Anda di halaman 1dari 3

MAHASISWA DAN PENANGGULANGAN BENCANA

Oleh: Muh. Alfatri

Jika anda sebagai seorang mahasiswa mendengar kata bencana, mungkin yang
terbayang adalah sebuah kesialan, kerusakan, pengungsi, korban, relawan, dan
sebagainya. Namun, ada satu hal yang juga terkait dengan kata bencana, yaitu bantuan.
Semua masyarakat dari berbagai lapisan turut andil memberikan bantuan kepada para
korban. Pemerintah dan NGO (Non-Government Organization) juga saling
berkoordinasi dalam mengatur bantuan-bantuan tersebut. Tak hanya bantuan dari
dalam negeri namun juga bantuan dari masyarakat internasional juga tak sedikit.
Jika berkaca pada peristiwa tsunami Aceh Desember 2004 silam. Sangat banyak
bantuan yang datang bagi para korban tsunami. Tak hanya bantuan dari dalam negeri
namun juga bantuan dari pihak asing sangat banyak saat itu. Hal ini memperlihatkan
bahwa masih sangat banyak masyarakat dunia yang peduli terhadap masalah
kemanusiaan seperti korban bencana. Dukungan dan simpati datang dari berbagai
kalangan. Pemimpin negara-negara di dunia, para seniman papan atas, para tokoh
berpengaruh, dan berbagai kalangan lainnya, bersatu dan turut berbela sungkawa atas
bencana yang terjadi di Aceh.
Berbagai negara saling menggenggam tangan dan membantu Indonesia yang
sedang berduka saat itu. Namun, ada hal yang tidak disadari dari peristiwa tersebut.
Bukankah saat itu, negara kita sedang lemah dan rawan akan penyerangan negara lain.
Ucapan bela sungkawa, ribuan bantuan, ratusan ahli yang dikirim ke daerah bencana,
sebenarnya tidaklah sesederhana itu. Mungkin ada maksud lain yang tersembunyi di
balik simpati tersebut. Tidak bermaksud untuk berpikiran negatif terhadap simpati
yang diberikan dunia, namun kita harus sadar bahwa pada saat terjadi bencana di
Indonesia, maka sesungguhnya saat itulah pertahanan sebuah negara yang berdaulat
sedang lemah.
Pemikiran seperti ini yang masih awam di benak masyarakat Indonesia. Silau
akan bantuan pihak asing telah membutakan mata masyarakat kita akan kemungkinan
adanya maksud lain yang tersembunyi. Korban bencana tentunya tidak akan terlalu
memikirkan hal itu, karena di benak mereka urusan pangan, sandang dan papan jauh
lebih penting dibandingkan mengetahui siapa yang memberi atau apa arti dari
pemberian tersebut. Maka dari itu, pemerintah, NGO, dan Mahasiswa yang harusnya
mennyaring bantuan asing yang datang. Lalu muncul pertanyaan mengapa mahasiswa
juga harus ikut menyaring. Tentu karena mahasiswa merupakan ujung tombak dari
bidang akademisi yang semestinya dapat berpikir kritis dalam menghadapi masalah
kebencanaan yang terjadi di Nusantara.
Mahasiswa pasti akan sanggup untuk melihat hal yang tidak terlihat oleh
pandangan masyarakat awam terhadap simpati pihak asing tersebut. Mahasiswa yang
sadar akan adanya hubungan yang solid antara peristiwa bencana dan pertahanan
negara tentu akan berupaya sekuat tenaga dan menggunakan segala kemampuannya
dalam menghadapi peristiwa bencana tersebut. Mereka juga merupakan pelopor
dalam usaha bela negara agar kedaulatan Indonesia tetap terjaga walau dalam kondisi
yang masih berduka atau lemah sekalipun.
Mahasiwa juga dituntut dalam proses penanggulangan bencana. Mahasiswa pada
saat terjadi suatu bencana diharapkan dapat turun langsung ke daerah bencana sebagai
relawan sekaligus melakukan pengamatan tentang penyaluran bantuan termasuk
bantuan pihak asing. Setelah masa tanggap darurat selesai, mahasiwa dapat
berkontribusi dalam upaya rehabilitasi masyarakat di daerah yang terkena dampak
bencana. Mahasiswa juga bisa memberikan sumbangsih mereka dalam bentuk riset
ataupun penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah dan
NGO dalam upaya mitigasi bencana.
Itulah beberapa peran mahasiswa dalam upaya penanggulangan bencana. Mereka
adalah pilar akademisi yang seharusnya dapat berpikir kritis dalam upaya
penanggulangan bencana. Mereka adalah penghubung masyarakat, pemerintah, dan
NGO yang tidak terikat namun vital keberadaannya. Mahasiswa sudah semestinya
paham terhadap masalah kebencanaan, utamanya terkait masalah pertahanan negara.
Jika mahasiswa tidak menyadari hal tersebut, maka tentu akan sulit bagi masyarakat
awam untuk dapat melihat keterkaitan antara pertahanan negara dan peristiwa
bencana. Sudah saatnya bagi masyarakat untuk menyadari bahwa kedaulatan negara
sedang terancam ketika peristiwa bencana mengguncang di wilayah NKRI ini.

REFERENSI:

Nugroho Arif Prabowo. 2010. Menjadikan Mahasiswa sebagai Pionir


Penanggulangan Bencana. Dalam
http://oxfamblogs.org/indonesia/menjadikan-mahasiswa-sebagai-pionir-penanggula
ngan-bencana.html Diakses pada 23 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai