangkatan Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia;
13. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi;
14. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
Nomor 03 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia sebagaimana
telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 05
Tahun 2010;
15. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern di Lingkungan Arsip Nasional
Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 1

Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern merupakan petunjuk teknis


bagi Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan di lingkungan Arsip
Nasional Republik Indonesia.
-4-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Pasal 2

Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern di Lingkungan Arsip Nasional


Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Petunjuk Pelaksanaan
Pengendalian Intern adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 20 Desember 2011

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd

M. ASICHIN
-5-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2011
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERN DI
LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arsip adalah rekaman kegiatan sebagai bukti kinerja yang


otentik oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, perusahaan, lembaga pendidikan, dan
perseorangan, merupakan bukti sejarah yang memiliki nilai yang amat
penting dan strategis dalam rangka memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa serta menjamin pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan demi terwujudnya pemerintahan yang baik, bersih, dan
berwibawa.

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai Lembaga


Pemerintah Non Kementerian (LPNK) mempunyai fungsi dan tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan secara
nasional, melakukan pengkajian rencana nasional secara makro
tentang penetapan penyelenggaraan kearsipan nasional, penetapan
sistem informasi bidang kearsipan, perumusan dan pelaksanaan
kebijakan tertentu, penyelamatan, pelestarian, dan pemanfaatan
naskah sumber arsip, serta memberikan pelayanan bidang kearsipan
kepada masyarakat.

Kegiatan di atas dapat dilaksanakan dengan baik apabila fungsi


pengawasan yang merupakan salah satu unsur manajemen mampu
berperan sebagai Quality Assurance, untuk menjamin agar
pelaksanaan fungsi dan tugas ANRI dapat dilaksanakan dengan baik.
Peran pengawasan akan lebih bermakna dan dapat memberikan nilai
tambah, jika pihak yang diawasi (auditee) merasa terbantu sehingga
dapat mewujudkan visi dan misinya secara lebih efisien dan efektif.
Untuk itu pengawasan harus dilakukan berdasarkan azas
-6-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

keterbukaan, kejujuran, akuntabilitas, profesional, edukatif, dan


partisipatif yang lebih bersifat pembinaan, tidak untuk mencari
kesalahan, tetapi semata-mata hanya untuk meningkatkan
akuntabilitas organisasi dalam rangka mendukung terwujudnya good
governance and clean government di lingkungan ANRI. Dapat
dikatakan bahwa salah satu indikasi keberhasilan tugas pengawasan
apabila pelanggaran dan penyimpangan terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan yang terjadi dalam suatu organisasi
semakin sedikit.

Pengawasan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemeriksaan,


karena kedua kegiatan tersebut saling melengkapi. Pengawasan akan
dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien apabila pemeriksaan
dapat dilakukan dengan baik. Pemeriksaan merupakan pengawasan
yang dilakukan lebih cermat, lebih detail, dengan melakukan penilaian
yang lebih mendalam dan lebih seksama untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan kegiatan
yang dilaksanakan oleh suatu unit kerja. Apabila dalam pemeriksaan
diperoleh temuan-temuan yang bersifat positif, dapat mendorong
keberhasilan dari kegiatan tersebut untuk dikembangkan. Sedangkan
untuk temuan yang bersifat negatif yang dalam kegiatan akan
dipelajari lebih cermat agar dapat diatasi atau dihindari serta dapat
dijadikan landasan perbaikan/penyempurnaan untuk kegiatan yang
akan datang.

Untuk mendukung kelancaran dalam pelaksanaan


pengawasan/pemeriksaan diperlukan kerjasama antara auditor
(pemeriksa) dan auditee/auditan (obyek yang diperiksa) diperlukan
adanya pemahaman yang sama tentang mekanisme dan prosedur
pemeriksaan, serta hak dan kewajiban antar kedua belah pihak.
Untuk itu perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern di
Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia untuk memberikan
pemahaman tentang pengawasan/pemeriksaan, sehingga dapat lebih
menjamin terciptanya hubungan yang harmonis, saling menghargai
dan saling menghormati antara auditor dan auditee. Di satu sisi dapat
memberikan pedoman secara praktis apa yang seharusnya dilakukan
oleh para auditor sejak menyusun perencanaan, pelaksanaan,
pembuatan laporan, sampai dengan pelaksanaan monitoring tindak
-7-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

lanjut hasil pemeriksaan. Dengan demikian pengawasan/pemeriksaan


dapat lebih efektif dan efisien serta dapat mencapai hasil yang optimal.

B. Maksud dan tujuan

Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern di lingkungan Arsip


Nasional Republik Indonesia ini dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman sehingga dapat diperoleh kesamaan dan kesatuan pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam pengawasan serta dapat
dipergunakan sebagai pedoman pelaksana dalam melakukan kegiatan
pengawasan/pemeriksaan di lingkungan ANRI.

Sedangkan tujuannya adalah untuk menilai ketaatan terhadap


peraturan perundang-undangan yang berlaku, apakah kegiatan yang
dilaksanakan oleh unitunit kerja di lingkungan ANRI telah sesuai
dengan Peraturan dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang
berlaku, apakah telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan
efektif, serta dapat mencegah terjadinya penyimpangan dari ketentuan
yang berlaku dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
fungsi dan tugas sesuai visi dan misi ANRI yang telah ditentukan.

C. Ruang Lingkup

Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern ini meliputi Kebijakan


Pengawasan/Pemeriksaan yang menguraikan tentang Visi dan Misi
Unit Kerja Inspektorat, Standar Umum, dan Kode Etik, Jenis dan
Aspek Pengawasan/pemeriksaan, Mekanisme dan prosedur bagaimana
seharusnya Pengawasan/Pemeriksaan ini dilaksanakan sesuai dengan
cara kerja dan tata kerja, Hak dan Kewajiban Auditor dan Auditee serta
konsekwensinya sehingga dapat mencapai sasaran yang ditentukan.

D. Pengertian

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Inspektorat adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggungjawab langsung kepada pimpinan lembaga dalam
peraturan ini adalah Inspektorat Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), yang dipimpin oleh Inspektur.
-8-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2. Satuan Kerja Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian


terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dari obyek
pengawasan/pemeriksaan yang bersangkutan, dengan tujuan
untuk meyakinkan dan menjamin bahwa program dan kegiatan
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana
yang telah ditetapkan serta peraturan perundanganundangan yang
berlaku.
3. Audit (Pemeriksaan) adalah proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi
mengenai pelaksanaan program dan kegiatan unit kerja.
4. Auditee/Auditan atau Obyek Pemeriksaan (Obrik) adalah Satuan
Kerja, termasuk Dana Dekonsentrasi Bidang Kearsipan dan dana
alokasi khusus, dan/atau pegawai di lingkungan ANRI yang
ditunjuk sebagai obyek/sasaran yang berkaitan dengan
pemeriksaan.
5. Auditor atau Pemeriksa adalah Pegawai Negeri Sipil ANRI yang telah
diangkat secara resmi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas pengawasan internal ANRI.
6. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan ANRI yang bertugas untuk melaksanakan fungsi
pengawasan internal ANRI.
7. Standar Audit adalah prinsip dasar dan persyaratan yang
diperlukan Auditor dalam melaksanakan fungsi dan tugas audit,
untuk menjamin mutu hasil dan konsistensi pelaksanaan tugas
audit.
8. Kode Etik Pengawasan adalah sistem atau prinsip moral atau
aturan yang berlaku dan harus dipatuhi dalam melaksanakan
pengawasan/pemeriksaan baik dalam hubungannya dengan sesama
auditor, dengan atasannya, dengan auditee serta dengan
masyarakat.
9. Prosedur Audit adalah urutan langkah yang perlu dilakukan oleh
auditor untuk melaksanakan pemeriksaan dalam upaya
mendapatkan bukti audit yang diperlukan sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai dengan menggunakan teknik-teknik audit.
-9-

