Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1 Data Demografi


Keluarga binaan bertempat tinggal di tempek Tiangan dan tempek Mayungan,
desa Pengejaran, kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Desa Pengejaran masuk
dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas Kintamani IV. Desa Pengejaran memiliki
kepala keluarga (KK) sekitar 203 KK yang sebagian besar bekerja sebagai
petani/pekebun.

1.1.1 Keluarga I Nyoman Lendra


Keluarga bapak I Nyoman Lendra bertempat tinggal di tempek Mayungan, desa
Pengejaran, kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Bapak I Nyoman Lendra
merupakan duda dari almarhum ibu Ni Nyoman Renti. Saat ini bapak I Nyoman
Lendra sebagai kepala keluarga (KK) dengan anggota keluarga yang terdiri dari dua
orang anak perempuan. Bapak I Nyoman Lendra merupakan tulang punggung
tunggal dalam keluarga ini.

Tabel 1. Susunan Keluarga I Nyoman Lendra

Jenis
No. Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin
Cerai
1. I Nyoman Lendra 72 tahun Laki-laki Tamat SD Pekebun
mati
Belum Tidak Belum
2. Ni Wayan Ami 44 tahun Perempuan
kawin sekolah bekerja
Belum Tidak Belum
3. Ni Nyoman Sumadi 40 tahun Perempuan
kawin sekolah bekerja

1
Gambar 1. Silsilah keluarga I Nyoman Lendra

1 2

3 4

Keterangan:

Laki-laki
1. I Nyoman Lendra : kepala keluarga
2. Ni Nyoman Renti : istri (almarhumah)
Perempuan
3. Ni Wayan Ami : anak pertama
4. Ni Nyoman Sumadi : anak kedua Meninggal

1.1.2 Keluarga I Made Berata


Keluarga I Made Berata bertempat tinggal di tempek Tiangan, desa Pengejaran,
kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Bapak I Made Berata sebagai kepala
keluarga (KK) dengan anggota keluarga yang terdiri dari istri dan satu orang anak
laki-laki. Pengambilan keputusan dalam keluarga I Made Beraka sepenuhnya berada
pada tangan KK.

Tabel 2. Susunan keluarga I Made Berata

Jenis
No. Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin

1. I Made Berata Kawin 36 tahun Laki-laki SLTP Buruh/petani

2. Ni Nengah Sukawati Kawin 34 tahun Perempuan SLTP Buruh/petani

Belum
3. I Putu Aryana 17 tahun Laki-laki SLTP Pelajar
kawin

2
Gambar 2. Silsilah keluarga I Made Berata

1 2

Keterangan:

1. I Made Berata : kepala keluarga Laki-laki


2. Ni Nengah Sukawati : istri
3. I Putu Aryana : anak pertama Perempuan

Meninggal

1.2 Status Sosial Ekonomi


1.2.1 Keluarga I Nyoman Lendra
Keluarga I Nyoman Lendra merupakan salah satu keluarga yang termasuk
sebagai keluarga prasejahtera. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum
dapat memenuhi salah satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar dalam keluarga,
yaitu pengajaran agama, papan, sandang, pangan, dan kesehatan. Dalam keluarga
bapak I Nyoman Lendra, yang belum terpenuhi selain dalam bidang kesehatan,
diantaranya adalah kebutuhan papan dan pangan. Dimana kebutuhan papan dan
pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dalam keluarga.
Bapak I Nyoman Lendra merupakan tulang punggung tunggal dalam
keluarga, sehingga kebutuhan ekonomi sepenuhnya dibebankan pada bapak I
Nyoman Lendra. Sehari-hari bekerja sebagai pekebun kopi dan sayur, sedangkan
kedua anak perempuan anak bapak I Nyoman Lendra sepenuhnya di rumah.
Bapak I Nyoman Lendra sehari-hari berangkat untuk berkebun dari pagi
(pukul 08:00) hingga sore hari (pukul 19:00). Sehari-hari bapak I Nyoman Lendra
berkebun kopi. Adapun hasil rerata pendapatan yang didapatkan dikatakan tidak

3
menentu. Namun, kopi yang dapat terjual dalam sekali panen, yaitu sebesar 40-50
kg.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bapak I Nyoman Lendra juga
berkebun sayur yang merupakan salah satu sumber penghasilan sekaligus konsumsi
sehari-hari, sehingga dapat meminimalkan pengeluaran. Dikatakan bahwa untuk
makan sehari-hari cukup terbatas, dengan lauk seadanya.

