Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS


SITOHISTOTEKNOLOGI

Dosen Pengampu : dr. Raudatul Janah

Disusun oleh :
1. ILFA ALFIANI ILFISYAR (G0C215001)
2. LIA AYU NUR AINI (G0C215006)
3. AKRIM RAHMANI HASAN (G0C215011)
4.WIDIANTO RAMADHAN (G0C215019)
5. YULI SETIYANI (G0C215024)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


D3 ANALIS KESEHATAN JALUR KHUSUS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017

i
MAKALAH
REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS
SITOHISTOTEKNOLOGI

Dosen Pengampu : dr. Raudatul Janah

Disusun oleh :
1. ILFA ALFIANI ILFISYAR (G0C215001)
2. LIA AYU NUR AINI (G0C215006)
3. AKRIM RAHMANI HASAN (G0C215011)
4.WIDIANTO RAMADHAN (G0C215019)
5. YULI SETIYANI (G0C215024)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


D3 ANALIS KESEHATAN JALUR KHUSUS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017

i
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Reaksi Tubuh terhadap Jejas. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sitohistoteknologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Raudatul Janah selaku dosen
pengampu mata kuliah sitohistoteknologi. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut
membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat
membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 27 Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ................................................................................................. i


PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1-2
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jejas Sel ........................................................................................... 3
B. Jenis-jenis Jejas Sel ........................................................................................... 3-5
C. Adaptasi sel terhadap pertumbuhan dan differensiasi....................................... 6-7

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam
arti biologis. Semua fungsi kehidupan berlangsung dan di atur oleh sel. Karena itu,
sel dapat berfungsi secara otonom asalkan seluruh kebutuhan sel terpenuhi. Di
dalam tubuh terdapat berbagai jenis-jenis sel dengan fungsinya masing-masing,
semua sel sampai taraf tertentu, mempunyai gaya hidup dan unsur struktural
serupa. Sel terdiri atas nukleus, sitoplasma, mitokondria, lisosom, membran sel,
RE, dan badan golgi yang semuanya itu mempunyai fungsinya masing-masing.
Sel memiliki umur yang berbeda-beda tergantung dari seberapa cepat sel itu
berregenerasi.
Sel dapat mengalami kematian dan kerusakan oleh berbagai faktor, salah satunya
ialah defisiensi oksigen atau bahan makanan kritis lain, karena tanpa oksigen
berbagai aktifitas pemeliharaan dan sintesis dari sel berhenti dengan cepat. Ketika
terpapar oleh sesuatu ( sebuah aksi) dari luar, maka sel tubuh akan mengalami
jejas atau injury dan akan melakukan proses reaksi. Aksi dapat menimbulkan
adanya kerusakan sel, sehingga tubuh melawan proses kerusakan sel tersebut
dengan melakukan adaptasi sel.
Jika sebuah stimulus diberikan kepada sel yang dapat menimbulkan cedera, maka
efek pertama yang paling penting adalah apa yang dinamakan dengan kerusakan
biokimiawi. Perubahan perubahan biokimiawi akan terlihat pada sel yang
mengalami cedera. Kelainan yang paling sering terjadi merupakan efek kedua atau
ketiga dari pada kerusakan biokimiawi primer. Apabila terjadi banyak cedera, sel
memiliki cadangan yang cukup untuk bekerja tanpa gangguan fungsi yang berarti.
Akibat adanya cedera sel, tidak selalu mengalami gangguan fungsi akan tetapi
dapat pula terjadi gangguan mekanisme adaptasi sel terhadap suatu gangguan.
Misalnya, suatu reaksi yang dapat di jumpai pada sebuah sel otot yang di
tempatkan dibawah ketegangan abnormal adalah kekuatan dengan pembesaran,
yang disebut dengan hipertrofi.
Keruskan sel merupakan kondisi dimana sel sudah tidak dapat melakukan fungsi
fungsinya dengan optimal dikarenakan adanya faktor-faktor seperti defisiensi
oksigen atau bahan makanan yang dibutuhkan oleh sel untuk berregenerasi sel
1
kurang. Sehingga fungsi- fungsi dari sel itu sendiri akan mengalami penurunan
atau bahkan dapat menyebabkan terjadinya kematian sel.

B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian jejas sel ?
2. Apa saja jenis jenis jejas sel ?
3. Bagaimana proses adaptasi pada sel ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian jejas sel.
2. Mengetahui jenis jejas jejas sel.
3. Menjelaskan proses adaptasi pada sel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jejas sel

Jejas sel (cedera sel) merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjdinya jejas sel, diantaranya kekurangan oksigen, kekuranagn nutrisi /
malnutrisi, infeksi sel, reaksi imun yang ambnormal / reaksi imunologi, faktor fisik ( suhu,
radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan), bahan kimia, defect genetik serta penuaan.