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

10. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) adalah rencana kerja


pengawasan/pemeriksaan yang dibuat setiap tahun untuk
menggambarkan jumlah auditee, auditor, hari pemeriksaan dan
biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pengawasan/pemeriksaan.
11. Survei Pendahuluan adalah kegiatan untuk memperoleh informasi
yang lengkap dan utuh tentang auditee, meliputi peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan program/kegiatan.
12. Kertas Kerja Pemeriksaan/Audit (KKP/KKA) adalah catatan
(dokumen) yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-bukti yang
dikumpulkan, teknik dan prosedur yang digunakan serta
simpulan-simpulan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan.
13. Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP) adalah dokumen yang disepakati
antara pemeriksa dengan obyek pemeriksaan yang berisi resume
temuan hasil pemeriksaan.
14. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) adalah dokumen yang memuat
informasi tentang temuan-temuan dan rekomendasi menurut
kriteria/standar tertentu.
15. Temuan adalah terungkapnya perbedaan yang timbul akibat
perbandingan kondisi antara yang sebenarnya terjadi dengan apa
yang seharusnya terjadi menurut kriteria/standar tertentu.
16. Pengembangan Temuan adalah kegiatan untuk menguji lebih
dalam lagi tentang temuan yang diperoleh dengan mengumpulkan
bukti yang relevan, cukup, kompeten, dan material guna
mengetahui sebab dan akibat, dan untuk memberikan landasan
yang layak bagi pelaporan hasil pemeriksaan.
17. Rekomendasi adalah merupakan saran tindak dari Tim Auditor
yang didasarkan hasil temuan lapangan, yang disampaikan kepada
auditee dan/atau pimpinan, untuk ditindaklanjuti, agar
kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak terulang lagi.
18. Tindak lanjut adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh auditee
atas saran dan/atau rekomendasi yang disampaikan oleh
Inspektur.
- 10 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

19. Sanksi adalah hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang


apabila melakukan penyimpangan/pelanggaran dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
20. Quality Assurance adalah upaya untuk menjamin kualitas baik
government maupun governance dalam mewujudkan pelayanan
prima yang transparan, akuntabel dan berbasis kinerja.
- 11 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II
KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN ATAS
PENYELENGGARAAN FUNGSI DAN TUGAS ORGANISASI DAN
AKUNTANBILITAS KEUANGAN NEGARA
DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

A. Kedudukan Organisasi

Inspektorat merupakan unit kerja setingkat Eselon II yang


mempunyai fungsi dan tugas membantu Pimpinan dalam bidang
pengawasan internal di lingkungan ANRI. Dalam melaksanaan tugas
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia sedang dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Sekretaris Utama.

Inspektorat terdiri dari Pejabat Struktural yakni seorang


Inspektur yang melaksanakan tugas managerial di bidang
pelaksanaan tugas pengawasan/pemeriksaan dengan dibantu oleh
seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dengan staf serta Pejabat
Fungsional Auditor yang bertugas untuk melaksanakan teknis
pengawasan/pemeriksaan.

B. Visi dan Misi

1. Visi:
Dalam melaksanakan tugas Inspektorat ANRI mempunyai VISI yang
dirumuskan sebagai berikut :
Terwujudnya fungsi Inspektorat sebagai Unit Pengawasan
Intern yang independen dan akuntabel, dalam rangka mendorong
penyelenggaraan kearsipan nasional yang baik, bersih, dan
berwibawa serta bebas KKN

2. Misi:
a. Melaksanakan pemeriksaan intern secara optimal, berdasarkan
kode etik dan standar pengawasan yang berlaku;
- 12 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya Aparat Pengawas


Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan ANRI sesuai dengan
fungsi dan tugasnya;
c. Menjamin kualitas kinerja pelaksanaan fungsi dan tugas serta
pengelolaan keuangan negara (Quality Assurance) seluruh satuan
kerja di lingkungan ANRI;
d. Meningkatkan disiplin pegawai dan menurunkan tingkat
pelanggaran yang terjadi termasuk dalam penggunaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
e. Meningkatkan layanan pembinaan sistem akuntansi dan
pertanggungjawaban keuangan (dengan berpedoman pada
Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI)) kepada satuan kerja di lingkungan ANRI;
f. Mewujudkan suasana kawasan Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) di lingkungan ANRI.

C. Sasaran dan Tujuan

1. Sasaran

Terbantunya Kepala ANRI sebagai Pimpinan Lembaga dalam


rangka mewujudkan organisasi ANRI yang sehat dan bersih dari
KKN sehingga fungsi, tugas dan kewenangan dalam
penyelenggaraan kearsipan Nasional dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Tujuan:
a. Menciptakan APIP yang profesional dan independen;
b. Menyelenggarakan Pengawasan Internal yang profesional;
c. Menyelenggarakan pemeriksaan dan evaluasi kinerja yang efektif;
d. Mendorong peningkatan kinerja unit-unit kerja di lingkungan
ANRI;
e. Menciptakan sistem administrasi keuangan dan penganggaran
kinerja yang efektif dan efisien;
f. Mewujudkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang efektif dan efisien di lingkungan ANRI.
- 13 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

D. Tugas Pokok

Tugas Pokok Pengawasan adalah membantu pimpinan dalam


pengawasan internal di lingkungan ANRI untuk:

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,


penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan;
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan;
3. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik dalam rangka pembinaan
untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
kewenangan penyelenggaraan kearsipan nasional serta pencapaian
visi dan misi ANRI.

E. Kegiatan Pengawasan Intern meliputi:

1. Audit dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat


dalam pengawasan perlu dilakukan penilaian/pengamatan secara
lebih seksama dan lebih cermat terhadap obyek pemeriksaan.

Pemeriksaan meliputi: Pemeriksaan kinerja terhadap penggunaan


dana APBN, PNBP, pemeriksaan kinerja atas kegiatan pelayanan
publik, pemeriksaan kinerja atas optimalisasi penerimaan negara,
pemeriksaan keuangan atas pinjaman dan hibah luar negeri,
pemeriksaan investigatif, serta pemeriksaan yang bersifat khusus
terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan
lembaga/instansi pemerintah.

2. Reviu merupakan salah satu bentuk kegiatan


pengawasan/pemeriksaan, berupa pemeriksaan ulang terhadap
hasil pengawasan/pemeriksaan yang dilakukan untuk mengecek
apakah hasil pemeriksaan telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan tidak terjadi kesalahan/penyimpangan.

Dalam hal reviu yang dilakukan terhadap Laporan Keuangan,


kegiatan ini hanya terbatas pada penelusuran angka-angka yang
tertera dalam Laporan Keuangan sesuai dengan Sistem Akuntansi
Pemerintah yang berlaku, dengan tujuan untuk membantu
keyakinan akurasi, keandalan serta keabsahan informasi yang
- 14 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

disajikan atas Laporan Keuangan secara keseluruhan. Reviu tidak


memberikan pendapat seperti dalam audit.

3. Evaluasi, agar proses pengawasan/pemeriksaan dapat dilaksanakan


secara tertib, efektif, dan efisien, perlu dilakukan sesuai dengan
pedoman, standar umum, tata tertib serta prosedur yang berlaku
serta hak dan kewajiban auditor maupun auditee.

4. Pemantauan, dilaksanakan secara terus menerus terhadap proses


pengawasan/pemeriksaan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan pasca pengawasan berupa hasil temuan yang
diperoleh serta tindak lanjut rekomendasi pemeriksaan yang
disampaikan. Jika hasil pemantauan menunjukkan ada hal-hal
yang perlu dikoreksi, agar tidak berlarut-larut terjadinya
penyimpangan serta untuk menjamin agar tercapainya
tujuan/sasaran program/kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien, maka APIP ANRI dapat segera memberikan
saran/rekomendasi kepada pimpinan satuan kerja yang
bersangkutan untuk segera melakukan perbaikan-perbaikan secara
dini.

5. Kegiatan Pengawasan Lainnya, kegiatan selain Audit, Reviu,


Evaluasi dan Pemantauan oleh Inspektorat ANRI dalam rangka
melaksanakan konsultasi dan kegiatan lain melalui suatu
pendekatan keilmuan yang sistematis untuk meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dan proses Good Governance, sehingga
dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pencapaian
tujuan pemerintah dan pembangunan. Kegiatan Pengawasan
lainnya antara lain berupa:
a. Sosialisasi Mengenai Pengawasan;
b. Pembimbingan dan Konsultasi (Asistensi);
c. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;
d. Pengelolaan Hasil Pengawasan; dan
e. Pemaparan Hasil Pengawasan.

Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Lainnya mungkin saja


berdasarkan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dan non
PKPT, misalnya asistensi atas permintaan objek pengawasan. Jika
- 15 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

pelaksanaannya berdasarkan PKPT, maka perbandingan antara


target dan realisasi perlu dilaporkan. Informasi yang disampaikan
dalam laporan Kegiatan Pengawasan Lainnya bersifat naratif,
deskriptif, dan dapat juga disampaikan secara kuantitatif dan dalam
bentuk tabel apabila memungkinan.
- 16 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB III
STANDAR UMUM DAN KODE ETIK
PENGAWASAN INTERN

Pengawasan/Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor yang


profesional dengan cermat dan seksama memberikan hasil yang akurat
dan obyektif. Agar dapat lebih tepat sasaran pengawasan/audit dilakukan
berdasarkan pada Standar Umum, Kode Etik dan Prosedur
pengawasan/audit sebagaimana yang telah ditetapkan:

A. Standar Umum:
1. Kompeten: Audit (pemeriksaan) harus dilaksanakan oleh auditor
yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang audit yang
memiliki Sertifikasi dan berusaha untuk meningkatkan
profesionalitasnya serta memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
dengan baik.
2. Independen: Audit (pemeriksaan) harus dilaksanakan secara
obyektif, tidak ada keterikatan/ketergantungan dengan pihak
manapun juga. Untuk itu auditor harus memiliki integritas yang
tinggi, memiliki sikap dan mental yang dilandasi kejujuran,
bijaksana, berani dan bertanggungjawab sehingga menimbulkan
rasa hormat bagi auditee.
3. Cermat dan seksama: Audit (pemeriksaan) dilaksanakan dengan
berdasarkan teknik dan metode audit yang ada. Untuk itu hasil
setiap tahap audit (pemeriksaan) harus direviu dan disupervisi oleh
pejabat di atasnya.
4. Kerahasiaan: Audit (pemeriksaan) dilaksanakan dengan
mempertahankan kerahasiaan, kecuali terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan perintah dari pihak yang berwenang. Untuk itu
auditor harus memperhatikan pengamanan terhadap:
a. Keterangan yang diperoleh;
b. Penyimpanan dokumen/arsip hasil audit;
c. Penyusunan laporan;
d. Pemilikan kertas kerja; dan
e. Kemampuan untuk menjaga hubungan dengan pihak-pihak
terkait dalam pelaksanaan Audit.
- 17 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

B. Kode Etik Audit (Pemeriksaan)


1. Berperilaku (bersikap dan bertindak) sesuai dengan
peraturan/norma dalam pemeriksaaan yang berlaku dalam arti
bahwa:
a. Seorang auditor harus memahami dan mentaati semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik secara nasional maupun
yang berhubungan dengan ketentuan dinas antara lain: UUD 45,
Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP), Kitab Hukum Acara
Perdata (KUHAP) serta Undang-undang Khusus dan peraturan
dinas lainnya, sehingga:
1) Mampu menjadi teladan bagi pegawai lainnya;
2) Tidak menyalahgunakan wewenang;
3) Tidak menerima imbalan (gratifikasi) dalam bentuk apapun
baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan
mempengaruhi hasil audit (pemeriksaan).
b. Memiliki semangat pengabdian yang tinggi dan berperilaku:
1) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
pribadi dan/atau golongan;
2) Tidak meninggalkan tugas tanpa alasan yang sah;
3) Tidak menunda-nunda tugas tanpa alasan yang jelas.
c. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan profesinya.
d. Memiliki integritas yang tinggi terhadap tugas, dalam arti:
1) Jujur, tulus, tidak curang, dan bertindak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
2) Berani, tidak dapat diintimidasi pihak lain, independen, dan
tidak mudah dipengaruhi;
3) Obyektif dalam melakukan audit (pemeriksaan) sesuai dengan
fakta yang ada;
4) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas; dan
5) Bijaksana, tidak menyalahkan orang lain tanpa dasar, dan
mengambil keputusan secara adil.
e. Mampu menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara dan rahasia
auditee.
- 18 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2. Mampu memelihara hubungan yang harmonis dengan pihak terkait,


yaitu:
a. Hubungan dengan sesama Auditor Intern:
1) Menggalang kerjasama yang sehat, menjaga hubungan baik
dengan sesama auditor yang ada di lingkungan tugasnya;
2) Bekerjasama dengan sesama anggota APIP dalam upaya
meningkatkan kinerja serta profesionalitas audit
(pemeriksaan);
3) Saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi hasil
kerja.

b. Hubungan Auditor dengan Unsur Pengawas Ekstern:


1) Menjalin kerjasama dengan unsur pengawas ekstern (BPK-RI
dan/atau BPKP) baik dalam teknis audit (pemeriksaan)
maupun dalam penilaian auditor;
2) APIP wajib memberikan masukan terhadap hasil audit
(pemeriksaan) yang dilakukan oleh BPK-RI maupun BPKP;
3) APIP wajib memantau hasil audit (pemeriksaan) yang
dilakukan oleh BPK-RI maupun BPKP;
4) Bekerjasama dengan sesama anggota Forum Bersama (Forbes)
APIP dalam upaya meningkatkan kinerja serta profesionalitas
auditor.
c. Hubungan antara Auditor dan Auditee
1) Menciptakan iklim kerja yang baik, mengupayakan
terciptanya hubungan yang baik, saling menghormati antara
auditor dan auditee untuk kepentingan pemeriksaan;
2) Auditor wajib memberitahukan/menjelaskan rencana
pemeriksaan kepada auditee dengan memperlihatkan Surat
Tugas Pemeriksaan beserta tanda pengenal kepada auditee;
3) Melakukan pemeriksaan dengan bersikap baik, sopan, dan
berpakaian rapi;
4) Menepati hak dan kewajiban auditor:
a) Berhak untuk meminta keterangan atau pendapat yang
dibutuhkan dalam kegiatan audit (pemeriksaan);
b) Wajib memberikan penjelasan Program Kerja Audit yang
akan dilakukan;
- 19 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

c) Apabila dipandang perlu dapat mendiskusikan Laporan


Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan Sementara (LHPPS)
dengan auditee, sehingga diperoleh kesepahaman;
d) Wajib melaksanakan monitoring Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan dan Pemeriksaan Sementara (TLHPPS) yang
disampaikan;
e) Setelah selesai pemeriksaan, auditor wajib menyampaikan
dan memberikan penjelasan tentang Laporan Hasil
Pengawasan dan Pemeriksaan (LHPP) beserta hasil temuan
yang diperoleh kepada pihak auditee.
f) Wajib melakukan monitoring Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pengawasan dan Pemeriksaan (TLHPP).
5) Hak dan Kewajiban Auditee
a) Berhak meminta kepada auditor untuk memperlihatkan
Surat Tugas dan Tanda Pengenal;
b) Berhak meminta kepada auditor untuk memberikan
penjelasan tentang Program Kerja Audit;
c) Wajib untuk memberikan informasi dan/atau kelengkapan
dokumen/arsip yang akurat dan terpercaya untuk
keperluan audit (pemeriksaan);
d) Berhak memberikan sanggahan/tanggapan terhadap
Naskah Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan;
e) Berhak memperoleh Laporan Hasil Pengawasan dan
Pemeriksaan (LHPP);
f) Wajib melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dan
Pemeriksaan (TLHPP).
- 20 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB IV
JENIS DAN ASPEK PENGAWASAN INTERN

A. Jenis-Jenis Pengawasan

Kebutuhan unsur pengawasan di lingkungan organisasi sangat


dirasakan dan semakin dibutuhkan, terutama dalam upaya melakukan
perbaikan serta meningkatkan kinerja organisasi. Sejalan dengan
permasalahan yang sangat komplek maka pengawasan yang dilakukan
harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang.
Untuk itu pengawasan dilaksanakan dalam segala lini sehingga dapat
saling melengkapi dan saling menyempurnakan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan dengan melalui berbagai jenis pengawasan/pemeriksaan.

Adapun jenis-jenis pengawasan di lingkungan organisasi terdiri


dari:
1. Pengawasan Melekat (Waskat)
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 15 tahun 1983
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pengawasan Melekat
menyebutkan bahwa Pengawasan Melekat (Waskat) merupakan
serangkaian kegiatan yang bersifat pengendalian yang terus
menerus, dilakukan atasan langsung terhadap bawahannya dalam
rangka pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Waskat lebih
bersifat preventif, untuk mengetahui sedini mungkin terhadap
kemungkinan kesalahan yang diperbuat oleh bawahannya, agar
pelaksanaan tugas bawahan tersebut dapat berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Waskat dapat dikatakan sebagai sistem pengendalian intern


yang paling utama dalam pengawasan karena pengawasan yang
dilakukan mulai dari dan kepada diri sendiri, dengan didasarkan
atas keyakinan yang lebih banyak dilandasi pada kepercayaan dan
keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
masing-masing. Bahwasanya segala sesuatu yang
dilakukan/diperbuat di dunia ini pada hakekatnya selalu diawasi
oleh Yang Maha Kuasa, sehingga akan lebih hati-hati, selalu
- 21 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

berusaha untuk mencegah perbuatan yang menjadi laranganNya


dan selalu mendorong untuk berbuat yang baik demi kemaslahatan
umat yang akan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya secara
baik di dunia maupun di akhirat.

Pengawasan melekat lebih ditekankan untuk:


a. Peningkatkan disiplin dan tata tertib baik dalam kehadiran,
tingkah laku dan perbuatan pegawai ANRI sesuai dengan
norma, kode etik, dan peraturan yang berlaku;
b. Mencegah penyalahgunaan wewenang dan jabatan setiap
pegawai; dan
c. Mencegah timbulnya pengeluaran anggaran yang tidak perlu.

Untuk itu akan lebih efektif dan efisien apabila dilakukan


dengan berlandaskan pada:
a. Prinsip keteladanan para pejabat;
b. Menumbuhkembangkan, memelihara jiwa korsa dan
kebersamaan, sehingga dapat diciptakan hubungan yang
harmonis, sinergi antara satu dengan lainnya;
c. Penanaman kebiasaan yang baik sesuai nilai-nilai hukum,
dalam kehidupan bermasyarakat secara rasional sesuai
dengan akal sehat.

2. Pengawasan Fungsional (Wasnal)

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983


tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, pengawasan
dilaksanakan oleh aparat fungsional yang ditunjuk khusus untuk
melakukan audit secara independen terhadap obyek yang
diawasinya. Dilihat dari pelaku serta sifat pengawasan fungsional
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis seperti di bawah ini:

a. Secara Intern di lingkungan Pemerintah

1) Pengawasan fungsional yang dilakukan oleh APIP di


lingkungan ANRI dilakukan terhadap pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan
fungsi dan tugas ANRI, agar semua kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana, peraturan perundang-
- 22 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

undangan, memenuhi asas efektivitas dan efisiensi serta


tujuan yang telah ditentukan, yaitu:
a) Pengawasan Internal dilakukan dengan cara menilai atau
mengevaluasi suatu aktivitas berdasarkan kriteria yang
tepat dan akurat. APIP ANRI sebagai Quality Asurance
mempunyai tugas membantu pimpinan dalam fungsi
pengawasan lebih bersifat pembinaan untuk mendorong
terciptanya kesehatan organisasi, serta peningkatan dan
perbaikan kinerja dalam rangka mewujudkan tujuan, visi
dan misi ANRI. Pengawasan ini dilaksanakan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan fungsi
dan tugas ANRI yang didanai dengan APBN.
b) Dalam melaksanakan tugas dengan persetujuan
pimpinan mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan yang meliputi audit (keuangan/anggaran),
ketaatan, operasional, investigasi serta monitoring tindak
lanjut hasil pemeriksaan, baik yang dilakukan oleh unsur
pemeriksa intern maupun ekstern (BPK-RI dan BPKP));
c) Dari hasil temuan yang diperoleh dalam pemeriksaan
yang dilakukan APIP ANRI, Tim Audit dan Inspektur
selaku Pengendali Mutu berkewajiban untuk memberikan
rekomendasi sebagai dasar untuk melakukan perbaikan,
peningkatan kinerja organisasi, serta peningkatan
pelayanan publik sesuai dengan bidang tugasnya;
d) Untuk keperluan pemeriksaan, Laporan Hasil Audit
Intern yang dilakukan APIP ANRI wajib disampaikan
kepada BPK-RI dan Kementerian PAN c.q. Deputi Bidang
Pengawasan dan Akuntabilitas.
2) Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sebagaimana diatur pada Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan, keuangan dan pembangunan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam Pasal 49 Peraturan
- 23 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah dinyatakan bahwa BPKP
melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara; dan
c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.
Dengan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa :
a) Sesuai dengan paradigma baru BPKP lebih bersifat
pembinaan (yang bersifat Edukatif, Proaktif dan Represif
apabila diperlukan), dengan memberikan bimbingan,
arahan serta peningkatan SDM Auditor, dan tidak akan
melakukan pemeriksaan kecuali atas permintaan.
b) Dari hasil pemeriksaan, BPKP menyampaikan hasil
pemeriksaan berupa temuan dan rekomendasi untuk
dilaporkan kepada Presiden dalam rangka peningkatan
kinerja Pemerintah.
c) Dengan demikian walaupun BPKP dalam kedudukannya
di lingkungan Pemerintahan sebagai Intern Pengawas
tetapi di lingkungan ANRI sebagai Unsur Pengawas
Ekstern.

b. Secara Ekstern

Pengawasan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan di


luar instansi pemerintah disebut Pengawasan Ekstern yang
melakukan pengawasan baik dari segi posisi, tugas, dan
perannya serta pelaksanaan pengujian secara independen
terhadap kelayakan dan kebenaran informasi
pertanggungjawaban yang disajikan. Unsur Pengawas ekstern
terdiri dari:
1) Pengawasan/Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
Sebagaimana diatur pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
- 24 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Keuangan Negara, BPK RI mempunyai kewenangan untuk


melakukan pemeriksaan meliputi:
a) Pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
negara dan pemeriksaan atas laporan keuangan. Dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan menghasilkan
opini yang meliputi:
(1) Wajar Tanpa Pengecualian/WTP (Unqualified Opinion)
Yang menggambarkan apabila laporan keuangan yang
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, realisasi anggaran dan
arus kas suatu entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntasi yang berlaku umum.
(2) Wajar Dengan Pengecualian/ WDP (Qualified Opinion)
Yang menggambarkan apabila laporan keuangan yang
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, realisasi anggaran dan
arus kas suatu entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntasi yang berlaku umum, kecuali untuk
dampak/hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan.
(3) Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor tidak dapat menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan karena adanya
pembatasan lingkup pemeriksaan (audit), auditor
tidak independen dalam penugasan atau
pengendalian intern tidak dapat diandalkan atau
auditor tidak dapat menerapkan prosedur lain untuk
menilai kewajaran informasi keuangan.
(4) Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Laporan Keuangan tidak menyajikan secara Wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
realisasi anggaran dan arus kas suatu entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
b) Pemeriksaan kinerja, merupakan pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
- 25 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta aspek


efektivitas.
c) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, pemeriksaan yang
tidak termasuk dalam pemeriksaan sebagaimana
dimaksud antara lain berupa pemeriksaan investigatif
guna mengungkap adanya indikasi kerugian
negara/daerah dan/atau unsur pidana, merupakan
tindak lanjut dari pemeriksaan yang dilakukan oleh
unsur pengawas internal atau berdasarkan laporan dan
pengaduan masyarakat untuk mencari kebenaran.
d) Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, BPK RI dapat
memanfaatkan hasil APIP Intern ANRI.
e) Laporan Hasil Audit atas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat disampaikan oleh BPK RI kepada DPR RI dan DPD
RI selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima
laporan keuangan dari pemerintah pusat.

2) Pemeriksaan yang Dilakukan oleh Komisi Pemberantasan


Korupsi Republik Indonesia (KPK RI)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa KPK RI
dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. KPK RI mempunyai tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan


pemberantasan tindak pidana korupsi;

b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan


pemberantasan tindak pidana korupsi;

c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan


terhadap tindak pidana korupsi;

d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana


korupsi; dan

e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan


pemerintahan negara.
- 26 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas,


Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi yang:
a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;
b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. Pengawasan Legislatif (Wasleg)

Pengawasan Legislatif (Wasleg) dilakukan oleh Lembaga DPR


RI maupun DPRD sebagai wakil rakyat merupakan pengawasan
dalam penyelenggaraan negara, baik aspek perencanaan dan
anggaran, pelaksanaan, serta proses pengendalian penyelenggaraan
pemerintahan dan negara.

4. Pengawasan Masyarakat (Wasmas)

Pengawasan masyarakat merupakan bentuk social control


yang telah memberikan amanah kepada pemerintah untuk
mengelola sumber daya negara. Pengawasan ini dilakukan oleh
masyarakat, yang disampaikan secara lisan, tertulis, atau bentuk
lain kepada aparatur negara berupa sumbangan pikiran, saran
perbaikan, gagasan, keluhan atau pengaduan yang bersifat
membangun. Pengawasan ini dapat merupakan kritik dari anggota
masyarakat terhadap aparat negara yang dianggap melakukan
kelalaian.

Pengawasan Masyarakat dilakukan melalui tiga jalur, yaitu:


a. Pengawasan langsung oleh masyarakat, dapat berupa pengaduan
baik yang disampaikan secara langsung maupun secara lisan;
b. Pengawasan tidak langsung melalui suatu tulisan yang
dilakukan secara terbuka dengan alamat yang jelas, terang-
terangan maupun secara sembunyi-sembunyi (dapat berupa surat
kaleng/anonim); dan
- 27 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

c. Memberikan masukan melalui media massa, berupa pemberitaan


baik secara cetak melalui surat kabar, maupun elektronik melalui
TV.
Untuk menilai keakuratannya perlu diklasifikasikan tingkat
kebenarannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu
perlu adanya forum pengaduan masyarakat yang mengikutsertakan
masyarakat, khususnya peran pemerhati arsip sehingga lebih
obyektif dalam pembahasan.
B. Aspek Pengawasan Intern

1. Aspek Fungsi dan Tugas

Pengawasan/Pemeriksaan terhadap aspek fungsi dan tugas


merupakan kegiatan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa program/kegiatan yang ditetapkan pada auditee sebagai
implementasi dan perwujudan visi dan misinya.

Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penilaian dan pengujian


terhadap kegiatan auditee ada tidaknya:
a. Keterkaitan program/kegiatan unit kerja dengan visi dan misi
ANRI;
b. Program/kegiatan yang ditetapkan sebagai penjabaran dari
fungsi dan tugas auditee pada unit kerja yang bersangkutan
untuk memperjelas sehingga lebih dipahami dan dikerjakan
dengan mudah;
c. Keterkaitan program/kegiatan auditee pada unit kerja yang
bersangkutan dengan unit yang lain;
d. Kegiatan lain di luar fungsi dan tugas auditee pada unit kerja
yang bersangkutan sejauhmana mereka kerjakan dan apa
manfaat yang diperoleh, apakah mempengaruhi kelancaran
fungsi dan tugasnya; dan
e. Hasil program/kegiatan dibandingkan dengan tujuan dan
sasaran yang ditetapkan apakah sudah seimbang.

2. Aspek Sumber Daya Manusia

Pengawasan/Pemeriksaan terhadap aspek sumber daya manusia


(SDM) merupakan kegiatan untuk memperoleh keyakinan yang
- 28 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

memadai bahwa sumber daya manusia telah dikelola sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku, telah diberdayakan
secara efektif dan efisien dalam program/kegiatan yang
dilaksanakan, dengan mengukur kinerja yang bersangkutan. Untuk
mengetahui hal tersebut perlu dilakukan pengujian, apakah:
a. Setiap pegawai telah memahami yang menjadi tugas dan
tanggungjawab sesuai uraian tugas yang telah ditentukan;
b. Kompetensi pegawai sudah memadai untuk mengemban tugas
yang diberikan;
c. Penempatan pegawai sesuai dengan kebutuhan unit dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Dalam pelaksanaan program/kegiatan pegawai telah
diberdayakan dan/atau dilibatkan secara proposional;
e. Volume beban kerja sebanding dengan jumlah pegawai yang
tersedia; dan
f. Pegawai telah merasakan adanya pembinaan pimpinan dalam
pengembangan karir maupun disiplin serta kesejahteraan antara
lain melalui reward dan punishment.

3. Aspek Sarana dan Prasarana

Pengawasan/Pemeriksaan sarana dan prasarana merupakan


kegiatan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
sarana dan prasarana telah dikelola sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan digunakan untuk
mendukung pelaksanaan program/kegiatan pada auditee secara
efektif, efisien dan ekonomis.

Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian dan


pengujian, apakah telah ada kesesuaian pengelolaan sarana dan
prasarana dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terhadap:
a. Daftar Inventaris Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan ANRI
yang telah disusun sesuai dengan Sistem Administrasi Barang
Milik Negara (SABMN);
b. Sarana dan prasarana yang tersedia dalam rangka menunjang
program/kegiatan;
- 29 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

c. Pengelolaan sarana dan prasarana untuk mendukung


program/kegiatan pada unit kerja, meliputi:
1) Perencanaan pengadaan barang dan jasa;
2) Proses pengadaan sarana dan prasarana dengan kebutuhan;
3) Pemeliharaan/perawatan;
4) Pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia; dan
5) Penghapusan sarana dan prasarana, terhadap sarana
prasarana yang berlebih atau tidak dapat digunakan lagi,
dipindah tangankan atau dihapuskan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Aspek Metode Kerja

Pengawasan/Pemeriksaan metode kerja merupakan kegiatan


untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa metode kerja
yang diterapkan dalam pelaksanaan program/kegiatan telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
kebijakan yang ditetapkan. Disamping itu metode kerja yang
diterapkan oleh auditee juga dapat mewujudkan tujuan dan sasaran
program/kegiatan pada auditee secara efektif, efisien dan ekonomis.

Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penilaian dan


pengujian, apakah:
a. Metode kerja yang ada digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan program/kegiatan oleh auditee;
b. Metode kerja yang ada pada auditee sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Metode kerja yang digunakan telah dipahami oleh auditee;
d. Metode kerja yang ditetapkan dapat mendukung
program/kegiatan secara efektif, efisien dan ekonomis; dan
e. Sistem pelaporan sebagai metode kerja dikembangkan oleh
auditee.

5. Aspek Keuangan

Pengawasan/Pemeriksaan terhadap aspek keuangan


merupakan kegiatan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan program/kegiatan
- 30 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

pada auditee telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku dan kebijakan yang ada serta dilaksanakan
secara efisien, efektif dan ekonomis serta transparan dan akuntabel.

Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penilaian dan pengujian


terhadap:
a. Sumber penerimaan keuangan untuk pelaksanaan
program/kegiatan;
b. Kesesuaian penggunaan/pengeluaran dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan;
c. Kesesuaian dan/atau keterkaitan penggunaan uang dengan
rencana/Petunjuk Operasional Kinerja (POK) yang ditetapkan;
d. Kesesuaian tertib administrasi keuangan dengan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan serta
dengan Sistem Akuntansi Pemerintah- Sistem Administrasi
Barang Milik Negara (SAP-SABMN) berbasis acrual system. Hal
ini dilakukan dengan:
1) Meneliti dan menguji kebenaran/kesesuaian bukti-bukti yang
ada;
2) Meneliti saldo kas menurut buku kas umum dengan cara
menutup buku kas umum dan membandingkan dengan saldo
kas dengan jumlah yang ada di dalam brankas dan rekening
Koran;
3) Meneliti apakah ada perbedaan dan bila ada mencari
penyebabnya; dan
4) Membuat berita acara pemeriksaan kas.

6. Aspek Manajemen Arsip dan Informasi Publik

Pengawasan/Pemeriksaan terhadap aspek manajemen arsip


dan informasi publik merupakan kegiatan untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa setiap unit kerja dalam
melaksanakan tugasnya didokumentasikan/diberkaskan (file
system) secara lengkap, utuh, dan otentik. Untuk melakukan hal
tersebut dilakukan penilaian dan pengujian terhadap:
a. Kelengkapan dan keutuhan arsip sesuai dengan fungsi dan
tugas;
b. Kesesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Ketepatan sistem pemberkasan (file) yang ditetapkan
berdasarkan Tata Naskah Dinas dan Klasifikasi Arsip;
- 31 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

d. Pemberian Informasi Publik berdasarkan Sistem Klasifikasi


Keamanan Arsip Dinamis; dan
e. Kerapihan, ketertiban, dan keamanan ruang simpan/depot
arsip.
- 32 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB V

MEKANISME DAN PROSEDUR PENGAWASAN INTERN

Sebagai penjabaran kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh


Inspektorat sebagai APIP di lingkungan ANRI, perlu dilakukan
pemeriksaan yang merupakan pengawasan yang lebih cermat dan
seksama sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.

Untuk itu pemeriksaan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur


yang telah diatur secara sistematik, akurat, dan berkesinambungan sejak
dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan
maupun tindak lanjut hasil pemeriksaan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.

A. PERENCANAAN

1. Secara periodik/reguler:
Dilakukan berdasarkan jadwal yang ditentukan dengan tahap
sebagai berikut:
a. Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Kerja Audit Jangka Panjang (25 tahunan) di dalam
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah lebih
menekankan pada Kebijakan Umum Pengawasan Intern (KUPI)
sebagai pedoman dalam pelaksanaan fungsi dan tugas untuk
mendukung pencapaian arah program, atau sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah/ANRI.

b. Perencanaan Kegiatan Audit Jangka Menengah.


Rencana Kerja Audit Jangka Menengah (5 tahunan) di dalam
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah disebut
dengan Rencana Induk Pengawasan (RIP) yaitu suatu rumusan
strategi umum yang disusun dengan tujuan untuk mengarahkan
tugas-tugas pengawasan APIP sehingga mendukung pencapaian
arah program dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah/ANRI.
- 33 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

c. Perencanaan Kegiatan Jangka Pendek (Tahunan)


Rencana Kerja Audit Tahunan (1 Tahun) disebut dengan Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) ANRI merupakan suatu
program pengawasan yang disusun secara rinci yang
dilaksanakan pada 1 (satu) tahun mendatang.
1) PKPT ini disusun berlandaskan pada kebijakan pengawasan
yang ditentukan dari Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) selaku
pembina dalam bidang pengawasan nasional serta kondisi
dan situasi yang berkembang di lingkungan ANRI;
2) Disusun menjelang akhir tahun, biasanya dibuat dan
dipersiapkan oleh Inspektorat ANRI 2 (dua) bulan sebelum
Tahun Anggaran dimulai, setelah mendapat persetujuan dari
pimpinan (Kepala ANRI) kemudian disampaikan kepada
Deputi Menteri PAN & RB Bidang Pengawasan dan
Akuntabilitas Aparatur untuk selanjutnya direkonsiliasi
antara BPKP (sebagai unsur Audit Internal Pemerintah) dan
Deputi Menteri PAN & RB Bidang Pengawasan dan
Akuntabilitas Aparatur untuk dijadikan pedoman kegiatan
pengawasan unit kerja setempat;
3) PKPT memuat penentuan substansi kegiatan Inspektorat
ANRI meliputi:
a) Kegiatan Utama: Banyaknya rencana pemeriksaan yang
akan dilakukan pada periode 1(satu) tahun berjalan;
b) Kegiatan Penunjang (kegiatan pengawasan lainnya) untuk
mengoptimalkan tugas di lingkungan Inspektorat ANRI,
antara lain:
(1) Sosialisasi mengenai pengawasan, pembimbingan dan
konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, dan
pemaparan hasil pengawasan;
(2) Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan melalui: Diklat
Sertifikasi Teknis, studi banding, lokakarya, seminar
dan sebagainya untuk lebih mencerdaskan dan
menambah wawasan yang berhubungan dengan
kegiatan pengawasan;
(3) Penyusunan petunjuk pelaksanaan sebagai pedoman
arahan pelaksanaan pengawasan/pemeriksaan; dan
- 34 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(4) Partisipasi peran masyarakat.


c) PKPT disusun dengan memperhitungkan aspek-aspek
tersedianya auditor, aspek waktu pemeriksaan, aspek
pendanaan, dan aspek sarana dan prasarana lainnya yang
telah ditentukan.

2. Secara Insidentil

Sewaktu-waktu dipandang perlu harus dilakukan pemeriksaan,


antara lain:
a. Berdasarkan masukan atau pengaduan masyarakat sehingga
apabila tidak segera dilaksanakan dikhawatirkan akan semakin
berlarut-larut yang akhirnya akan mengganggu kinerja instansi;
b. Berdasarkan petunjuk pimpinan sebagai akibat adanya kasus
pelanggaran yang terjadi di lingkungan ANRI meliputi bidang
keuangan, sumber daya manusia (pegawai), sarana dan
prasarana, mekanisme kerja, dengan tujuan untuk menjaga
tetap tegaknya disiplin dan tata tertib serta mencegah terjadinya
penyimpangan yang berlarut-larut.

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

Setelah PKPT ANRI mendapat persetujuan dari pimpinan, segera


diikuti dengan penerbitan Surat Penugasan dari pejabat yang
berwenang (Inspektur atas nama Kepala ANRI) untuk melaksanakan
pemeriksaan, perlu segera dilakukan realisasi pelaksanaan
pemeriksaan terhadap auditee secara bertahap sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan dengan langkah langkah urutan kegiatan
pemeriksaan yang meliputi:

1. Tahap Persiapan:
Penetapan arah dan prioritas pengawasan/pemeriksaan sebagai
lanjutan perencanaan PKPT ANRI yang telah disusun, untuk
menentukan arah kegiatan pengawasan yang bersifat strategis
berdasarkan perkembangan kondisi serta arahan Kepala ANRI.
- 35 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

a. Penyusunan Program Kerja Audit (PKA) memuat tentang:


1) Penetapan auditee/Obrik dengan menggunakan data obyek
pemeriksaan berupa program/kegiatan;
2) Penetapan sasaran PKPT didasarkan pada kebijakan
pengawasan (arah dan prioritas pemeriksaan);
3) Penetapan jadwal kegiatan; dan
4) Alokasi anggaran yang tersedia yang disesuaikan dengan
alokasi anggaran yang telah ditetapkan oleh DIPA ANRI yang
disusun berdasarkan standar biaya yang berlaku.

b. Penetapan pembagian tugas sesuai dengan jumlah personil dan


alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeriksaan
berpedoman pada Keputusan Kepala BPKP Nomor 971/SU/2005
disampaikan bahwa:
1) Dalam melaksanakan pemeriksaan, Tim dapat dibentuk
dengan susunan sebagai berikut :
(1) Pengendali Mutu;
(2) Pengendali Teknis;
(3) Ketua Tim;
(4) Anggota Tim (sekurang-kurangnya 2 orang).
2) Rata-rata setiap penugasan pemeriksaan membutuhkan 15
(lima belas) hari pemeriksaan (HP), dengan perincian: 2 HP
untuk persiapan, 8 HP untuk pelaksanaan pemeriksaan di
lapangan dan 5 HP untuk menyusun pelaporan;
3) Personil pemeriksaan 1 Tim terdiri dari:
(1) 3 Auditor Terampil/Ahli Pertama masing-masing
membutuhkan 15 HP
= 15 x 3= 45 HP;
(2) 1 Auditor Ahli Muda selaku Ketua Tim membutuhkan 15
HP;
(3) 1 Auditor Ahli Madya selaku Pengendali Teknis
membutuhkan 5 HP.
4) Jumlah secara keseluruhan membutuhkan 65 HP.
(Sedangkan untuk kegiatan penunjang sebesar 30% dari
kegiatan pemeriksaan dalam 1 tahun);
- 36 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

5) Dalam 1 tahun untuk unit kerja yang membutuhkan 5 Hari


Kerja/minggu melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
kemampuan sebesar 243 HP.

c. Pengiriman Surat Pemberitahuan


Dalam melaksanakan pengawasan, diberitahukan kepada
auditee melalui surat yang dikirim paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum pelaksanaannya. Surat Pemberitahuan tersebut
memuat:
1) Rencana pelaksanaan pemeriksaan pada auditee/Obrik;
2) Permintaan bahan-bahan berupa data/informasi yang
berkaitan dengan pengawasan/pemeriksaan (termasuk
laporan hasil tindak lanjut dan hasil pengawasan fungsional
lainnya);
3) Susunan Tim Audit;
4) Jadwal/lamanya pemeriksaan.

2. Pelaksanaan Pengawasan Intern


a. Pertemuan awal (Entry Briefing)
Entry briefing merupakan langkah awal Tim Audit sebelum
melakukan pemeriksaan pendahuluan, hal ini merupakan sarana
tukar informasi dari Tim Audit dengan obyek
pemeriksaan/satuan kerja. Adapun materi entry briefing
membicarakan/menyampaikan materi pemeriksaan sebagai
berikut:
1) Kebijakan umum, visi dan misi ANRI;
2) Kebijakan pengawasan Inspektorat ANRI;
3) Menyampaikan Surat Perintah Tugas (SPT);
4) Menjelaskan tujuan, sasaran pengawasan dan ruang lingkup
audit, perkenalan Tim dan rencana alokasi waktu audit;
5) Menyampaikan hasil audit buril/hasil audit (pemeriksaan)
sebelumnya, baik yang dilakukan oleh Inspektorat maupun
Lembaga Pengawasan dan pemeriksaan lainnya (BPKP dan
BPK-RI);
6) Menentukan mitra kerja dalam pelaksanaan audit;
7) Menyampaikan rencana jadwal audit.
- 37 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

b. Survei Pendahuluan
Survei Pendahuluan merupakan salah satu kegiatan berupa
persiapan audit/pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran umum (informasi) mengenai Auditee,
meliputi:
1) Mengumpulkan data/informasi yang relevan, menyangkut
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan rencana
kerja (program/kegiatan) yang dilaksanakan oleh auditee;
2) Menelaah kegiatan yang dilaksanakan;
3) Mengidentifikasi potensi kelemahan dan kerentanan
pelaksanaan program/ kegiatan auditee.

c. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Manajemen Auditee


Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) dimaksudkan
untuk memahami kekuatan dan kelemahan kendali yang
diterapkan oleh manajemen/auditee dalam melaksanakan
kegiatan. Evaluasi SPM lebih mengarah pada efektivitas
kendalinya. Efektivitas SPM secara nyata hanya dapat diketahui
melalui evaluasi pengujian. Dalam rangka melakukan evaluasi
SPM, auditor sering melakukan pengujian terbatas atas
transaksi/kegiatan tertentu sehingga auditor merasa yakin bahwa
SPM yang diterapkan memang efektif berjalan sesuai yang
diharapkan atau mengandung kelemahan yang signifikan.

d. Pemeriksaan Lanjutan dan Pengembangan Temuan


1) Pemeriksaan Lanjutan:
Permasalahan atau temuan audit sementara/Tentative Audit
Objective (TAO) yang didasarkan pada Survei Pendahuluan
dan pengujian terbatas pada evaluasi SPM selanjutnya
didalami dengan melakukan audit lebih lanjut untuk
memperoleh pembuktian suatu kondisi tertentu yang
memang terjadi dan mengembangkannya hingga memperoleh
atribut temuan secara lengkap. Dalam pengembangan
temuan akan dilengkapi dengan seberapa luas paparan suatu
kondisi terjadi, seberapa sering, kapan, dimana, dan
seterusnya termasuk mengembangkan alternatif rekomendasi
pemecahan masalahnya.
- 38 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Kegiatan dalam pemeriksaan lanjutan juga meliputi:


a) Pengecekan terhadap seluruh rekomendasi dari temuan-
temuan yang dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) sebelumnya untuk memastikan sejauhmana
rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh auditee
sehingga memadai demi kelayakan simpulan;
b) Pengamatan dan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
kondisi tertentu atau temuan-temuan sementara dari
hasil survey pendahuluan dan pengujian Sistem
Pengendalian Manajemen (SPM) untuk memperoleh bukti
yang lebih handal;
c) Penilaian dan pengumpulan bukti tambahan, mencari
penyebabnya, akibatnya dan membahasnya dengan
auditee sehingga diperoleh keyakinan kondisi tersebut.

2) Pengembangan Temuan
Jika dalam pelaksanaan pemeriksaaan lanjutan masih
memerlukan pendalaman lebih seksama, dapat dilakukan
pengembangan temuan. Pengembangan temuan dilakukan
untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya mengenai
penyimpangan yang terjadi, sebab dan akibat penyimpangan
tersebut serta merumuskan rekomendasi yang diperlukan
dengan pertimbangan:
a) Disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat
kejadian, bukan pada saat dilakukan pemeriksaan;
b) Kompleksitas sifat dan besarnya jumlah serta nilai uang
dari program/kegiatan;
c) Perlunya dianalisis agar temuan yang diperoleh dapat
mengungkapkan kelemahan secara logis;
d) Harus lebih teliti dan lebih komprehensif, serta
berdasarkan bukti yang relevan, kompeten dan cukup
material sehingga dapat menjadi landasan bagi penarikan
kesimpulan dan penyajian rekomendasi yang jelas dan
tepat;
e) Kewenangan hukum, perlu dikemukakan dalam laporan
hasil pengawasan/pemeriksaan hal-hal sebagai berikut:
- 39 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(1) Kasus dimana peraturan perundang-undangan yang


berlaku tidak dilaksanakan sesuai dengan
maksudnya;
(2) Bila menurut pertimbangan pemeriksa, perlu
diadakan perubahan terhadap peraturan perundang-
undangan;
(3) Adanya pengeluaran-pengeluaran yang berlawanan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(4) Perlu adanya penyerahan hasil pemeriksaan kepada
pihak yang berwenang apabila ada indikasi tindak
pidana dan/atau korupsi yang dilakukan oleh
auditee.
f) Temuan harus terus dikembangkan selama temuan
tersebut ada artinya atau signifikan. Tetapi apabila
temuan tersebut kurang bermanfaat untuk
dikembangkan, maka sesuai dengan persetujuan
Penanggungjawab (Inspektur) pemeriksaan harus
dihentikan.
g) Mengenai hal ini hendaknya dikemukakan dalam Kertas
Kerja Pemeriksaan/Audit (KKP/KKA) yang mencerminkan
langkah-langkah kerja pemeriksaan yang ditempuh,
pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan
kesimpulan hasil pemeriksaan. Guna memperkecil
terjadinya kekeliruan dan kelalaian, informasi yang
diperoleh secara lisan harus dicatat secara cepat, tepat
dan cermat dalam KKA.

e. Pembahasan Hasil Pemeriksaan dengan Auditee


Hasil dari temuan-temuan yang diperoleh segera disampaikan
kepada auditee untuk didiskusikan antara auditor dengan auditee
sehingga memperoleh kesepahaman kedua belah pihak terhadap
temuan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk:
1) Mengklarifikasi dan mengkonfirmasi hasil pemeriksaan;
2) Menyampaikan saran/rekomendasi yang berkaitan dengan
adanya kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan
program/kegiatan;
3) Memutakhirkan hasil pemeriksaan;
- 40 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

4) Objektifitas dan transparansi pembuatan laporan hasil


pemeriksaan.

f. Penyusunan Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP)


1) Merupakan laporan awal dari seluruh hasil pemeriksaan yang
materinya diambil dari KKA disusun berupa naskah kertas
kerja pemeriksaan yang ditandatangani oleh Ketua Tim;
2) NHP memuat temuan-temuan positif yang menonjol (secara
umum) dan temuan-temuan negatif serta temuan yang
bersifat strategis yang perlu diketahui Pimpinan auditee dan
perlu segera ditindaklanjuti;
3) NHP disampaikan oleh Ketua Tim kepada auditee dengan
tembusan atasan langsung auditee;
4) NHP tersebut menjadi bahan ekspose kepada Pimpinan
auditee atau yang mewakilinya.

g. Ekspose
1) Tim Audit melakukan ekspose pada akhir pelaksanaan kerja
dihadapan Pimpinan auditee atau yang mewakili untuk
menyampaikan temuan-temuan yang diperoleh.
2) Pada saat ekspose, Pimpinan auditee atau yang mewakili
dapat memberikan tanggapan atas temuan-temuan tersebut
secara tertulis.
3) Selanjutnya Tim Pemeriksa membuat Laporan Hasil
Pemeriksaaan (LHP).

h. Tanggapan
Auditee akan menyampaikan jawaban kepada Inspektorat atas
temuan-temuan yang dituangkan dalam NHP dan ekspose pada
tahap akhir pelaksanaan pemeriksaan.
1) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan tidak ditanggapi,
auditee dianggap menyetujui temuan-temuan;
2) Tanggapan dilengkapi dengan dokumen pendukung;
3) Tanggapan ditandatangani oleh Pimpinan Unit Kerja.
- 41 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

C. PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN/AUDIT

Berdasarkan hasil pelaksanaan audit sebelumnya, informasi


yang dibutuhkan oleh auditee dan berbagai fihak yang berkepentingan
disampaikan dalam suatu Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), yang
merupakan media pertanggungjawaban pelaksanaan pemeriksaan.

LHP memuat informasi keberhasilan dan kelemahan dalam


pelaksanaan program/kegiatan pada auditee sebagai temuan dan
rekomendasi yang merupakan dasar bagi berbagai fihak untuk
melakukan tindak lanjut sesuai dengan kewenangannya yang
kemudian akan digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi, dalam pelaksanaan program/kegiatannya.

1. LHP harus memenuhi Standar Audit APIP, sebagai berikut:


a. Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan
daripada kritik dan mengungkapkan masalah-masalah yang
ditentukan dan belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya
audit;
b. Mengemukakan pengakuan atas suatu prestasi keberhasilan
atau suatu tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan,
terutama jika perbaikan itu dapat diterapkan di unit kerja lain;
c. Mengemukakan penjelasan pejabat auditee mengenai hasil audit;
d. Menyatakan informasi penting, yang tidak dimuat karena
dianggap rahasia atau harus diperlakukan secara khusus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
e. Laporan Audit harus dinyatakan bahwa audit telah dilaksanakan
sesuai dengan Standar APIP;
f. Laporan Audit harus dibuat secara tertulis segera setelah
berakhirnya pelaksanaan audit.

2. Proses Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)


a. Pembahasan hasil Ekspose oleh Tim
1) Setiap Anggota Tim menyampaikan kesimpulan sebagai hasil
pemeriksaan kepada Ketua Tim;
2) Ketua Tim bersama anggota Tim membahas temuan-temuan;
3) Ketua Tim bersama anggota Tim menyusun draft laporan
b. Penyusunan Laporan
- 42 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

1) Ketua Tim menyampaikan draft laporan kepada


Penanggungjawab/ Inspektur;
2) Penanggungjawab/Inspektur bersama Tim membahas draft
laporan;
3) Penanggungjawab/Inspektur, Pengendali Teknis dan Ketua
Tim, menyusun LHP sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan fungsi dan tugas Inspektorat;
c. LHP harus didistribusikan hanya kepada yang berwenang,
disampaikan kepada:
1) Pimpinan Auditee
2) Kepala ANRI dengan melampirkan surat penyampaian LHP,
10 (sepuluh) hari kerja setelah pelaksanaan pemeriksaan
berakhir;
3) Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi;
4) Deputi Bidang POLSOSKAM Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) sebagai bahan Tindak Lanjut yang
akan disampaikan kepada Presiden;
5) Auditor Utama III BPK RI.