1.2.2 Keluarga I Made Berata


Keluarga Bapak I Made Berata termasuk keluarga prasejahtera didasarkan pada
data dari Kantor Desa Pengejaran. Bapak I Made Berata bekerja sebagai buruh
bangunan dan petani dimana sistem kerjanya untuk saat ini adalah kerja harian.
Namun, jika Bapak I Made Berata bekerja secara harian upahnya rata-rata sebesar
Rp. 50.000/hari. Pendapatan beliau dikatakan tidak menentu apabila terjadi kendala
dalam masalah pengadaan bahan bangunan karena adanya pengaruh faktor cuaca
atau jumlah tenaga yang diperlukan sudah memenuhi jumlah/kuota. Jika
dijumlahkan maka rerata penghasilan bapak I Made Berata adalah sebesar Rp.
1.500.000 per bulan jika tidak terdapat hambatan.
Istri bapak I Made Berata , Ni Nengah Sukawati tidak hanya berperan sebagai
ibu rumah tangga namun juga ikut membantu sebagai buruh petani. Namun,
penghasilan yang diperoleh oleh ibu Ni Nengah Sukawati juga tidak menentu.
Sebagai keluarga dengan pekerjaan sebagai buruh tidak tetap, keluarga bapak I
Made Berata memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika
tidak dibutuhkan pekerja tambahan dari pihak pemilik kebun atau bangunan.

1.3 Rumusan Masalah Masing Masing Keluarga Binaan


1.3.1 Keluarga I Nyoman Lendra
Dari hasil kunjungan didapatkan, bapak I Nyoman Lendra tidak memiliki
masalah kesehatan yang cukup serius atau riwayat penyakit kronis berat yang
membutuhkan pengobatan lama ataupun dapat menimbulkan kecacatan. Namun,
anak kedua dari bapak I Wayan Lendra menderita penyakit rabun dekat yang
menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sedangkan

4
almarhum istri bapak I Nyoman Lendra, dikatakan telah meninggal dunia sejak
tujuh tahun yang lalu yang didiagnosis sebagai flu tulang.
Saat ini keluarga bapak I Nyoman Lendra belum memiliki asuransi kesehatan,
sehingga anak kedua beliau belum dilakukan pengobatan atau intervensi dari
penyakitnya tersebut.
Selain itu, dari hasil kunjungan mahasiswa juga mendapatkan, adanya
keterbatasan dalam kebersihan personal. Selama dilakukan kunjungan, bapak I
Nyoman Lendra tidak pernah menggunakan alas kaki saat melakukan aktivitas
sehingga rentan untuk menimbulkan penyakit. Juga dikatakan bahwa dalam
keluarga bapak I Nyoman Lendra belum menerapkan pola cuci tangan.
Sehingga, salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam keluarga ini yang
masih perlu untuk diberikan intervensi adalah terkait masalah kesehatan, khususnya
asuransi/jaminan kesehatan keluarga dan terkait perilaku hidup sehat dan bersih.

1.3.2 Keluarga Bapak I Made Berata


Dari hasil kunjungan, didapatkan bapak I Made Berata memiliki riwayat
penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan lama. Dikatakan telah
mengkonsumsi obat sejak lama dengan keluhan yang hilang timbul. Keluhan
tersebut terkadang mengganggu aktivitas bapak I Made Berata. Namun, bapak I
Made Berata sudah mengetahui tempat untuk mencari pengobatan pertama kali.
Sedangkan istri bapak I Made Berata, dikatakan tidak terdapat riwayat penyakit
kronis yang membutuhkan pengobatan lama. Anak bapak I Made Berata juga
dikatakan tidak memiliki masalah kesehatan ataupun riwayat penyakit yang
membutuhkan perhatian khusus.
Keluarga ini sudah memiliki asuransi kesehatan dan mengetahui tempat yang
akan dituju pertama kali saat membutuhkan pengobatan. Sehingga, sejauh ini yang
menjadi masalah dalam keluraga ini adalah kondisi kesehatan bapak I Made Berata
yang dapat mengganggu aktivitas jika keluhan tersebut muncul.