B. Jenis jenis jejas sel


Akibat terjadinya jejas sel menimbulkan terjadinya perubahan dalam sel maupun
jaringan yang ter jejas, berdasarkan tingkat kerusakanya jejas ini di golongkan ke dalam dua
golongan utama , yaitu:
1). Jejas reversibel ( degenerasi sel ) yakni jejas yang dapat menimbulkan kelompok sel yang
bersifat dapat kembali seperti semula. Misalnya, degenerasi dan infiltrasi.
Macam macam degenerasi :
a). Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel merupakan manifestasi awal dari jejas sel, bila pembengkakan sudah
mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor,
dan berat organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karenajejas sel yang semakin
berat akan tampak vakuola vakuola kecil dan terlihat dalam sitoplasma, hal ini
mengakibatkan sitoplasma tampak keruh. Contoh: post mortem, penyakit tertentu (
pyelonefritis)
b). Degenerasi Hidrofilik ( Degenerasi Vakuolar)
Merupakan cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak, hal ini terjadi
dikarenakan adanya penimbunan intraseluler yang lebih parah jika dibandingkan dengan
degenerasi albumin. Sel akan tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air di
dalam sitoplasmanya, sitoplasmanya terlihat pucat, inti tetap ada di tengah, pada keadaan
ekstrem sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel akan semakin membesar (
Balloning Degeneration) sering di temukan pada sel epidermal yang terinfeksi
ephiteliotropic virus, seperti pada pox virus. Contoh: penyakit ginjal dan molahidatidosa

3
c). Degenerasi Lemak
Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan menggambarkan adanya penimbunan
abnormal trigliseid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar
karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selian jantung dan ginjal.
Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak tidak menyebabkan gangguan fungsi sel tetapi
jika terjadi penimbunan lemak berlebih, terjadi perubahan perlemakan yang dapat
menyebabkan nekrosis.
d). Degenerasi Hyalin
Istilah hyalin digunakan untuk istilah deskriptif histologik dan bukan merupakan tanda
adanya jejas sel. Umumnya perubahan dalam hyalin merupakan perubahan dalam sel atau
rongga ekstrseluler yang memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah
muda pada perwarnaan hematoksilin eosin. Contoh degenerasi hyalin pada myoma uteri.
e). Degenerasi karbohidrat dan protein
Mukus adalah substansi komplek yang cerah, berlendir dan kental dengan komposisi yang
bermacam macam dan pada keadaan normal di sekresi oleh sel epitel serta dapat pula
sebagi bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu. Musin dapat di jumpai di dalam
sel, musin dapat mendesak ini ketepi sehingga sel akan menyerupai cincin yang
dimanakan signet ring cell.
2). Jejas Ireversibel
Jejas Ireversibel ( kematian sel) merupakan reaksi sel akibat terjadinya jejas sel, jejas
ireversibel ini tidak dapat kembali normal karena terjadinya kematian sel. Jejas ireversibel
dibagi menjadi dua bagian yaitu nekrosis dan apotosis.
a). Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
akibat adanya trauma, dimana kematian sel itu terjadi secara tidak terkontrol dan dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respin peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terjadi terlalu berat serta
berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaftif sel akan menyebabkan kematian sel,
dimana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang
mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim enzim lisis yang melarutkan
berbagai unsur sel serta timbulnya reaksi peradangan. Leukosit akan membantu mencerna
sel sel yang mati dan selanjutnya akan terjadi perubahan perubahan secara morfologis,

4
Jenis jenis Nekrosis :
Nekrosis coagulativ : biasanya terjadi pada hipoksia lingkunagan seperti infark
dan gumma
Liquefactive nekrosis : biasanya berhubungan dengan keruskan seluler dan nanah,
khas pada infeksi bakteri dan jamur.
Nekrosis lemak : merupakan hasil dari tindakan lipase pada jarngan lemak
misalnya pada pankreatitis akut dan payudara nekrosis jaringan.
Nikrosis kaseosa : merupakan bentuk spesifik dari nekrosis koagulasi biasanya di
sebabkanoleh mycrobacteri, jamur dan zat lain. Contoh : TBC
Nekrosis fibrinoid : disebabkan oleh kekebalan yang di perantarai oleh vaskular
kerusakan, seperti pyelonefritis
Nekrosis Gangrenosa : biasnya di sertai oleh bacteri dan pembusukan jaringan.
Dibagi menjadi gangren basah, gangren kering dan penyakit gas gangren.
Penyebab terjadinya nekrosis :
1. Iskhemi : terjadi karena perbekalan oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh
terputus, yang mengaibatkan sumbatan aliran darah sehingga menimbulkan infark
(kematian jaringan)
2. Agen biologik : toksin yang ada pada bakteri, virus maupun parasit dapat
mengakibatkan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan trombosis.
3. Agen kimia : konsentrasi zat kimia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
nekrosis akibat gangguan keseimbangan osmotik sel.
4. Agen fisik : kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma
akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingg timbul kekacauan tata kimia potoplasma
dan inti.
5. Hipersensitivitas : hipersensitivitas jaringan dapat timbul secara sepontan dan
menyebabkan reaksi imunologik.

b). Apoptosis
kematian sel dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah
terprogram, dimana sel setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
Sel akan menghancurkan dirinya sendiri, akan tetapi apoptosis dapat pula di picu
oleh keadan iskemia.