3. Bentuk dan Isi Muatan Materi LHP


a. Bentuk: Kulit depan laporan memuat:
1) Nama unit pengawas dan Tim Audit;
2) Nomor dan tanggal laporan;
3) Judul laporan, dibuat sesuai dengan Program/kegiatan
audit yang dilaksanakan pada auditee.
b. Muatan:
1) BAB I: Simpulan dan Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
a) Simpulan memuat:
(1) Tindak lanjut hasil temuan yang
direkomendasi/disarankan oleh aparat pengawasan
fungsional sebelumnya (kalau sudah pernah dilakukan
pemeriksaan sebelumnya)
(2) Hasil pemeriksaan yang sedang berjalan/dilakukan ,
meliputi:
(a) Kesimpulan dari temuan;
- 43 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(b) Tanggapan pejabat/pimpinan auditee dan/atau


pihak ketiga yang terlibat;
(c) Penilaian Tim atas tanggapan auditee sehingga
memperoleh kesepakatan terhadap kesimpulan
hasil pengawasan/pemeriksaan;
(d) Saran/rekomendasi terhadap auditee yang terkait
dengan pelaksanaan tindak lanjut;
(e) Pada setiap temuan diberi kode temuan dan
petunjuk nomor halaman dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan.
b) Rekomendasi: Berisi saran perbaikan/tindak lanjut yang
harus dilakukan oleh auditee atas hasil pemeriksaan.
c) Tanda tangan penanggung jawab pemeriksaan.

2) BAB II: Uraian Hasil Pemeriksaan berisi:


a) Pendahuluan, harus memuat isi sebagai berikut :
(1) Landasan pemeriksaan;

(2) Sifat pemeriksaan;

(3) Prinsip pemeriksaan, meliputi;

(a) Ketaatan;
(b) Efisiensi dan kehematan;
(c) Efektifitas pencapaian program/tujuan.
b) Tujuan Pemeriksaan:
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk memperoleh keyakinan
yang memadai dalam pemeriksaan secara efisien,
ekonomis, dan efektif serta taat terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang
ditetapkan. Disamping itu juga menilai dan meneliti tindak
lanjut hasil pengawasan/pemeriksaan sebelumnya, baik
yang dilakukan oleh Inspektorat maupun aparat
pengawasan fungsional lainnya.
c) Informasi tentang auditee meliputi:
(1) Tujuan dan sasaran program/kegiatan;
(2) Susunan Organisasi dan kepegawaian;
(3) Sistem pengendalian manajemen;
- 44 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(4) Tindak Lanjut LHP.

d) Uraian Temuan Hasil Pemeriksaan


(1) Temuan hasil yang bersifat positif disajikan sebagai
pernyataan dan pengakuan atas prestasi keberhasilan
atau suatu tindakan yang baik terhadap pelaksanaan
program/kegiatan oleh auditee;
(2) Temuan hasil yang bersifat negatif disajikan secara
berurutan berdasarkan atribut/ciri temuan sebagai
berikut:
(a) Kondisi (memaparkan apa adanya dalam
pelaksanaan);
(b) Kriteria (ketentuan yang merupakan patokan/dasar
dari pelaksanaan);
(c) Akibat penyimpangan;
(d) Sebab-sebab penyimpangan;
(e) Tanggapan Pimpinan auditee/Satuan
Kerja/Pimpinan Proyek;
(f) Penilaian Tim atas tanggapan auditee terhadap
kesimpulan hasil Pemeriksaan yang memuat
saran/rekomendasi;
(g) Atribut-atribut temuan disusun dalam suatu
rangkaian kalimat;
(h) Temuan harus disajikan secara jelas;
(i) Setiap temuan harus dibuat judul temuan dan kode
temuan;
(3) Rekomendasi
Merupakan saran yang ditujukan kepada auditee dalam
LHP yang wajib dilakukan perbaikan/penyempurnaan
dalam pelaksanaan program/kegiatan yang akan datang
agar lebih efektif, efisien dan ekonomis, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan
atas rekomendasi berupa saran tersebut wajib dipantau
oleh Inspektorat.

3) Lampiran-lampiran yang dianggap perlu sebagai pendukung


Pelaksanaan Audit.
- 45 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

D. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


(TLLHP)

1. Tujuan Tindak Lanjut adalah untuk:


a. Memastikan bahwa rekomendasi Inspektorat dan/atau aparat
pengawasan fungsional lainnya telah dilaksanakan secara
memadai dan tepat waktu;
b. Mengetahui perkembangan tindak lanjut (TL) atas
saran/rekomendasi yang terdapat dalam LHP.

2. Tata Cara Tindak Lanjut


a. Pelaksanaan TLLHP dilakukan oleh auditee dan/atau pejabat
tertentu sesuai dengan saran/rekomendasi yang disampaikan
oleh Inspektorat dalam LHP;
b. Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan TL tersebut,
berkewajiban melaporkan dan menyerahkan bukti TL kepada
Inspektorat dan juga melaporkan perkembangannya secara
berjenjang kepada atasannya dan/atau pimpinan auditee;
c. Suatu TL dinyatakan sah jika telah dilakukan klarifikasi dengan
Inspektorat dan mendapat penetapan status TL yang dituangkan
dalam suatu bukti tertulis berupa risalah TL yang
ditandatangani oleh Inspektur dan Pimpinan auditee;
d. Penetapan status TL dilakukan melalui forum Rapat
Pembahasan Tindak Lanjut (RPTL) antara Inspektorat dan
Pimpinan auditee serta Tim yang ditunjuk;
e. Untuk pelaksanaan tindak lanjut yang mengandung Tuntutan
Ganti Rugi kepada Negara maka Inspektorat wajib untuk
menindak lanjuti dengan:
Segera menyusun Forum RPTL/Tim Penyelesaian TGR secara
internal yang ditunjuk, dipimpin oleh Inspektur (terdiri dari
unsur auditor, Bagian Keuangan, Bagian Perlengkapan dan
Rumah Tangga, Bendahara Pengeluaran, Bagian Hukum dan
Perundang-undangan, serta Bagian Kepegawaian sedangkan dari
auditee adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program/kegiatan dimaksud. Tim ini bertugas
untuk:
(1) Melakukan Reviu LHP pada kasus yang bersangkutan;
- 46 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

(2) Melakukan konfirmasi dan penegasan pegawai yang terlibat


dalam kasus sebagaimana tercantum dalam LHP;
(3) Membuat Berita Acara pemeriksaan serta kesanggupan
pegawai yang bersangkutan untuk mengembalikan TGR
kepada negara;
(4) Membuat surat penetapan pegawai yang bertanggung jawab
untuk pengembalian TGR sebagaimana tercantum dalam
LHP;
(5) Melakukan monitoring pelaksanaan pembayaran TGR;
(6) Mengambil langkah-langkah apabila sesuai dengan kondisi
dan situasi yang berkembang TGR tersebut tidak dapat
dikembalikan.
f. Melakukan Pemantauan TL untuk mendapatkan informasi
tentang realisasi TLHP dan permintaan bukti pelaksanaannya.
Pemantauan ini untuk mendorong efektivitas pelaksanaan TL.
g. Melaporkan/mengkomunikasikan kepada atasan sehingga dapat
diketahui sejauh mana perkembangan pelaksanaan tindak
lanjut tersebut, dengan menyebutkan TL apa saja yang telah
direalisir dan yang belum direalisir.
h. Hasil Pemantauan terhadap realisasi tindak lanjut dapat
diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) jenis usulan, yaitu:
1) Selesai; apabila TL telah direalisir secara memadai oleh obyek
yang diperiksa dengan melampirkan bukti pelaksanaan tindak
lanjut.
2) Belum selesai; apabila TL masih dalam proses dilaksanakan
atau sebagian telah ditindaklanjuti, sedangkan yang lainnya
masih dalam pelaksanaan oleh auditee dengan melampirkan
bukti yang sudah dilakukan.
3) Belum ditindaklanjuti; apabila TL seluruhnya belum
dilaksanakan.

3. Prosedur Tindak Lanjut (TL)


a. Surat pemberitahuan pelaksanaan TL dapat diterima Inspektorat
ANRI paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah LHP
disampaikan kepada auditee;
- 47 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

b. Jika setelah 30 (tiga puluh) hari kerja Inspektorat ANRI belum


menerima hasil pelaksanaan TL, Inspektorat wajib
mengkonsultasikan serta memberikan bimbingan untuk mencari
jalan keluar yang terbaik;
c. Apabila setelah 5 (lima) hari kerja TL tetap belum ditindaklanjuti
maka Inspektorat ANRI menanyakan melalui surat dengan
tembusan kepada atasan langsung yang bersangkutan dengan
diberi batas waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak surat
disampaikan;
d. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja TL belum juga
dilaksanakan, maka Inspektorat melaporkan kepada Kepala
ANRI tentang status temuan dimaksud untuk selanjutnya
diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- 48 -

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB VI

PENUTUP

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dan clean


governance di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia perlu
dilaksanakan pengawasan intern sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan standar akuntansi pemerintah.
Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Arsip Nasional
Republik Indonesia berdasarkan peraturan ini, diharapkan unit yang
melaksanakan pengawasan mampu melaksanakan secara efektif dan
efisien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd

M. ASICHIN

Anda mungkin juga menyukai