Anda di halaman 1dari 7

BAB 8

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Pengertian Pendidikan Anti Korupsi :

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam
proses tersebut, maka Pendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi
transfer pengalihan pengetahuan (kognitif) namun juga menekankan pada upaya
pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan
perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimp[angan perilaku korupsi.

Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :

1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka


masalah tidak bisa diselesaikan hanya melalui penegakan hukum.

2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju


pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang
penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya
yang membebaskannya.

3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah >>> jalur


penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi selama ini tidak ada.

Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah


nusantara, bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan
pemerintahan Hindia Belanda

41
2. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai
pada titik kulminasi yang akut >>> tidak hanya mewabah di kultur dan
struktur birokrasi pemerintah >>> juga menjadi fenomena multi
dimensional >> telah menggerogoti sendi2 kehidupan sosial dan kultural

3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai2


spiritual mulai bergeser pada nilai2 materialistis dan konsumerisme.

4. Korupsi = extra ordinary crime >>> Upaya menjadikan musuh


bersama/common enemy belum menjadi bagian dari gerakan moral
bangsa

Karena itu pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagai collective ethics


movement.

Signifikansi Pendidikan anti Korupsi :

1. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia.

Hal ini tidak hanya dapat menyebabkan kesalahpahaman mengenai bentuk-


bentuk korupsi, namun juga dapat menyeret seseorang terperangkap dalam
sistem yang mangakomodir perilaku korupsi tersebut.

Contoh mudahnya adalah kemudahan dalam pengurusan SIM oleh oknum


Kepolisian. Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan bahwa
kepengurusan SIM itu mahal, namun bisa sehari jadi dan tanpa tes. Padahal
menurut peraturan, kepengurusan SIM itu adalah murah dan harus melalui tes.

2. Belum jelasnya definisi dan batasan dari korupsi.

Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia disebabkan


karena belum jelasnya definisi dan batasan korupsi. Sebelum dibentuknya KPK
dan dikeluarkannya peraturan tentang tindak pidana korupsi, masyarakat

42
cenderung gamang dalam memutuskan apakah hal yang dilakukannya tersebut
adalah korupsi ataukah bukan. Terutama hal-hal yang tidak secara langsung
merugikan keuangan Negara.

Contoh : Gratifikasi dan Uang Terima Kasih

3. Prosedur dan mekanisme yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi


celah terjadinya korupsi.

Kadang kala, prosedur yang diterapkan di pemerintah bisa menjadi celah


terjadinya korupsi itu sendiri. Hal ini terutama terjadi apabila prosedur tersebut
kurang diawasi. Hal yang lain adalah apabila terjadinya penumpukan wewenang
pada satu bagian atau orang, yaitu satu bagian / orang melakukan fungsi
pelaksanaan dan pengawasan sekaligus.

Misal : mark up dalam SPPD yang sistemnya reimbursement, Penumpukan


wewenang pada suatu kantor yang kekurangan orang, dimana satu orang
memegang peranan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen dan Pengguna Kuasa
Anggaran.

4. Kebijakan dan peraturan yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi


celah terjadinya korupsi.

Kebijakan dan peraturan yang resmi pun kadang bisa menjadi celah terjadinya
korupsi. Terutama pembuatan kebijakan dan peraturan yang cenderung bersifat
politis dan sarat akan kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini disebabkan
masih bobroknya mental para pembuat peraturan atau kurang kompetennya
pembuat aturan tersebut.

Contohnya adalah RUU tentang Dana Aspirasi DPR sebesar 15 Milyar.

PENGERTIAN KORUPSI

43
Pengertian Korupsi

Pengertian Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).

Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi


maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya
diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang diberikan kepada mereka

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut :
perbuatan melawan hukum;
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya:
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
penggelapan dalam jabatan;
pemerasan dalam jabatan;
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.

Jenis-jenis Korupsi sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 31 tahun


1999 jo. UU Nomor 1 :

1. Korupsi yang Terkait dengan Kerugian Keuangan Negara

44
a. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan
keuangan Negara

b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri


dan dapat merugikan keuangan Negara

Perbedaan kedua pasal di atas adalah apakah seseorang tersebut


mempunyai kewenangan ataukah tidak.

2. Korupsi yang terkait dengan suap menyuap

a. Menyuap Pegawai Negeri dengan maksud supaya berbuat atau tidak


berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan
kewajibannya

b. Menyuap Pegawai Negeri karena telah berbuat atau tidak berbuat


sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan
kewajibannya

c. Memberi hadiah kepada Pegawai Negeri karena jabatan

d. Pegawai Negeri menerima suap baik akan atau telah berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan
kewajibannya

e. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga


bahwa janji atau hadiah tersebut diberikan untuk menggerakkkannya
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.

f. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga


bahwa janji atau hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

45
g. Pegawai negeri menerima hadiah karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya.

h. Menyuap hakim

i. Menyuap Advokat

j. Hakim dan Advokat menerima suap

k. Hakim menerima suap

l. Advokat menerima suap

Jadi dalam hal suap menyuap, baik yang disuap maupun yang menyuap
akan mendapatkan sanksi. Pegawai Negeri yang menerima suap, baik dia
melakukan, belum atau tidak melakukan hal yang diminta si penyuap,
tetap terkena sanksi.

3. Korupsi yang terkait penggelapan dalam jabatan

a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan


uang

b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

c. Pegawai negeri merusakkan bukti

d. Membiarkan orang lain merusakkan bukti

e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti

Dalam hal penggelapan, Pegawai Negeri yang melakukan penggelapan,


membantu melakukan penggelapan tau hanya membiarkan terjadinya
penggelapan, akan dikenai sanksi.

4. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan

46
a. Pegawai negeri memeras dengan cara memaksa orang memberikan
sesuatu untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya.

b. Pegawai negeri memeras dengan cara meminta seseorang


memberikan sesuatu seolah-olah merupakan utang kepada dirinya.

Perbedaan dengan butir a di atas adalah apabila pada huruf a,


Pegawai Negeri belum melakukan sesuatu yang dimaksud dalam
pemerasan tersebut. Sementara pada huruf b, Pegawai Negeri
sudah melakukan sesuatu yang dimaksud dalam pemerasan
tersebut.

c. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain

5. Korupsi yang terkati dengan perbuatan curang

a. Pemborong berbuat curang

b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang

c. Rekanan TNI/Polri berbuat curang

d. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

e. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

f. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan


orang lain

6. Korupsi yag terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan

a. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaannya

7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi

a. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor KPK

47

Anda mungkin juga menyukai