5
C. Adaptasi sel terhadap pertumbuhan dan diferensiasi
Atrofi
Atrofi adalah perubahan ukuran sel dari ukuran normal menjadi lebih kecil akibat
dari berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel menjadi
lebih kecil. Sel yang mengalami atrofi akan mengalami penurunan fungsi sel
tetapi tidak menyebabkan kematian sel. Atrofi disebabkan oleh berkurangnya
beban kerja, hilangnay inervasi saraf, berkurangnya vaskularisasi, nutrisi yag
tidak adekuat, hilangnya stimulus endrokrin dan penuaan. Atrofi dibagi menjadi
atrofi fisiologik ( proses normal ) dan atrofi patologik ( di sebabkan adanya
gangguan dalam tubuh)
Hipertrofi
Hipertrofi merupakan pembesaran ukuran sel sehingga memperbesar jaringan atau
organ yang tersusun dari sel tersebut. Bertambah besar nya sel bukan karena
penambahan cairan intraseluler seperti degenerasi albumin, melainkan karena
sintesis komponen atau struktur sel bertambah.
Hipertrofi dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu hipertrofi fisiologis dan
patologik. Hipertrofi fisiologis contohnya pada hipertrofi otot rangka pada
binaragawan. Hipertrofi patologik di sebabkan oleh adanya keadaan patologik
seperti pada penderita hipertensi dan stenosis mitralis atau stenisis aorta
sehingga otot jantung menjadi lebih besar.
Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan sementara dari sel dewasa menjadi sel dewasa yang
lain. Metaplasia dapat dikelompokan menjasi metaplasia epitelial dan jaringan
ikat.
Metaplasia epitelial sering terjadi pada sel epitel kolumnar yang berubah menjadi sel
epitel skuamosa. Bila iritasi yang menyebabkan proses metaplasia terus
berlangsung, hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi suatu keganasan
dari sel metaplastik. Bentuk sel keganasan dari sel epitel skuamosa di sebut
dengan karsinoma.
Metaplasia jaringan ikat terjadi pada sel mesenkim. Contohnya pada sel fibroblas
yang memiliki kapasitas pluripoten dan dapat berubah menjadi sel osteoblas atau
kondroblas sehingga membentuk tulang atau kartilago di tempat yang tidak
seharusnya.

6
Displasia
Displasia merupakan bentuk hiperplasia dengan perubahan proliferasi abnormal,
menyimpang, tidak beraturan, kacau dan ireguler. Displasia terjadi sebenarnya
bukan karena sebuah reaksi adaptasi terhadaap jejas tetapi merupakan
deferensiasi abnormal yang menyimpangmeskipun proses terjadinya bisa
merupakan reaksi terhadap iritasi kronik.
Displasi ini masih bersifat reversibel, yang terbagi menjadi displasi ringan, sedang
dan berat. Adanya reaksi displasi ini merupakan salah satu penanda akan pre
kanker.

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Degenerasi sel atau kemunduran sel merupakan kelainan sel yang terjadi
akibat adanya cedera ringan. Kerusakan ini bersifat reversibel yang artinya dapat
diperbaiki ke keadaan awal apabila penyebabnya segera di hilangkan. Apabila tidak
dihilangkan maka kerusakan akan bertambah berat hingga meningkat menjadi
kerusakan ireversibel serta dapat terjainya kematian sel.
Penyebab degenerasi sel sangatlah beragam mulai dari kekurangan oksigen, kekurangan
utrisi, infeksi sel, respon imun yang abnormal, faktor fisik, kimia defect genetik serta
akibat penuaan.
Sel melakukan adaptasi terhadap pertumbuhan dan diferensiasi diantaranya dengan
melakukan reaksi atrofi, hipertrofi, metaplasia, dan displasia.

B. Saran
Degenerasi dan nekrosis merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat
dari adanya kerusakan sel akut atau trauma, dimana kerusakan sel tersebut terjadi
secara tidak terkontrol. Oleh sebab itu kita sangat perlu memperhatikan makanan yang
akan kita konsumsi , menjaga aktivitas fisik dan selalu mengutamakan perilaku hidup
sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala gejala degenerasi dan nekrosis yang
dapat merusak sel dan dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

8
DAFRAT PUSTAKA
https://www.slideshare.net/yaneryeverson/tugas-patologi-final-kel
https://www.slideshare.net/andrynatanel96/patologi-ppt
https://www.academia.edu/9466021/Patologi_anatomi
https://ekosupriyathttps://www.academia.edu/9466021/
Patologi_anatomiiningsih.wordpress.com/2011/06/27/adaptasi-sel/

Anda mungkin juga menyukai