5
BAB II

KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga


2.1.1 Keluarga Bapak I Nyoman Lendra
No. Tanggal Kegiatan
1. 13 Agustus 2017 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 16 Agustus 2017 Identifikasi permasalahan dalam keluarga
(ekonomi, sosial, dan masalah kesehatan serta
perilaku hidup sehat)
3. 18 Agustus 2017 Diskusi mengenai permasalahan ekonomi dan
kesehatan
3. 20 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, dan perilaku hidup sehat
laiinya untuk menjaga kesehatan keluarga
bapak I Nyoman Lendra
4. 22 Agustus 2017 Perpisahan dengan keluarga bapak I Nyoman
Lendra disertai dengan pemberian sembako.

Partisipasi keluarga bapak I Nyoman Lendra saat dilakukan diskusi mengenai


berbagai permasalahan terutama masalah kesehatan cukup antusias. Hal tersebut dapat
terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, bapak I Nyoman Lendra mengajukan beberapa
pertanyaan.

6
2.1.2 Keluarga Bapak I Made Berata
No. Tanggal Kegiatan
1. 02 Agustus 2017 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 05 Agustus 2017 Identifikasi permasalahan dalam keluarga
(ekonomi, sosial, dan masalah kesehatan serta
perilaku hidup sehat)
3. 06 Agustus 2017 Diskusi mengenai permasalahan ekonomi dan
kesehatan
3. 08 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun.
4. 09 Agustus 2017 Perpisahan dengan keluarga Bapak I Made
Berata disertai dengan pemberian sembako.

Partisipasi keluarga Bapak I Made Berata saat dilakukan promosi kesehatan


cukup antusias. Keluarga Bapak I Made Berata menyimak pemaparan materi
penyuluhan mengenai PHBS dengan seksama dan menanyakan beberapa hal terkait
kondisi kesehatan beliau.

7
2.2 Hasil Pembinaan pada Keluarga Binaan
2.2.1 Keluarga I Nyoman Landra
Pembinaan kepada keluarga bapak I Nyoman Landra difokuskan pada promosi
kesehatan berupa manfaat serta alur kartu asuransi kesehatan dan PHBS. Mahasiswa
memberikan informasi persyaratan diperlukan untuk pembuatan kartu asuransi
kesehatan (saat ini dikenal dengan Kartu Indonesia Sehat) dan guna masa depan dari
kegunaan asuransi tersebut. Keluarga ini memiliki dengan pendidikan yang cukup
minim. Namun, informasi yang disampaikan oleh mahasiswa berhasil diterima
dengan baik. Kartu kesehatan ini juga disarankan, agar anak kedua bapak I Nyoman
Landra mendapatkan penanganan yang tepat sehingga dapat membantu tulang
punggung keluarga.
Promosi kesehatan berupa PHBS juga dapat diterima dengan baik oleh keluarga
bapak I Nyoman Landra. Para anggota keluarga sudah cukup memahami kesehatan
serta kebersihan diri dan memprioritaskan air bersih untuk keperluan memasak serta
air minum. Setelah diberikan edukasi pada keluarga binaan bapak I Nyoman Landra,
berusaha mencuci tangan dilakukan dengan menggunakan sabun, dan dilakukan
sebelum dan sesudah makan, setelah BAB/BAK, dan sebelum menyiapkan
makanan, serta menggunakan alas/pelindung kaki saat melakukan aktivitas di luar
rumah.

2.2.2 Keluarga I Made Berata


Selama kunjungan yang dilakukan pada kegiatan PPD, keluarga bapak I Made
Berata cukup kooperatif dalam diskusi dan promosi kesehatan. Promosi kesehatan
PHBS dilakukan pada semua anggota keluarga dan mendapatkan respon yang baik.
Selain itu, mahasiswa juga menjelaskan mengenai kondisi penyakit yang dihadapi
dan pencegahan komplikasi.

8
BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN

3.1 Latar Belakang Kasus


Identitas Pasien
Nama : I Made Berata
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh/petani
Riwayat keluarga : Ada

Data Keluarga

Jenis
No. Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin

1. I Made Berata Kawin 36 tahun Laki-laki SLTP Buruh/petani

2. Ni Nengah Sukawati Kawin 34 tahun Perempuan SLTP Buruh/petani

Belum
3. I Putu Aryana 17 tahun Laki-laki SLTP Pelajar
kawin

Riwayat Penyakit
Melalui autoanamnesis pasien memiliki keluhan nyeri pada sendi-sendi jari kaki
kanan sejak lama, sekitar tujuh tahun. Nyeri sendi dikatakan seperti ngilu, dan
dikatakan hilang timbul. Serangan nyeri dikatakan timbul sekitar sekali dalam
sebulan. namun membaik setelah minum obat selama beberapa hari. Selain keluhan
nyeri, pasien juga mengeluh terasa hangat pada daerah sendi ketika keluhan nyeri
tersebut muncul. Dikatakan kaki masih dapat digunakan untuk berjalan, namun
ketika serangan nyeri muncul pasien lebih memilih untuk istirahat.
.

9
Pasien diketahui menderita asam urat sejak lama dan telah mendapatkan
pengobatan dari puskesmas pembantu desa Pengejaran. Pasien meminum obat
hanya saat keluhan muncul.
Dikatakan tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama. Namun,
orang tua pasien dikatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Pasien tidak
memiliki riwayat rawat inap/masuk rumah sakit. Pasien merupakan seorang
perokok aktif.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus


1. Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
Keluarga bapak I Made Berata tinggal dalam satu rumah seluas 9x8 m2. Terdiri dari
tiga ruangan yaitu dua kamar istirahatsatu lagi dapur. Kamar mandi terletak
dibangunan yang terpisah. Dinding rumah keluarga bapak I Made Berata terbuat
dari batako, dengan lapisan semen dan dinding batako yang belum dicat. Lantai
rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan berdebu. Atap
rumah terbuat dari asbes.

Ruangan pertama adalah ruang keluarga dan sekaligus ruang tamu dengan barang
yang cukup padat dan tanpa kursi. Ventilasi ruangan yang cukup kecil sehingga
sirkulasi udara yang kurang memadai dengan kondisi barang yang cukup padat.

Kamar istirahat terdiri dari dua, masing-masing untuk bapak I Made Berata dan
anaknya. Masing-masing ruangan berukuran sekitar 3x2 m2, penerangan berasal dari
lampu pijar, pencahayaan dan sirkulasi terbatas. Untuk kamar mandi dan dapur,
berada pada bangunan berpisah yang merupakan kamar mandi dan dapur bersama
rumah orang tua yang masih berada dalam satu pekarangan.

2. Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan


Pendapatan keluarga bapak I Made Berata termasuk keluarga dengan ekonomi yang
cukup. Bapak I Made Berata tinggal bersama istri dan anak, serta orang tua namun
dalam bangunan yang berbeda. Sehari-hari pekerjaan bapak I Made Berata tidak
menetap, hal tersebut sesuai dengan tenaga buruh yang diperlukan. Bapak I Made
Berata tidak memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai buruh. Sehingga

10
pendapatan yan didapatkan tidak menentu. Dikatakan rerata penghasilan yang
diperoleh dalam sebulan adalah Rp2.000.000,00. Adapun pengeluaran sehari-hari
yang dikeluarkan untuk keperluan lauk pauk oleh keluarga bapak I Made Berata
adalah sekitar Rp30.000,00 per hari. Pengeluaran bulanan lainnya seperti listrik,
deterjen, yaitu sekitar Rp60.000,00. Sedangkan untuk keperluan keagamaan,
keluarga ini telah menyisihkan dana untuk keperluan tersebut. Keluarga ini
memiliki tabungan keluarga, sebagai antisipasi jika terdapat keperluan mendadak.

3. Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan


Keluarga bapak I Made Berata beragama Hindu. Tidak terdapat kendala dalam
melakukan hubungan sosial dan budaya di tempat sekitar. Dikatakan bahwa
keluarga bapak I Made Berta tutt berperan aktif dalam kegiatan keagaaman yang
dilaksanakan di Desa. Selain itu, istri bapak I Made Berta juga ikut dalam wadah
perkumpulan PKK desa Pengejaran, yang rutin melakukan kegiatan setiap bulan,
sehingga interaksi dan kedekatan dengan masyarakat sekitar cukup baik.

4. Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan


Aspek sosial psikologis bapak I Made Berta cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
penerimaan terhadap kondisi yang dihadapi saat ini, dimana tidak dijadikan sebagai
sebuah beban dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu, hal tersebut juga dapat
dilihat dari interaksi sosial yang dilakukan di wilayah sekitar yang rukun dan
harmonis.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus


1. Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Bapak I Made Berata memiliki status gizi pre obese yaitu dengan tinggi badan
167 cm dan berat badan 66 kg, didapatkan BMI sebesar 23.57 kg/m2. Sedangkan
anggota keluarga yang lain status gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
Bapak I Made Berata dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun beranak di
daerah Singaraja, dan lahir segera menangis.

11
c. Kematian
Di keluarga bapak I Made Berta tidak ada yang pernah mengalami penyakit
serius yang menyebabkan kematian.
d. Kesakitan
Adapun penyakit yang dialami dalam lima terakhir oleh bapak I Made Berata
yaitu nyeri sendi kaki.
e. Latar Belakang Penyakit
Melalui autoanamnesis pasien memiliki keluhan nyeri pada sendi-sendi jari kaki
kanan sejak lama, sekitar tujuh tahun. Nyeri sendi dikatakan seperti ngilu, dan
dikatakan hilang timbul. Serangan nyeri dikatakan timbul sekitar sekali dalam
sebulan. namun membaik setelah minum obat selama beberapa hari. Selain
keluhan nyeri, pasien juga mengeluh terasa hangat pada daerah sendi ketika
keluhan nyeri tersebut muncul. Dikatakan kaki masih dapat digunakan untuk
berjalan, namun ketika serangan nyeri muncul pasien lebih memilih untuk
istirahat.
Pasien telah mengkonsumsi obat-obatan untuk keluhan tersebut, yang
didapatkan dari puskesmas. Dikatakan bahwa pasien mendapatkan obat penurun
asam urat, anti radang, dan penghilang rasa nyeri, yaitu piracetam,
dexamethasone, dan parasetamol.

2. Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit


Di keluarga bapak I Made Berata, masih terdapat persepsi sakit-sehat yang kurang
tepat. Menurut persepsi mereka, sakit didefinisikan munculnya gejala-gejala yang
membuat mereka tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Mereka tidak memahami
bahwa kesehatan tidak hanya mencakup kesehatan badan saja, melainkan meliputi
emosionla, intelektual, dan sosial. Pengetahuan mengenai hal-hal yang menjadi
faktor risiko suatu penyakit juga masih minim, seperti faktor usia, lingkungan, dan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

a. Solusi Masalah Kesehatan


Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip

12
kedokteran keluarga, yang meliputi personal, komprehensif, berkesinambungan,
koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan
keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya,
mahasiswa mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga, sebagai berikut:

A. Paripurna (Komprehensif)

1. Pencegahan Primer
Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga penderita untuk
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit asam urat, terutama mengenai
definisi, faktor risiko, gejala, upaya pencegahan, dan komplikasi yang dapat
ditimbulkan.
2. Pencegahan Sekunder
Tatalaksana meliputi penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi.
- Terapi Non Farmakologis
Modifikasi gaya hidup sebagai penanganan non farmakologi untuk
penanganan asam urat cukup mempengaruhi untuk mencegah serangan
kembali dan komplikasi lanjut. Berikut beberapa penangan non-farmakologi
yang dapat diberikan pada penderita asam urat adalah penurunan berat
badan, menghindari makanan dan minuman tertentu yang dapat menjadi
pencetus, mengurangi konsumsi alkohol, meningkatkan asupan cairan, dan
mengkompres es pada tempat yang mengalami radang/sakit saat serangan.
Selain itu, olahraga teratur, selama 30 menit seperti berjalan.
Pada pasien diperoleh BMI 23.57 kg/m2 yang tergolongkan pre obesitas
sehingga pasien dianjurkan untuk dapat mengurangi berat badan dengan
menjaga pola makan, serta olahraga dan teratur.

- Terapi Farmakologis
Tujuan terapi asam urat secara umum adalah menghentikan serangan
akut, mencegah serangan kembali, dan mencegah komplikasi deposit kristal
asam urat kronis di jaringan. Jenis -jenis obat yang dapat diberikan pada
serangan akut, sebagai berikut:

13
a. NSAID
b. Kolkhisin
c. Kortikosteroid
Pemilihan untuk pasien tetentu tergantung pada beberapa faktor, termasuk
waktu onset dari serangan yang berhubungan dengan terapi awal,
kontraindikasi terhadap obat bila terdapat penyakit penyerta.
Sedangkan penanganan pada asam urat kronis, difokuskan untuk
mereduksi serum urat sampai dibawah normal, menjaga agar tidak terjadi
serangan akut, mengurangi volume tofi, dan mencegah perusakan
sebelumnya. Adapun obat yang dapat diberikan dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Urikostatik (xanthine oksidase inhibitor), misalnya Alopurinol.
b. Urikosurik, misalnya Benzbromaron, Sulfinperazon, Probenesid.
c. Urikolitik, misalnya urat oksidase.
Pada pseien ini diberikan pengobatan asam berupa Allopurinol, untuk
mencegah kekambuhan dan komplikasi.
3. Pencegahan Tersier
- Pencegahan tersier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
asam urat yang tepat, mencari pengobatan lini pertama yang tepat saat terjadi
serangan akut, dan meminum obat secara teratur agar kadar asam urat dapat
terkontrol dan tidak memberikan komplikasi.
- Penanganan yang cepat dan tepat untuk menghindari cacat fisik, dan
dukungan moral dan materi dari keluarga selama pengobatan untuk
menghindari depresi.

B. Berkesinambungan
- Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin mengadakan
kunjungan rumah setiap minggu.
- Pengobatan dilakukan secara teratur dan berkelanjutan untuk
mengoptimalkan status kesehatan penderita.

14
C. Koordinatif dan kolaboratif

- Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif


dalam pengobatan penderita, dengan memberikan dukungan moral maupun
materi atau mendampingi penderita saat/dalam menjalani pengobatan.
- Meningkatkan kerjasama dengan pihak kepala desa dalam memfasilitasi
pengobatan penderita melalui asuransi kesehatan.

D. Mengutamakan Pencegahan
Menyarankan pasien agar dapat melakukan modifikasi hidup, seperti menjaga
pola makan sehat dan olahraga yang teratur.

E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya


Keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pegobatan penderita juga perlu
diperhatikan. Dalam hal ini, penderita dipandang sebagai makhluk sosial. Selain itu,
lingkungan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam kesehatan
penderita. Pasien dan keluarga diberikan KIE agar keluarga mendukung dalam
menjaga status kesehatan pasien dan menghindari beban psikis.

F. Personal
Mengobati penderita secara holistik dari segala aspek kehidupan, baik secara
biologis, psikologis, sosial ekonomi, budaya, dan agama. Mengabati penderita
secara biologis, yaitu penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai
penyakit asam urat, serta memberikan pengobatan yang optimal kepada penderita.
Secara psikologis, yaitu dengan memberi dukungan kepada penderita, baik dalam
bentuk kasih saying berupa perhatian, maupun dalam wujud keharmonisan
keluarga. Secara sosial ekonomi, yaitu pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita. Sedangkan
secara budaya dan agama, yaitu pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama pengobatan disarankan
agar keluarga tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.

BAB IV

15
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
4.1.1 Dari lima kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan dasar yang belum terpenuhi
dalam keluarga bapak I Made Berata adalah kesehatan. Sehingga, keluarga
bapak I Made Berata termasuk golongan keluarga prasejahtera.
4.1.2 Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini masih kurang,
terutama mengenai faktor risiko penyakit dan penanganan penyakit.
4.1.3 Konsep kedokteran keluarga telah dilaksanakan pada keluarga bapak I Made
Berata, yang meliputi promosi kesehatan, yaitu dengan memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi serta motivasi baik kepada pihak
penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang atau pernah
diderita.

4.2 Saran
4.2.1 Mahasiswa menyarankan agar pasien menghindari pencetus dan menjaga pola
hidup sehat. Dalam hal ini, keluarga sebagai pendukung pertama, diharapkan
dapat membantu dan mendukung pasien, baik secara psikis, fisik, dan
material sehingga mengoptimalkan status kesehatan penderita.
4.2.2 Menyarankan pasien agar rutin dalam melakukan olahraga dan memeriksakan
kadar asam urat, kolesterol, tekanan darah, dan gula darah. Mengingat
komplikasi dan komorbid yang dapat memperberat penyakit pasien.

16

Anda mungkin juga menyukai